Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PELAKSANAAN HAM DAN KASUS PELANGGARAN HAM


(Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pend. Hak Asasi Manusia)

OLEH

Kelompok 1

1. Delphy Martini Selan (2101140138)


2. Hafiza Uba Lema (2101140065)
3. Hesty Octoviani Lodo Nawa (2101140069)

Kelas/Semester : B/VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan penyertaan-Nya, kami kelompok 3 dapat menyelesaikan penulisan Makalah
ini dengan judul “Pelaksanaan HAM dan Kasus Pelanggaran HAM” dengan baik dan
tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan
Anti Korupsi. Selain itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan pembaca mengenai Pelaksanaan HAM dan Kasus Pelanggaran HAM.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Kami kelompok 5 menyadari makalah ini belum sempurna, baik dari segi
penulisan maupun sistematika bahasa, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun makalah ini ke arah yang lebih baik. Akhir kata kami
mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca.

Kupang, 20 Februari 2024

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... ii


Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
Bab II Pembahasan .................................................................................... 3
A. Pengertian Hak Asasi Manusia ........................................................ 3
B. Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia ................................ 3
C. Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia ................................. 6
D. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ....................... 14
E. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Dunia ........................... 18
Bab III Penutup .......................................................................................... 21
A. Simpulan .......................................................................................... 21
Daftar Pustaka ........................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip universal yang mengakui
bahwa setiap individu memiliki hak-hak inheren yang harus dihormati,
dilindungi, dan dipenuhi oleh negara serta institusi masyarakat lainnya.
Penerapan HAM menjadi landasan utama dalam membangun masyarakat
yang adil, demokratis, dan berbudaya. Di tengah dinamika masyarakat
modern, pelaksanaan HAM menjadi sebuah tantangan yang kompleks,
terutama dalam menghadapi berbagai kasus pelanggaran yang terus muncul.
Di banyak negara, pelaksanaan HAM seringkali menghadapi
hambatan dan tantangan yang beragam. Salah satu hambatan utamanya
adalah ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip HAM yang diakibatkan oleh
kekuatan politik, kepentingan ekonomi, serta faktor-faktor budaya dan
sosial. Kasus-kasus pelanggaran HAM seringkali terjadi dalam konteks
konflik politik, kebijakan diskriminatif, atau perlakuan sewenang-wenang
dari aparat keamanan.
Selain itu, pelaksanaan HAM juga rentan terhadap tantangan dalam
bentuk ketidakmampuan lembaga negara untuk memberlakukan hukum dan
menegakkan keadilan secara adil dan transparan. Keterbatasan dalam sistem
hukum, korupsi, dan kelemahan institusi penegak hukum seringkali menjadi
faktor yang memperparah situasi, memungkinkan terjadinya pelanggaran
HAM tanpa pertanggungjawaban yang layak.
Namun demikian, perjuangan untuk mewujudkan pelaksanaan HAM
yang lebih baik terus berlangsung. Baik melalui upaya-upaya advokasi oleh
kelompok-kelompok masyarakat sipil, lembaga-lembaga internasional,
maupun tekanan dari masyarakat secara luas, upaya-upaya tersebut bertujuan

1
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati dan
melindungi HAM bagi setiap individu. Dengan meningkatnya kesadaran dan
tekanan internasional, diharapkan negara-negara akan semakin mendorong
pelaksanaan HAM secara lebih efektif dan memastikan pertanggungjawaban
bagi pelanggar-pelanggar HAM.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah
ini yakni :
1. Apa itu hak asasi manusia ?
2. Bagaimana pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia ?
3. Apa saja kasus pelanggaran hak asasi manusia ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah
ini ialah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia.
2. Untuk mengetahui kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia yaitu hak dasar yang dimiliki oleh manusia
sebagai makhluk ciptaan tuhan. HAM merupakan kodrat yang melekat dalam
diri setiap manusia sejak ia dilahirkan kedunia. Oleh sebab sifatnya yang
dasar dan pokok HAM sering dianggap sebagai hak yang tidak dapat dicabut
atau dihilangkan oleh siapapun, bahkan tidak ada kekuasaan apapun yang
memiliki keabsahan untuk memperkosanya .
Menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa dan yang merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, pemerintah, hukum, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia sudah memiliki cabang ilmu sendiri untuk
mempelajarinya. Untuk itu ada beberapa pengertian hak asasi manusia dari
para ahli yang mengemukakan cabang ilmu tentang hak asasi manusia. HAM
menurut Jhon Locke Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan
Tuhan kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada
kekuatan di dunia ini yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang
mendasar dan suci. HAM Menurut Jan Materson Jan Materson adalah
anggota komisi HAM di PBB.
Perkembangan pemikiran Hak Asasi Manusia dibagi dalam 4
generasi, yaitu :

3
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat
pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama
pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi
perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang
baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis
melainkan juga hakhak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi
pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian
konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak
yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan
dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
3. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak
melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran
HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi
penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi
menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga
menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya
yang dilanggar.
4. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi
dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek
kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan
tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan
memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi
keempat dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun
1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration

4
of the basic Duties of Asia People and Government.
Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:
1. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya
HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang
antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki
kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya
dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum
(Mansyur Effendi,1994).
2. The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau
dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia
harus dibelenggu.
3. The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration
(Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi
sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi
tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu
berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang
ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak
bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap yang menyatakan ia bersalah.
4. The Four Freedom
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak
kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama

5
yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian
setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan
sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang
meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun
bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan
terhadap Negara lain (Mansyur Effendi,1994).

Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia periode sebelum


kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia
telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi
Republik Indonesia Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

C. Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia pada masa Orde
Lama dan Orde Baru memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Pada masa
Orde Lama, pelanggaran HAM terjadi terutama karena obsesi Presiden Soekarno
terhadap paradigma Nasakom, yang mengakibatkan konflik konstitusional dan
konflik politik. Sedangkan pada masa Orde Baru, meskipun pada tahap awal
disebut sebagai era baru kebebasan politik, sistem politiknya secara perlahan
berubah menjadi totaliter dan menunjukkan regulasi politik yang ketat, serta
melakukan represi terhadap gerakan-gerakan yang dianggap makar. Hal ini
menyebabkan munculnya persepsi buruk terutama dalam hal kebebasan

6
berpendapat, dan HAM kurang dihargai, sehingga keadilan sulit ditemukan.
Pengakuan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang sebenarnya telah lebih
dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi PBB (Universal Declaration of
Human Rights) tanggal 10 Desember 1948. Pengakuan hak Hak Asasi Manusia
di Indonesia tampak pada:

1. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


Pada alinea pertama dinyatakan: “...Kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa...”, alinea ini menunjukkan pengakuan hak asasi manusia
berupa hak kebebasan atau kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan atau
penindasan.
Pada alinea kedua dinyatakan: ”...mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur“. Alinea ini menunjukkan adanya
pengakuan atas hak asasi di bidang politik berupa kedaulatan dan ekonomi.
Pada alinea ketiga dinyatakan: “Atas berkat rahmat Alloh yang maha
Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas...”. Alinea ini menunjukkan adanya pengakuan
bahwa kemerdekaan itu berkat anugerah Tuhan Yang Maha kuasa.
Pada alinea keempat dinyatakan: “... melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia..”. Alinea ini menunjukkan pengakuan akan
hak-hak asasi manusia.

2. Dalam Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945


Pasal-pasal di dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini menegaskan

7
tentang Hak Asasi Manusia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Pasal-pasal tersebut adalah:
Pasal 27
(1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara. Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan

8
hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah Negara
dan meninggalkannya serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Pasal 28F Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari Negara lain.

9
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapapun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan jaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggungjawab Negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip Negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam bentuk peraturan

10
perundang-undangan
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia


Kurang lebih ada 7 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang
berhasil ditetapkan dalam bentuk Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang harus dijalankan oleh Presiden. Walaupun dirasa dalam GBHN dari
tahun 1973 sampai GBHN 1988 dirasa belun menyentuh hokum dan hak
asasi manusia secara mendalam namun unsur-unsur pelaksanaan dan
perlindungan hak asasi manusia sudah ada dalam tujuan pembangunan
nasional yakni: “Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di
dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
dan bersatu dalam suasana perikehidupan Bangsa yang aman, tenteram,
tertib dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib dan damai” (Komisi Hukum Nasional, 2005).
Ketetapan MPR 1998 menugaskan pada pemerintah agar disusunnya
undang-undang tentang hak asasi manusia. Berdasarkan ketetapan MPR
tersebut maka dibentuklah undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia dan Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang

11
Pengadilan Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia yang terkandung dalam
keketatapan MPR tersebut antara lain: hak untuk hidup, hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak atas kebebasan
informasi, hak keamanan, hak kesejahteraan, hak perlindungan dan
pemajuan.

4. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia di
Indonesia adalah UndangUndang Nomor 39 tahun 1999. Dalam pasal 12 UU
nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa: Setiap orang berhak atas
perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh
pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya
agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
Secara umum tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan pada Undang-
undang ini adalah: hak untuk hidup; hak untuk berkeluarga; hak untuk
mengembangkan diri; hak untuk memperoleh keadilan; hak atas kebebasan
pribadi; hak atas rasa aman; hak atas kesejahteraan; hak turut serta dalam
pemerintahan; hak wanita; hak anak, orang tua dan usia lanjut.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan Pelaksanaan Hak Asasi
Manusia (HAM) di Indonesia telah dibentuk oleh aparat penegak hukum
yang berkarakter, termasuk peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota merupakan peraturan perundang-
undangan yang penting dalam proses penegakan HAM di Indonesia

12
Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia masih
menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, termasuk kurangnya
pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang hak-hak ini, serta banyak
kasus pelanggaran yang masih terjadi. Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di
Indonesia dianggap kurang terlaksana dengan baik. Kasus-kasus yang terjadi
di Indonesia seperti penanganan Aceh, Timor Timur, Maluku, Poso, Papua,
Semanggi dan Tanjung Priok dianggap sebagai pelaksanaan perlindungan
Hak Asasi Manusia yang belum berjalan.
Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap Hak
Asasi Manusia dan menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan
penegakkan Hak Asasi Manusia, pemerintah telah melakukan langkah-
langkah antara lain:
1. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berdasarkan
Keputusan Presiden nomor 5 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993, yang
kemudian dikukuhkan lagi melalui undang-undang nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia;
2. Penetapan Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia;
3. Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dengan Keputusan
Presiden, untuk memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM
berat yang terjadi sebelum diundangkannya UndangUndang nomor 26
tahun 2000;
4. Pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliaasi sebagai alternative
penyelesaian pelanggaran Ham diluar Pengadilan HAM sebagaimana
diisyaratkan oleh Undang-Undang tentang HAM;
5. Meratifikasi berbagai konvensi internasional tentang Hak Asasi
Manusia.

13
D. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut
HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini,
dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan
bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM
berat itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan
dengan cara membunuh anggota kelompok,mengakibatkan penderitaan fisik
atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok, menciptakan kondisi
kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik
seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-
anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang
pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau
pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan
kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas)
ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan
seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang

14
setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang
dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan
kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara
maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM).Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya
ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan
bukan oleh aparatur negara.Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari
penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi
harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.Pengadilan HAM merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.
Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion),
perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.Tanggung jawab
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan kepada
negara, melainkan juga kepada individu warga negara.Artinya negara dan
individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM
sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga
oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara
horizontal.

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM di indonesia


a. Kasus Tragedi Partai Komunis Indonesia (PKI) 1965-1966
Sejumlah jenderal dibunuh dalam peristiwa 30 September 1965.
Pemerintahan orde baru kemudian menuding Partai Komunis Indonesia
sebagai biang keroknya. Lalu pemerintahan saat itu membubarkan

15
organisasi tersebut, dan melakukan razia terhadap simpatisannya.Razia itu
dikenal dengan operasi pembersihan PKI. Komnas HAM memperkirakan
500.000 hingga 3 juta warga tewas dibunuh saat itu. Ribuan lainnya
diasingkan, dan jutaan orang lainnya harus hidup dibawahbayang-bayang
‘cap PKI’ selama bertahun-tahun.Dalam peristiwa ini, Komnas HAM balik
menuding Komando Operasi Pemulihan Kemanan dan semua panglima
militer daerah yang menjabat saat itu sebagai pihak yang paling
bertanggung-jawab.Saat ini, kasus ini masih ditangani oleh Kejaksaan
Agung. Namun penanganannya lamban. Tahun 2013 lalu, Kejaksaan
mengembalikan berkas ke Komnas HAM, dengan alasan data kurang
lengkap.
b. Kasus penembakan misterius (Petrus) tahun 1982-1985
Penembakan misterius atau sering disingkat Petrus alias operasi clurit
adalah operasi rahasia yang digelar mantan Presiden Soeharto dengan dalih
mengatasi tingkat kejahatan yang begitu tinggi.Operasi ini secara umum
meliputi operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang
dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat, khususnya
di Jakarta dan Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas, tak pernah tertangkap, dan
tak pernah diadili.Hasil dari operasi clurit ini, sebanyak 532 orang tewas
pada tahun 1983. Dari jumlah itu, 367 orang antaranya tewas akibat luka
tembakan. Kemudian pada tahun 1984, tercatat 107 orang tewas, di an--
taranya 15 orang tewas ditembak. Setahun kemudian, pada 1985, tercatat
74 orang tewas, 28 di an-taranya tewas ditembak. 'Korban ‘Tembakan
Misterius’ ini selalu ditemukan dalam kondisi tangan dan lehernya te-ri-kat.
Sebagian besar korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di
pinggir jalan, di depan rumah, atau dibuang ke sungai, la-ut, hutan, dan
kebun.

16
c. Tragedi Semanggi dan Kerusuhan Mei 1998
Pada 13-15 Mei 1998, terjadi kerusuhan massif yang terjadi hampir di
seluruh sudut tanah air. Puncaknya di Ibu Kota Jakarta. Kerusuhan ini
diawali oleh kondisi krisis finansial Asia yang makin memburuk. Serta
dipicu oleh tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tertembak
dalam demonstrasi pada 12 Mei 1998.Dalam proses hukumnya, Kejaksaan
Agung mengatakan, kasus ini bisa ditindaklanjuti jika ada rekomendasi dari
DPR ke Presiden. Karena belum ada rekomendasi, maka Kejaksaan Agung
mengembalikan berkas penyelidikan ke Komnas HAM.Namun belakangan,
Kejaksaan Agung beralasan kasus ini tidak dapat ditindaklanjuti karena
DPR sudah memutuskan, bahwa tidak ditemukan pelanggaran HAM
berat.Dalih lainnya, Kejaksaan Agung menganggap kasus penembakan
Trisakti sudah diputus oleh Pengadilan Militer pada 1999, sehingga tidak
dapat diadili untuk kedua kalinya.

d. Kasus terbunuhnya aktivis HAM Munir Said Thalib


Munir ditemukan meninggal di dalam pesawat jurusan Jakarta-
Amsterdam, pada 7 September 2004 . Saat itu ia berumur 38 tahun. Munir
adalah salah satu aktivis HAM paling vokal di Indonesia. Jabatan
terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi
Manusia Indonesia Imparsial Saat menjabat Dewan Kontras (Komite Untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), namanya melambung
sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa
itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan
Tim Mawar dari Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia.
Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen
Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar
Namun, hingga hari ini, kasus itu hanya mampu mengadili seorang pilot

17
maskapai Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly mendapat vonis
hukuman 14 tahun penjara karena terbukti berperan sebagai pelaku yang
meracuni Munir dalam penerbangan menuju Amsterdam. Namun banyak
pihak yang meyakini, Polly bukan otak pembunuhan.Belum juga selesai
pengungkapan kasusnya, Polly malah dibebaskan bersyarat sejak Jumat
kemarin (28/11). 'Pada Juli 2004, Komnas HAM mengeluarkan laporan
penyelidikan Projusticia atas dugaan adanya kejahatan terhadap
kemanusiaan di Wamena. Kasus tersebut dilaporkan setelah 9 orang
terbunuh.
e. Tragedi Wamena Berdarah pada 4 April 2003
Tragedi itu terjadi pada 4 April 2003 pukul 01.00 waktu Papua.
Sekelompok massa tak dikenal membobol gudang senjata Markas Kodim
1702/Wamena. Penyerangan ini menewaskankan dua anggotaKodim, yaitu
Lettu TNI AD Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana (penjaga gudang
senjata). Kelompok penyerang diduga membawa lari sejumlah pucuk
senjata dan amunisi.Dalam rangka pengejaran terhadap pelaku, aparat TNI-
Polri diduga telah melakukan penyisiran, penangkapan, penyiksaan,
perampasan secara paksa, sehingga menimbukan korban jiwa dan
pengungsian penduduk secara paksa.Pada pemindahan paksa ini, tercatat 42
orang meninggal dunia karena kelaparan, serta 15 orang jadi korban
perampasan. Komnas juga menemukan pemaksaan penanda tanganan surat
pernyataan, serta perusakan fasilitas umum.Proses hukum atas kasus
tersebut hingga saat ini buntu. Terjadi tarik ulur antar Komnas HAM dan
Kejaksaan Agung.Sementara para tersangka terus menikmati hidupnya,
mendapat kehormatan sebagai pahlawan, menerima kenaikan pangkat dan
promosi jabatan tanpa tersentuh hukum.

E. Kasus Pelangaran Hak Asasi Manusia di Dunia

18
Contoh-contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia di dunia di antaranya :
1. Rezim Benito Mussolini di Italia
Rezim otoriter pernah berkuasa di Italia sejak 1924. Aktor utamanya
adalah Benito Mussolini, pemimpin faham fasisme di Italia. Mussolini
memerintah di Italia dalam periode 1924-1943. Selama 19 tahun dalam
masa pemerintahannya, ia dikenal sebagai seorang pemimpin otoriter dan
tidak segan membunuh orang-orang yang tidak sepaham dengannya.
Kekejaman Mussolini ini berlaku kepada siapa pun tanpa pandang bulu.

2. Rezim Adolf Hitler di Jerman


Adolf Hitler dianggap sebagai salah satu pemimpin terkejam yang
pernah ada di bumi. Hitler yang merupakan pimpinan Nazi di Jerman pada
medio 1930-an terlibat dalam salah satu contoh pelanggaran HAM berat. Ia
melakukan banyak kejahatan kemanusiaan, seperti menangkap tokoh-tokoh
politik yang menentangnya dan melakukan pembasmian pada orangorang
Yahudi. Hitler dikenal sebagai anti-Yahudi.

3. Konflik Israel dan Palestina


Sengketa Israel dan Palestina menjadi salah satu konflik
berkepanjangan. Hal ini bermula ketika Israel memperluas wilayahnya
dengan menguasai sebagian besar wilayah Palestina. Dengan bantuan
Amerika Serikat, Israel beberapa kali melancarkan serangan ke wilayah
Palestina. Ratusan ribu warga Palestina, termasuk anak-anak, wanita
bahkan relawan dari negara lain menjadi korban akibat konflik ini. Dunia
pun mengutuk tindakan Israel tersebut meski tindakan sewenang-wenang
Israel masih berlanjut hingga saat ini.

19
4. Perang Sipil di Bosnia
Perang sipil antara Bosnia dengan Serbia terjadi di periode 1992-1995
setelah pecahnya negara Yugoslavia. Dalam perang itu, terjadi pembunuhan
massal terhadap sekitar 800 warga muslim Bosnia yang bermukim di Kota
Srebenica yang didominasi warga muslim Bosnia. Hal ini sempat
menimbulkan reaksi keras banyak negara. Kasus ini menjadi salah satu
kasus pelanggaran HAM berat. Bahkan dua orang yang berperan besar di
perang ini yakni Slobodan Milosevic, Radovan Karadzic, dan Ratko Mladic
sudah diseret ke pengadilan HAM dunia di Belanda.

5. Kasus Apartheid di Afrika Selatan


Kasus HAM khusus apartheid (perbedaan ras dan warna kulit) terjadi
sekitar tahun 1960, ketika rezim apartheid yang didominasi orang-orang
kulit putih berhasil menguasai pemerintahan di Afrika Selatan.Mereka
kemudian melakukan kebijakan-kebijakan yang merugikan warga kulit
hitam, hingga menimbulkan banyak korban jiwa.

6. Kekerasan Etnis Rohingya Myanmar


Situs Myanmar Times pada Maret 2018 mempublikasi pernyataan
Dewan HAM PBB yang menyebut adanya pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh aparat keamanan Myanmar. Tudingan itu berdasarkan bukti
temuan sejumlah kuburan masal pada Februari 2018, tindak perkosaan
terhadap perempuan etnis Rohingya, pembakaran rumah-rumah penduduk
dan pencabutan hak-hak dasar etnis Rohingya.

20
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pelaksanaan HAM adalah aspek krusial dalam menjaga keadilan dan
martabat kemanusiaan. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi secara
berulang menunjukkan perlunya penegakan hukum yang tegas dan adil untuk
menjamin perlindungan hak-hak individu. Dalam menangani kasus
pelanggaran HAM, penting untuk memastikan bahwa proses hukum berjalan
sesuai dengan prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas. Pemerintah,
lembaga penegak hukum, dan masyarakat secara keseluruhan memiliki
tanggung jawab untuk bekerja sama dalam memastikan bahwa pelanggaran
HAM tidak terjadi lagi di masa depan. Kesimpulan ini menegaskan perlunya
komitmen bersama untuk melindungi dan memajukan HAM sebagai fondasi
utama bagi keberlangsungan masyarakat yang adil dan beradab.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asri Wijayanti. 2008. Sejarah perkembangan, Hak Asasi


Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah-
update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia
Nurdin dan Athahirah. 2022. HAM, GENDER DAN DEMOKRASI (sebuah Tinjuan Teoritis
Dan Praktis. Jatinangor : CV. Sketsa Media
Majelis Permusyawaratan Rakyat. (1998). Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998.
Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
UU No 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM
Undang – Undang Dasar 1945

22

Anda mungkin juga menyukai