Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ..............................................ii
Daftar Isi ........................................................iii
Konsep Dasar Hak Asasi Manusia ................ 1
A.
Kasus-Kasus Pelanggaran
Ham di Indonesia ........................................... 7
A.Bom Bali I ............................................ 10
B.Bom Bali II ........................................... 11
C..............................................................Trage
di Semanggi ........................................ 13
D..............................................................Kasus
Marsinah ............................................. 14
E.Kasus Munir ........................................ 16
F. Kasus Babeh Baekuni ......................... 17
iii
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM , mengartikan hak asasi manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anuaerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan
perlindungan harkat dan martabat manusia. UU No.39 Tahun 1999 juga mendefinisikan
kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan
tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
Pengertian hak asasi manusia menurut UDHR sering dinilai masih pada tahap Generasi I
Konsep HAM, yaitu isinya sarat dengan hak-hak yuridik dan politik. Sedangkan jika
memperhatikan pengertian hak asasi manusia menurut UU No. 39 Tahun 1999, tampak
mengandung visi filsafati dan visi yuridis konstitusional. Kemudian pengertian hak- asasi
manusia menurut visi politik dapat diidentikkan dengan pendekatan strutural, karena
keduanya lebih menonjolkan pengertian hak asasi manusia dalam kehidupan sehari - hari
yang cenderung banyak pelanggaran.
Hak asasi, manusia menurut Pejanjian tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya mencakup antara lain:
1. hak atas pekerjaan.
2. hak untuk membentuk serikat kerja.
3. hak atas pensiun.
4.hak atas tingkat kehidupan yang layak bagi dirinya serta keluarganya,termasuk
makanan, pakaian dan perumahan yang layak.
5. hak atas pendidikan (Miriam Budiaidjo, 1972 : 126-127).
Pembagian hak asasi manusia yang agak mirip dengan kedua covenant tersebut di atas,
adalah yang mengikuti pembedaan sebagai berikut
1. Hak - hak asasi pribadi atau " personal rights" yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan
sebagainya.
2. Hak - hak asasi ekonomi atau "property rights", yaitu hak untuk memiliki sesuatu,
membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3, Hak- - hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau yang biasa disebut "rights of legal equality ".
4. Hak - hak asasi politik atau "political rights", yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak mendirikan
partai politik, dan sebagainva.
5. Hak - hak asasi sosial dan kebudayaan atau "social and culture rightsmisalnya hak
untuk memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
6. Hak- - hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan atau "procedural rights", misalnya peraturan dalam hal penangkapan,
penggeledahan, peradilan, dan sebagainya ( Kansil, 108" 91).
Pendapat lain tentang macam - macam hak asasi manusia dikemukakan Franz Magnis
3
Suseno
(1987: 125 - 130) yang mengelompokanva menjadi empat Kelompok yaitu hak asasi
negatif atau liberal, hak asasi aktif atau demokratis, hak asasi positif dan hak- asasi sosial.
Kalau hak-hak negatif menghalau campur tangan negara dalam urusan pribadi manusia,
maka sebaliknya hak - hak positif justru menuntut prestasi-prestasi tertentu dari negara.
Paham hak asasi positif berdasarkan anggapan bahwa negara bukan tujuan pada dirinya
sendiri,melainkan merupakan lembaga yang diciptakan dan dipelihara oleh masyarakat
untuk memberikan pelayanan - pelayanan tertentu (pelayanan publik), Oleh karena itu tidak
boleh ada anggota masyarakat yang tidak mendapat pelayanan itu hanya karena ia terlalu
miskin untuk membayar biayanya. Hak asasi positif antara lain:
a. hak atas perlindungan hukum (misalnya : hak atas perlakuan Yang sama di depan
hukum, hak atas keadilan);
b. hak warga masyarakat atas kewarganegaraan.
Jaminan hak asasi manusia dalam Undang - undang Dasar 1945 (UUD 1945 sebelum
perubahan/amandemen) dipandang oleh Kuntjoro Porboprawoto belum disusun secara
sistematis. Selain itu, dalam UUD 1945 hanya empat pasal yang memuat ketentuan ketentuan tentang hak asasi, yakni pasal 27, 28, 29 dan 31. Meskipun dmnikian bukan
berarti HAM kurang mendapat perhatian. Jaminan HAM dalam UUD 1945 adalah
merupakan Inti-inti dasar kenegaraan.
Dari keempat pasal tersebut, terdapat lima pokok mengenai hak- hak asasi manusia yang
terdapat dalam batang tubuh UUD 1945. Pertama, tentang kesamaan kedudukan dan
kewajiban warga negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan(Pasal 27 ayat 1).
Kedua, hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27
ayat 2). Ketiga,kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang undang (Pasal 28). Keempat,
kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk di jamin oleh Negara (Pasal 29 ayat
2).
5 Kelima, hak atas pengajaran (Pasal 3 1 ayat 1).
Sedangkan Pasca amandemen jaminan hak asasi manusia tampak lebih dipertegas
(dieksplisitkan) dan lebih terici. Hal ini dapat di lihat dalam UUD 1945 pasca amandemen
jaminan hak asasi manusia dibuatkan bab tersendiri yakni Bab X A yang
terdiri atas pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J. Macam - macam hak asasi manusia yang
dijamin dalarn UUD 1945 pasca arnandemen yaitu
1. hak hidup (pasal 28A)
2. hak membentuk keluarga (pasal 28B)
3. hak mengembangkan diri (pasal 28C)
4. hak atas hukum, hak bekerja, hak atas pemerintahan, dan hak atas status
kewarganegaraan (pasal 28D);
5. hak beragama, hak atas kepercayaan, hak atas kebebasan berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat (pasal 28E)
6. hak. untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28F)
7. hak atas perlindungan pribadi dan keluarga (pasal 28G)
8. hak atas kesejahteraan lahir bathin (pasal 28H)
9. jaminan pemenuhan/tidak dapat dikurangi hak asasi manusia dalam keadaan
apapun (yaitu hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut);
-hak bebas dari perlakuan diskriminatif
-hak atas identitas budaya
-hak atas masyarakat tradisional
-kewajiban pemerintah untuk melakukan perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia (pasal 281)
10. kewajiban bagi setiap orang untuk menghormati hak asasi orang lain (pasal
28J).
Pemukulan
Penganiayaan
Pencemaran nama baik
Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
Menghilangkan nyawa orang lain
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan
keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak pada
pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang lain,
menjarah dan lain-lain.
Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat
pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering terjadi
adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat.
Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiiwa besar
pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari
pemerintah dan masyarakat Indonesia, seperti :
dianggap sebagai bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel
tersebut disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan.
Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa bom yang digunakan
tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat kebanyakan korban meninggal dan
terluka diakibatkan oleh shrapnel (serpihan tajam), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis
menunjukan hasil sinar-x bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam
badan korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke belakang
tubuhnya
Korban Bom Bali II
23 korban tewas terdiri dari:
* 15 warga Indonesia Flag of Indonesia.svg
* 1 warga Jepang Flag of Japan.svg
* 4 warga Australia Flag of Australia.svg
* tiga lainnya diperkirakan adalah para pelaku pengeboman.
Pelaku Bom Bali II
Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai, seorang pejabat anti-terorisme Indonesia
melaporkan kepada Associated Press bahwa aksi pengeboman ini jelas merupakan "pekerjaan
kaum teroris".
Serangan ini "menyandang ciri-ciri khas" serangan jaringan teroris Jemaah Islamiyah, sebuah
organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda, yang telah melaksanakan pengeboman di
hotel Marriott, Jakarta pada tahun 2003, Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada tahun
2004, Bom Bali 2002, dan Pengeboman Jakarta 2009. Kelompok teroris Islamis memiliki ciri
khas melaksanakan serangan secara beruntun dan pada waktu yang bertepatan seperti pada 11
September 2001.
Pada 10 November 2005, Polri menyebutkan nama dua orang yang telah diidentifikasi
sebagai para pelaku:
* Muhammad Salik Firdaus, dari Cikijing, Majalengka, Jawa Barat - pelaku peledakan di
Kaf Nyoman
* Misno alias Wisnu (30), dari Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa
Tengah - pelaku peledakan di Kaf Menega
Kemudian pada 19 November 2005, seorang lagi pelaku bernama Ayib Hidayat (25), dari
Kampung Pamarikan, Ciamis, Jawa Barat diidentifikasikan.
12
11
10
C. Tragedi Semanggi
Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan
dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama
dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998, masa pemerintah
transisi Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal
dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya
seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh jakarta serta menyebabkan 217
korban luka - luka.
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan
sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat
masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga
terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat ketika ribuan mahasiswa sedang duduk di
jalan. Saat itu juga beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal seketika di jalan. Salah
satunya adalah Teddy Wardhani Kusuma, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang
merupakan korban meninggal pertama di hari itu.
Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan merawat
kawan-kawan seklaligus masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat
adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernardus Realino Norma Irmawan,
mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah depan saat
ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Universitas Atma Jaya,
Jakarta[2]. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi
penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan penembakan ke dalam kampus
Atma Jaya.
Semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka.
Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan
disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlah
korban yang meninggal mencapai 17 orang. Korban lain yang meninggal dunia adalah: Sigit
Prasetyo (YAI), Heru Sudibyo (Universitas Terbuka), Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta),
Muzammil Joko (Universitas Indonesia), Uga Usmana, Abdullah/Donit, Agus Setiana,
Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Sidik, Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi.
Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang
korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2
orang pelajar SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota Satpam
Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat. Sementara
456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api dan pukulan
benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat
keamanan dan anggota masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk
Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di kepala.
Pada 24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan
kepada aksi-aksi mahasiswa.
Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk mengeluarkan Undang-Undang
Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan
sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai
kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk
bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.
Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan
Universitas Atma Jaya.
D. Kasus Marsinah
Marsinah (10 April 1969?Mei 1993) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur
Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan
terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan
di Dusun Jegong Kecamatan Wilangan Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono
(pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian
Forensik RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat
penganiayaan berat.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama.
Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713.
Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th.
1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya
dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya
disambut dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahannya
beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera
Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan
PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah
dari Rp 1700 menjadi Rp 2250.
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa yang aktif dalam aksi
unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat
dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin
Sidoarjo.
3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer
(Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh.
4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan
harus menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp
550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam
kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15
orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa
digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa
mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah
karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk
menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah
itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.
Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai
akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk
melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung
jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan
beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.
Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk
Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap,
mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian
diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah
membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi
Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap.
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim
dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D.
Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam
pembunuh Marsinah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI.
Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS)
menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik,
lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita,
Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain
itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan
Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi,
Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan
(bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan
ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah
"direkayasa".
pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin
mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa
sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon
yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu
Presiden Susilo juga membentuk tim investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim
tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik.
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang dekat Prabowo
Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia
adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah
padanya.Namun demikian, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat
kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang memvonisnya bebas
kini tengah diperiksa
juga digunakan sebagai sampo. Nunduk, nunduk, Anggi masih ingat kata-kata Babe saat 10
tahun lalu memandikannya. Ketika anak-anak itu sudah terlelap, jam dua pagi, Babe biasanya
bangun dan mencuci baju anakanak. Dia keluar rumah sekitar jam lima pagi untuk berjualan
rokok, dan kembali ke rumah sekitar jam 10 pagi untuk membangunkan anakanak. Sarapan
pagi sudah disediakan Babe.
Menunya menu ikan cuek goreng, sayur sawi dan satu baskom sambal. Malam hari, Babe
mengajak patungan membeli mi instan. Dia juga memasok nasi goreng untuk kami, kata
Anggi. Begitu seterusnya, setiap hari. Kalau misalnya ada anak yang sakit, Babe pula yang
mengobati mereka. Biasanya, kata Anggi, Babe ngerokin anak-anak itu. Dia disayangi
anakanak, dan saya menganggap sebagai orang tua sendiri, kata Anggi yang masih punya
orang tua, dan tinggal di Tanjung Priok. Sumber Unicef Deni 13 tahun yang juga pernah
tinggal di kontrakan Babe bercerita, Babe selalu mengajarkan anak-anak itu agar uang hasil
mengamen dikumpulkan dan diberikan kepada orang tua masing-masing.
Sebagian anak-anak jalanan yang tinggal di rumah Babe, memang masih memiliki orang tua,
termasuk Anggi. Kalau anak-anak itu tidak menurut, misalnya, Babe mengancam mereka
agar tidak tinggal bersamanya. Sering pula Babe mengajak anakanak itu ke Magelang, tempat
asal Babe. Sebelum berangkat, Babe meminta mereka menabung, untuk bekal ongkos. Sehari
lima ribu rupiah. Saya pernah ikut Babe, Desember lalu, setelah menabung selama satu
bulan, kata Deni.
Mungkin karena semua perhatiannya kepada anak-anak itu, beberapa tahun lalu Babe pernah
menjadi sumber Unicef. Badan PBB itu mencoba mengangkat kehidupan anakanak jalanan
termasuk yang ada di Jakarta dan di tempat Babe. Kini semua berubah. Babe ditangkap polisi
dan diduga sebagai pelaku pembunuhan terhadap anak-anak jalanan itu. Kepada polisi, Babe
mengaku membunuh 10 anak sejak 1995 tapi Arist Merdeka Sirait meragukan keterangannya.
Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak itu menduga korban Babe bisa lebih 15
orang. Alasan Arist, ada sekitar 15 foto anak jalanan yang dikoleksi Babe.
Menurut keterangan anak jalanan, foto-foto yang disimpan itu yang disenangi dia (Babe),
kata Arist. Benarkah Babe yang melakukan semua pembunuhan sadis itu? Polisi
menunjukkan foto-foto korban. Babe enggak mengakui kalau memang tidak kenal. Dia akan
bilang enggak kenal, kata Rangga B. Rikuser, pengacara Babe. Mengutip keterangan Babe,
Rangga bercerita, Babe membunuh anakanak itu dengan cara dijerat menggunakan tali
plastik. Biasanya, Babe membelakangi korban, lalu leher mereka dikalungi tali plastik.
Tangan kanan Babe kemudian mendorong kepala korban ke depan, dan tangan kirinya
menarik tali ke belakang.
Dia menikmati erangan bocah-bocah yang dijerat lehernya itu. Detik-detik bocah itu
meregang nyawa menjadi sensasi tersendiri bagi Babe, kata Rangga. Jika korban sudah
meninggal, barulah Babe menggauli bocah-bocah itu. Korbannya pasti berkulit bersih dan
putih, karena sewaktu anak-anak, kulit Babe juga bersih, kata Rangga. Babe bukan tidak
menyesal melakukan pembunuhan itu. Masih menurut Rangga, usai memotong tubuh
korbannya, Babe selalu menyesal tapi dia juga sulit menghentikan nafsunya. Babe, karena itu,
juga seolah selalu memberi tanda ke polisi agar kelakuannya segera terungkap.
Caranya, setiap korban yang dibunuh, selalu dia letakkan dalam kardus air mineral. Seharihari dia kan berdagang rokok, dan air mineral, kata Rangga. Dan tanda dari Babe itu baru
diketahui polisi, awal Januari silam: Sebuah kardus air mineral ditemukan berisi potongan
tubuh seorang bocah, yang belakangan diketahui bernama Ardiansyah 10 tahun. Babe atau
yang dikenal juga dengan sebutan Bungkih ditangkap dan diduga sebagai pelakunya. Dari
mulut Babe, belakangan muncul pengakuan, jumlah korban yang dibunuhnya bisa lebih 10
orang. Semuanya dimasukkan dalam kardus air mineral. Saya percaya dan tidak percaya dia
jadi pembunuh, kata Anggi. _ rangga prakoso.
KASUS KASUS YANG LAIN SEPERTI :
1. PELANGGARAN HAM OLEH TNI
Umumnya terjadi pada masa pemerintahan PresidenSuharto, dimana (dikemudian hari
berubah menjadi TNI dan Polri) menjadi alat untuk menopang kekuasaan. Pelanggaran HAM
oleh TNI mencapai puncaknya pada akhir masa pemerintahan Orde Baru, dimana perlawanan
rakyat semakin keras.
dua nama ini cukup memberi jaminan bahwa film yang dibuat mereka selalu bagus yaitu film
GOYAs GOST.
Mungkin saja film GOYAs GOST ini akan membuat marah sebagian kelompok, namun apa
yang dikemukakan oleh Zaentz dan Forman, sebagaimana kekejaman Inkuisisi telah
tercatat dalam sejarah hitam Gereja. Kisah-kisah kekejamannya juga terekam dalam lukisanlukisan karya Seniman Spanyol Francisco Goya (17461828 ), yang menjadi tokoh sentral
dari film GOYAs GOST ini.
Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama, berlindung dalam
lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan kemanusiaan (crimes against humanity)
entah itu Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama agama yang suci mereka melakukan
pelecehan yang tidak suci kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20 atau awal abad 21,
akhir-akhir ini kita disuguhi sajian-sajian berita akan kebobrokan manusia yang beragama
melanggar hak asasi manusia, misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya menteror dengan
bom, dan olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice menempatkan orang-orang
Muslim di sekitar kita sama jahatnya dengan kelompok Al-Qaeda. Di sisi lain Amerika
Serikat (AS) sebagai polisi dunia sering memakai isu terorisme yang dilakukan Al-Qaeda
untuk melancarkan macam-macam agendanya. Invasi AS ke Iraq, penyerangan ke Afganistan
dan negara-negara lain yang disinyalir ada terorisnya. Namun kehadiran pasukan AS dan
sekutunya di Iraq tidak berdampak baik, mungkin pada awalnya terlihat AS dengan sejatanya
yang super-canggih menguasai Iraq dalam sekejap, namun pasukan mereka babak-belur
dalam perang-kota, ini mengingatkan kembali sejarah buruk, dimana mereka juga kalah
dalam perang gerilya di Vietnam. Kegagalan pasukan AS mendapat kecaman dari dalam
negeri, bahkan sekutunya, Inggris misalnya. Tekanan-tekanan ini membuat PM Inggris Tony
Blair memilih mengakhiri karirnya sebelum waktunya baru-baru ini. Karena ia berada dalam
posisi yang sulit : menuruti tuntutan dalam negeri ataukah menuruti tuan Bush.
19
Memang
kita akui banyak kebrutalan yang dilakukan oleh para teroris kalangan Islam
Fundamentalis, contoh Bom Bali dan sejenisnya di seluruh dunia. Tapi tidak menutup
kemungkinan Presiden Amerika Serikat, George Bush adalah juga seorang Fundamenalis
dalam Agama yang dianutnya, karena gaya Bush yang sering secara implisit terbaca
dimana ia menempakan dirinya sebagai penganut Kristiani yang memerangi terorisme dari
para teroris Muslim Fundamentalis. Tentu saja apa-apa yang mengandung fundamentalis
entah itu Islam/ Kristen/ agama yang lain, bermakna tidak baik.
Sebelumnya, ditengah-tengah isu anti terorisme (Islam), sutradara Inggris, Ridley Scott
memproduksi film The Kingdom of Heaven, barangkali bisa juga digunakan untuk
menyindir Presiden Bush yang sering menggunakan katacrusades dalam pidatonya. Film
The Kingdom of Heaven adalah sebuah otokritik bagi Kekristenan, dan sajian ironisme
dari ajaran Kristus yang penuh kasih. Bahwa perang Salib yang telah terjadi selama 4 abad itu
bukanlah suatu kesaksian yang baik, tetapi lebih merupakan sejarah hitam.
Dibawah ini review dari sebuah film, tentang kejahatan dibawah payung Agama, bukan
berniat melecehkan suatu Agama/ Aliran tertentu, melainkan sebagai perenungan apakah
perlakuan seseorang melawan/menindas orang lain yang tidak seagama itu tujuannya
membela Allah? membela tradisi? membela doktrin, ataukah membela diri sendiri?
21
20
Berita yang terbit oleh kedua koran itu kemudian direkayasa untuk mengkambinghitamkan
PKI sebagai dalang G30S yang didukung Gerwani sebagai simbol kebejatan moral. Informasi
itu kemudian diserap oleh koran-koran lain yang baru boleh terbit 6 Oktober 1965.
Percobaan kudeta 1 Oktober, kemudian diikuti pembantaian massal di Indonesia. Banyak
sumber yang memberitakan perihal jumlah korban pembantaian pada 1965/1966 itu tidak
mudah diketahui secara persis. Dari 39 artikel yang dikumpulkan Robert Cribb (1990:12)
jumlah korban berkisar antara 78.000 sampai dua juta jiwa, atau rata-rata 432.590 orang.
Cribb mengatakan, pembantaian itu dilakukan dengan cara sederhana. Mereka
menggunakan alat pisau atau golok, urai Cribb. Tidak ada kamar gas seperti Nazi. Orang
yang dieksekusi juga tidak dibawa ke tempat jauh sebelum dibantai. Biasanya mereka
terbunuh di dekat rumahnya. Ciri lain, menurutnya, Kejadian itu biasanya malam. Proses
pembunuhan berlangsung cepat, hanya beberapa bulan. Nazi memerlukan waktu bertahuntahun dan Khmer Merah melakukannya dalam tempo empat tahun.
Cribb menambahkan, ada empat faktor yang menyulut pembantaian masal itu. Pertama,
budaya amuk massa, sebagai unsur penopang kekerasan. Kedua, konflik antara golongan
komunis dengan para pemuka agama islam yang sudah berlangsung sejak 1960-an. Ketiga,
militer yang diduga berperan dalam menggerakkan massa. Keempat, faktor provokasi media
yang menyebabkan masyarakat geram.
Peran media militer, koran AB dan Berita Yudha, juga sangat krusial. Media inilah yang
semula menyebarkan berita sadis tentang Gerwani yang menyilet kemaluan para Jenderal.
Padahal, menurut Cribb, berdasarkan visum, seperti diungkap Ben Anderson (1987) para
jenazah itu hanya mengalami luka tembak dan memar terkena popor senjata atau terbentur
dinding tembok sumur. Berita tentang kekejaman Gerwani itu memicu kemarahan massa.
Karena itu, Asvi mengingatkan bahwa peristiwa pembunuhan massal pada 1965/66 perlu
dipisahkan antara konflik antar masyarakat dengan kejahatan yang dilakukan oleh negara.
Pertikaian antar masyarakat, meski memakan banyak korban bisa diselesaikan. Yang lebih
parah adalah kejahatan yang dilakukan negara terhadap masyarakat, menyangkut dugaan
keterlibatan militer (terutama di Jawa Tengah) dalam berbagai bentuk penyiksaan dan
pembunuhan.
Menurut Cribb, dalam banyak kasus, pembunuhan baru dimulai setelah datangnya kesatuan
elit militer di tempat kejadian yang memerintahkan tindakan kekerasan. Atau militer
setidaknya memberi contoh, ujarnya. Ini perlu diusut. Keterlibatan militer ini, masih kata
Cribb, untuk menciptakan kerumitan permasalahan. Semakin banyak tangan yang berlumuran
darah dalam penghancuran komunisme, semakin banyak tangan yang akan menentang
kebangkitan kembali PKI dan dengan demikian tidak ada yang bisa dituduh sebagai sponsor
pembantaian.
Sebuah sarasehan Generasi Muda Indonesia yang diselenggarakan di Univesitas Leuwen
Belgia 23 September 2000 dengan tema Mawas Diri Peristiwa 1965: Sebuah Tinjauan Ulang
Sejarah, secara tegas menyimpulkan agar dalam memandang peristiwa G30S harus
dibedakan antara peristiwa 1 Oktober dan sesudahnya, yaitu berupa pembantaian massal yang
dikatakan tiada taranya dalam sejarah modern Indonesia, bahkan mungkin dunia, sampai hari
ini.
23
22
Peritiwa inilah, simpul pertemuan itu, merupakan kenyataan gamblang yang pernah
disaksikan banyak orang dan masih menjadi memoar kolektif sebagian mereka yang masih
hidup.
Hardoyo, seorang mantan anggota DPRGR/MPRS dari Fraksi Golongan Karya Muda, satu
ide dengan hasil pertemuan Belgia. Biar adil mestinya langkah itu yang kita lakukan.
Mantan tahanan politik 1966-1979 ini kemudian bercerita. saya pernah mewawancarai
seorang putera dari sepasang suami-isteri guru SD di sebuah kota di Jawa Tengah. Sang ayah
yang anggota PGRI itu dibunuh awal November 1965. Sang ibu yang masih hamil tua
sembilan bulan dibiarkan melahirkan putera terakhirnya, dan tiga hari setelah sang anak lahir
ia diambil dari rumah sakit persalinan dan langsung dibunuh.
Menurut pengakuan sang putera yang pada 1965 berusia 14 tahun, keluarga dari pelaku
pembunuhan orang tuanya itu mengirim pengakuan bahwa mereka itu terpaksa melakukan
pembunuhan karena diperintah atasannya. Sedangkan Ormas tertentu yang menggeroyok dan
menangkap orang tuanya mengatakan bahwa mereka diperintah oleh pimpinannya karena jika
tidak merekalah yang akan dibunuh. Pimpinannya itu kemudian mengakui bahwa mereka
hanya meneruskan perintah yang berwajib.
Hardoyo menambahkan: kemudian saya tanya, Apakah Anda menyimpan dendam? Sang
anak menjawab, Semula Ya. Tapi setelah kami mempelajari masalahnya, dendam saya
hilang. Mereka hanyalah pelaksana yang sebenarnya tak tahu menahu masalahnya. Mereka,
tambah Hardoyo, juga bagian dari korban sejarah dalam berbagai bentuk dan sisinya.
Bisa jadi memang benar, dalam soal G30S atau soal PKI pada umumnya, peran KKR kelak
harus memilah secara tegas, pasca 1 Oktober versus sebelum 1 Oktober.
24