Anda di halaman 1dari 11

HAK POLITIK DALAM HAK ASASI MANUSIA

Disusun Oleh;
KOEN INDIRWAN PUTRANTO
1812011187

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,  taufik dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandarlampung, 25 Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul………..…………………………………………………….. i
Kata Pengantar……………………………………………………………...... ii
Daftar Isi…………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HAM……………………………………………………… 2
B. Instrumen HAM ……………………………………………………… 3
C. Generasi HAM Pertama………………………………………………. 4
D. Hubungan Antara Ham dan Politik…………………………………… 5
BAB III PENUTUP
A. Saran………………………………………………………………….... 6
B. Kesimpulan…………………………………………………………….. 6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di era demokrasi, hukum, dan hak asasi manusia (HAM) terus berkembang pesat,
lantaran demokrasi adalah pemerintah oleh, dari, dan untuk rakyat, maka jelas bahwa
rakyat mempunyai peranan penting untuk mengisi demokrasi. Partisipasi rakyat untuk
mengisi demokrasi itu harus bisa dijamin. Jika tidak, keberlanjutan negara demokrasi bisa
saja terhenti, yang sama artinya dengan menghilangkan negara demokrasi itu sendiri.
Atas alasan itulah, demi menjamin keberlajutan negara demokrasi, maka lahirlah satu
bentuk lagi HAM, yakni hak turut serta dalam pemerintahan.

Hak-hak politik adalah hak-hak yang diperoleh seseorang dalam kapasitasnya


sebagai seorang anggota organisasi politik, seperti hak memilih dan dipilih, mencalonkan
diri dan memegang jabatan umum dalam negara. Hak politik juga dapat didefinisikan
sebagai hak-hak dimana individu dapat memberi andil, melalui hak tersebut, dalam
mengelola masalah-masalah negara atau pemerintahnya.

Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, menetapkan hak politik


yang termuat dalam Pasal 28 dan Pasal 28D ayat (3). Pasal 28 menyatakan bahwa
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya, ditetapkan dengan undang-undang”. Begitupun Pasal 28D ayat (3)
menegaskan bahwa “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan”.Dengan adanya pengaturan hak politik dalam konstitusi kita
merupakan salah satu bentuk perlindungan hak dalam bentuk hak politik di dalam negara
Indonesia ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan HAM sebagai hak politik?
2. Apa saja instrument ham politik di Indonesia?
3. Apa saja hubungan ham dengan politik di Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN
   
A. Pengertian HAM
            HAM adalah suatu yang melekat pada manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh siapapun.
Berikut ini pengertian HAM menurut beberapa ahli:
1. Prof. Dr. Darji Darmodiharjo, SH.
HAM adalah hak-hak dasar/pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugrah
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Prof. Mr. Kuntjono Purbo Pranoto
HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dipisahkan
hakikatnya.
3. John Locke
Hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh tuhan sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati. Artinya hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.

Menurut Universal Declaration of Human Rights, HAM terdiri dari:


- Kebebasan mengeluarkan pendapat dan berkarya
- Kebebasan beragama
- Kebebasan dari rasa takut
- Kebebasan dari kemiskinan

Menurut UU Nomor 39 Tahun1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Hak itu merupakan
anugrahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.

2
Instrumen HAM yang mengatur hak-hak sipil dan politik:
1. UUD 1945 (Pasal 28 A, 28 B (ayat 1, 2), 28 D (ayat 1, 3, 4), 28 E (ayat 1, 2, 3), 28 f, 28 G
(ayat 1, 2), 28 I (ayat 1))
2. Ketetapan MPR Nomor XVII Tahun 1998 Tentang Hak Asasi Manusia
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
4. Undang-undang Nomor 5 tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia
5. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi Internasional
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
6. UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM (Pasal 9, Pasal 35)
7. UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahaan Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan
Politik
8. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak Anak
9. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB

Hal-hal yang dilakukan Indonesia dalam menjamin dan melindungi hak-hak sipil dan
politik warga negara, antara lain:
      1. Indonesia telah meratifikasi sejumlah instrumen hak asasi manusia yang terkait hak-hak
sipil dan politik
      2.   Mengamandemenkan Undang-Undang Dasar 1945 dengan memasukan BAB yang
mengatur HAM tersendiri
      3.   Harmonisasi berbagai Peraturan Perundang-undangan
      4.  Melakukan Deseminisasi dan Sosialisasi di seluruh wilayah Republik Indonesia terkait
dengan Hak-hak Sipil dan Politik
      5.   Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Perlindungan anak
dan Komisi Nasional Perempuan
      6.   Pembentukan Kementerian Negaran Urusan HAM yang menangani masalah HAM yang
kemudian di gabung dengan Departemen Kehakiman dan HAM yang sekarang berubah menjadi
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
      7.   Mengadili para pelaku pelanggaran HAM berat di masa lalu melalui Pengadilan
HAM Ad Hoc
      8.  Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia tahun 2004-2009 yang berisi tentang
pedoman kerja mengenai langkah-langkah yang akan disusun secara berencana dan terpadu pada
tingkat nasional dalam rangka mewujudkan penegakan dan perlindungan Hak Asasi Manusia

3
B. Generasi HAM Pertama
Hak asasi manusia generasi pertama pada dasarnya berurusan dengan kebebasan dan
kehidupan politik. Dalam kata lain, hak ini merupakan hak sipil dan politik. Hak-hak ini
dipelopori oleh Declaration of Independence di Amerika Serikat, dan Des Droit De L’Homme et
Du Citoyen di Perancis. Penekanan hak sipil dan politik muncul dari tuntutan untuk melepaskan
diri dari absolutism negara sebagaimana yang muncul dari revolusi Amerika dan Perancis. Fokus
pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan
situasi perang dunia II, totaliarisme dan adanya keinginan negara-negara yang baru merdeka
untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru. Pemikiran mengenai konsepsi hak asasi
manusia yang sejak lama berkembang dalam wacana para enlightenment di Eropa, meningkat
menjadi dokumen-dokumen hukum Internasional yang resmi. Puncak perkembangan generasi
pertama hak asasi manusia ini adalah pada peristiwa penandatanganan naskah Univesal
Declaration of Human Rights.
Hak yang termasuk dalam generasi pertama ini adalah:
- Hak hidup
- Keutuhan jasmani
- Hak kebebasan bergerak
- Hak suaka dari penindasan
- Perlindungan terhadap hak milik
- Kebebasan berpikir,beragama, dan berkeyakinan
- Kebebasan untuk berkumpul dan menyatakan pikiran
- Hak bebas dari penahanan dan penangkapan sewenang-wenang
- Hak bebas dari penyiksaan
- Hak bebas dari hukuman yang berlaku surut
- Hak mendapat proses peradilan yang adil

Hak-hak pada generasi pertama sering pula disebut sebaga hak-hak negative. Artinya
tidak terkait dengan nilai-nilai buruk, melainkan merujuk pada tiadanya campur
tangan terhadap hak-hak dan kebebasan individual. Jadi di generasi ini negara tidak
boleh berperan aktif (positif) terhadapnya, karena akan mengakibatkan pelanggaran
terhadap hak-hak tersebut.

4
C. Hubungan antara HAM dan Politik

Dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, dijelaskan bahwa negara Indonesia
yang dicita-citakan dan hendak dibangun adalah negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi. HAM adalah salah satu tiang yang
sangat penting untuk menopang terbangun tegaknya sebuah negara demokrasi.
Sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945 yang mengamanatkan
hendak dibangunnya negara demokrasi tersebut, maka UUD 1945
mengimplementasikan ke dalam pasal-pasalnya tentang hak-hak asasi manusia.
Bangsa Indonesia sejak awal mempunyai komitmen yang sangat kuat untuk
menjunjung tinggi HAM, oleh karena itu bangsa Indonesia selalu berusaha untuk
menegakkannya sejalan dan selaras dengan falsafah bangsa Pancasila dan
perkembangan atau dinamika jamannya.
Bicara sistem politik pada intinya bicara pilihan sistem politik. Sistem politik
diktator/otoriter/sentralistis/absolutisme atau sistem politik
demokratis/polpulis/kerakyatan, walaupun dalam praktiknya terdapat varian antara
kedua sistem tersebut. Dalam kedua sistem tersebut sistem politik mempunyai
hubungan timbal balik dengan hukum serta berdampak langsung terhadap penegakan
dan pengakuan terhadap HAM.
Dalam sistem politik diktator, hukum yang dihasilkan berwatak represif,
mempertahankan status quo, mempertahankan kepentingan penguasa. HAM tidak
pernah mendapat prioritas. Pemerintahan diktator memiliki kekuasaan mutlak dan
sentralistis, aparat dan pejabat negara di bawah kontrol/kendali penguasa.
Dalam sistem politik demokratis, watak hukum yang dihasilkan bersifat responsif,
akomodatif. Substansi hukum yang tertuang di dalam beragam peraturan perundangan
yang ada menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. HAM menjadi
salah satu ukuran penegakan hukum. Dalam sistem tersebut terjalin komunikasi serasi
antara opini publik lewat wakil-wakilnya, juga media massa, agamawan, cendikiawan
dan LSM dengan pemerintah. Dengan demikian, sistem hukumnya ditandai dengan
konsep impartiality, consistency, opennessm predictability dan stability. Semua
warga negara mempunyai kedudukan sama di depan hukum (equality before the law).
Ciri ini yang disebut dengan rule of law. Untuk tujuan tersebut, demokrasi dikatakan
gagal kalau hanya menekankan pada prosedur melupakan substansi demokrasi.
Substansi demokrasi yaitu mewujudkan kehendak rakyat, yang dibuktikan dari
perjuangan wakil-wakilnya di DPR.

5
BAB III
PENUTUP

A. Saran
Manusia merupakan makhluk social yang saling membutuhkan satu sama lain.
Sebagai makhluk sosial sudah sepantasnya kita harus menjaga dan
mempertahankan HAM itu sendiri, baik bagi diri kita maupun orang lain.
Kesadaran juga perlu untuk menghormati dan menjunjung tinggi HAM orang
lain, hal tersebut dapat dilakukan dengan kesaaran diri setiap individu. Kesadaran
untuk berpikir, kesadaran untuk memilih, dan kesadaran untuk bertindak.

B. Kesimpulan
HAM adalah suatu yang melekat pada manusia, yang tanpanya manusia mustahil
dapat hidup sebagai manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan atau dikurangi oleh
siapapun.
1. Instrumen HAM di Indonesia antara lain adalah UUD 1945 (Pasal 28 A, 28 B
(ayat 1, 2), 28 D (ayat 1, 3, 4), 28 E (ayat 1, 2, 3), 28 f, 28 G (ayat 1, 2), 28 I
(ayat 1))
2. Ketetapan MPR Nomor XVII Tahun 1998 Tentang Hak Asasi Manusia
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
4. Undang-undang Nomor 5 tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain Yang Kejam,
Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia
5. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi
Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
6. UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM (Pasal 9, Pasal 35)
7. UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahaan Konvenan Internasional Hak-
hak Sipil dan Politik
8. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-
hak Anak

Hak sipil dan politik terjadi pada generasi pertama HAM. Terjadi didasari oleh
revolusi Amerika dan Perancis. . Puncak perkembangan generasi pertama hak
asasi manusia ini adalah pada peristiwa penandatanganan naskah Univesal
Declaration of Human Rights.

6
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Muladi, S.H., Hak asasi manusia


Cassese, Antonio, 1994, Hak-hak asasi manusia di dunia, Jakarta
Purbrapranoto, Kuntjoro, Hak-hak azasi manusia dan Pancasila,
Kordi, M. Ghufran, 2013, HAM tentang hak sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya dan umum,
Yogyakarta, Graha Ilmu
Dr. Triyanto, 2013, Negara hukum dan HAM, Yogyakarta, Ombak Dua
Ariestandi, Rizky, S.H, 2013, Hukum, hak asasi manusia dan demokrasi, Yogyakarta, Graha
Ilmu
Dr. Gunakarya, Widiada, 2019, Hukum hak asasi manusia, Jakarta,
Sularto, RB, 2018, Penadilan ham (ad hoc), Jakarta, Sinar Grafika
7

Anda mungkin juga menyukai