OLEH :
NIM: D1B123193
FAKULTAS FARMASI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “SEJARAH PERKEMBANGAN HAM” guna
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu saya haturkan untuk junjungan nabi agung , yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini
kedepannya.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan bemanfaat
untuk kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...5
C. Tujuan……………………...………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
A. SIMPULAN………………………………………………………………18
B. SARAN…………………………………………………………………...18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah
seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada
siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak
asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling
bergantung. Hak asasi manusia biasanya dialamatkan kepada negara, atau dalam kata
lain, negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan
memenuhi hak asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi modern, hak asasi
manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil politik yang berkenaan dengan
kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan kebebasan
berpendapat), serta hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan akses ke
barang publik (seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas
kesehatan, atau hak atas perumahan).
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan
bahwa hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah” oleh alam semesta, Tuhan, atau
nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini
bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh
masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim
kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang
meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi manusia
hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Dari
sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau
dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus ditentukan oleh
hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu masyarakat
demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam “kehidupan bangsa”, dan pecahnya perang pun belum
mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku
sebagai lex especialis. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh
dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan
maupun penyiksaan.
Indonesia merupakan negara hukum yang mana di dalam negara hukum selalu
ada pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Semua manusia akan
mendapat perlakuan yang sama kedudukannya dalam hukum, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Termasuk juga hak seorang anak ini semua telah di atur di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28B ayat 2
yang berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekersan dan diskriminasi”. Dapat
terlihat jelas bahwa di negara Republik Indonesia dijamin adanya perlindungan hak
asasi manusia berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum dan bukan kemauan seseorang
atau golongan yang menjadi dasar kekuasaan. Di Indonesia sendiri hak asasi manusia
sebenarnya tidak dapat di pisahkan dengan pandangan filsafat Indonesia yang
terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD NKRI 1945) yang dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa”
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep sejarah perkembangan HAM
2. Bagaimana perkembangan HAM di Indonesia pada masa lampau ?
3. Apa saja dokumen HAM yang pernah di terbitkan di inggris ?
4. Apa saja HAM yang dijamin oleh konstitusi amerika serikat ?
5. Apa saja ham yang di perkenalkan di prancis ?
6. Apa prinsip utama piagam atlantis ?
7. Apa hasil sidang majelis umum PBB ke-78 ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaiman gambaran pemenuhan hak pekerja/buruh di
perusahaan kecil menengah menurut UU no13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak pekerja/buruh di perusahaan kecil
menengah dari perspektif.
BAB II
PEMBAHASAN
Pemikiran HAM pada masa sebelum kemerdekaan dapat dilihat dalam sejarah
kemunculan organisasi. Pergerakan Nasonal Budi Oetomo (1908), Sarekat
Islam (1911), Indesche Partij (1912), Perhimpunan Indonesia (1925), Partai
Nasional Indonesia (1927). Lahirnya pergerakan–pergerakan yang menjunjung
berdirinya HAM seperti ini tak lepas dari pelangaran HAM yang dilakukan
oleh penguasa (penjajah). Dalam sejarah pemikiran HAM di Indonesia Boedi
Oetomo merupakan organisasi pertama yang menyuarakan kesadaran
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang di tunjukan
ke pada pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.Budi Utomo
Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode ini menekankan wacana untuk merdeka (Self
Determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik
mulai didirikan, serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama
di Parlemen.
Periode 1950-1959
Periode ini dikenal dengan periode parlementer, menurut catatan Bagir
Manan, masa gemilang sejarah HAM di Indonesia tercrmin dalam empat
indikator HAM:
munculnya partai politik dengan berbagai idiologi, adanya kebebasan pers,
pelaksanan pemilihan umum secara aman, bebas dan demokratris, kontrol
parlemen atas eksekutif.
Periode 1959-1966
Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan digantikan
dengan demokrasi terpimpin yang terpusat pada kekuasan persiden Seokarno,
demokrasi terpimpin (Guided Democracy) tidak lain sebagai bentuk penolakan
presiden Seokarno terhadap demokrasi parlementer yang dinilai merupakan
produk barat.
Periode 1966-1998
Pada mulanya Orde Baru menjanjikan harapan baru bagi penegakan HAM di
Indonesia. Janji–janji Orde Baru tentang HAM mengalami kemunduran pesat
pada tahu 1970-an hingga 1980-an. Setelah mendapat mandat konstitusional
dari siding MPRS. Orde Baru menolak ham dengan alasan HAM dan
Demokrasi merupakan produk barat yang individualistik yang militeristik.
Bertentangan dengan prinsip lokal Indonesia yang berprinsip gotong-royong
dan kekeluargaan.
Periode paska orde baru
Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah perkembangan HAM di
Indonesia, setelah terbebas dairi pasungan rezim Orde baru dan merupakan
awal datangnya era demokrasi dan HAM yang kala itu dipimpin oleh
Bj.Habibie yang menjabat sebagai wakil presiden. Pada masa pemerintahan
Habibie misalnya perhatian pemerintah terhadap pelaksanan HAM mengalami
perkembangan yang sangat segnifikan, lahirnya TAP MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang HAM merupakan salah satu indikator pemerintah era
reformasi.Komitmen pemerintah juga ditunjukan dengan pengesahan tentang
salah satunya, UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pengesahan
UU No.23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
1. Magna Charta (1215): dokumen yang memuat pembatasan kekuasaan raja dan
menegaskan bahwa HAM lebih penting daripada kekuasaan raja.
2. Petition of Rights (1628): dokumen yang membatasi kekuasaan raja dan
menegaskan hak-hak individu seperti kebebasan berbicara dan pajak harus seizin
parlemen.
3. Habeas Corpus Act (1679): undang-undang yang menjamin hak individu untuk
tidak ditahan tanpa alasan yang jelas dan hak untuk diadili secara adil.
Struktur inti sistem hak asasi manusia antar-Amerika mirip dengan sistem hak
asasi manusia di Eropa. Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan penting, dan ada
tiga perbedaan yang paling menonjol. Pertama, Konvensi Amerika, yang
mencerminkan pengaruh Deklarasi Amerika, mengakui hubungan antara kewajiban
individu dan hak individu. Kedua, konvensi Amerika membalikkan prioritas konvensi
Eropa sebelum Protokol No. 11 dengan menjamin petisi individu dan menjadikan
pengaduan antarnegara sebagai opsional. Yang terakhir, baik komisi Asasi Manusia
Antar-Amerika maupun Pengadilan Hak Asasi Manusia Antar-Amerika beroperasi di
luar kerangka konvensi Amerika. Komisi ini merupakan organ Piagam OAS dan juga
konvensi Amerika, dengan kewenangan dan prosedur yang berbeda secara signifikan
tergantung pada sumber kewenangan komisi. Pengadilan tersebut, meskipun
merupakan organ utama dalam konvensi ini, namun memiliki yurisdiksi untuk
menafsirkan ketentuan-ketentuan hak asasi manusia dalam perjanjian-perjanjian lain,
termasuk ketentuan-ketentuan dalam Piagam OAS.
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada
awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-
wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES
DROITS DE L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak
manusia dan warga negara. Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini
mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan
(liberte, egalite, fraternite).
4) Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta
pekerjaan umum.
Pada saat ini, Prancis juga menjadi salah satu negara yang berperan aktif
dalam melahirkan Deklarasi Hak Asasi Manusia di dunia. Kemudian, dengan adanya
Revolusi Perancis, terjadi pula perubahan sistem pemerintahan dari monarki menjadi
republik. Meskipun ekspansionisme Perancis akhirnya dapat dipatahkan, tetapi
Revolusi Perancis itu sendiri mewariskan nilai-nilai dasar sistem negara yang masih
berlaku hingga saat ini. Adapun konsep yang dicetus adalah konsep kedaulatan rakyat
(popular sovereign). Konsep ini pada prinsipnya menegaskan bahwa legitimasi
pemerintah berasal dari rakyat yang mereka perintah. Dari konsep ini, maka prinsip
"hak ilahi" yang melekat pada raja dan sudah berabad-abad diterapkan tidak lagi
berlaku. Kedua, konsep nasionalisme. Meskipun proses globalisasi telah membuat
dunia menjadi satu masyarakat global, tetapi hampir semua negara di dunia sampai
sekarang masih memelihara semangat nasionalisme untuk menghadapi ancaman
eksternal. Konsep nasionalisme dan kedaulatan rakyat pun terbukti telah mewarnai
berbagai bentuk hubungan internasional sampai sekarang.
Meskipun Piagam Atlantik bulan Agustus 1941 bukan merupakan perjanjian yang
mengikat, namun tetap penting karena beberapa alasan. Pertama, perjanjian ini secara
terbuka menegaskan rasa solidaritas antara AS dan Inggris melawan agresi Poros.
Kedua, dokumen ini memaparkan visi Wilsonian Presiden Roosevelt untuk dunia
pascaperang; yang ditandai dengan pertukaran perdagangan yang lebih bebas,
penentuan nasib sendiri, perlucutan senjata, dan keamanan kolektif. Pada akhirnya,
Piagam tersebut pada akhirnya menjadi inspirasi bagi warga kolonial di seluruh Dunia
Ketiga, mulai dari Aljazair hingga Vietnam, ketika mereka berjuang untuk
kemerdekaa.
Meskipun Piagam Atlantik bukanlah sebuah perjanjian yang mengikat, namun hal ini
penting karena beberapa alasan. Pertama, perjanjian ini secara terbuka menegaskan
rasa solidaritas antara AS dan Inggris melawan agresi Poros. Kedua, perjanjian ini
memaparkan visi Presiden Roosevelt untuk dunia pascaperang, yang ditandai dengan
pertukaran perdagangan yang lebih bebas, penentuan nasib sendiri, perlucutan senjata,
dan keamanan kolektif.
F. Pengakuan HAM di PBB
UDHR memuat 30 pasal yang menguraikan hak-hak dasar dan kebebasan yang
UDHR mencakup berbagai hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup, kebebasan,
dan pendidikan.
"Ini adalah titik balik dalam sejarah manusia yang mempersatukan kita semua dalam
upaya menahan kenaikan temperatur rata-rata global di bawah dua derajat tingkat pra-
industri dan untuk melancarkan upaya guna membatasi kenaikan 1,5 derajat Celsius,"
kata pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua.
"Kesepakatan ini kembali menegaskan nilai multilateralisme dalam menangani
tantangan global."
Sidang Majelis Umum mengucapkan selamat kepada Prancis, Presiden Konferensi
itu, atas keberhasilannya mengendalikan proses tersebut dan semua pihak yang
menghadiri Konvensi atas sikap konstruktif dan tekad mereka untuk mencapai hasil
tersebut, kata pernyataan itu.
"Kesepakatan ini meletakkan dasar untuk mencapai tranformasi ke emisi rendah dan
ekonomi global yang tahan terhadap pengaruh ikim," kata pernyataan tersebut.
"Kesepakatan ini menunjukkan peralihan yang berusaha mecapai pembangunan yang
berkesinambungan dan penghapusan kemiskinan, dan pada saat yang sama
melestarikan keutuhan planet untuk generasi masa depan."
"Ambisi, tindakan dan kesetaraan mesti tetap menjadi prinsip pemandu dalam tahap
penting ini," kata Lykketoft.
"Saya takkan menyia-nyiakan upaya untuk terlibat bersama negara anggota dan
pemegang saham lain terkait, termasuk pengusaha dan masyarakat sipil untuk
meluncurkan penerapan dan menciptakan kesempatan guna mewujudkan tindakan
mengenai masalah penting seperti keuangan, data, teknologi dan kemitraan."
Sidang Majelis Umum Debat Tematik Tingkat Tinggi mengenai Dicapainya Sasaran
Pembangunan yang Berkesinambungan 11-12 April 2016 akan menyediakan landasan
bagi gagasan baru dan pembangunan berdasarkan hasil COP21, dan akan meneliti
bagaimana aksi iklim dapat mendukung pelaksanaan Sasaran Pembangunan yang
Berkesinambungan, tambahnya.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Hak Asasi Manusia melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan dan merupakan anugerah Tuhan yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi harkat
Perlindungan hak asasi manusia dalam tahanan adalah untuk menjamin perlindungan
hak asasi manusia dalam setiap aspek kehidupan. Jaminan perlindungan dan
pengakuan hak asasi manusia tidak hanya berlaku bagi umat Islam tetapi juga bagi
seluruh umat manusia. Al-Qur’an tidak hanya sekedar pedoman tetapi juga pengatur
kehidupan manusia
Hak Asasi Manusia merupakan kebutuhan mendasar yang harus dimiliki manusia
asasi manusia lolos dari hukuman karena tidak efektifnya peradilan nasional.
Keadilan internasional bersifat saling melengkapi dan hanya dapat terwujud apabila
mekanisme penegakan hukum melalui hukum nasional tidak dapat berjalan secara
efektif.
B. SARAN
Sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari kesalahan, tentu saja dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang harus di
perbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikyang bersifat
membangun pembaca, serta dosen pengajar demi kelayakan makalah ini dan
berbesar hati memaafkan kekurangan dan kesalahan penulis dalam makalah ini.
Dan di harapkan, dengan di selesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penulis dapat menerapkan ilmu dari sumber-sumber hukum islam, kontribusi
sebagai umat muslim dalam permusan hukum islam serta mengetahui hak-hak
dalam islam yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-
hari. Walaupun tidak sesempurna rasulullah SAW, setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA
LG.Saraswati, Taufik Basari, dkk, 2006, Hak Asasi Manusia (Teori, Hukum, Kasus), Cetakan
Pertama), Depok, Filsafat UI Press.
Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi-konstitusi Indonesia, Jakarta,
Kencana.
Mien Rukmini, 2003, Perlindungan Ham Melalui APTB dan APKDH Pada Sistem Peradilan
di Indonesia, Bandung, Alumni.
Munir Fuady dan Sylvia Laura L. Fuadi, 2015, Hak Asasi Tersangka Pidana, Jakarta,
Prenada Media Group.
Ni’Matul Huda, 2011, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada.