Anda di halaman 1dari 6

DESIGN THINKING

ELABORASI PEMAHAMAN DAN KONEKSI ANTAR MATERI

DOSEN PENGAMPU :
Dr. TYAS MARTIKA A. S.Psi., M.Pd.

NAMA : NADIA RAHMAWATI


NIM : 2302114543
KELOMPOK : 5 (LIMA)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2023
TOPIK 1 ELABORASI PEMAHAMAN

Mari diskusikan bersama rekan kelompok Anda. Apa perbedaan dua ruang
kelas ini?
Menurut kelompok kami, perbedaan paling mencolok dari kedua gambar diatas
adalah metode atau pendekatan yang digunakan oleh guru. Gambar pertama
menunjukkan guru menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru,
sehingga peserta didik lebih banyak mendengarkan materi dari guru. Sedangkan,
gambar kedua menunjukkan bahwa guru menggunakan metode diskusi kelompok
atau guru sengaja menata bangku menjadi melingkar, sehingga peserta didik dapat
bertukar pendapat secara langsung kepada peserta didik lainnya.

Bersama rekan kelompok, identifikasi fase-fase Design Thinking di dalam


video tersebut.

1. Empathize, fase ini ditunjukkan ketika tayangan menunjukkan kegiatan


observasi lingkungan serta seorang bertanya dan mengawali pembicaraan
tentang mengapa peserta didik menyukai dan tidak menyukai tempat tertentu.
Serta menggunakan kertas bewarna merah muda untuk apa yang mereka suka
dan kertas warna kuning untuk apa yang tidak mereka sukai. Disini
menunjukkan adanya empati.
2. Define, fase ini ditunjukkan ketika seorang meminta peserta didik untuk
membayangkan dan memvisualisasikan area pilihan ideal (ruang kelas,
belakang sekolah, dan perpustakaan) sehingga adanya peta pikiran pengelolaan
data yang nantinya membantu dalam menyelesaikan masalah.
3. Ideate, fase tempat yang disukai peserta didik yang menuliskan rancangan
tentang ide atau gagasan yang di inginkan. Mulai dari memiliki ruang kelas
yang bersih, luas, dst. Kemudian memiliki perpustakaan yang bersih dan mudah
untuk menemukan buku dst. Serta memiliki halaman sekolah yang bersih dan
peserta didik dibebaskan untuk mendesain sesuai dengan kreativitasnya dst.
4. Prototype, fase ini ditunjukkan pada saat peserta didik mengimplementasikan
daftar rancangan beserta tujuan yang diinginkan (ruang kelas, halaman sekolah
dan perpustakaan)
5. Evaluate (Test), fase ini ditunjukkan pada saat selesai kegiatan dan para peserta
didik diminta berbagi pengalaman mengenai hasil dan prosesnya kepada
seluruh pihak yang hadir.

Setelah menyimak video, diskusikan bersama dosen dan rekan kelompok


Anda:

1. Bagaimana respon peserta didik dalam video terhadap proses belajar yang
mereka jalani?

Peserta didik terlihat lebih antusias, mengeluarkan energi positif, ceria,


bersemangat dan lebih aktif terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka
lakukan dengan menggunakan metode design thinking ini.

2. Menurut Anda, apakah proses belajar tersebut sudah berpusat pada peserta
didik? Jelaskan dasar pemikiran dari pendapat Anda.

Ya, proses tersebut berpusat pada peserta didik. Dimana dijelaskan oleh guru
tersebut bahwa peserta didik dapat berperan menjadi subjek pembelajaran
sekaligus lingkungan, bahkan mereka sudah tidak tergolong menjadi objek
yang mau menerima apapun yang diberikan lingkungan. Serta membuktikan
bahwa peserta didik ini juga mampu memberikan sesuatu pada lingkungan, dan
mengubah persepsi orang dewasa disekitarnya.
3. Insight/pemahaman apa yang Anda dapatkan mengenai karakteristik dan
kebutuhan belajar peserta didik pada video tersebut?

Karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik, diketahui dengan berbagai


cara misalnya guru melakukan observasi langsung dan melakukan wawancara
pada peserta didik. Bukan hal yang rumit, namun hal sederhana dan pemikiran
singkat yang di miliki peserta didik akan menghasilkan sesuatu sikap seperti
rasa inovasi, kreatif, tanggung jawab, rasa percaya diri dan sebagainya, apabila
terdapat pendampingan atau bimbingan yang terarah dari guru. Disini
kesadaran guru perlu ditumbuhkan, sehingga design thinking ini perlu
disosialisasikan lebih lanjut pada para guru mulai dari tahapan feeling, imagine,
do and share. Meskipun begitu, penggunaan pendekatan design thinking ini
tidak harus setiap saat dilakukan atau bersifat fleksibel, hanya perlu dilakukan
setidaknya 3 kali dalam satu semester ini. Selain itu, pendekatan ini merupakan
pelengkap yang bersifat solutif.

4. Jika Anda menjadi guru mereka, pembelajaran seperti apa yang akan Anda
terapkan agar peserta didik Anda mendapatkan pengalaman belajar yang
bermakna?

Apabila kami menjadi guru profesional, tentunya kami akan mempelajari lebih
lanjut terkait pendekatan yang dapat dilakukan untuk menambah wawasan dan
keterampilan kami. Selain itu, kami akan mempelajari design thinking terkait
tahapan feeling, imagine, do and share, sehingga saya nantinya akan mampu
menerapkannya secara maksimal. Tidak hanya meminta peserta didik
mengikuti arahan yang kami berikan, namun turut belajar dan berproses
bersama. Selain itu, menyadari bahwa peserta didik merupakan subjek bukan
objek. Mereka memiliki pemikiran, keinginan dan rasa tanggung jawab untuk
merancang sesuatu, sehingga kami menjadi pembimbing yang mampu
berempati dan bijaksana. Serta pentingnya tahu akan proses memahami
masalah dan proses menciptakan solusi atas fokus permasalahan.
TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI

Setelah memahami konsep Design Thinking, coba temukan keterkaitan


antara Design Thinking, Social-Emotional Learning (SEL) serta Pemahaman Murid
dan Pembelajarannya.

Design Thinking adalah pendekatan integratif untuk pemecahan masalah,


mempertimbangkan manusia, proses, dan tempat/konteks serta berorientasi pada
pengguna dan menekankan pada empati. Penerapkan pola pikir Design Thinking ini
dapat dilakukan oleh seseorang memiliki empati tinggi, berpikir integratif,
optimistik, eksperimentalis, kolaboratif, dan bahagia/gembira. Proses Design
Thinking terdiri atas dua bagian, yaitu ruang masalah yang mencakup
fase empathize dan define, serta ruang solusi yang mencakup
fase ideate, prototype dan testing. Design Thinking terdapat dua intan divergen-
konvergen dengan elemen penting yang berbeda. Berfokus pada proses memahami
masalah dan proses menciptakan solusi atas fokus permasalahan.

Social-Emotional Learning (SEL) merupakan proses pembelajaran


yang didalamnya terdapat proses pembentukan diri yang berkaitan dengan
mengenali diri sendiri (self awareness), mengontrol diri (self management),
memiliki kesadaran sosial (sosial awareness), kemampuan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain (relation skill) dan membuat keputusan yang
bertanggung jawab (responsible decision making).
Pemahaman peserta didik dan pembelajarannya adalah proses, perbuatan,
cara memahami sesuatu, belajar adalah upaya sadar untuk memperoleh pemahaman
dan menemukan makna atau pengertian. Hal ini dapat terjadi dengan elemen
pelengkap seperti menggunakan konsep design thinking dengan adanya
keterampilan sosial emosional, peserta didik akan mampu mengatasi tantangan
sehari-hari serta memiliki kemampuan akademik. Tidak sampai disitu,
pembelajaran berpusat kepada peserta didik dengan di bombing oleh guru dengan
beberapa tahapan yang harus dilalui sehingga menghasilkan pembelajaran yang
berdampak sepanjang hidup dan berguna untuk menggapai cita-cita.

Dari pemaparan materi diatas, diketahui bahwa ketiga hal ini memiliki
kaitan yang erat untuk membuat peserta didik mampu mengembangkan potensi
yang dimiliki. Sebab tujuan utama dari pembelajaran menggunakan pendekatan
design thinking dan social emotional learning yaitu pembentukan karakter pada
peserta didik. Dimana proses desain thinking tidak akan terlaksana dengan
maksimal dan relevan jika proses Social-Emotional Learning tidak baik pula begitu
pun sebaliknya.

Apabila peserta didik belum memiliki pemahaman akan karakteristik dan


kepribadiannya sendiri, belum mampu mengontrol dirinya sendiri, belum mampu
menjalin bersosialisasi yang baik dengan orang lain, maka sangat mustahil bahwa
peserta didik tersebut dapat mengidentifikasi masalah yang ada, berempati dan
menemukan solusi dari masalahnya dengan tepat. Sehingga, komponen-komponen
ini harus seimbang dan saling bersinergi, guna tujuan dari design thinking dan
social-emotional learning dapat tercapai dengan baik. Apabila peserta didik dapat
mengelola perasaan atau emosinya dan sikap dengan baik dan terstruktur, maka
peserta didk dapat berpikir inovatif dan kreatif guna mendapatkan solusi dari
permasalahan atau tantangan yang dihadapi. Design thinking dan social-emotional
learning juga dapat berintegrasi dalam merancang materi atau layanan bimbingan
dan konseling yang berorientasi pada peserta didik sesuai kebutuhan dan
karakteristik. Guna kedepannya dapat memiliki pemahaman dari pembelajaran
efektif, efisien dan relevan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai