Disusun oleh:
PENDAHULUAN
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita
hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran
HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri
kita sendiri. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Terhadap Tenaga Kerja Diluar Negri Yang Berasal Dari Daerah”.
B. Perumusan Masalah
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan
Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib
pada kodrat manusia. Hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia, yaitu
hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup
manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya
sendiri (notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam
pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya hakikat
adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam sila kelima,
yaitu memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi haknya oleh karena
itu inti sila keadilan social adalah memenuhi hakikat adil.
Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan social ini
mengandung cita-cita kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia
monodualis , yaitu sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk social. Hal ini
menyangkut realisasi keadilan dalam kaitannya dengan NegaraIndonesiasendiri
(dalam lingkup nasional) maupun dalam hubungan NegaraIndonesiadengan Negara
lain (lingkup internasional)
Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan
segitiga) yaitu:
1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya.
Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-
bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi haknya.
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap
Negara. Jadi dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib
memenuhi keadilan terhadap negaranya.
3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang
lainnya, atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.
Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan tersebut juga meliputi seluruh unsur
manusia, jadi juga bersifat monopluralis . sudah menjadi bawaan hakikatnya hakikat
mutlak manusia untuk memenuhi kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan
maupun yang kejiwaan, baik dari dirinya sendiri-sendiri maupun dari orang lain,
semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan selengkapnya yaitu hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan
hubungan manusia dengan Tuhannya.
1. Pengertian HAM
Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dimilki oleh manusia, sesuai
dengan kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau
kebebasan, hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia
dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya
semata-mata bukan dari manusia sendiri tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Hak Asasi Manusia menurut Ketetapan
MPR nomor XVII/MPR/1988, bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang
melekat pada diri manusia secara kodrat, universal, dan abadi sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun pengertian Hak Asasi Manusia menurut para tokoh-tokoh lainnya, yaitu:
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa
HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia”
HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih,
2003).
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun
bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu
penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap
aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur
negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan,
penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-
diskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang
berada di lingkungan pengadilan umum.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya pelanggaran HAM yang terjadi di
Daerah, yaitu sebagai berikut :
1. Kurangnya menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Masyarakat warga yang belum berdaya.
3. Interprestasi dan penerapan yang salah dari norma–norma agama dan perintah
(intruksi)
4. Good Governence masih bersifat retorika.
5. Corporete Governence masih bersifat retorika .
Berikut ini adalah Cara penanggulangan pelanggaran HAM yang terjadi di Daerah,
yaitu sebagai berikut :
1. Membawa kasus–kasus pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan hak
asasi manusia dengan tetap menerapkan asas praduga tak bersalah.
2. Membangun budaya hak asasi manusia.
3. Berdayakan mekanisme perlindungan hak asasi manusia yang ada dan
membentuk lembaga–lembaga khusus yang mengenai masalah masalah
khusus.
4. Mempergiat sosialisasi hak asasi manusia kepada semua kelompok dan tingkat
dalam masyarakat dengan mengikut sertakan LSM dalam kemitraan dengan
pemerintah.
5. Mencabut dan merivisi semua undang–undang peraturan yang bertentangan
dengan hak asasi manusia.
6. Memberdayakan aparat pengawas.
7. Mengembangkan managemen konflik oleh lembaga–lembaga perlindungan hak
asasi manusia.
8. Memprioritaskan penyusunan prosedur pengaduan dan penanganan kasus–
kasus pelanggaran hak asasi manusia.
9. Membentuk lembaga–lembaga yang membantu korban pelanggaran hak asasi
manusia dalam mengurus kompensasi dan rehabilitasi.
10. Mengembangkan lembaga-lembaga dan program–program yang melindungi
korban dan saksi pelanggaran hak asasi manusia.
Berikut ini adalah kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah menurut UU No. 39
Tahun 1999, yaitu sebagai berikut:
a. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
b. Saran
Upaya agar sadar akan pentingnya Hak Asasi Manusia, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri.
2. Kerjasama antara Pemerintah daerah dan warga masyarakat Daerah perlu
ditingkatkan.
3. Kita harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain
4. Pemerintah khususnya pihak kepolisian harus bisa menjadi sarana dalam
menyelesaikan masalah pelanggaran HAM.
5. Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
6. Pelanggaran hak asasi manusia di negara Indonesia khususnya di Daerah Jawa
Barat, seharusnya ditanggapi dengan cepat dan tanggap oleh pemerintah dan
disertai peran serta masyarakat.
7. Dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com
http://en.wikipedia.org