Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA

Disusun Oleh:
RIAN PERMATA SARI
BP. 1201 203 009

Dosen Pembimbing
Drs. SJAFRIL CHATIB, MM

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YAYASAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
SOLOK NAN INDAH (YP3SNI)
1436 H / 2015 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada penulis sehingga penulis mamou
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penegakkan Hak Asasi Manusia” dalam
mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Shalawat dan salam
penulis hadiahkan kepada nabi Muhammad SAW. Penulis menyampaikan
terimakasih kepada teman-teman yang telah banyak memotivasi penulis dalam
membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
maka untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran sari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Semoga
makalah ini bisa bermamfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.

Solok, Agustus 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Upaya Pemajuan, Penghormatan dan Perlindungan HAM
di Indonesia......................................................................... 2
B. Partisipasi dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan
Penegakkan HAM di Indonesia.......................................... 9
C. Instrumen Hukum dan Peradilan Internasional HAM........ 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................... 15
B. Saran................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara
kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak dasar itu adalah hak hidup, hak milik
dan hak kebebasan. Di Negara merdeka, hak-hak asasi manusia harus dijamin
karena kemerdekaan suatu negara bermakna kemerdekaan bagi setiap warga
Negaranya. Pengakuan dan jaminan hak asasi manusia sedunia dinyatakan
dalam Universal Declaration of Human Rights (pernyataan sedunia tentang
hak-hak asasi manusia) yang ditetapkan pada tanggal 10 Desember 1948. Hal
ini berarti bahwa negara anggota PBB secara moral berkewajiban
melaksanakan isi pernyataan tersebut, serta memasukkan hak-hak asasi
manusia ke dalam undang-undang negara masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah makalah ini adalah : “Bagaimakanah konsep penegakkan hak asasi
manusia?”

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM di Indonesia
2. Untuk mengetahui partisipasi dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan
penegakkan HAM di Indonesia
3. Untuk mengetahui instrumen hukum dan peradilan internasional HAM

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Pemajuan, Penghormatan dan Perlindungan HAM di Indonesia


1. Landasan HAM dalam UUD 1945
Meskipun UUD 1945 lahir pada tanggal 18 Agustus 1945, lebih
dahulu daripada Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10
Desember 1948, namun UUD 1945 telah memuat HAM.
Prinsip HAM tertuang baik pada pembukaan UUD 1945 maupun
dalam batang tubuh UUD 1945.
a. HAM dalam Pembukaan UUD 1945
HAM tertuang pada alinea pertama sampai dengan alinea keempat:
1) Alinea pertama: "...bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa. Dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan".
2) Alinea Kedua : "...mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Indoensia yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur". Alinea ini mengakui hak asasi di bidang politik
yaitu kedaulatan serta bidang ekonomi, yakni kemakmuran dan
keadilan.
3) Alinea Ketiga : "...atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas...". alinea ini mengakui bahwa kemerdekaan
nasional dan kemerdekaan pribadi warga negaranya merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
4) Alinea Keempat : "...melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia..". Alinea ini mengakui kemerdekaan nasional yang
mengayomi kemerdekaan warga negara yang meliputi segenap

2
golongan dan lapisan masyarakat, jaminan atas kesejahteraan sosial,
menghormati kemerdekaan setiap bangsa di dunia, perdamaian
hidup dan kesejahteraannya.

b. HAM dalam Batang Tubuh UUD 1945


Hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 terdapat dalam
pasal-pasal sebagai berikut:
1) Pasal 27 ayat 1: "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya". Pasal ini
menyatakan adanya kewajiban menjunjungi tinggi hukum dan
pemerintahan sebagai salah satu hak asasi artinya, warga negara
memperoleh jaminan atau perlindungan hukum.
2) Pasal 28 (A-J): pasal 28 ini telah mengalami pemekaran menjadi
beberapa pasal, yaitu 28A, 28B, 28C, 28D, 28E, 28F, 28G, 28H,
28I, 28J. semua pasal tersebut mengatur tentang hak-hak asasi
manusia.
3) Pasal 29 ayat 2: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya, dan kepercayaannya itu". Pasal ini
merupakan pencerminan hak asasi pribadi dalam memilih,
menentukan dan memeluk suatu agama sesuai dengan
keyakinannya.
4) Pasal 30 ayat 1, berdasarkan ketetapan MPR tanggal 18 Agustus
2000 diubah bunyinya menjadi : "Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara".
Pasal ini merupakan pengakuan dan jaminan terhadap hak dan
kewajiban warga negara untuk mempertahankan keamanan negara.
5) Pasal 31 ayat 1 : "Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan". Pasal 31 ayat 2 : "Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya".

3
6) Pasal 32 ayat 1 : "Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya".

2. Hakikat yang Terserat dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang


HAM
Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 merupakan ketetapan yang
memuat piagam hak asasi manusia serta pandangan dan sikap bangsa
Indonesia terhadap hak asasi manusia. Melalui ketetapan ini, MPR
menugaskan lembaga-lembaga negara dan seluruh aparatur pemerintah
untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan permasalahan
mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat.
Penegakkan, penghormatan, dan penyebarluasan hak asasi manusia
oleh masyarakat dilaksanakan melalui gerakan kemasyarakatan atas dasar
kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga negara. Adapun
pelaksanaan, penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian dan mediasi
tentang hak asasi manusia dilakukan melalui UU RI No. 39 Tahun 1999
tentang HAM. Dalam UU RI No. Tahun 1999, terdapay piahamk HAM
yang meliputi hak-hak sebagai berikut:
a. Pasal 9 ayat 1,2 dan 3 tentang hak untuk hidup
b. Pasal 10 ayat 1 dan 2 tentang hak untuk berkeluarga dan melanjutkan
keturunan.
c. Pasal 11,12,13, 14,15 dan 16 tentang hak untuk mengembangkan diri.
Termasuk mengembangkan jasmani, pribadi, pendidikan, kualitas
hidup, ilmu pengetahuan, memperoleh, memenuhi, memiliki,
mengolah, dan menyampaikan informasi, serta melakukan pekerjaan
sosial.
d. Pasal 17, 18, dan 19 tentang hak untuk memperoleh keadilan.

4
Kewajiban dasar manusia tertuang dalam pasal 67 sampai 69 yang
memuat:
a. Wajib patuh terhadap perundang-undangan, hukum tidak tertulis,
hukum internasional.
b. Wjaib ikut serta dalam pembelaan negara.
c. Wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang.

3. Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM)


Negara yang mengakui HAM mempunyai konsekuensi untuk
menegakkan HAM, sebab apabila tidak akan menimbulkan masalah baik
dari dalam negeri, maupun luar negeri.
Dari dalam negeri akan menimbulkan gejolak dalam masyarakat
seperti demonstrasi anti kekerasan, menuntut adanya pengakuan dan
jaminan HAM, menentang pemerintah yang otoriter, kejahatan antar suku
atau golongan dan lain sebagainya.
Dari luar negeri, kita akan mendapat sanksi dari dunia internasional
yang dapat diajukan ke Mahkamah Internasional untuk diadili atau
dikucilkan dari dunia internasional. Contoh: dengan adanya embargo
keperluan perlengkapan perang di Amerika Serikat langkah-langkah yang
diambil pemerintah dalam proses penegakkan HAM sebagai berikut:
a. Membentuk lembaga-lembaga resmi seperti komisi HAM, Komisi
Nasional Anti-Kekerasan dan berdirinya lembaga-lembaga swasta
seperti Lembaga Sosial Masyarakat.
b. Dibentuknya Komisi Nasional (Komnas) HAM dengan Kepres No. 50
Tahun 1993. Kemudian lahirnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM.
c. Pengadilan HAM

5
4. Hambatan dan Tantangan dalam Penegakkan HAM di Indonesia
Diundangkannya UU No. 39 Tahun 1999 mempunyai tujuan yang
baik dan mulia agar masyarakat kita berada dalam situasi aman, tenteram
dan bahagia. Namun, dalam kenyataan kehidupan masih jauh dari itu.
Banyak hambatan dan tantangan dalam menegakkan HAM.
a. Adanya dua pandangan antara aliran universalisme dan partikularisme
b. Adanya pertentangan antara kepentingan individual dan kepentingan
kolektivisme (umum).
c. Kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum dan lembaga
pengawasan aparatur negara
d. Negara yang otoriter
e. Sebagian masyarakat yang buta hukum dan kurang kesadaran hukum

5. Proses Penegakkan HAM di Indonesia


Sesungguhnya hak-hak asasi manusia bukan merupakan hak yang
asing bagi bangsa Indoensia. Perjuangan melepaskan diri dari belenggu
penjajah asing selama ratusan tahun adalah perjuangan mewujudkan hak
menentukan nasib sendiri sebagai hak asasi manusia yang paling
mendasar. Komitmen Indonesia dalam pemajuan dan perlindungan hak
asasi manusia di seluruh wilayah Indonesia bersumber pada Pancasila dan
UUD 1945. Namun demikian, sangat didasari bahwa usaha memajukan
dan melindungi HAM tidaklah mudah karena hal itu merupakan suatu
proses yang panjang seperti halnya proses pembangaunan itu sendiri.
Mengingat semakin kuatnya desakan agar pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh TNI dan Sipil dapat diadili, maka pemerintah Habibie
menggunakan hak konstitusional berdasarkan pasal 22 UUD 1945 dengan
menetapkan Perpu No. 1 / 1999 tentang Pengadilan HAM, terhitung mulai
tanggal 8 Oktober 1999 dinyatakan berlaku. Secara tegas, perpu ini telah
menetapkan jenis-jenis pelanggaran HAM yang berat dan bagi para
pelakunya harus dihukum penjara jika terbukti secara sah dan meyakinkan
oleh pengadilan HAM. Pelanggaran HAM yang dapat dihukum menurut

6
Perpu tersebut meliputi pemusnahan ras, pembunuhan sewenang-wenang,
penghilangan orang secara paksa, perbudakan, diskriminasi yang
dilakukan secara sistematis, dan penganiayaan yang dilakukan oleh
pejabat yang berwenang. Dengan demikian, walaupun Indonesia belum
menjadi pihak pada beberapa konversi utama HAM, namun prinsip-prinsip
yang dikandung dalam ketentuan konvensi-konvensi HAM diakui dan
dapat menjadi hukum positif Indonesia melalui pemberlakuan Perpu No.
1/1999.
Komitmen pemerintah Indoensia dalam mewujudkan kemajuan dan
perlindungan HAM, antara lain, telah ditunjukkan dengan pembentukkan
Komnas HAM. Sesuai dengan saran yang tertuang dalam deklarasi dan
Program Aksi Wina 1993 serta hasil Lokakarya Nasional HAM II yang
diselenggarakan Pemerintah RI telah tersusun pula sebuah konsep rencana
aksi nasional HAM (RAN-HAM). Semuanya dapat dapat dicapai.
Pemerintah Indonesia hanya tinggal mencari cara untuk mempertajam
kualitas dan kuantitas gerakan penghormatan dan pemajuan HAM.
Memang kita akui banyak pelanggaran HAM pada masa Orde
Baru. Hal ini disebabkan berbagai hambatan yang terjadi pada saat itu.
Hambatan penegakkan HAM itu, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor kondisi sosial-budaya masyarakat Indonesia
1) Tingkat pendidikan, sosial-ekonomi yang relatif masih rendah
masyarakat Indonesia
2) Faktor-faktor primordial (ikatan kerabatan), adat istiadat, dan
agama yang kadang bertentangan dengan pelaksanaan HAM,
seperti kedudukan seseornag dan upacara-upacara sakral.
3) Pandangan yang paternalistik, dimana orang tua atau yang
dituakan masih dianggap harus ditaati meskipun salah atau
bertentangan dengan HAM.
4) Masih kita temui sering terjadi main hakim sendiri meskipun
persoalan kecil.

7
5) Adanya konflik horizontal yang terjadi di berbagai daerah hanya
karena hal yang sepele.
b. Faktor geografis Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau
1) Kondisi negara kita yang terdiri dari puluhan ribu pulau, selat,
lembag, pegunungan, hutan belantara, yang menyulitkan
komunikasi satu sama lain.
2) Sarana komunikasi dan informasi yang belum menjangkau setiap
daerah di Indonesia, terutama daerah terpencil.
3) Peranan SDM (Sumber daya manusia) yang masih rendah
c. Faktor perangkat peraturan dan perundang-undangan
1) Belum lengkapnya perangkat peraturan dan perundang-undangan
sehingga penegakkan HAM sebatas hanya wacana saja.
2) Hasil ratifikasi konvensi internasional tentang HAM masih
sulituntuk diimplementasikan di Indonesia.
3) Masih kuatnya pengaruh Penguasa Orde Baru yang masih
mempertahankan kondisi yang lama.
4) Para mantan penguasa Orde Baru, terutama golongan militer
kurang peduli terhadap pelaksanaan HAM.
d. Faktor kebijakan pemerintah Orde Baru
1) Banyak terjadi pelanggaran HAM dilakukan oleh pemerintah
dengan dalih untuk kepentingan stabilitas, sebagai syarat
pembangunan nasional.
2) Berbagai aksi masyarakat berupa unjuk rasa dan demonstrasi
dianggap oleh pemerintah sebagai gerakan subsversif atau
tindakan pembangkangan.
3) Tidak semua penguasa mempunyai persepsi yang sama tentang
HAM.
4) Masih dipertahankannya adanya daerah operasi militer (DOM)
seperti Nanggroe Aceh Darussalam dan Papua dengan dalih
penertiban keamanan dan banyak pelanggaran HAM.

8
B. Partisipasi dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakkan
HAM di Indonesia
Agar kepentingan warga negara dapat selaras dan tidak menimbulkan
pelanggaran kepentingan dan hak asasi manusia, maka setiap warga negara
yang baik harus menunjukkan perilaku sebagai berikut:
1. Lingkungan Masyarakat
a. Menyadari kedudukan sebagai warga negara baik dan bertanggung
jawab karena setiap warga masyarakat mempunyai kedudukan yang
sama dalam hukum.
b. Menyadari kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat.
c. Menyadari hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan peraturan.
d. Setiap warga masyarakat harus ikut bertanggung jawab terhadap
pembangunan nasional.
2. Lingkungan berbangsa dan bernegara
a. Menyadari kepentiangan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
b. Mendahulukan kewajiban daripada menuntut hak.
c. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, martabat dan harkat
manusia.
d. Setiap aparat dan petugas negara wajib menjadi teladan warga
negaranya.
e. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, bangsa dan
negara.
3. Lingkungan Internasional
Berikut beberapa contoh pelaksanaan pengadilan internasional yang
memproses dan mengadili pelanggaran HAM.
a. Klaus Barbie (1987) ia mantan komandan polisi rahasia Gestapo Nazi
pada saat Adolf Hitler Jerman. Ia bersalah, karena menyiksa 842 orang
Yahudi dan di antaranya 343 tewas termasuk 52 anak. Ia dijatuhi
hukum seumur hidup.

9
b. Prof. Pieter Koymaans. Komisi HAM PBB, bulan November 1991
berkunjung ke Indonesia untuk mengamati pelanggaran HAM di timor
Timur.
c. Bulan Februari 1998. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi
808 untuk mengadili penjahat perang dan pelanggaran HAM di masa
Slobodan Milosevic dan Ratko Miadic dianggap paling bertanggung
jawab atas pembunuhan massal oleh suku etnis Serbia terhadap orang-
orang Kroasia dan Bosnia-Herzegovina.
d. Pengadilan Mantan Presiden Saddam Hussein (Irak) yang telah
melakukan pembantaian orang Syiah di Dujai, Invasi ke Kuwait
(Agustus 1990), penindasan dan pembunuhan kaum Syiah dan suku
Kurdi tahun 1987 dan 1988. Peristiwa pembunuhan suku Kurdi ini
dianggap pembasmian etnis atau genosida.

C. Instrumen Hukum dan Peradilan Internasional HAM


Pada era reformasi telah ditetapkan Perlu No. 1 Tahun 1999 yang berisi
tentang Pengadilan HAM. Peraturan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu, harus
dilindungi, dipertahankan, tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas
oleh siapapun.
2. Guna menjaga agar pelaksanaan HAM sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan
aman bagi perorangan maupun masyarakat, maka perlu diambil tindakan
atas pelanggaran HAM. Berikut wujud pelanggaran HAM
a. Pemusnahan seluruh atau sebagian rumpun bangsa, kelompok bangsa,
suku bangsa, kelompok berdasarkan kulit, agama, jenis kelamin, umur,
atau cacat mental atau fisik (genosida) dengan:
1) Melakukan pembunuhan anggota kelompok

10
2) Suatu perbuatan yang dapat menyebabkan penderitaan fisik dan
mental pada anggota kelompok.
3) Bertujuan untuk memusnahkan kelompok tersebut secara fisik.
4) Bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok.
5) Memindahkan dengan paksa anak-anak secara berkelompok.
b. Pembunuhan.
c. Penghilangan orang secara paksa.
d. Perbudakan.
e. Diskriminasi yang dilakukan secara sistematis.
f. Penganiayaan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang yang dapat
mengakibatkan penderitaan fisik dan mental.

Adapun sanks-sanksi terhadap pelanggaran tersebut sebagai berikut:


a. Pelanggaran poin (a): dipidana mati, penjara seumurhidup atau penjara
paling lama 20 tahun dan paling singkat 2 tahun.
b. Pelanggaran poin (b) dan (c): dipidana mati, penjara seumur hidup atau
penjara paling lama 20 tahun dan paling singkat 3 tahun.
c. Pelanggaran poin (d) dan (e): dipidana penjara paling lama 12 tahun
dan paling singkat 1 tahun.
d. Pelanggaran poin (f): dipidana mati, pidana penjara seumur hidup atau
penjara p;aling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun.

1. Konsekuensi Jika Suatu Negara tidak Menegakkan HAM


Berdasarkan Piagam HAM sedunia yang saat ini telah disahkan
oleh 105 negara termasuk Indonesia, negara kita juga menetapkan UU RI
No. 5 Tahun 1998 yang memuat konvensi menentang penyiksaan dan
perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau
merendahkan martabat manusia. Adapun pokok-pokok pikiran yang
mendorong lahirnya konvensi sebagai berikut:
a. Masih ada penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang kejam,
tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia yang terus
terjadi di sebagai negara dan kawasan dunia.

11
b. Telah lahir Deklarasi Universal HAM pada tanggal 10 Desember 1948
dan dalam pasal 5 disebutkan bahwa ada jaminan sepenuhnya hak
setiap orang untuk bebas dari segala bentuk penyiksaan dan perlakuan
atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat manusia.
c. Adanya konvensi Internasional Pasal 7 menetapkan bahwa hak-hak
sipil merupakan hak fundamental yang tidak boleh dikurangi dengan
alasan apapun.

Sebagai suatu konsekuensi bagi negara yang tidak ikut menegakkan


HAM akan berakibat sebagai berikut:
a. Timbulnya masalah dalam negeri
Sejak era reformasi, rakyat Indonesia sudah mulai menyadari
pentingnya penegakkan HAM, maka apabila tidak ditegakkan akan
membawa kekacauan bangsa Indonesia. Kekacauan ini berupa
demonstrasi (unjuk rasa), aksi-aksi menentang pemerintah dan tidak
mustahil akan mendorong timbulnya disintegrasi bangsa.
b. Luar negeri
Apabila pemerintah Indonesia tidak melaksanakan HAM tentu
akan ditentang oleh masyarakat internasional dan bahkan dapat
dikucilkan dalam peraturan politik internasional. Berikut upaya untuk
dapat melaksanakan HAM.
1) Perlu adanya kebijakan seluruh warga negara; perlu dikembangkan
hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara kepentingan
pribadi dan kepentingan masyarakat.
2) Membudayakan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan, seperti:
a) Mengakui persamaan derajat, hak dan persamaan kewajiban
antarsesama manusia.
b) Saling mencintai sesama manusia.
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa
d) Tidak semena-mena terhadap orang lain.

12
e) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
f) Berani membela kebenaran dan keadilan.
g) Bangsa Indonesia merasa bagian dari seluruh umat manusia
karena itu perlu dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain, dan
h) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3) Asas dan prinsip negara hukum (rule of law) perlu ditegakkan.

2. Sanksi Internasional Atas Pelanggaran HAM


PBB adalah sebuah lembaga internasional dan Indonesia
merupakan salah satu anggotanya. PBB sedang berupaya menyelesaikan
"Rule of Producer" atau "Hukum Acara" bagi berfungsinya Mahkamah
Internasional (International Criminal Court/ICC) yang status
pembentukkannya baru disahkan melalui Konferensi Internasional di
Roma, Italia pada bulan Juni 1998. Yurisdiksi ICC berlaku atas kasus-
kasus pelanggaran HAM dan kejahatan humaniter lainnya seperti
genocide, kejahatan perang, serta agresi. Negara-negara anggota PBB
tidak secara otomatis terikat oleh yurisdiksi ICC, tetapi melalui suatu
pernyataan mengikatkan diri dan menjadi "pihak" pada status statuta ICC.
Kedudukan ICC di Den Haag, Belanda, tetapi sidang-sidangnya dapat
diadakan di negara lain sesuai kebutuhan.
Pengadilan Internasional HAM yang dibentuk oleh Dewan
Keamanan PBB sebagaimana tercantum dalam Bab VII Piagam PBB,
untuk mengadili kejahatan humaniter sebagai berikut:
a. Mahkamah Internasional untuk bekas Yugoslavia (International
Criminal Tribunal for Former Yugoslavia) yang dibentuk pada tahun
1993 dan berkedudukan di Den Haag, Belanda.
b. Mahkamah Internasional untuk Rwanda (International Tribunal for
Rwanda) yang dibentuk pada tahun 1994 dan berkedudukan di Arusha,
Tanzania dan Kagali, Rwanda.

13
Pada zaman pemerintahan Habibie yang hanya 15 bulan,
penghormatan dan pemajuan HAM telah menemukan momentumnya
dengan Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM.
Selain, itu sebagai cermin dari kesungguhan untuk memajukan dan
menghormati HAM pada masa Presiden Habibie, DPR telah menyetujui
sejumlah UU Nasional, yaitu:
a. UU No. 8/1999 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat
b. UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia
c. UU No. 2/1999 tentang Partai Politik.
d. UU No. 3/1999 tentang Pemilihan Umum
e. UU No. 26/1999 tentang Pencabutan UU/Penpres No. 11/1963
f. UU No. 35/1999 tentang Perubahan UU No. 24/1970 tentang
Kehakiman yang intinya mengalihkan penanganan masalah dari
Departemen kepada Mahkamah Agung.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, upaya


pemajuan dan perlindungan HAM lebih ditingkatkan dan mendapat
perhatian cukup serius. Hal ini dapat dilihat dari upaya penyempurnaan
RAN-HAM yang dilakukan oleh Departemen Luar Negeri sebagai
koordinator RAN-HAM bekerja sama dengan departemen/institusi terkait
lainnya dan pembentukkan lembaga baru Menteri Urusan HAM yang
berdasarkan hasil resufle kabinet bulan Agustus 2000 berada dibawah
Departemen Kehakiman dan HAM.
Terbentuknya Menneg HAM dalam Kabinet Gusdur telah
memunculkan nuansa baru dalam pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia. Berkenaan dengan hal Ini, maka perlu diadakan perubahan
seperlunya atas Kepres No. 129/1998 tentang RAN-HAM, yaitu adanya
pembagian tugas dan koordinasi antara Departemen Kehakiman dan HAM
dengan Departemen Luar Negeri dalam pelaksanaan HAM di Indonesia.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Meskipun UUD 1945 lahir pada tanggal 18 Agustus 1945, lebih dahulu
daripada Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember
1948, namun UUD 1945 telah memuat HAM. Prinsip HAM tertuang baik
pada pembukaan UUD 1945 maupun dalam batang tubuh UUD 1945.
Berdasarkan Piagam HAM sedunia yang saat ini telah disahkan oleh 105
negara termasuk Indonesia, negara kita juga menetapkan UU RI No. 5 Tahun
1998 yang memuat konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat
manusia. PBB adalah sebuah lembaga internasional dan Indonesia merupakan
salah satu anggotanya. PBB sedang berupaya menyelesaikan "Rule of
Producer" atau "Hukum Acara" bagi berfungsinya Mahkamah Internasional
(International Criminal Court/ICC) yang status pembentukkannya baru
disahkan melalui Konferensi Internasional di Roma, Italia pada bulan
Juni 1998.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis mohon maaf atas kesalahan atau
kesulitan yang dialami penulis. Untuk itu penulis mohon kritik atau sarannya
terhadap makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Siswanto, Dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Purwokerto:


Penerbit Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Encang Iskandar. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Wijianti, dan Aminah Y., Siti. 2005. Kewarganegaraan (Citizenship). Jakarta:


Piranti Darma Kalokatama.

16

Anda mungkin juga menyukai