Anda di halaman 1dari 19

KARYA ILMIAH

PRAKTIK DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA


DI INDONESIA
UNTUK MEMENUHI SYARAT PROJEK

EIRENE NOVELINDA PATTINASARANY

NISN : 0069839144

SMA NEGERI 1 KUPANG

TAHUN PELAJARAN 2023 / 2024


LEMBAR PENGESAHAN

KARYA ILMIAH

“PRAKTIK DEMOKRASI DAN HAM DI INDONESIA”

Telah dibimbing oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

…………………………….. ……………………………..
NIP : ……………….. NIP : ………………..

Disetujui Oleh :

Wakasek Akademik

………………………….
NIP : ………………

MENGETAHUI :

Kepala SMAN 1 Kupang

Dra. MARSELINA TUA, M.Si


NIP : 19670507 199403 2 013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas pertolongan-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Praktik Demokrasi dan HAM di
Indonesia ”.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Saya berharap semoga karya ilmiah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................................................i
Lembar pengesahan.........................................................................................................................ii
Kata pengantar................................................................................................................................iii
Daftar isi.........................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Praktik Demokrasi dan HAM..................................................................................3
2.2 Pengertian Praktik Demokrasi dan HAM menurut para Ahli....................................................5

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Praktik Demokrasi dan HAM..................................................................................8
3.2 Dampak Masalah Praktik Demokrasi dan HAM.....................................................................10
3.3 Cara mengatasi masalah Praktik Demokrasi dan HAM..........................................................11

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masalah demokrasi dan HAM selalu menjadi lahan subur bagi ilmuwan yang berminat
mengetahui konsep atau jenis pemerintahan yang dianggap baik. Dari cikal bakalnya di
Yunani sampai terjadinya arus deras gelombang demokratisasi ketiga sebagaimana
dikonstruksikan oleh Huntington maupun awal millenium ini, kedua hal di atas terus
menjadi sorotan. Terlebih banyaknya upaya-upaya yang dilakukan oleh para demokratisator
di berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika Latin bahkan juga Asia untuk menurunkan
rezim otoriter yang nyata-nyata tidak demokratis dan menindas pelaksanaan HAM.
Dalam semangat yang demikian, Robert A. Dahl sebagaimana dikutip oleh Eep Saefulloh
Fatah (1994 : 10) menyebutkan bahwa perubahan ke arah demokrasi dalam sejarah praktek
negara-negara dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap transformasi. Transformasi
demokrasi pertama adalah demokrasi yang kecil ruang lingkupnya, berbentuk demokrasi
langsung. Tahap transformasi ini terjadi dalam praktek politik Yunani dan Athena.
Transformasi demokrasi kedua diwujudkan dengan diperkenalkannya praktek
republikanisme, perwakilan dan logika persamaan. Sedangkan transformasi demokrasi
ketiga dialami oleh kehidupan politik modern saat ini. Tahapan ketiga ini dicirikan oleh
belum adanya kepastian, apakah akan tercapai sebentuk demokrasi yang lebih maju yaitu
demokrasi yang memusatkan diri pada pencarian sumber-sumber ketidaksamaan dan
berusaha melaksanakan persamaan dalam masyarakat atau malah kembali

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di kemukakan diatas, yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mengapa sering terjadi masalah yang bersangkutan dengan praktik demokrasi dan HAM?
2. Bagaimana upaya pemerintah terhadap penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia?
3. Bagaimana upaya kita sebagai generasi muda untuk menegakkan keadilan HAM?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui alasan terjadinya masalah yang bersangkutan dengan praktik
demokrasi dan HAM.
2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menegakkan Hak Asasi Manusia.
3. Untuk mengetahui peran generasi muda dalam menegakkan keadilan HAM.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Manfaat Teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan
perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi bahan literature khususnya di
bidang Hukum Tata Negara.
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi dan lembaga
terkait dalam Hak Asasi Bidang Hukum, sehingga pemerintah lebih mengutamakan
kewajiban dan tanggung jawab terhadap penegakan Hak Asasi Manusia dalam Bidang
Hukum.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Praktik Demokrasi dan HAM.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian hak adalah hak dasar yang pokok (seperti
hak untuk hidup dan hak mendapat perlindungan).
Hak asasi manusia sebenarnya berawal dari dunia Barat yaitu Eropa, seorang filsuf asal
Inggris John Locke pada abad ke 17 merumuskan adanya hak alamiah atau natural rights
yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan dan hak milik.
Saat itu, hak masih terbatas pada bidang sipil dan politik saja.
Sejarah perkembangan hak asasi manusia berawal dari tiga peristiwa penting yaitu Magna
Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.
Secara historis, Hak Asasi Manusia (HAM) lahir dari hasil perjuangan yang panjang untuk
menentang penguasa terhadap rakyat di masa lalu. Konsepsi hak asasi manusia dalam
perkembangannya sangat terikat dengan konsepsi negara hukum. Dalam sebuah negara
hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum bukan manusia. Hukum dimaknai
sebagai kesatuan hierarki tatanan norma hukum yang berujung pada konstitusi suatu negara.
Hak asasi manusia serta perlindungannya merupakan bagian yang sangatlah central dari
suatu demokrasi. Dengan meluasnya konsep dalam konteks globalisasi saat ini, maka
masalah hak asasi manusia menjadi isu yang menarik untuk dibicarakan hampir disemua
negara.
Konsepsi hak asasi manusia itu sendiri telah mengalami perkembangan setelah terjadinya
Perang Dunia II (1942-1945), dimana petaka perang memunculkan keinginan untuk
merumuskan suatu dokumen hak asasi yang dapat diterima secara universal. Dan pada saat
itu telah dicanangkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of
Human Rights) oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 1948 dan hampir
dua puluh tahun kemudian, Deklarasi Universal tersebut dijabarkan dalam dua perjanjian
internasional yaitu konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik dan Konvenan Internasional
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya pada tahun 1966.
Sehubungan dengan itu, masalah-masalah mengenai hak asasi manusia hendaknya didekati
secara komprehensif, karena merupakan tanggung jawab bersama, baik pihak penguasa,
pemegang uang, pemikir, agamawan dan siapa saja yang merasa atau mau terlibat dalam
masalah kemanusiaan tersebut. Hal ini penting, karena masih banyak kelompok manusia
yang kurang beruntung baik karena berada pada posisi “bawah, golongan tak berpunya”
yang kurang mendapatkan hak-haknya. Disinilah perlu pendekatan kontekstual dalam
melaksanakan hak asasinya. Karena pada dasarnya, hak asasi manusia biasanya dianggap
sebagai hak yang dimiliki setiap manusia, yang melekat dan inheren padanya karena dia
adalah manusia. Dalam Mukadimah Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik,
dicanangkan: “Hak-hak ini berasal dari harkat dan martabat yang melekat pada manusia
(these rights derive from the inherent dignity of the humanperson)”. Hak ini sangat
mendasar (fundamental), sifatnya yang mutlak diperlukan agar manusia dapat berkembang
sesuai dengan bakat, cita-cita, serta martabatnya. Hak ini juga dianggap universal, artinya
dimiliki semua manusia tanpa perbedaan berdasarkan bangsa, ras, agama atau gender .
Penandatanganan DUHAM dan pengesahannya dilakukan oleh Majelis Umum PBB
menunjukkan bahwa negara-negara yang tergabung menjadi anggota PBB telah menyatakan
bahwa mereka mengakui hak-hak setiap manusia yang harus dihormati, dipenuhi, dan
dilindungi. Selain itu, negara-negara anggota tersebut juga mendeklarasikan untuk mencegah
atau mengurangi segala bentuk tindakan atau kebijakan negara yang bersifat sewenang-
wenang terhadap warga negaranya. Lahirnya DUHAM sebenarnya merupakan wujud dari
keprihatinan masyarakat internasional, khususnya negara-negara anggota PBB atas
dahsyatnya tragedi kemanusiaan yang terjadi sebagai dampak dari pecahnya perang dunia
kedua pada saat itu.
Pembagian atau penjabaran kelompok hak asasi manusia ke dalam konvenan internasional
hak-hak sipil dan politik serta hak-hak ekonomi, sosial dan budaya seperti yang tersebut
diatas bukanlah sebagai bentuk pemisahan, karena seluruh hak asasi yang ada saling tidak
terpisahkan (indivisible). Misalnya saja hak hidup merupakan hak sipil dan politik sangat
terkait erat dengan pemenuhan hak-hak dasar lainnya yang masuk ke dalam kategori hak
ekonomi, sosial dan budaya seperti pendidikan, pangan dan juga pekerjaan. Dengan
demikian diharapkan campur tangan dari pemerintah bisa diminimalisir dan terbatas pada
pengaturan untuk menjamin agar hak-hak tersebut dapat dinikmati semua orang.
Secara filsafat, perkembangan konsep hak asasi selaras atau sejalan dengan hukum alam
karena pemikiran tentang hak asasi manusia pertama kali masuk kedalam lingkup hukum
alam (ius naturale). Menurut Philipus M. Hadjon, yang menyatakan lebih lanjut konsep hak
asasi manusia tidaklah ditahsbihkan secara illahi (divinely ordained), juga tidak dipahami
secara illahi (divinely conceived) bahwa hak-hak itu adalah pemberian Allah sebagai
konsekuensi dari manusia adalah ciptaan Allah. Hak-hak itu sifatnya kodrat (natural) dalam
arti:
a) Kodratlah yang menciptakan dan mengilhami akal budi dan pengetahuan manusia,
b) Setiap manusia dilahirkan dengan hak-hak tersebut,
c) Hak-hak itu dimiliki manusia dalam keadaan alamiah (state of nature) dan
kemudian dibawanya dalam hidup bermasyarakat. Adanya pemerintah, individu itu tetap
otonom dan berdaulat, karenanya berdaulat dibawah pemerintah. Oleh sebab itu, kedaulatan
tidak dapat dipindahkan atau inalienable dan adanya pemerintah hanya atas persetujuan dari
yang diperintah.
Pada tataran internasional, norma hak asasi manusia merupakan perjanjian (agreement) yang
bentuknya bisa berupa konvensi, konvenan protokol dan lain sebagainya atau kebiasaan-
kebiasaan internasional yang diterima sebagai sumber hukum, sedangkan dalam lingkup
hukum tata negara, pengaturan hak-hak asasi dalam hukum positif pada umumnya
dituangkan
ke dalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar masing-masing negara.Tentang gagasan
konstitusionalime, Miriam Budiarjo mengatakan yaitu: gagasan untuk membuat konstitusi
yang berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
sewenang-wenang dan dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih
terlindungi, telah timbul lebih dahulu sebelum adanya konstitusi”.
Dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 Ayat 1,
Hak Asasi Manusia didefinisikan sebagai berikut :
“Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Selanjutnya, dalam konsideran Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa :
“Konstitusi dan jaminan atas hak asasi manusia (HAM) merupakan satu kesatuan yang
mencerminkan kesinambungan antara gagasan dan praktik demokrasi konstitusional serta
dalam perkembangannya, jaminan konstitusi atas hak asasi manusia di Indonesia ini
mengalami proses dialek-dialektika pemikiran yang sangat menarik untuk diamati”.
Dengan dimasukkannya nilai-nilai tentang hak asasi manusia kedalam konstitusi atau
Undang-Undang Dasar suatu negara, maka saat ini hak asasi manusia bukan hanya
merupakan hak asasi yang berasal dari Tuhan saja, tetapi juga telah menjadi hak asasi yang
legal dan hak konstitusi dimana negara selanjutnya menjadi pihak yang paling bertanggung
jawab mengenai hak asasi setiap individu atau manusia yang menjadi warga negaranya.

2.2 PENGERTIAN PRAKTIK DEMOKRASI DAN HAM MENURUT PARA AHLI


1. John Locke
Seperti dikutip dalam repository.uib.ac.id, hak asasi manusia menurut John Locke adalah
hak yang dibawa sejak lahir secara kodrati melekat pada setiap manusia dan bersifat
mutlak atau tidak dapat diganggu gugat.
2. Prof Koentjoro Poerbo Pranoto
Hak asasi manusia menurut Koentoro Poerbo Pranoto adalah hak yang bersifat asasi atau
hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari
hakikatnya sehingga bersifat suci.
3. Prof Darji Darmodiharjo
Hak asasi manusia adalah dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak asasi tersebut menjadi dasar dari hak
dan kewajiban lain yang dimiliki manusia tersebut.
4. GJ Wolhots
Hak asasi manusia adalah sejumlah yang yang melekat dan berakar pada tabiat setiap
pribadi manusia dan bersifat kemanusiaan.
5. Jan Materson
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia dan
tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.
6. Miriam Budiardjo
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan di
bawahnya bersamaan dengan kelahirannya dalam kehidupan masyarakat. Hak itu dimiliki
tanpa perbedaan atas dasar bangsa, agama, ras, dan jenis kelamin karena hak itu bersifat
universal.
7. Jack Donnely
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia.
Hak itu dimiliki bukan karena diberikan kepada manusia oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai
manusia.
8. Muladi
Hak asasi manusia adalah segala hak-hak dasar yang melekat dalam kehidupan manusia.
9. Peter R Baehr
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dipandang mutlak perlu untuk perkembangan
individu.
10. UU Nomor 39 Tahun 1999
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
11. Leah Levin
Seperti dikutip dalam repository.unpas.ac.id, hak asasi manusia adalah hak-hak yang
melekat pada manusia yang tanpanya mustahil manusia dapat hidup sebagai manusia.
12. Baharudin Lopa
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencinta dan bersifat kodrati.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN PRAKTIK DEMOKRASI DAN HAM


Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi
sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. Konsepsi
HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara
hukum. Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan
manusia.
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan
diterapkan secara sepihak hanya untuk kepentingan penguasa, hal ini bertentangan dengan
prinsip demokrasi. Hukum tidak dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan beberapa
orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan keadilan bagi semua orang. Dengan
demikian negara hukum yang dikembangkan bukan absolute rechtsstaat, melainkan
democratische rechtsstaat.
Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung
konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu
undang-undang terutama melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup
bersama.3Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi PBB
yang lahir pada 10 Desember 1948. Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya
adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
4. Ketetapan MPRKetetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia Indonesia tertuang dalam
ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hal itu,
kemudian keluarlah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
sebagai undang-undang yang sangat penting kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Selain itu juga Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia, menyatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia hingga kini mencatat berbagai
penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial, yang disebabkan oleh perilaku yang
tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnis, ras, warna, kulit, budaya, bahasa, agama,
golongan, jenis kelamin, dan status sosial yang lain. Perilaku tidak adil dan diskriminatif
tersebut merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia, baik yang bersifat
vertikal(dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara atau sebaliknya) maupun
horizontal (antar warga
negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk kategori pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang berat ( grossviolation of human rights).
5. Undang Undang Dasar Neraga RI Tahun 1945 menjamin bahwa setiap orang berhak
untuk bebas dari perlakuan diskriminatif. Bahkan Undang Undang Dasar Neraga RI
Tahun 1945 secara lengkap telah menjamin hak asasi manusia dan juga hak-hak warga
negara Indonesia. Hak-hak warga negara yang diatur dalam Undang Undang Dasar
Neraga RI Tahun 1945 merupakan hak-hak konstitusional seluruh warga negara Republik
Indonesia, sedangkan Pemerintah seharusnya melaksanakan kehendak rakyat termasuk
menjamin perlindungan, penegakan dan pemenuhan hak-hak rakyat yang diatur dalam
konstitusi. Dengan kata lain, setiap hak yang terkait dengan warga negara dengan
sendirinya bertimbal balik dengan kewajiban negara untuk memenuhinya. Artinya, negara
berkewajiban dan bertanggung jawab menjamin agar semua hak dan kebebasan warga
negara dihormati dan dipenuhi sebaik-baiknya. Jaminan perlindungan atas terpenuhinya
hak-hak konstitusional tersebut tentu harus dipahami sebagai hak dari setiap warga
negara tanpa ada driskriminasi apapun.
6. Sebagai negara hukum (rechtstaat), Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada persoalan
hukum dan keadilan masyarakat yang sangat serius. Hukum dan keadilan masyarakat
seolah seperti dua kutub yang saling terpisah, tidak saling mendekat. Keadilan hukum
bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin di negeri ini adalah sesuatu barang yang
mahal. Keadilan hukum hanya di miliki oleh orang-orang yang memiliki kekuatan dan
akses politik dan ekonomi saja. Sementara, masyarakat lemah atau miskin sangat sulit
untuk mendapatkan akses keadilan hukum dan bahkan mereka kerap kali menjadi korban
penegakan hukum yang tidak adil.
7. Pada periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kedua, nyaris tak
ada prakarsa sama sekali. Apalagi, untuk substansi kasus keadilan atas pelanggaran HAM
berat, misalnya apakah ada proses hukum terhadap kekerasaan dan pelanggaran HAM di
Aceh dan Papua selama penetapan status daerah operasi militer (DOM) atau juga soal
penyelesaian masalah Tanjung Priok atau penyelesaian peristiwa Talangsari juga tidak
ada.
8. Pada saat ini, dapat kita lihat dalam salah satu kasus penegakan hukum yang tidak adil
terhadap anak Menteri dan supir angkot yang mana dalam hal ini tampak fakta dari
perlakuan terhadap Jamal bin Syamsuri oleh polisi yang bertindak cepat menangkap dan
menetapkan pengemudi angkutan kota (angkot) KWK U-10 Jamal, sebagai tersangka
dalam kasus mahasiswi (Annisa) yang meninggal dunia lantaran meloncat dari mobil
angkutan umum yang dikemudikan Jamal. Ketika berhadapan dengan kasus kecelakaan
lalu lintas yang menimpa Rasyid Rajasa, putra bungsu Menteri Perekonomian Hatta
Rajasa, polisi tampak mati langkah dalam mengusut kasus ini padahal mengakibatkan dua
korban tewas
9. Kalau kita lihat sekarang, orientas pemerintahan SBY hanya sekedar berkuasa atau
mempertahankan kekuasaan belaka. Ini bisa dilhat dengan tidak ada visi yang konkret
terhadap penegakan HAM, kalaupun penyebut HAM itu lebih sebagai pemanis bahwa
pemerintahan ini menghargainya. Ini tampak jelas dengan melihat munculnya
pelanggaran HAM yang masih terjadi.
10. Hal tersebut terjadi karena masih lemahnya Pemerintah di negara ini dalam pelaksanaan
kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap Hak Asasi Manusia terutama di bidang
hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 71 dan Pasal 72 Undang-Undang No. 39
Tahun 1999 BAB V Tentang Hak Asasi Manusia. Sebagaimana Hak Asasi Manusia
dengan negara hukum tidak dapat dipisahkan, justru berpikir secara hukum berkaitan
dengan ide bagaimana keadilan dan ketertiban dapat terwujud tanpa memandang
siapapun. Dengan demikian pengakuan dan pengukuhan negara hukum salah satu
tujuannya melindungi Hak Asasi Manusia, berarti hak dan sekaligus kebebasan
perseorangan diakui, dihormati dan dijunjung tinggi.
11. Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia semejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa Hak Asasi Manusia
tersebut tidaklah bersumber dari negara dan hukum, tetapi semata-mata bersumber dari
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga Hak Asasi
Manusia itu tidak bisa dikurangi (non derogable rights).Oleh karena itu, yang diperlukan
dari negara dan hukum adalah suatu pengakuan dan jaminan pelindungan terhadap Hak
Asasi Manusia tersebut.

3.2 DAMPAK MASALAH PRAKTIK DEMOKRASI DAN HAM


Kasus pelanggaran HAM dapat terjadi karena beragam faktor pemicu, baik internal maupun
eksternal. Beragam penyebabnya ialah kondisi perilaku seseorang, situasi negara hingga
situasi lingkungan secara umum.
Berikut beragam faktor penyebabnya, di antaranya:
1. Tingkat Kesadaran Rendah
Satu di antara faktor penyebab internal kasus pelanggaran hak asasi manusia ialah
rendahnya kesadaran akan pentingnya HAM. Banyak orang tidak memperhatikan
perlindungan HAM karena merasa kepentingannya telah terpenuhi.
2. Sikap Egois
Masih dari faktor internal, egois merupakan satu di antara penyebab paling umum
hilangnya hak seseorang. Sikap egois membuat pelaku merasa kepentingan dirinya ialah
yang utama sehingga kurang membuka diri terhadap hak asasi orang lain.
3. Penyalahgunaan Kekuasaan
Penyebab pelanggaran HAM adalah penyalahgunaan kekuasaan yang kerap dilakukan
oleh elite politik demi melindungi kepentingannya, seperti melenyapkan lawan politik.
Adapun contohnya ialah korupsi dan genosida.
4. Sistem Hukum Tidak Berjalan
Faktor penyebab pelanggaran HAM selanjutnya ialah sistem hukum tidak berjalan,
seperti tidak tegasnya aparat penegak hukum dalam menindak pelaku mengakibatkan
kasus makin banyak terjadi.
5. Tingginya Perilaku Intoleransi
Kasus pelanggaran hak asasi manusia dapat dipicu karena tingginya intoleransi di
Indonesia sehingga mengancam stabilitas nasional. Sikap intoleransi meliputi
membedakan ras, suku dan agama tertentu sehingga mengakibatkan diskriminasi terhadap
kelompok minoritas.

3.3 CARA MENGATASI MASALAH PRAKTIK DEMOKRASI DAN HAM


Upaya pemerintah terhadap penegakan hak asasi manusia di Indonesia
1. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia
Komisi Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui
Kepres Nomor 50 tahun 1993. Lembaga ini bertugas untuk meneliti, memberikan
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Seluruh masyarakat yang merasa hak
asasinya dilanggar diperkenankan untuk melakukan pengaduan kepada Komnas HAM.
Wewenang Komnas HAM meliputi:
- Melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang HAM
- Melakukan pemantauan dan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
- Melakukan pengkajian dan penelitian tentang HAM
- Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
- Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
pemerintah
2. Pembentukan Instrumen HAM
Instrumen HAM merupakan suatu alat untuk bisa menjamin proses perlindungan dan
penegakan hak asasi manusia. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-
undangan dan lembaga-lembaga penegak, seperti Komnas HAM dan Pengadilan HAM.
Salah satu peraturan yang mengatur tentang HAM terkandung di dalam, UU No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
3. Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000.
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia
yang menjadi dasar dalam penegakan.
Dalam pelaksanaannya, terdapat pula kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman
untuk seluruh masyarakat Indonesia
Upaya kita sebagai generasi muda untuk menegakkan keadilan HAM
Generasi muda adalah generasi dengan potensi terbesar untuk melakukan perubahan
melalui kesuksesan yang konstan dan penciptaan ide-ide baru untuk semua aspek
kehidupan. Generasi muda adalah pemuda yang memiliki peran penting dalam
membentuk dan membangun negara. Kesadaran akan pentingnya hak asasi manusia harus
dimanfaatkan atau diingat kembali oleh generasi muda pada saat ini.
Tidak cukup ketika kita hanya mengandalkan pemuda dengan bermain dan bermain saja
tanpa tau adanya Kesadaran Hukum dan HAM di lingkungan.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia,
bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Selain
hak asasi, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap
yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Menurut Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999, hak asasi manusia adalah
serangkaian hak bagi manusia untuk hidup sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah yang harus dihormati, dipelihara, dan dilindungi oleh
bangsa, pemerintah, hukum, dan setiap manusia untuk menghormati dan melindungi
kemanusiaan dan martabatnya.
Hak asasi manusia bersifat universal dan harus dikembangkan melalui pendidikan dalam
rangka pembangunan karakter seluruh peserta didik. khususnya generasi muda, agar
memiliki kepribadian dan tanggung jawab lingkungan. Pelaksanaan hak asasi manusia
berkomitmen untuk menghormati semua individu, dan perlindungan hak asasi manusia
adalah inti dari tindakan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada zaman sekarang ini, Generasi muda ini cenderung suka meniru idealisme dan
mentalitas radikal serta budaya luar. Generasi muda sekarang menganggap hal-hal normal
di negara lain juga normal di Indonesia, padahal di Indonesia sendiri hal-hal seperti itu
masih dianggap tabu.
Marsono (2019) berpendapat bahwa pentingnya pendidikan karakter dapat dilihat
dalam konteks kemajuan suatu negara dan kebutuhan akan karakteristik tenaga kerja di
masa depan.
Saya membaca sebuah artikel, bahwa Perkembangan pada zaman sekarang ini, Dalam
konteks kemajuan suatu bangsa, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemajuan suatu
negara tidak terlepas dari kuatnya karakter dan budaya masyarakatnya, terutama budaya
Indonesia yang sudah melekat dalam masyarakatnya.
Oleh karena itu, generasi muda disebut sebagai “agent of change”, yang berpotensi
membuat perubahan besar bagi negara, yang jika dilaksanakan berlandaskan pada nilai-
nilai Pancasila bahkan nilai kemanusiaan
Saya merasa bahwa Kesadaran akan pentingnya hak asasi manusia harus dimanfaatkan
atau diingat kembali oleh generasi muda. Generasi muda harus mendapatkan manfaat dari
pemikiran kritis mereka melalui hal – hal yang lebih maju dari teknologi informasi digital
yang akan mempersiapkan mereka untuk perubahan di negara ini. Karena menurut saya
Partisipasi dan peran Pemuda sangat penting dalam penegakan Hak Asasi
Manusia. Tanpa partisipasi para pemuda dan dukungannya maka penegakan Ham akan
sia-sia.
Sebuah Tips dari saya, Hal-Hal yang dapat generasi muda lakukan dalam menjalankan
peran pemuda dalam Pengenalan HAM ini, bisa kita lakukan seperti memanfaatkan
media sosial dan video interaktif, yang ada untuk sharing, semisal mengenai apa saja
perilaku yang termasuk kedalam pelanggaran HAM, melakukan advokasi kebijakan
untuk membangun jejaring HAM dengan baik dan relevan, mampu mengontrol dan
membawa diri dalam semua situasi.
Generasi muda harus bisa tanggap terhadap teknologi dan digital diharapkan bersikap
kritis objektif dan konstruktif, bisa memahami permasalahan, ikut mengikuti
perkembangan pada zaman yang ada.
Karena pada dasarnya generasi muda adalah generasi yang diharapkan sebagai penopang
di masa depan. Maka dari itu sangat diperlukan pengenalan HAM sejak dini. Karena itu,
hak seseorang perlu dipenuhi untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik.
Karena pemuda merupakan pondasi dan modal sebagai tunas bangsa yang memiliki
potensi serta generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa untuk berpartisipasi
dalam membangun Indonesia menjadi negara yang berdaulat, maju, adil dan makmur.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Hak Asasi Manusia dengan demokrasi tidak dapat dipisahkan, karena dalam upaya
penegakan demokrasi harus menghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi HAM yang
dimiliki warga negaranya. Maka, bila salah seorang ataupun Negara melanggar HAM, pasti
ada sanksi tegas yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia ...


http://repo.unand.ac.id/2496/3/bab%25201.pdf
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hak Asasi ... http://repository.untag-
sby.ac.id/1574/3/Bab%20II.pdf
https://bobo.grid.id/read/083624998/upaya-apa-saja-yang-sudah-dilakukan-pemerintah-untuk-
menegakkan-ham-di-indonesia?page=all
https://fpshjabar.or.id/2023/06/18/opini-peran-pemuda-dalam-menjalankan-ham-pada-masa-kini/

Anda mungkin juga menyukai