Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN HAM


Dosen pengampu: ANDI KHAEDAR K.PETTA LOLO,SH.MH

OLEH :

NAMA: NURUL AZIZAH

NIM: D1B123193

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “SEJARAH PERKEMBANGAN HAM” guna
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu saya haturkan untuk junjungan nabi agung , yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini
kedepannya.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan bemanfaat
untuk kita semua.

Makassar, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...5
C. Tujuan……………………...………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan HAM pada masa lampau……………………………6


B. Perkembangan HAM di inggris…………………………..…………8
C. Perkembangan HAM di amerika serikat………………………….....8
D. Perkembangan HAM di prancis…………………………………....10
E. Atlantic charter tahun 1941…………………………………………11
F. Pengakuan HAM di PBB…………………………………………...14
G. Hasil sidang di majelis umum PBB tahun 1965…………………....16

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN………………………………………………………………18
B. SARAN…………………………………………………………………...18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah
seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada
siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak
asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling
bergantung. Hak asasi manusia biasanya dialamatkan kepada negara, atau dalam kata
lain, negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan
memenuhi hak asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi modern, hak asasi
manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil politik yang berkenaan dengan
kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan kebebasan
berpendapat), serta hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan akses ke
barang publik (seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas
kesehatan, atau hak atas perumahan).
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan
bahwa hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah” oleh alam semesta, Tuhan, atau
nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini
bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh
masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim
kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang
meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi manusia
hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Dari
sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau
dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus ditentukan oleh
hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu masyarakat
demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat yang mengancam “kehidupan bangsa”, dan pecahnya perang pun belum
mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional berlaku
sebagai lex especialis. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh
dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan
maupun penyiksaan.
Indonesia merupakan negara hukum yang mana di dalam negara hukum selalu
ada pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Semua manusia akan
mendapat perlakuan yang sama kedudukannya dalam hukum, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Termasuk juga hak seorang anak ini semua telah di atur di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28B ayat 2
yang berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekersan dan diskriminasi”. Dapat
terlihat jelas bahwa di negara Republik Indonesia dijamin adanya perlindungan hak
asasi manusia berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum dan bukan kemauan seseorang
atau golongan yang menjadi dasar kekuasaan. Di Indonesia sendiri hak asasi manusia
sebenarnya tidak dapat di pisahkan dengan pandangan filsafat Indonesia yang
terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD NKRI 1945) yang dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa”

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Konsep sejarah perkembangan HAM
2. Bagaimana perkembangan HAM di Indonesia pada masa lampau ?
3. Apa saja dokumen HAM yang pernah di terbitkan di inggris ?
4. Apa saja HAM yang dijamin oleh konstitusi amerika serikat ?
5. Apa saja ham yang di perkenalkan di prancis ?
6. Apa prinsip utama piagam atlantis ?
7. Apa hasil sidang majelis umum PBB ke-78 ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaiman gambaran pemenuhan hak pekerja/buruh di
perusahaan kecil menengah menurut UU no13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak pekerja/buruh di perusahaan kecil
menengah dari perspektif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan HAM pada masa lampau


Perkembangan HAM pada masa lampau di Indonesia dan dunia internasional
dapat dilihat dari beberapa periode sejarah. Berikut adalah beberapa periode sejarah
perkembangan HAM di Indonesia.
Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

Pemikiran HAM pada masa sebelum kemerdekaan dapat dilihat dalam sejarah
kemunculan organisasi. Pergerakan Nasonal Budi Oetomo (1908), Sarekat
Islam (1911), Indesche Partij (1912), Perhimpunan Indonesia (1925), Partai
Nasional Indonesia (1927). Lahirnya pergerakan–pergerakan yang menjunjung
berdirinya HAM seperti ini tak lepas dari pelangaran HAM yang dilakukan
oleh penguasa (penjajah). Dalam sejarah pemikiran HAM di Indonesia Boedi
Oetomo merupakan organisasi pertama yang menyuarakan kesadaran
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang di tunjukan
ke pada pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.Budi Utomo

Pada 1908, terbentuk organisasi bernama Budi Utomo, yang menjadi


salah satu wujud nyata adanya kebebasan berpikir dan berpendapat di depan
umum. Lahirnya organisasi Budi Utomo ini juga memicu masyarakat
memiliki pemikiran tentang hak untuk ikut serta secara langsung ke dalam
pemerintahan. Selain itu, nilai-nilai HAM yang disuarakan organisasi ini
adalah hak untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri. Perhimpunan
Indonesia Selain Budi Utomo, organisasi lain yang juga terbentuk pada 1908
adalah Perhimpunan Indonesia.

Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)


Perdebatan tentang HAM berlanjut sampai periode paska kemerdekaan:

Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode ini menekankan wacana untuk merdeka (Self
Determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik
mulai didirikan, serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama
di Parlemen.
Periode 1950-1959
Periode ini dikenal dengan periode parlementer, menurut catatan Bagir
Manan, masa gemilang sejarah HAM di Indonesia tercrmin dalam empat
indikator HAM:
munculnya partai politik dengan berbagai idiologi, adanya kebebasan pers,
pelaksanan pemilihan umum secara aman, bebas dan demokratris, kontrol
parlemen atas eksekutif.
Periode 1959-1966
Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan digantikan
dengan demokrasi terpimpin yang terpusat pada kekuasan persiden Seokarno,
demokrasi terpimpin (Guided Democracy) tidak lain sebagai bentuk penolakan
presiden Seokarno terhadap demokrasi parlementer yang dinilai merupakan
produk barat.
Periode 1966-1998
Pada mulanya Orde Baru menjanjikan harapan baru bagi penegakan HAM di
Indonesia. Janji–janji Orde Baru tentang HAM mengalami kemunduran pesat
pada tahu 1970-an hingga 1980-an. Setelah mendapat mandat konstitusional
dari siding MPRS. Orde Baru menolak ham dengan alasan HAM dan
Demokrasi merupakan produk barat yang individualistik yang militeristik.
Bertentangan dengan prinsip lokal Indonesia yang berprinsip gotong-royong
dan kekeluargaan.
Periode paska orde baru
Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah perkembangan HAM di
Indonesia, setelah terbebas dairi pasungan rezim Orde baru dan merupakan
awal datangnya era demokrasi dan HAM yang kala itu dipimpin oleh
Bj.Habibie yang menjabat sebagai wakil presiden. Pada masa pemerintahan
Habibie misalnya perhatian pemerintah terhadap pelaksanan HAM mengalami
perkembangan yang sangat segnifikan, lahirnya TAP MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang HAM merupakan salah satu indikator pemerintah era
reformasi.Komitmen pemerintah juga ditunjukan dengan pengesahan tentang
salah satunya, UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pengesahan
UU No.23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

B. Perkembangan HAM di inggris

Inggris merupakan negara pertama di dunia yang memperjuangkan Hak Asasi


Manusia (HAM). Berikut adalah beberapa dokumen penting dalam sejarah HAM di
Inggris:

1. Magna Charta (1215): dokumen yang memuat pembatasan kekuasaan raja dan
menegaskan bahwa HAM lebih penting daripada kekuasaan raja.
2. Petition of Rights (1628): dokumen yang membatasi kekuasaan raja dan
menegaskan hak-hak individu seperti kebebasan berbicara dan pajak harus seizin
parlemen.
3. Habeas Corpus Act (1679): undang-undang yang menjamin hak individu untuk
tidak ditahan tanpa alasan yang jelas dan hak untuk diadili secara adil.

Perkembangan HAM di Inggris selanjutnya ditandai dengan beberapa


peristiwa penting, seperti penghapusan perbudakan pada tahun 1833 dan hak pilih
bagi wanita pada tahun 1918. Selain itu, Inggris juga memainkan peran penting dalam
pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa dan penyusunan Pernyataan Umum tentang
Hak-Hak Asasi Manusia.

Seiring berjalannya waktu, hak asasi manusia di Inggris semakin berkembang


dan diakui secara luas. Saat ini, Inggris memiliki undang-undang yang melindungi
hak-hak individu seperti Human Rights Act 1998.

C. Perkembangan HAM di Amerika Serikat


Hak asasi manusia di Amerika Serikat secara hukum dilindungi oleh
Konstitusi Amerika Serikat dan amendemen-amendemennya, disepakati melalui
traktat, dan ditetapkan secara legislatif melalui Kongres, badan perundang-undangan
negara bagian, dan plebisit (referendum negara bagian). organisasi hak asasi manusia
pertama kali didirikan oleh Anthony Benezet pada tahun 1775 dengan tujuan
menghapus perbudakan. Setahun kemudian, Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
menganjurkan kemerdekaan sipil berdasarkan "kebenaran yang dapat membuktikan
dirinya sendiri" “bahwa mereka dikaruniai oleh Penciptanya dengan Hak-hak yang
tidak dapat disangkal, dan bahwa di antara hak-hak itu adalah Kehidupan,
Kemerdekaan, dan upaya mengejar Kebahagiaan”. Sejarah perkembangan HAM di
Amerika Serikat ditandai dengan peristiwa-peristiwa revolusi di beberapa negara
seperti Revolusi Inggris dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1787, Konstitusi Amerika Serikat diadopsi, sehingga terbentuk
sebuah republik yang menjamin sejumlah kemerdekaan sipil dan hak-hak.
Kemerdekaan dan hak-hak tersebut lebih lanjut dikodifikasi dalam Bill of Rights
(sepuluh amendemen Konstitusi) dan selanjutnya diperluas dari waktu ke waktu.
Namun, pandangan kemerdekaan manusia di Amerika Serikat menganut
individualism dimana setiap individu boleh berbuat apapun. Kemudian berkembang
menjadi totalitarian individualism atau individual yang totaliter, yang menganut
paham bahwa setiap individu tidak dikenakan larangan dalam berbuat apapun dalam
urusan mereka. Bahkan agama dan negara sekalipun.
Pandangan HAM menurut Amerika Serikat ini juga mulai ditentang oleh
beberapa pihak seperti China, Islam, dan bahkan Asia yang merasa HAM menurut AS
itu salah, karena Asia memiliki HAM dengan cara mereka sendiri, yang lebih dikenal
dengan Asian Way.
Pada tahun 1948, bersamaan dengan pembentukanNegara-negara Amerika
Serikat (OAS), Konferensi Pan-Amerika Kesembilan mengadopsi Deklarasi Amerika
tentang Hak dan Kewajiban Manusia, yang, tidak seperti Deklarasi Universal PBB
yang diadopsi tujuh bulan kemudian, menetapkan kewajiban dan hak masing-masing
warga negara. Selanjutnya, pada tahun 1959, pertemuan Menteri luar negeri Amerika
membentuk komisi Hak Asasi manusia Antar-amerika , yang sejak itu melakukan
kegiatan investigasi penting di wilayah tersebut. Akhirnya, pada tahun 1969,
Konferensi Khusus Hak Asasi Manusia Antar-Amerika mengadopsi Konvensi
Amerika tentang Hak Asasi Manusia, yang antara lain, setelah diberlakukan pada
bulan Juli 1978, menjadikan Komisi Antar-Amerika yang ada sebagai organ konvensi
dan mendirikan Pengadilan Hak Asasi Manusia Antar-Amerika, yang berkedudukan
di san jose,kosta rika . Pada bulan November 1988, OAS mengadopsi
protokol Tambahan pada Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia di Bidang
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Dari 26 negara bagian Belahan Barat yang sejauh
ini telah menandatangani konvensi tersebut, hanya Amerika Serikat yang belum
meratifikasinya. Amerika Serikat juga bukan merupakan pihak dalam protokol
tambahan tersebut, yang mulai berlaku pada bulan November 1999.

Struktur inti sistem hak asasi manusia antar-Amerika mirip dengan sistem hak
asasi manusia di Eropa. Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan penting, dan ada
tiga perbedaan yang paling menonjol. Pertama, Konvensi Amerika, yang
mencerminkan pengaruh Deklarasi Amerika, mengakui hubungan antara kewajiban
individu dan hak individu. Kedua, konvensi Amerika membalikkan prioritas konvensi
Eropa sebelum Protokol No. 11 dengan menjamin petisi individu dan menjadikan
pengaduan antarnegara sebagai opsional. Yang terakhir, baik komisi Asasi Manusia
Antar-Amerika maupun Pengadilan Hak Asasi Manusia Antar-Amerika beroperasi di
luar kerangka konvensi Amerika. Komisi ini merupakan organ Piagam OAS dan juga
konvensi Amerika, dengan kewenangan dan prosedur yang berbeda secara signifikan
tergantung pada sumber kewenangan komisi. Pengadilan tersebut, meskipun
merupakan organ utama dalam konvensi ini, namun memiliki yurisdiksi untuk
menafsirkan ketentuan-ketentuan hak asasi manusia dalam perjanjian-perjanjian lain,
termasuk ketentuan-ketentuan dalam Piagam OAS.

D. Perkembangan HAM di prancis

Sejarah perkembangan HAM di Prancis dimulai pada awal Revolusi Prancis


pada tahun 1789. Pada saat itu, perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan
dalam suatu naskah yang dikenal dengan Declaration des Droits de l'Homme et du
Citoyen atau Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara.

Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada
awal Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-
wenangan rezim lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES
DROITS DE L’HOMME ET DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak
manusia dan warga negara. Pernyataan yang dicetuskan pada tahun 1789 ini
mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan
(liberte, egalite, fraternite).

Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia masyarakat


Prancis yang berada di Amerika ketika Revolusi Amerika meletus dan mengakibatkan
tersusunnya Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen. Kemudian di tahun
1791, semua hak-hak asasi manusia dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi
Prancis yang kemudian ditambah dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. Juga
dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795. revolusi ini diprakarsai pemikir – pemikir
besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta Montesquieu. Hak Asasi yang tersimpul
dalam deklarasi itu antara lain :

1) Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.


2) Manusia mempunyai hak yang sama.

3) Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.

4) Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta
pekerjaan umum.

5) Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang.

6) Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.

7) Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.

8) Adanya kemerdekaan surat kabar.

9) Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.

10) Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

11) Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan kerajinan.

12) Adanya kemerdekaan rumah tangga.

13) Adanya kemerdekaan hak milik.

14) Adanya kemedekaan lalu lintas.

15) Adanya hak hidup dan mencari nafkah.

Pada saat ini, Prancis juga menjadi salah satu negara yang berperan aktif
dalam melahirkan Deklarasi Hak Asasi Manusia di dunia. Kemudian, dengan adanya
Revolusi Perancis, terjadi pula perubahan sistem pemerintahan dari monarki menjadi
republik. Meskipun ekspansionisme Perancis akhirnya dapat dipatahkan, tetapi
Revolusi Perancis itu sendiri mewariskan nilai-nilai dasar sistem negara yang masih
berlaku hingga saat ini. Adapun konsep yang dicetus adalah konsep kedaulatan rakyat
(popular sovereign). Konsep ini pada prinsipnya menegaskan bahwa legitimasi
pemerintah berasal dari rakyat yang mereka perintah. Dari konsep ini, maka prinsip
"hak ilahi" yang melekat pada raja dan sudah berabad-abad diterapkan tidak lagi
berlaku. Kedua, konsep nasionalisme. Meskipun proses globalisasi telah membuat
dunia menjadi satu masyarakat global, tetapi hampir semua negara di dunia sampai
sekarang masih memelihara semangat nasionalisme untuk menghadapi ancaman
eksternal. Konsep nasionalisme dan kedaulatan rakyat pun terbukti telah mewarnai
berbagai bentuk hubungan internasional sampai sekarang.

E. Atlantic Charter Tahun 1941


Konferensi & Piagam Atlantik, 1941
Piagam Atlantik adalah deklarasi bersama yang dikeluarkan oleh Presiden AS
Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill pada tanggal
14 Agustus 1941 setelah pertemuan kedua kepala pemerintahan di Newfoundland.
Piagam Atlantik memberikan pernyataan luas mengenai tujuan perang AS dan
Inggris.
Perdana Menteri Inggris Winston Churchill
Pertemuan tersebut diadakan sebagai tanggapan terhadap situasi geopolitik di
Eropa pada pertengahan tahun 1941. Meskipun Britania Raya telah terhindar dari
invasi Jerman pada musim gugur tahun 1940 dan, dengan disahkannya Undang-
Undang Lend Lease AS pada bulan Maret 1941, Inggris mendapatkan jaminan
dukungan material dari AS, pada akhir bulan Mei, pasukan Jerman telah
menimbulkan kekalahan yang memalukan terhadap Inggris. , Pasukan Yunani, dan
Yugoslavia di Balkan dan mengancam akan menyerbu Mesir dan menutup Terusan
Suez, sehingga membatasi akses Inggris ke wilayah kekuasaannya di India. Ketika
Jerman menginvasi Uni Soviet pada tanggal 22 Juni 1941, hanya sedikit pembuat
kebijakan di Washington atau London yang percaya bahwa Soviet akan mampu
melawan serangan Nazi selama lebih dari enam minggu. Meskipun Pemerintah
Inggris memfokuskan upayanya untuk menangani Jerman di Eropa, mereka juga
khawatir bahwa Jepang akan memanfaatkan situasi tersebut untuk merebut wilayah
Inggris, Prancis, dan Belanda di Asia Tenggara.
Meskipun pertemuan tersebut berhasil dalam menyusun tujuan-tujuan ini,
pertemuan tersebut gagal memberikan hasil yang diinginkan bagi salah satu
pemimpin. Presiden Roosevelt berharap bahwa Piagam tersebut dapat mendorong
rakyat Amerika untuk mendukung intervensi AS dalam Perang Dunia II atas nama
Sekutu; namun, opini publik tetap menentang kebijakan tersebut sampai Jepang
menyerang Pearl Harbor pada bulan Desember 1941. Tujuan utama Churchill
menghadiri Konferensi Atlantik adalah “untuk melibatkan Amerika dalam perang.”
Kecuali itu, ia berharap Amerika Serikat akan meningkatkan jumlah bantuan
militernya ke Inggris dan memperingatkan Jepang agar tidak melakukan tindakan
agresif di Pasifik.
Roosevelt, di sisi lain, ingin Pemerintah Inggris menegaskan secara terbuka bahwa
mereka tidak terlibat dalam perjanjian rahasia apa pun, khususnya perjanjian
mengenai masalah teritorial, seperti perjanjian yang dibuat oleh Sekutu selama Perang
Dunia Pertama mengenai pembagian wilayah musuh dalam perang. akhir. Roosevelt
juga ingin mengatur syarat-syarat dimana Inggris akan membayar kembali bantuan
Pinjam-Sewa kepada Amerika Serikat. Roosevelt ingin Inggris membayar kompensasi
dengan membongkar sistem Preferensi Kekaisaran mereka, yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Inggris selama Depresi Besar dan dirancang untuk mendorong
perdagangan di dalam Kerajaan Inggris dengan menurunkan tarif antar anggota,
sambil mempertahankan tarif yang diskriminatif terhadap negara-negara anggota.
orang luar.

Churchill sangat kecewa dengan penolakan Roosevelt untuk membahas keterlibatan


Amerika dalam perang. Lebih jauh lagi, Churchill memahami bahwa beberapa aspek
dari usulan deklarasi bersama mungkin merugikan Perdana Menteri secara politis.
Churchill khawatir bahwa pengabaian Preferensi Kekaisaran akan membuat marah
sayap proteksionis Partai Konservatifnya. Amerika juga terbukti tidak mau
memperingatkan Jepang terlalu keras terhadap tindakan militer apa pun di masa depan
terhadap wilayah kekuasaan Inggris di Asia Tenggara. Akhirnya, baik Churchill
maupun banyak anggota Kabinetnya merasa khawatir dengan poin ketiga Piagam
tersebut, yang menyebutkan hak semua orang untuk memilih pemerintahan mereka
sendiri. Churchill khawatir bahwa klausul ini mengakui hak warga kolonial untuk
melakukan agitasi demi dekolonisasi, termasuk mereka yang berada di kerajaan
Inggris Raya.

Meskipun demikian, Churchill menyadari bahwa deklarasi bersama tersebut adalah


hal maksimal yang dapat ia capai selama konferensi. Meskipun Amerika Serikat akan
tetap netral, deklarasi tersebut akan meningkatkan moral masyarakat Inggris dan,
yang paling penting, akan mengikat Amerika Serikat lebih dekat dengan Inggris. Oleh
karena itu, ketika Churchill meneruskan teks deklarasi tersebut ke Kabinetnya pada
tanggal 11 Agustus, dia memperingatkan mereka bahwa “tidak bijaksana” jika
menimbulkan kesulitan yang tidak perlu. Kabinet mengikuti rekomendasi Churchill
dan menyetujui Piagam tersebut.

Meskipun Piagam Atlantik bulan Agustus 1941 bukan merupakan perjanjian yang
mengikat, namun tetap penting karena beberapa alasan. Pertama, perjanjian ini secara
terbuka menegaskan rasa solidaritas antara AS dan Inggris melawan agresi Poros.
Kedua, dokumen ini memaparkan visi Wilsonian Presiden Roosevelt untuk dunia
pascaperang; yang ditandai dengan pertukaran perdagangan yang lebih bebas,
penentuan nasib sendiri, perlucutan senjata, dan keamanan kolektif. Pada akhirnya,
Piagam tersebut pada akhirnya menjadi inspirasi bagi warga kolonial di seluruh Dunia
Ketiga, mulai dari Aljazair hingga Vietnam, ketika mereka berjuang untuk
kemerdekaa.
Meskipun Piagam Atlantik bukanlah sebuah perjanjian yang mengikat, namun hal ini
penting karena beberapa alasan. Pertama, perjanjian ini secara terbuka menegaskan
rasa solidaritas antara AS dan Inggris melawan agresi Poros. Kedua, perjanjian ini
memaparkan visi Presiden Roosevelt untuk dunia pascaperang, yang ditandai dengan
pertukaran perdagangan yang lebih bebas, penentuan nasib sendiri, perlucutan senjata,
dan keamanan kolektif.
F. Pengakuan HAM di PBB

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) merupakan deklarasi yang


diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, sebagai respon
terhadap dehumanisasi dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama Perang
Dunia II.
Deklarasi Universal HAM atau Universal Declaration of Human Rights merupakan
sebuah pernyataan bersifat anjuran, yang diadopsi serta disahkan oleh Majelis Umum
PBB pada 1948.
Tujuan PBB mengeluarkan pernyataan terkait HAM dan telah menyusun
serangkaian aturan adalah untuk melindungi setiap individu di seluruh negara atas hak
asasi manusianya. Pernyataan yang terkandung dalam Deklarasi Universal HAM
berisi 30 pasal.
Dengan adanya deklarasi tersebut, kini tanggal 10 Desember telah ditetapkan sebagai
hari HAM sedunia, yang dirayakan setiap negara termasuk Indonesia.

Isi Deklarasi Universal HAM


Jenis HAM yang tercakup dalam isi pasal Deklarasi Universal HAM, yang telah
diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948

1) Kebebasan dan kesetaraan


2) HAM untuk semua
3) Hak atas hidup, keamanan dan kebebasan
4) Hak untuk bebas dari perbudakan
5) Hak untuk bebas dari tindak penyiksaan
6) Hak atas kesetaraan di mata hukum
7) Hak akses terhadap hukum
8) Hak mendapat pendampingan hukum
9) Hak dari penahanan yang tidak sesuai dengan hukum
10) Hak diadili secara adil dan terbuka
11) Tidak bersalah hingga terbukti bersalah
12) Hak atas privasi
13) Bebas berpindah tempat
14) Berhak mendapatkan perlindungan
15) Hak atas kewarganegaraan
16) HAM tidak bisa dihilangkan dan diganggu-gugat
17) Tanggung jawab terhadap masyarakat tempatnya berada
18) Tatanan sosial dan internasional
19) Hak menikmati kebudayaan dan menciptakan karya
20) Hak mendapatkan Pendidikan
21) Hak jaminan kesehatan
22) Hak istirahat
23) Berhak atas pekerjaan dan mendirikan serikat pekerja
24) Hak mendapat jaminan sosial
25) Berpartisipasi dalam demokrasi
26) Kebebasan berkumpul secara damai
27) Kebebasan berekspresi
28) Hak memeluk agama
29) Hak atas properti pribadi
30) Hak menikah dan membangun keluarga

UDHR memuat 30 pasal yang menguraikan hak-hak dasar dan kebebasan yang

dimiliki setiap manusia, tanpa diskriminasi dalam bentuk apa pun.

UDHR mencakup berbagai hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup, kebebasan,

dan keamanan pribadi, kebebasan dari perbudakan dan penyiksaan, persamaan di


depan hukum, kebebasan berpikir, hati nurani, dan beragama, serta hak atas pekerjaan

dan pendidikan.

G. Hasil Sidang Di Majelis Umum PBB Tahun 1965


Sidang Majelis Umum PBB Mogens Lykketoft pada Sabtu (12/12) menyambut
baik pengesahan Kesepakatan Paris untuk menangani perubahan iklim.
Ia mengatakan, "Kesepakatan ini kembali menegaskan nilai multilateralisme dalam
menangani tantangan global."
Ia "menyambut baik pengesahan Kesepakatan Paris dalam Conference of Parties
(COP21) Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim", demikian
antara lain isi pernyataan yang dikeluarkan di Markas Besar PBB, New York, AS,
oleh juru bicaranya.
"Kesepakatan hari ini mengisyaratkan kebangkitan kembali umat manusia saat kita
secara bersama menghadapi tantangan global mengenai perubahan iklim dan
mengupayakan peralihan ke cara hidup yang lebih berkelanjutan yang menghormati
keperluan rakyat dan planet kita," kata pernyataan tersebut.
Kesepakatan Paris mengenai Perubahan Iklim, yang bersejarah, akhirnya disahkan
pada Sabtu oleh 196 Pihak dari Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan
Iklim (UNFCCC) selama COP21, dengan Prancis sebagai tuan rumah.
Kesepakatan baru itu terdiri dari 31 halaman dengan 29 pasal, termasuk sasaran,
peringanan, penyesuaian diri, kerugian dan kerusakan, keuangan, pembangunan dan
alih teknologi, pembangunan kemampuan dan transparansi aksi serta dukungan.
Atas dasar kesetaraan dan tanggung jawab bersama dan kemampuan masing-masing,
Kesepakatan Paris menyerukan sasaran untuk menahan peningkatan temperatur rata-
rata global di bawah dua derajat Celsius di atas tingkat pra-industri dan perjuangan
untuk membatasi kenaikan temperatur 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.

"Ini adalah titik balik dalam sejarah manusia yang mempersatukan kita semua dalam
upaya menahan kenaikan temperatur rata-rata global di bawah dua derajat tingkat pra-
industri dan untuk melancarkan upaya guna membatasi kenaikan 1,5 derajat Celsius,"
kata pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua.
"Kesepakatan ini kembali menegaskan nilai multilateralisme dalam menangani
tantangan global."
Sidang Majelis Umum mengucapkan selamat kepada Prancis, Presiden Konferensi
itu, atas keberhasilannya mengendalikan proses tersebut dan semua pihak yang
menghadiri Konvensi atas sikap konstruktif dan tekad mereka untuk mencapai hasil
tersebut, kata pernyataan itu.
"Kesepakatan ini meletakkan dasar untuk mencapai tranformasi ke emisi rendah dan
ekonomi global yang tahan terhadap pengaruh ikim," kata pernyataan tersebut.
"Kesepakatan ini menunjukkan peralihan yang berusaha mecapai pembangunan yang
berkesinambungan dan penghapusan kemiskinan, dan pada saat yang sama
melestarikan keutuhan planet untuk generasi masa depan."
"Ambisi, tindakan dan kesetaraan mesti tetap menjadi prinsip pemandu dalam tahap
penting ini," kata Lykketoft.
"Saya takkan menyia-nyiakan upaya untuk terlibat bersama negara anggota dan
pemegang saham lain terkait, termasuk pengusaha dan masyarakat sipil untuk
meluncurkan penerapan dan menciptakan kesempatan guna mewujudkan tindakan
mengenai masalah penting seperti keuangan, data, teknologi dan kemitraan."
Sidang Majelis Umum Debat Tematik Tingkat Tinggi mengenai Dicapainya Sasaran
Pembangunan yang Berkesinambungan 11-12 April 2016 akan menyediakan landasan
bagi gagasan baru dan pembangunan berdasarkan hasil COP21, dan akan meneliti
bagaimana aksi iklim dapat mendukung pelaksanaan Sasaran Pembangunan yang
Berkesinambungan, tambahnya.
BAB III

PENUTUP
A. SIMPULAN

Hak Asasi Manusia melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai

makhluk Tuhan dan merupakan anugerah Tuhan yang wajib dihormati, dijunjung

tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi harkat

dan martabat manusia. dan hak asasi manusia.

Perlindungan hak asasi manusia dalam tahanan adalah untuk menjamin perlindungan

hak asasi manusia dalam setiap aspek kehidupan. Jaminan perlindungan dan

pengakuan hak asasi manusia tidak hanya berlaku bagi umat Islam tetapi juga bagi

seluruh umat manusia. Al-Qur’an tidak hanya sekedar pedoman tetapi juga pengatur

kehidupan manusia

Hak Asasi Manusia merupakan kebutuhan mendasar yang harus dimiliki manusia

sejak dalam kandungan.

Perlindungan terhadap korban pelanggaran HAM berat di Indonesia diatur dalam

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, dimana pengadilan

berwenang mengadili pelanggaran HAM berat.

Peradilan internasional diselenggarakan untuk mencegah pelaku pelanggaran hak

asasi manusia lolos dari hukuman karena tidak efektifnya peradilan nasional.

Keadilan internasional bersifat saling melengkapi dan hanya dapat terwujud apabila

mekanisme penegakan hukum melalui hukum nasional tidak dapat berjalan secara

efektif.

B. SARAN
Sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari kesalahan, tentu saja dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang harus di
perbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikyang bersifat
membangun pembaca, serta dosen pengajar demi kelayakan makalah ini dan
berbesar hati memaafkan kekurangan dan kesalahan penulis dalam makalah ini.
Dan di harapkan, dengan di selesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penulis dapat menerapkan ilmu dari sumber-sumber hukum islam, kontribusi
sebagai umat muslim dalam permusan hukum islam serta mengetahui hak-hak
dalam islam yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-
hari. Walaupun tidak sesempurna rasulullah SAW, setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Artidjo Alkostar, 2004, Pengadilan HAM, Indonesia, dan Peradabannya, Yogyakarta,


PUSHAM UII. Bambang Sunggono, 2001, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar),
Jakarta, Raja Grafindo Persada.

LG.Saraswati, Taufik Basari, dkk, 2006, Hak Asasi Manusia (Teori, Hukum, Kasus), Cetakan
Pertama), Depok, Filsafat UI Press.

Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi-konstitusi Indonesia, Jakarta,
Kencana.

Mien Rukmini, 2003, Perlindungan Ham Melalui APTB dan APKDH Pada Sistem Peradilan
di Indonesia, Bandung, Alumni.

Muladi , 2005, Hak Asasi Manusia, Bandung, Refika Aditama.

Munir Fuady dan Sylvia Laura L. Fuadi, 2015, Hak Asasi Tersangka Pidana, Jakarta,
Prenada Media Group.

Ni’Matul Huda, 2011, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai