Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RESPIYANI

NIM : 0303223111

KELAS : BKPI-5

MATKUL: PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Adapun macam-macam gaya belajar siswa yaitu :


1. Visual (belajar dengan cara melihat) Lirikan keatas bila berbicara, berbicara
dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan
penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran
yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan /
media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut,
atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila
berbicara, berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang bertipe auditori
mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ),
untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat
pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar
lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang
guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui
tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori
lainnya
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan
kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak
seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

2. Menurut Robert L. Solso (Mawaddah, 2015), “pemecahan masalah adalah suatu


pemikiran yang terarah secara langsung untuk menentukan solusi atau jalan keluar
untuk suatu masalah yang spesifik”. Menurut Polya (Indarwati : 2014) “pemecahan
masalah merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan dan
mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera”. Menurut Gunantara (2014)
“kemampuan pemecahan masalah merupakan kecapakan atau potensi yang dimiliki
siswa dalam menyelesaikan permasalahan dan mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari – hari”.
Langkah 1 : Memahami Masalahi
Langkah ini sangat menekankan kesuksesan memperoleh solusi masalah. Langkah ini
melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta – fakta
menentukan hubungan diantara fakta – fakta dan membuat formulasi pertanyaan
masalah. Setiap masalah yang ditulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus
dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan
seksama. Biasanya siswa harus menyatakan kembali masalah dalam bahasanya sendiri.
Langkah 2 : Membuat Rencana Pemecahan Masalahi
Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah dapat dipahami.
Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan
yang harus djawab. Jika masalah tersebut adalah masalah rutin dengan tugas menulis
kalimat matematika terbuka, maka perlu dilakukan penerjemah masalah menjadi
bahasa matematika. Jika masalah yang dihadapi adalah masalah nonrutin, maka suatu
rencana perlu dibuat, bahkan kadang strategi baru perlu digambarkan.
Langkah 3: Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalahi Untuk mencari solusi yang
tepat, rencana yang sudah dibuat dalam langkah harus dilaksanakan dengan hati – hati.
Untuk melalui, estimasi solusi yang dibuat sangat perlu. Diagram, tabel, atau urutan
dibangun secara seksana sehingga si pemecah masalah tidak akan bingung. Tabel
digunakan jika perlu. Jika solusi memerlukan komputasi, kebanyakan individu akan
menggunakan kalkulator untuk menghitung daripada menghitung dengan kertas dan
pensil dan mengurangi kekhawatiran yang sering terjadi dalam pemecahan masalah.
Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah
ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah
Langkah 4 : Melihat (mengecek) Kembali Selama langkah ini berlangsung, solusi
masalah harus dipertimbangkan. Perhitungan harus dicek kembali. Melakukan
pengecekan dapat melibatkan pemecahan yang mendeterminasi akurasi dari komputasi
dengan menghitung ulang. Jika membuat estimasi, maka bandingkan dengan solusi.
Solusi harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan.
Bagian penting dari langkah ini adalah ekstensi. Ini melibatkan pencarian alternatif
pemecahan masalah Pemecahan masalah memiliki banyak manfaat bagi siswa, antara
lain, (1) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, (2)
meningkatkan kemampuan siswa menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari
dalam berbagai situasi real, (3) meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis.
Urgensi pemecahan masalah adalah Kemampuan pemecahan masalah ini perlu dikembangkan
karena dengan penyelesaian pemecahan masalah, siswa akan terlatih untuk memahami suatu
masalah dengan baik, bernalar dengan baik, menganalisis, memilih strategi yang tepat dalam
menyelesaikan masalah, melakukan perhitungan hingga mengevaluasi apa yang telah
dikerjakan.Kemampuan pemecahan masalah yang baik juga mempengaruhi hasil belajar
matematika menjadi lebih baik dan juga merupakan tujuan umum dari pembelajaran
matematika, karena kemampuan pemecahan masalah dapat membantu dalam menangani
masalah baik dalam mata pelajaran yang berbeda maupun dalam kehidupan sehari-hari.

3. Perbedaan Bakat dan Kreativitas Bakat adalah suatu hal yang dimiliki oleh seorang individu
dalam kehidupannya dan dapat berguna untuk dirinya serta bakat dapat di latih terus atau di
asah agar lebih matatng untuk di gunakan oleh orang tersebut. Sedangkan Kreativitas itu
adalah hasil karya seseorang yang telah memalui berbagai proses dan meng hasilkan suatu
karya yang dapat dinilain oleh orang lain. Perbedaan bakat antara kreativitas adalah bakat
adalah suatu yang belum menghasilkan apa – apa atau mungkin tidak menghasilkan karya yang
kongkrit atau jelas dan bakat dapat berubah atau mungkin dapat berkembang. Sedangkan
kreativitas adalah hasil dari sembuah bakat yang hasilnya jelas dan kongkrit dapat dinilai dan
di hargai, sedangkan bakat adalah suatu karya yang mungkin sulit di hargai dengan material.
Proses pengembangan antara minat, bakat dan kreativitas adalah dua istilah serangkai yang
mempunyai hubungan timbal balik yang berarti hubungannya itu sangat erat sekali bagi
keduanya tidak dapat dipisahkan untuk berdiri secara sendiri-sendiri dalam suatu proses untuk
mencapai tujuan yang nyata atau mencapai perkembangan optimal anak. Cara untuk
mengetahui bakat dan kreativitas anak didik secara tepat pasti bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah, karena pekerjaan ini memerlukan suatu persyaratan pendidikan khusus bidang
psikologi ataupun bimbingan dan konseling.
4. Pendekatan konstruktivisme adalah sebuah pendekatan yang pelaksanaannya memposisikan
siswa sebagai individu yang aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang berasal
pengalamannya(Sahrudin, 2014).
Kembangkan kegiatan inkuiri di semua topik pembelajaran.
Memunculkan rasa keingintahuan peserta didik terhadap suatu permasalahan melalui
bertanya.
Membentuk masyarakat belajar atau belajar dengan kelompok-kelompok tertentu
KONSTRUKTIVISME
Pendekatan Ini Didasarkan Pada Prinsip Bahwa Pengetahuan Tidak Hanya Diterima Secara Pasif
Oleh Siswa, Tetapi Juga Dibangun Melalui Interaksi Dengan Lingkungan Dan Orang Lain. Siswa
Dianggap Sebagai Konstruktor Pengetahuan Mereka Sendiri. Contohnya:
Pembelajaran Berbasis Proyek Diskusi Kelompok.
Pembelajaran Berbasis Masalah.
Pembelajaran berbasis Percobaan.
Pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Simulasi.
Pengertian konstruktivis sosial adalah pendekatan konstruktivis sosial menekankan pada
konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksikan
bersama (mutual).

PENERAPAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Dalam hal ini, guru dan siswa lebih sebagai mitra yang bersama-sama membangun
pengetahuannya. Adapun siswa, dituntut aktif belajar dalam rangka mengkonstruksi
pengetahuannya, karena itu siswa sendirilah yang harus bertanggung jawab atas hasil
belajarnya. Hal-hal penting yang perlu dikerjakan oleh guru konstruktivis sebagai berikut:
1. Guru perlu mendengar sungguh- sungguh interprestasi siswa terhadap data yang
ditemukan sambil menaruh perhatian khusus kepada keraguan, kesulitan, dan
kebingungan setiap siswa.
2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas, pada hal-hal yang
kontradiktif dan membingungkan siswa, guru akan menemukan bahwa konsep yang
dipelajari itu mungkin sulit dan membutuhkan lebih banyak untuk
mengkonstruksinya.
3. Guru perlu tahu bahwa “tidak mengerti” adalah langkah yang penting untuk mulai
menekunnya, ketidaktahuan siswa bukanlah suatu tanda yang jelek dalam proses
belajar, melainkan langkah awal untuk mulai.

TEKNIK PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS SOSIAL


Guru bersama siswa, dengan teman sebaya dapat saling berinteraksi dalam kelas
dalam proses pebelajran. Ada empat teknik dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan konstruksi sosial, yaitu:
a. Scaffolding adalah teknik mengubah level dukungan sepanjang jalannya sesi
pengajaran. Orang yang lebih ahli (guru atau teman sebaya yang lebih pandai)
menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan kinerja murid.
b. Pelatihan Kognitif/ Cognitive Apprenticeships. Istilah “pelatihan” “magang” atau
(apprenticeship) menunjukkan pentingnya aktivitas dalam pembelajaran dan
menjelaskan sifat dari pembelajaran yang ditempatkan dalam suatu konteks.
c. Tutoring pada dasarnya adalah pelatihan kognitif antara pakar dengan pemula.
Tutoring bisa terjadi antara orang dewasa dan anak-anak, atau antara anak yang
pandai dengan anak yang kurang pandai.
d. Cooperative learning Pembelajaran kooperatif terjadi ketika murid bekerja sama
dalam kelompok kecil (kelompok belajar) untuk saling membantu dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai