Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MATERI 6

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA

Jumat, 10 November 2017

Disusun oleh :

NUR OKTAVIANA (16312244021)

AULIA GHAZY A. (16312244030)

MARVINA ANAN D. (16312244033)

KELAS : PENDIDIKAN IPA C

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul Makalah
Pendidikan Kewarganegaraan Materi 6 Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi
Manusia tanpa ada halangan apapun. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang
perlindungan dan penegakan hak asasi manusia di Indonesia khususnya.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan. Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan berupa
arahan maupun bimbingan yang dalam hal ini telah memberi motivasi dalam bentuk materi
maupun pemikiran sehingga dalam penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.

Untuk itu, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
terutama pada dosen pengampu mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yakni Bapak
Suripno, S.H., M.Pd. serta rekan mahasiswa dan semua pihak yang terlibat didalamnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi
semua pihak khususnya bagi para pembaca dan penyusun makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 6 November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.. 1

Kata Pengantar.. 2

Daftar Isi.. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..... 4
B. Rumusan Masalah........ 4
C. Tujuan....... 4
BAB III PEMBAHASAN
A. Upaya Perlindungan HAM... 5
B. Menghargai Upaya Penegakan HAM..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...
B. Saran..
Daftar Pustaka......

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh.
Permasalahan HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi daripada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak,
kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan
HAM pada diri kita sendiri. Sehingga untuk menghindari hal-hal terkait pelanggaran HAM,
maka penulis ingin memaparkan pengetahuan tentang perlindungan dan penegakan HAM di
Indonesia. Jadi, dari permasalahan inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah dengan
judul Perlindungan dan Penegakan HAM.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya dalam perlindungan HAM?
2. Bagaimana menghargai upaya dalam penegakan HAM?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan upaya dalam perlindungan HAM.
2. Untuk menjelaskan upaya dalam menghargai penegakan HAM.

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui upaya-upaya dalam melakukan penegakan HAM.
2. Dapat mengetahui upaya dalam menghargai penegakan HAM.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Upaya Perlindungan HAM


1. Perlindungan HAM dalam Pembukaan UUD 1945
Hak-hak asasi yang terdapat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
dipengaruhi oleh hak-hak asasi dalam Pembukaan Konstitusi Prancis yang dikenal dengan
nama La Declaration des Droits delhomme et du Citoyen (Hak Asasi Manusia dan Warga
Negara). Pandangan bangsa Indonesia atas dasar pemikiran ini menjadi titik keseimbangan

4
antara hak dan kewajiban, yang dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945, alinea I, II, dan IV.
Alinea I menunjukkan pengakuan HAM berupa hak kebebasan/hak kemerdekaan dari segala
bentuk penjajahan/penindasan atas bangsa lain. Pada alinea II menunjukkan adanya
pengakuan bahwa kemerdekaan itu berkat anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sedang alinea
IV juga merumuskan dasar filsafat negara (Pancasila) yang maknanya mengandung
pengakuan akan hak-hak asasi manusia.

2. Perlindungan HAM dalam Batang Tubuh UUD 1945


Di dalam Batang Tubuh UUD 1945 termuat hak-hak asasi manusia/warga negara. Hal ini
diatur di dalam beberapa pasal-pasalnya, antara lain sebagai berikut :
a. Pasal 27 berbunyi, tentang hak jaminan dalam bidang hukum dan ekonomi.
b. Pasal 28 berbunyi, tentang jaminan dalam bidang politik berupa hak untuk mengadakan
perserikatan, berkumpul, dan menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan.
Selain itu juga dicantumkan dalam pasal 28 A sampai pasal 28 J yaitu tentang jaminan
hak-hak asasi.
c. Pasal 29 berbunyi, tentang mengakui kebebasan dalam menjalankan perintah agama
sesuai kepercayaan masing-masing.
d. Pasal 31 berbunyi, tentang mengakui hak setiap warga negara akan pengajaran.
e. Pasal 32 berbunyi, tentang mengakui adanya jaminan dan perlindungan budaya.
f. Pasal 33 berbunyi, tentang mengadung pengakuan hak-hak ekonomi berupa hak memiliki
dan menikmati hasil kekayaan alam Indonesia.
g. Pasal 34 berbunyi, tentang mengatur hak-hak asasi di bidang kesejahteraan sosial, negara
berkewajiban menjamin dan melindungi fakir miskin, anak-anak yatim, orang terlantar
dan jompo untuk dapat hidup secara manusiawi.
3. Perlindungan HAM dalam Universal Declaration of Human Right (UDHR)
Pada tanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum PBB mengesahkan UDHR yang
memungkinkan HAM bersifat universal. UDHR sebagai tonggak perjuangan HAM yang
kedua setelah Bill of Right. UDHR terdiri dari 30 pasal dengan satu pembukaan (mukadimah)
yang terdiri dari 6 alinea. Isi UDHR terdiri dari tiga kategori yaitu :
a. Hak-hak sipipl dan politik menjadi hak semua orang yang diatur dalam pasal 3
sampai pasal 21.
b. Hak-hak ekonomi, sosial, dan kebudayaan menjadi hak semua orang yang diatur
dalam pasal 22 sampai pasal 27.
c. Pasal penutup yang diatur dalam pasal 28 sampai pasal 30.

4. Perlindungan HAM dalam Konvensi International


a. Perlindungan hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
Di dalam UDHR pasal 19, disebutkan bahwa setiap orang berhak atau memiliki
kebebasan untuk mempunyai dan mengeluarkan pendapat. Di dalam Covenant on Civil and

5
Political Right (CCPR) pasal 19, disebutkan bahwa setiap orang berhak mempunyai pendapat
dan setiap orang berhak mengeluarkan pendapat tanpa mengalami gangguan.

b. Perlindungan hak kedudukan yang sama dalam hukum


Di dalam UDHR pasal 7, disebutkan bahwa semua orang adalah sama terhadap UU dan
berhak atas perlindungan hukum yang sama tidak ada perbedaan. Di dalam CCPR pasal 26,
dinyatakan bahwa semua orang adalah sama terhadap hukum dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama tanpa diskriminasi serta menjamin semua orang akan perlindungan yang
sama dan efektif terhadap diskriminasi atas dasar apapun.

c. Perlindungan hak kebebasan berkumpul


Di dalam UHDR pasal 20, dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak atas
kebebasan berkumpul dan berpendapat serta tidak ada seorang pun dapat dipaksa memasuki
salah satu perkumpulan. Di dalam CCPR pasal 21, disebutkan bahwa hak berkumpul secara
bebas diakui.

d. Perlindungan hak atas kebebasan beragama


Di dalam UDHR pasal 18, dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
berpikir, keinsyafan batin, dan agama (termasuk berganti agama). di dalam CCPR pasal 18,
dinyatakan bahwa pertama, setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, keinsyafan batin, dan
beragama, kedua, tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga mengakibatkan terganggunya
kebebasan untuk memeluk atau menerima agama/kepercayaan pilihannya, ketiga, kebebasan
untuk menyatakan agama/kepercayaannya hanya dapat dikenakan pembatasan menurut
ketentuan hukum untuk menjaga keselamatan umum, ketertiban, kesehatan atau moral dan
hak-ak dasar serta kebebasan orang lain, dan keempat, negara-negara peserta dalam perjanjian
ini meengikat diri untuk menghormati kebebasan orang tua dan dimana berlaku, wali hukum,
untuk menjamin pendidikan agaman dan moral anaknya menurut keyakinannya masing-
masing.

5. Perlindungan HAM dalam UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM

6. Perlindungan HAM dalam Keppres No.36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi
tentang Hak-Hak Anak

7. Perlindungan HAM dalam UU No.8 Tahun 1998 (Tentang Pengesahan Konvensi


Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam)

B. Menghargai Upaya Penegakan HAM

1. Penegakan HAM melalui Peradilan HAM

6
Agar HAM benar-benar dapat ditegakkan atau dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,
telah ditetapkan Pengadilan HAM. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khsusus
dilingkungan peradilan umum, yaitu kedudukan peradilan HAM didaerah Kabupaten/Kota
yang bersangkutan. Peradilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun
2000. Peradilan HAM memiliki wewenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
hak-hak asasi manusia yang berat, termasuk yang dilakukan di luar teritorial wilayah negara
Republik Indonesia oleh warna negara Indonesia.
Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
tehadap kemanusiaan. Kejahatan genosida merupakan perbuatan yang dilakukan dengan
maksud menncurkan atau memusnahkan selru atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis,atau kelompok agama yang diantaranya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. membunuh anggota kelompok
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok.
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan fisik baik
seluruh atau sebagian
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain
Kejahatan kemanusiaan merupakan perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya. Seorang tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil.

3. Jaminan terhadap para korban dan saksi


Dalam rangka memperoleh kebenaran faktual, para korban dan saksi dijamin
perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan, teror dan kekerasan dari pihak
manapun. Untuk memenuhi rasa keadilan, setiap korban pelanggaran hak-hak asasi manusia
yang berat berhak memperoleh ganti rugi oleh negara (kompensasi), ganti rugi oleh pelaku
atau pihak ketiga (restitusi), dan pemulihan pada hak-hak lain (rehabilitasi). Sebagai upaya
penegakan HAM, hingga dewasa ini telah dilakukan upaya penegakan HAM untuk kasus
pelanggaran HAM di Timor Timur, Aceh dan Papua, serta kasus Tanjung Priok dan kasus 27
Juli.

4. Pengakuan Pelanggaran HAM Era Orde Baru

7
Terdapat bentuk umum pelanggaran HAM pada era orde baru eperti dikemukakan berikut
ini. Pertama, masih cukup populernya praktik represi plitik oleh aparat negara. Kasus
penanganan konflik-konflik politik baik demonstasi, protes, kerusuhan, serangan bersenjata,
maupun pembunuhan dengan alasan politik. Penanganan kasus Tanjung Priok, Kedung Ombo,
Santa Cruz, Sampang, Peristiwa 27 Juli 1996, semua itu oleh Komnas HAM dinyatakan
sebagai pelanggaran HAM berat. Penggunaan UU Anti Subversi secara amat longgar, serta
tergantung penafsiran penguasa, merupakan contoh dari Pelanggaran HAM dalam politik.
Kedua, praktik pembatasan partisipasi politik, juga merupakan bentuk pelanggaran HAM.
Eksploitasi ini bisa dilakukan oleh negara,

5. HAM di Indonesia setelah Reformasi


Kemajuan :
a. Lahirnya ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang HAM
b. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
c. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM.
d. UUD 1945 hasil amandemen pasal 28A s/d 28J tentang HAM.
e. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah.
Pelanggaran HAM :
a. Perlindungan HAM di bidang hukum diskriminatif.
b. Perlindungan HAM di bidang Sosial Ekonomi belum sesuai harapan.
c. Praktik represi oleh aparat negara.

1. Proses Penegakan HAM


Proses penegakan HAM dilakukan melalui beberapa lembaga yaitu :
a. lembaga Komnas HAM
Dimulai dari setiap orang/kelompok yang punya alasan kuat bahwa hak asasinya
dilanggar. Selanjutnya Komnas HAM melakukan pemeriksaan dengan memanggil pihak
terkait. Berdasarkan pemeriksaan dapat ditentukan proses selanjutnya. Dihentikan apabila
bukti kurang kuat. Langkah selanjutnya menyelesaian pengaduan setelah tahap pemeriksaan.
Kewenangan ini bisa berupa :
1) Perdamaian antara kedua belah pihak.
2) Penyelesaian perkara melalui konsultasi, mediasi, negosiasi, konsiliasi.
3) Pemberian saran untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan.
4) Penyampaian rekomendasi kepada pemerintah.
5) Penyampaian rekomendasi kepada DPR.

b. Pengadilan HAM
Proses ini berawal dengan penangkapan. Jaksa agung melakukan penangkapan
untuk kepentingan penyidikan, dengan memperlihatkan surat tugas. Surat tugas atau
surat perintah tidak diperlukan apabila yang bersangkutan tertangkap tangan. Untuk
itu cukup dengan penyerahan barang bukti. Langkah berikutnya ialah penahanan.

8
Jaksa agung berwenang melakukan penahanan untuk keperluan penyidikan paling
lama 90 hari dan dapat diperpanjang paling lama 60 hari. Penahanan untuk keperluan
penuntutan paling lama 30 hari dan dapat diperpanjang paling lama 20 hari.
Penahanan untuk keperluan pemeriksaan di sidang pengadian HAM paling lama 90
hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan untuk banding
pengadilan tinggi paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari.
Penahanan untuk kepentingan Kasasi di Mahkamah Agung lamanya sama untuk
kepentingan banding di Pengadilan Tinggi. Berikutnya ialah Penyidikan.
Penyelidikan dilakukan oleh Komnas HAM . untuk kepentingan penyelidikan
Komnas HAM dapat membentuk tim ad hocyang terdiri atas komnas HAM dan unsur
masyarakat. Proses selanjutnya ialah penyidikan. Penyidikan dilakukan oleh jaksa
agung. Tahap berikutnya ialah penuntutan. Dan tahap selanjutnya ialah pemeriksaan
di Sidang Pengadilan.
c. Peradilan HAM ad hoc
Proses pengadilan hukum ad hoc pada dasarnya sama dengan pengadilan HAM.
Perbedaannya pada kasus pelanggaran HAM yang diperiksa, yakni khusus menangani kasus
pelanggaran HAM yang terjadi sebelum diundangkannya UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM. Pengadilan HAM Ad Hoc dibentuk atas usul DPR berdasarkan peristiwa tertentu
dengan Keputusan Presiden. Jadi sifatnya tidak permanen, sedangkan pengadilan HAM
permanen.

2. Hambatan Penegakan HAM di Indonesia


Banyaknya pelanggaran HAM di Indonesia seperti pelanggaran oleh pemerintah, seperti
pelanggaran hukum oleh aparat, penculikan dan penyiksaan, penyadapan telepon dll. Adapun
pelanggaran HAM seperti demonstrasi ilegal, terorisme, subversi dsb. Penyalahgunaan
terhadap kekuasaaan seperti penculikan terhadap aktivis yang kristis yang tak sejalan dengan
kepentingan pemerintah. Juga berbagai pelanggaran HAM berat oleh Indonesia, seperti kasus
timor timur dll

3. Partisipasi dalam Penegakan HAM


Partisipasi dalam penegakan HAM merupakan tanggung jawab negara dan pemerintah
karena keberadaan negara hakikatnya untuk melindungi warga negara. Sesuai dengan tujuan
negara yang dikemukakan John Locke, yaitu untuk melindungi HAM. Namun partisipasi
secara individual, kelompok dan kelembagaan dalam masyarakat mutlak diperlukan.
Sasaran partisipasi dapat darahkan pada kebijakan pemerintah, sebagai berikut :
a. Mendukung pemerintah dalam menegakkan HAM melalui pengadilan HAM.

9
b. Mendukung pemerintah dalam penegakkan HAM melalui Komisi Kebenaran dan
Konsiliasi.
c. Memberikan masukan agar setiap kebijakan publik selalu bernuansa HAM.
d. Melakukan kontrol terhadap pemerintah agar berbagai kebijakannya sejalan dengan
HAM.
e. Melaporkan setiap pelanggaran HAM kepada aparat yang berwenang.
f. Mendesak DPR untuk mencabut UU yang praktiknya melanggar HAM.
g. Mengkritisi kinerja Komnas HAM.
h. Memberdayakan masyarakat lemah, akan kesadaran tentang HAM.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dikaji, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Berbagai upaya perlindungan HAM telah tertera dalam:


a. Pembukaan UUD 1945
b. Batang tubuh UUD 1945
c. Universal Declaration of Human Right (UDHR)
d. Konvensi Internasional

2. Dalam menghargai penegakan HAM telah dilakukan berbagai upaya, antara lain :
a. Melalui peradilan HAM
b. Jaminan terhadap para korban dan saksi
c. Pengakuan pelanggaran HAM era orde baru
d. Upaya HAM di Indonesia pasca reformasi
e. Berbagai proses penegakan HAM, melalui lembaga Komnas HAM, Pengadilan
HAM, dan Pengadilan HAM ad hoc.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai
berikut :
1. ..
2. ..

DAFTAR PUSTAKA

10
Sunarso, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta :
UNY Press.

Bahar, Safroedin. 1997. Hak Asasi Manusia : Analisis Komnas HAM dan Jajaran Hankam.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Mansyur, Efendi. 1997. Membangun Kesadaran HAM dalam Praktik Masyarakat Modern.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai