Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA

Disusun oleh :
kelompok 8

1. Putri Chika Sumartono (2115471061)


2. Nadia maulida (2115471081)
3. Senia Ardhelia Putri (2115471067)
4. Novi Inayatul Wafiroh (2115471057)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayat-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN HAK ASASI MANUSIA
(HAM)“sebagai salah satu tugas mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan”. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan informasi yang
sebagian besar bersumber dari internet.

Penulis juga menyadari apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini agar dikemudian hari
makalah ini bisa menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas
selanjutnya.Penulis juga meminta maaf, apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan dalam pengetikan yang membuat pembaca kebingungan dalam memahami maksud
tulisan.

Metro, 30 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata i
pengantar ............................................................................................................
Daftar ii
isi .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1


C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HAM ................................................................................... 2
B. Sejarah HAM ............................................................................................... 2
C. Perkembangan HAM di Indonesia ........................................................... 3
D. Isu Tentang HAM ............................................................................. 5
E. Hak Asasi Manusia Berdasarkan UUD 1945 .............................................. 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................. 8
B. Saran .......................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ................................................................................................. 9


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak adalah unsur yang melekat dalam diri manusia. Manusia adalah makhluk
yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kesempurnaanya. Salah
satu kesempurnaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa adalah “akal dan pikiran”
yang membedakannya dengan makhluk lain. Sejak diciptakan dan dilahirkan manusia
telah dianugerahi hak-hak yang melekat pada dirinya dan harus dihormati oleh
manusia yang lainnya.Hak tersebut disebut juga dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan di bahas. Masing-
masing manusia memiliki haknya, namun si pemilik HAM juga tidak diperbolehkan
menggunakan haknya secara semena mena karena akan mengakibatkan pelanggaran
hak orang lain.
Dalam penerapannya HAM berada dalam ruang lingkup hak persamaan dan
hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu.Perlu diingat bahwa
manusia adalah makhluk sosial.Jadi, dalam memenuhi haknya, manusia harus
bersosialisasi.Apalagi di jaman ini, HAM harusnya di junjung tinggi.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian HAM ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan HAM ?
3. Bagaimana issue-issue tentang HAM ?
4. Bagaimana HAM berdasarkan UUD 1945 ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian HAM
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan HAM
3. Mengetahui issue-issue tentang HAM
4. Mengetahui peraturan HAM berdasarkan UUD 1945
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM
Hak asasi manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua orang, tanpa
memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, ras, agama, bahasa atau
status lainnya.
Hak asasi manusia mencakup hak sipil dan politik, seperti hak untuk hidup, kebebasan
dan kebebasan berekspresi.Selain itu, ada juga hak sosial, budaya dan ekonomi, termasuk
hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan, hak atas pangan, hak untuk bekerja dan hak
atas pendidikan.
Hak asasi manusia dilindungi dan didukung oleh hukum dan perjanjian internasional dan
nasional.Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) adalah dasar dari sistem
internasional untuk perlindungan hak asasi manusia.Deklarasi tersebut diadopsi oleh Sidang
Umum PBB pada 10 Desember 1948, untuk melarang kengerian Perang Dunia II agar tidak
berlanjut.30 pasal UDHR menetapkan hak sipil, politik, sosial, ekonomi dan budaya semua
orang.Ini adalah visi martabat manusia yang melampaui batas dan otoritas politik dan
membuat pemerintah berkomitmen untuk menghormati hak-hak dasar setiap orang.UDHR
adalah pedoman di seluruh pekerjaan Amnesty International.

B. Sejarah HAM atau Hak Asasi Manusia, Sudah Ada Sejak 600 SM
Menurut Ketetapan MPR-RI Nomor XVII tahun 1998, Hak Asasi Manusia (HAM)
adalah hak dasar pada diri manusia yang sifatnya kodrati, universal, dan abadi sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa.Hak ini berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup,
kemerdekaan, dan perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak boleh diganggu gugat
dan diabaikan oleh siapapun.
Titik penting upaya penegakan HAM di dunia terjadi ketika Deklarasi Universal HAM
lahir pada 10 Desember 1948.Meski demikian, sejak dahulu semua komunitas telah
memiliki sistem keadilan sendiri yang berguna untuk memastikan kesejahteraan para
anggotanya.
Melansir dari laman Human Rights Library University of Minnesota, kitab Weda,
Alkitab, Alquran, dan Kode Hammurabi merupakan sumber tertulis tertua yang membahas
tentang hak dan tanggung jawab masyarakat. Namun para ahli sejarah umumnya merujuk
pemikiran para filsuf Barat.
Berikut adalah sejarah HAM di dunia:
1) Pemikiran tentang HAM Sebelum Masehi
Mengutip jurnal Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan Yuridis tulisan
Sri Rahayu Wilujeng, sejak 600 SM negarawan Athena bernama Solon menyusun undang-
undang untuk menjamin keadilan dan persamaan bagi setiap warga negara.
Kemudian Sokrates dan Plato menekankan agar warga berani melakukan kontrol sosial
kepada pemerintah yang mengabaikan keadilan dan kebebasan manusia.Sementara itu,
Aristoteles menganjurkan persamaan bagi warga negara dalam bidang pemerintahan tanpa
adanya diskriminasi.Ini membuktikan bahwa gagasan tentang hak asasi manusia telah
berkembang sejak lampau.
2) Hukum Kodrati Thomas Aquinas dan John Locke
Melansir jurnal Sejarah Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dalam Kaitannya dengan
Konsepsi Negara Hukum tulisan Retno Kusniati, gagasan mengenai HAM bersumber dari
teori hak kodrati (natural rights theory) yang dipelopori Thomas Aquinas. Menurutnya
semua manusia dianugerahi hak kodrati yang menyatakan bahwa setiap individu adalah
makhluk otonom.John Locke, filsuf Inggris yang juga pendukung hukum kodrati
berpandangan bahwa semua individu dikaruniai hak alamiah berupa hak hidup, kebebasan,
dan hak milik.

3) Magna Charta
Mengutip dari Modul Hakikat dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM)
tulisan Kusnadi, pada awal abad XII Raja John Lackland berkuasa di Inggris. Karena
sikapnya yang semena-mena, ia tidak disukai oleh berbagai lapisan masyarakat, mulai dari
rakyat biasa hingga bangsawan.Dengan menggunakan pengaruh yang dimiliki, para
bangsawan akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat perjanjian yang disebut
Magna Charta atau Piagam Agung.Magna Charta terdiri dari 63 aturan yang memuat hak-
hak yang harus diberikan untuk memerdekakan manusia. Isi Magna Charta antara lain:
a. Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan
kebebasan Gereja Inggris.
b. Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.
c. Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
d. Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa
perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
e. Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji
akan mengoreksi kesalahannya.
4) Bill of Rights
Tahun 1689 keluarlah Bill of Rights di Inggris yang berisi pembatasan kekuasaan raja
serta pengakuan terhadap hak-hak rakyat. Masih mengutip sumber yang sama, Bill of
Rights mengatur tentang:
a. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
b. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
c. Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara harus seizin parlemen.
d. Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing.
e. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

C. Perkembangan HAM di Indonesia


1. Periode sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Pemikiran HAM pada masa sebelum kemerdekaan dapat dilihat dalam sejarah
kemunculan organisasi. Pergerakan Nasonal Budi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1911),
Indesche Partij (1912), Perhimpunan Indonesia (1925), Partai Nasional Indonesia (1927).
Lahirnya pergerakan–pergerakan yang menjunjung berdirinya HAM seperti ini tak lepas
dari pelangaran HAM yang dilakukan oleh penguasa (penjajah). Dalam sejarah pemikiran
HAM di Indonesia Boedi Oetomo merupakan organisasi pertama yang menyuarakan
kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang di tunjukan ke
pada pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.

2. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)


Perdebatan tentang HAM berlanjut sampai periode paska kemrdekaan.

3. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode ini menekankan wacana untuk merdeka (Self Determination),
hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik mulai didirikan, serta hak
kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di Parlemen.

4. Periode 1950-1959
Periode ini dikenal dengan periode parlementer, menurut catatan BagirManan, masa
gemilang sejarah HAM di Indonesia tercrmin dalam empat indikator HAM.munculnya
partai politik dengan berbagai idiologi, adanya kebebasan pers, pelaksanan pemilihan umum
secara aman, bebas dan demokratris, kontrol parlemen atas eksekutif.

5. Periode 1959-1966
Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan digantikan dengan
demokrasi terpimpin yang terpusat pada kekuasan persiden Seokarno, demokrasi terpimpin
(Guided Democracy) tidak lain sebagai bentuk penolakan presiden Seokarno terhadap
demokrasi parlementer yang dinilai merupakan produk barat.Melalui sistem demokrasi
terpimpin kekuasan terpusat di tangan persiden.Persiden tidak dapat dikontrol oleh
parlemen.Sebaliknya parlemen dikendalikan oleh persiden.Kekuasaan persiden Sokarno
bersifat absolut, bahkan dinobatkan sebagai persiden seumur hidup.Dan akhir pemerintahan
peresiden Seokarno sekaligus sebagai awal Era pemerintahan orde baru yaitu masa
pemerintahan persiden Seoharto.

6. Periode 1966-1998
Pada mulanya Orde Baru menjanjikan harapan baru bagi penegakan HAM di Indonesia.
Janji–janji Orde Baru tentang HAM mengalami kemunduran pesat pada tahu 1970-an
hingga 1980-an. Setelah mendapat mandat konstitusional dari siding MPRS. Orde Baru
menolak ham dengan alasan HAM dan Demokrasi merupakan produk barat yang
individualistik yang militeristik.Bertentangan dengan prinsip lokal Indonesia yang
berprinsip gotong-royong dan kekeluargaan.

7. Periode paska orde baru


Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah perkembangan HAM di Indonesia,
setelah terbebas dairi pasungan rezim Orde baru dan merupakan awal datangnya era
demokrasi dan HAM yang kala itu dipimpin oleh Bj.Habibie yang menjabat sebagai wakil
presiden. Pada masa pemerintahan Habibie misalnya perhatian pemerintah terhadap
pelaksanan HAM mengalami perkembangan yang sangat segnifikan, lahirnya TAP MPR
No.XVII/MPR/1998 tentang HAM merupakan salah satu indikator pemerintah era
reformasi.Komitmen pemerintah juga ditunjukan dengan pengesahan tentang salah satunya,
UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pengesahan UU No.23 Tahun 2004
tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

D. Isu Tentang HAM

Isu HAM di Papua Masalah Serius


Menanggapi reaksi Pemerintah Indonesia atas pernyataan Perdana Menteri Vanuatu, Bob
Loughman, tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua, dalam Sidang Majelis
Umum PBB ke-75, Direktur Ekeskutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid,
menyatakan:
“Sebagai negara bangsa, Indonesia telah meratifikasi berbagai perjanjian internasional
hak asasi manusia.Jika dibaca baik-baik, itu artinya kita mengakui bahwa masalah HAM
bukan lagi urusan domestik.Tetapi masalah universal.Jadi Pemerintah Indonesia justru mesti
membuka diri dengan menunjukkan upaya-upaya menegakkan HAM di Papua.Misalnya
dengan menyajikan penjelasan disertai bukti yang meyakinkan tentang data penyelesaian
kasus di Papua, termasuk janji Indonesia dalam sidang Dewan HAM PBB sebelumnya
untuk menyelesaikan Kasus Wamena dan Wasior.”
“Indonesia seharusnya tidak resisten atas pertanyaan kritis negara lain. Sebab Indonesia
juga pernah bersikap kritis pada negara lain. Di forum PBB, hal itu justru merupakan hal
yang lumrah sejauh dikatakan secara diplomatik.Lagipula, kenyataan HAM di Papua masih
diwarnai oleh pelanggaran yang serius.Salah satu bentuknya adalah praktik pembunuhan di
luar hukum. Dalam catatan kami, setidaknya ada lima pembunuhan di luar hukum dengan
delapan korban di Papua selama tiga bulan terakhir. Yang masih segar dalam ingatan kita
bersama adalah penembakan Pendeta Yeremia Zanambani di Hitadipa, Intan Jaya, pekan
lalu.”
“Semua kasus pembunuhan di luar proses hukum itu belum pernah diselesaikan secara
tuntas. Inilah pekerjaan rumah yang harus dituntaskan oleh Indonesia. Kalau komitmen
HAM Indonesia itu dijalankan dengan baik, maka tidak akan ada pertanyaan kritis dari
mana pun, dari Dewan HAM PBB maupun dari negara lain seperti Vanuatu.”
“Belum lagi situasi kebebasan berekspresi di Papua.Kemarin, masih banyak orang Papua
yang menyuarakan pendapat mereka secara damai dituntut pasal makar.Itu pasal
serius.Ancaman hukumannya antara satu tahun tiga bulan hingga dua tahun penjara untuk
sesuatu yang telah secara jelas dilindungi dalam hukum internasional yang telah diratifikasi
Indonesia.
“Perlindungan HAM tidak hanya berhenti sampai di pengesahan Konvensi Elimininasi
Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (CERD), Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR), atau Konvensi Menentang Penyiksaan (CAT).
Negara harus menjamin semua hak yang dilindungi dalam aturan tersebut, tak terkecuali
untuk warga Papua.”
“Jika memang Pemerintah Indonesia berkomitmen menuntaskan pelanggaran HAM
seperti yang disampaikan dalam sidang PBB, maka segera adili semua pelaku pelanggaran
HAM yang terjadi di Papua.Buktikan bahwa Indonesia adalah negara hukum dan negara
yang menghormati hak asasi manusia di mana pun.Baik di Indonesia sendiri maupun di
Myanmar dan Palestina.Sekali lagi, masalah HAM itu adalah masalah universal.”
Latar belakang
Pada Sidang Majelis Umum PBB ke-75, tanggal 27 September 2020, Perdana Menteri
Vanuatu, Bob Loughman, meminta kembali Pemerintah Indonesia untuk membuka ruang
untuk Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia untuk mengunjungi Papua
Barat. Permintaan ini ia sampaikan dengan merujuk hasil pertemuan pemimpin-pemimpin
kepulauan Pasifik tahun lalu, di mana mereka menuduh adanya pelanggaran HAM besar-
besaran yang telah dialami oleh masyarakat asli Papua Barat.
Menanggapi seruan Perdana Menteri Vanuatu tersebut, di hari yang sama, perwakilan
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat
menghormati hak asasi manusianya (HAM) dan semua warga negara Indonesia memiliki
hak setara di mata pemerintahan Indonesia. Perwakilan Indonesia juga menyatakan bahwa
Vanuatu bukanlah perwakilan Papua dan meminta agar Vanuatu tidak terobsesi dengan
permasalahan dalam negeri Indonesia.
Amnesty International Indonesia mencatat, hingga 22 September ini, total pembunuhan
di luar hukum di Papua sepanjang 2020 saja setidaknya mencapai 15 kasus dengan total 22
korban.

E. Hak Asasi Manusia Berdasarkan UUD 1945


Hak asasi merupakan hak dasar manusia yang dibawa sejak lahir oleh setiap diri
manusia.Kemudian untuk menjamin dan melindungi hak asasi tersebut pemerintah
mengaturnya dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sesuai dengan BAB XA tentang Hak Asasi Manusia UUD 1945 yang termasuk kepada
hak asasi manusia adalah sebagai berikut :
1. Hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah.
3. Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia.
5. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif dan
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
6. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum.
7. Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.
8. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
9. Hak atas status kewarganegaraan.
10. Hak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilh pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
11. Berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
12. Berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
13. Berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
14. Berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
15. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
16. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
17. Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
18. Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.
19. Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oelh siapapun
20. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, dan untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
21. Hak bebas dari perlakukan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan terhadap perlakukan yang
diskriminatif itu.
22. Hak untuk berbudaya sebagai identitas masyarakat tradisional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia
sejak manusia diciptakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.Hak yang dimiliki setiap
orang tentunya tidak dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya. Karena ia berhadapan langsung
dan harus menghormati hak yang dimiliki orang lain. Hak asasi manusia terdiri atas dua hak
yang paling penting, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Tanpa adanya kedua hak ini
maka akan sangat sulit untuk menegakkan hak lainnya.

B. Saran
Pada makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, kami menyadari hal tersebut oleh
karena itu, kami menerima segala bentuk masukan dan saran demi perbaikan pada makalah
kali ini.
Makalah ini dapat terselesaikan karena adanya pihak-pihak yang mendukung.Terutama
bagi dosen Pendidikan Kewarga Negaraan dan teman-teman.Kami mengucapkan banyak
terima kasih dan bagi semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://hukum.uma.ac.id/2020/09/17/apa-itu-hak-asasi-manusia/

https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/sejarah-ham-atau-hak-asasi-manusia-sudah-
ada-sejak-600-sm-1vBEToAd8m2

https://www.sembilanbintang.co.id/perkembangan-ham-di-dunia-internasional-maupun-di-
indonesia/

https://www.amnesty.id/isu-ham-di-papua-masalah-serius/

https://rendratopan.com/2019/08/28/hak-asasi-manusia-berdasarkan-uud-1945/amp/

http://makalahhakasasimanusiaedysutriyadi.blogspot.com/2018/02/makalah-pendidikan-
kewarganegaraan-hak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai