DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
………………………………………………………………………………
………. 1
2. RUMUSAN MASALAH
……………………………………………………………………………..
2
BAB II PEMBAHASAN
1. MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF………………………………………………….. 3
2. MODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
………………………………… 4
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD
…………………………………………………………………………. 7
1. KESIMPULAN……………………………………………………………
……………………………… 8
2. SARAN……………………………………………………………………
………………………………… 8
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………
………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
Guru harus tepat dalam memilih metode dan strategi pembelajaran. Guru yang
kurang menguasai materi tentu akan kesulitan di dalam mengajar. Hal ini dapat
mengakibatkan siswa kurang mengerti atau mamahami tentang materi yang
disampaikan sehingga siswa menjadi malas untuk belajar dan menganggap materi
tersebut sulit.
Bangun ruang merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran matematika.
Materi tersebut dipilih dengan alasan bahwa konsep bangun ruang lebih
khususnya limas sulit dipahami siswa. Agar siswa ikut aktif dalam belajar
matematika, maka diperlukan pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sehingga materi tersebut dapat tersampaikan
dengan baik dan dipahami oleh siswa tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu
interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
Lima unsur esensial yang di tekankan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, (a)
saling ketergantungan positif, (b) interaksi berhadapan (face to – face interaction),
(c) tanggung jawab individu (individual reponsibility), (d) ketrampilan sosial
(social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group processing).
Model ini di kembangkan ole Robert Slavin dan teman – temannya di Universitas
John Hopkin.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang
beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu
pelajarn dan siswa – siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota
kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani
kuis peseorangan tentang materi ersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh
saling membantu satu sama lain. Nilai – nilai hasil kuis siswa diperbandingkan
dengan nilai rata – rata mereka sendiri yang diperoleh sendrinya, dan nilai – nilai
itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa merek
capai atau seberpa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai –
nilai ini kemudian di jumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang
dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah – hadiah
yang lainnya.
1. Pembagian kelompok
1. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pmberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan
bekerja sama. Ini ilakukan untuk menjamin agar siswa secara individual
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru
menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan
seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan
angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas
keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-
tahapan sebagai berikut :
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota
kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan anggota
kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesusai dengan rata
– rata skor perkembangan kelompok sebagaimana dalam tabel 7.3 sebagai berikut:
STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan
metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan
pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi
kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru meggunakan
materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi – materi ini.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pembelajaran kooperatif adalah setrategi belajar dimana siswa
dapat belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda.
2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam
setting pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah
pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.
3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah
guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut.
4. Model pembelajaran tipe STAD mempunyai banyak kelebihan
sehingga dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan.
5. Saran
1. Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan
keterampilan proses dan keterampilan proses dan
keterampilan kooperatif sebelum atau selama pembelajaran
agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan
sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2. Agar pembelajaran-pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan
mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-
konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep
ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan
serta ketrampilan proses yang akan dikembangkan.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan
sebagai alternatif untuk meningkatkan prestasi dan
keaktifan siswa belajar pada pokok bahasan menghitung
permukaan limas.
4. Untuk menambah motivasi anak didik sebaiknya sehabis
mengadakan kuis, guru diharapkan memberikan
penghargaan baik berupa nilai maupun barang.
DAFTAR PUSTAKA