Oleh kelompok 3 :
Nama : Riyandi Hamundu (1801024)
Lisda Adinan (1801012)
Anjalia Masbait (1801011)
Lavenia Tano (1801015)
Winda L Tamarol
Gloria Dina
Pratiwi Cahya Lamate
Cyska
Wassalam
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai dalam sejarah
kemunculan organisasi pergerakan nasional, seperti Boedi Oetomo (1908), Serikat Islam (1911),
Indische Partij (1912), Partai Komunis Indonesia (1920), Perhimpunan Indonesia (1925), dan
Partai Nasional Indonesia (1927). Lahirnya organisasi pergerakan nasional itu tidak bisa
dilepaskan dari sejarah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa colonial, penjajahan,
dan pemerasan hak-hak masyarakat terjajah. Puncak perdebatan HAM dilontarkan oleh para
tokoh pergerakan nasional seperti, Soekarno, Agus Salim, Mohammad Natsir, Mohammad
Yamin, K.H. Mas Mansyur, K.H. Wachid Hasyim, Mr. Maramis, terjadi dalam siding-sidang
BPUPKI. Dalam sidang BPUPKI tersebut para tokoh nasional berdebat dan berunding
merumuskan dasar-dasar ketatanegaraan dan kelengkapan Negara yang menjamin hak dan
kewajiban Negara dan warga Negara dalam Negara yang hendak diproklamirkan.
Dalam sejarah pemikiran HAM di Indonesia, Boedi Oetomo mewakili organisasi
pergerakan nasional mula-mula yang menyuarakan kesadaran berserikat dan mengeluarkan
pendapat melalui petisi-petisi yang ditujukan pada pemerintah colonial maupun lewat tulisan di
surat kabar. Inti dari perjuangan Boedi Oetomo adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat melalui organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat.
Diskursus HAM terjadi pula dikalangan tokoh pergerakan Serikat Islam seperti
Tjokro Aminoto, H. Samanhudi, Agus Salim.Mereka menyuarakan pentingnya usaha-usaha
untuk memperoleh kehidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial yang
dilakukan pemerintah colonial.Berbeda dengan pemikiran HAM di kalangan tokoh nasionalis
sekuler, para tokoh SI mendasari perjuangan pergerakannya pada prinsip-prinsip HAM dalam
ajaran Islam.
2. Periode setelah kemerdekaan
3. Berdasarkan UUD 1945 (amandemen) dicantumkan HAM ini pada Pasal 28A s.d28J
a. Pasal 28A : mempertahankan hidup dan keturunan
b. Pasal 28B : membentuk keluarga, keturunan dan perlindungan anak dari kekerasan dan
diskriminasi
c. Pasal 28C : mengembangkan dan memajukan diri, serta mendapat pendidikan dan manfaat dari
Iptek
d. Pasal 28D : pengakuan yang sama di hadapan hukum, hak untuk bekerja dan kesempatan yang
sama dalam pemerintahan
e. Pasal 28E : kebebasan beragama, meyakini kepercayaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal, kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat
f. Pasal 28F : berkomunikasi dan memperoleh informasi
g. Pasal 28G : perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda, serta
bebas dari penyiksaan
h. Pasal 28H : hidup sejahtera lahir dan batin, memperoleh layanan kesehatan
i. Pasal 28I : tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut dan bebas dari perlakuan
diskriminatif
j. Pasal 28J : berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain serta tunduk kepada pembatasan
UU
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak asasi manusia ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Menurut UU ini, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Perkembangan pemikira HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu:
1. Berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial,
ekonomi, politik danbudaya.
3. Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antarahak ekonomi, sosial, budaya, politik
dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan.
4. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative
seperti diabaikannya aspek kesejahteraanrakyat.
Berdasarkan TapMPR No. XVII/MPR/1998, HAM meliputi hak untuk hidup, hak
berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun.
Konsep islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama Islam , Al-
Qur’an dan hadits. Sedangkan implementasi HAM dapat dirujuk pada praktik kehidupan sehari-
hari Nabi Muhammad SAW., yang dikenal dengan sebutan sunnah (tradisi) Nabi Muhammad.
Tonggak sejarah peradaban islam sebagai agama HAM adalah lahirnya deklarasi Nabi
Muhammad di Madinah yang biasa dikenal dengan Piagam Madinah.
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM
diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik
yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan
diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.
B. Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar
dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara
HAM kita dengan HAM orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Djarot, Eros & Haas, Robert. 1998. Hak-Hak Asasi Manusia dan Manusia (Human rightsand The
http://cari-carimakalah.blogspot.nl/2016/02/makalah-tentang-hak-asasi-manusia-ham.html