Anda di halaman 1dari 25

UPAYA PENINGKATAN MODEL PEMBELAJARAN

KOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL


BELAJAR FISIKA KELAS X SMAN 9 PALU

MARYAM

A 241 16 024

PROPOSAL

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH


METODOLOGI PENELITIAN PADA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2018
HALAMA PERSETUJUAN

Judul Penelitian :…………………………………………………….

Penulis :…………………………………………………….

Nomor Stambuk :…………………………………………………….

Disetujui untuk diujikan

Pembimbing I Pembimbing II

………………………………. ………………………………….

NIP. NIP.

Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua PSK-GJ, Koordinator Prodi

Pendidikan MIPA FKIP, Pendidikan Fisiaka

……………………… …………………… ...............................

NIP. NIP. NIP.


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak


kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang kurang berminat
dalam belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat
pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan
turunnya hasil belajar fisika. Dalam upaya menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-
prinsip mengajar diantaranya menggunakan alat bantu mengajar atau alat
peraga. Bahwa dalam prinsip mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan
mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, menggunakan variasi
metode mengajar; menggunakan alat bantu mengajar; melibatkan siswa
secara aktif; menumbuhkan minat belajar siswa, dan menciptakan situasi
belajar mengajar yang kondusif.

Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran FISIKA


seharusnya merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi,
menantang dan bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka
telah memiliki kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi
mereka mampu menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali
pemahaman konsep FISIKA , dikarenakan media pembelajaran yang cukup
memadai seperti LCD Proyektor, Laboratorium , dimana mereka dapat
dengan mudah mempraktekkan , dan menambah wawasan materi - materi
yang diberikan oleh guru.

Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Hal ini dapat dilihat


dari hasil evaluasi siswa yang telah dilaksanakan, selalu rendah. Berdasarkan
data dari SMAN 98 Jakarta diperoleh gambaran bahwa, walaupun media
pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang meningkatkan
hasil evaluasi FISIKA yang baik, terutama siswa kelas X yang masih dalam
proses pemilihan jurusan, sehingga peran guru dalam menerapkan berbagai
model pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi
peningkatan kualitas dan kuantitas siswa untuk masuk jurusan IPA.

Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran FISIKA mempunyai nilai


yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
unggul, handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan
selama ini dalam pembelajaran FISIKA adalah disebabkan kurang
dikemasnya pembelajaran FISIKA dengan metode pembelajaran yang
menarik, menantang, dan menyenangkan.

Supaya pembelajaran FISIKA menjadi pembelajaran yang aktif,


inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan
melalui berbagai macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw. Namun seberapa jauh
keefektifitasannya model pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil
belajar siswa, akan dilakukan penelitian yang salah satunya dengan
menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah :

a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan

menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi


Hukum newton?

b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan


model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw?

c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan

metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?


1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran


koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan
haisl belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA
Negeri 9 Palu.

1.4. Pemecahkan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe

JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa


kelas X semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam
pelajaran FISIKA meningkat.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :\

1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW


sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA

2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu


meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas
X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain :

1. Proses belajar mengajar FISikA tidak lagi bersifat konvensional. Strategi


pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat anak
didik nyaman saat pembelajaran berlangsung.

2. Bagi siswa. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas


mandiri maupun kelompok.
3. Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan,
dan saran meningkat.

4. Meningkatnya kualitas pembelajaran FISiKA.

5. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran


yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar enggan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah
satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

a) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :


(Lungdren, 1994).

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau


berenang bersama.”

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan


yang sama.

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut


menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK.
Pembelajaran kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil
yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok
yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang
heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran
kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk
melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang
berbeda latar belakangnya.Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik
di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa
diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

b) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap


anggota memiki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara
siswa, (c) setiap angota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya (d) guru membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan intersonal kelompok, (e) guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan(Carin, 1993).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu
penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan
yang sama untuk berhasil.

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok


untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang
saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari


semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu
juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-
tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang


mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang
diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode
skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau
tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

c) Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhioleh keberhasilan kelompoknya
(Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai


setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh
Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan


sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah
dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan
norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah
norma yangberhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan


secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,


mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab
saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

d. Keterampilan Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi


saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan
hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.

d). Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran


kooperatif

a. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,


terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan
pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Tapi disini yang akan
diuraikan hanya mengenai pembelajaran tipe Jigsaw. Jigsaw pertama
kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk
melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan
pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya (Arends,1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model


pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab


siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi
mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut
pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain
tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”.
Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan
sebagai berikut (Arends, 2001).

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan


topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas
materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali
pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa
yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.
Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik
materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah
interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis
dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas,
(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan
kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur
secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995):

a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi


tersebut untuk mendapatkan informasi.

b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama


bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.

c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk


menjelaskan topik pada kelompoknya.

d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.


e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan
menentukan penghargaan kelompok.

Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor


perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap
kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang
skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir. Arends
(1997) memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok sebagaimana
terlihat Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:

Tahap 1: Pembentukan kelompok asal (home group)

Siswa dikelompokan ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah


anggota masing-masing kelompok 4-6 orang. Penyusunan
kelompok memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan,
keaktifan, dan gender). Setiap siswa diberikan permasalahan (soal)
yang berbeda. Dalam kelompok asal ini, siswa menyimak bahan
ajar, membaca soal dengan bimbingan guru.

Tahap 2: Pembentukan kelompok ahli (expert group)

Setiap siswa yang memiliki tugas berbeda meninggalkan kelompok


asal untuk bergabung ke dalam ahli yang terdiri dari siswa yang
memiliki soal yang sama. Di dalam kelompok ahli ini, siswa
membahas dan menyelesaikan soal bersama.

Tahap 3: Kembali ke kelompok asal

Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk


menginformasikan hasil penyelesaian soal yang dibahas di
kelompok ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-
temannya sesuai dengan kekhususan tugas masing-masing .

Tahap 4: Evaluasi
Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan
materi yang diajarkan.

Tahap 5: Penghargaan kelompok

Dalam hal ini, penghargaan kelompok diambil dari nilai-nilai


anggota kelompok, kemudian siswa-siswi pada kelompok yang
memperoleh nilai tertinggi mendapatkan penghargaan yang
diumumkan di depan kelas.

Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif


tipe Jigsaw ialah:

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

a. Siswa menjadi lebih aktif

b. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda sehingga tidak mudah


untuk mencari jawaban ke kelompok lain

c. Tugas guru menjadi lebih ringan

d. Diskusi menjadi lebih aktif

e. Siswa yang nilainya tinggi diberikan penghargaan yang dapat


memberikan semangat belajar siswa.

2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw;

a. Siswa cenderung ribut, sebab peran guru sangat sedikit.

b. Biasanya siswa merasa minder, sebab tak termasuk group ahli.

c. Membutuhkan waktu yang lama

d. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil

temuannya kepada temannya.


Peran guru dalam pembelajaran ini ialah sebagai fasilitator, motivator,
pembimbing dan evaluator, sebagai fasilitator dan motivator, guru menyediakan
fasilitas/sumber belajar dan kondisi belajar yang dapat memotivasi, membantu,
serta membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Guru
hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka dalam
mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.
Selain itu guru mengevaluasi apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru
membantu siswa dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan yang diambilnya
dengan mengembangkan pertanyaan kritis. Agar peran dan tugas tersebut berjalan
dengan baik, pendekatan kepada murid mutlak diperlukan, sehingga
kecanggungan untuk berinteraksi diganti oleh antusiasme terhadap belajar

A.2. Hakekat Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan

penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih

Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan

individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya


belajar

itu ?

Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan

oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya”.
A.3. Hakekat Hasil Belajar

Hasil belajar yang merupakan alat ukur keberhasilan proses belajar

memiliki peraran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan.


Moh.

User Usman dan Lilis Setiawaty : “ hasil belajar memiliki pengertian


perubahan

13

tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta

individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi

dengan lingkungannya”.

Hasil belajar adalah “pengukuran secara keseluruhan kegiatan yang

dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai

tujuan yang ditetapkan.

Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk

mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang

mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan


nilai

A.4. Hakekat Fisika

Mengapa kita belajar fisika ?,Ada dua alasan, pertama adalah fisika

merupakan ilmu yang paling dasar ,dari ilmu pengethuan lainnya. Ilmuwan
dari

berbagai disiplin ilmu memanfaatkan ide – ide dari fisika dan fisika juga
merupakan dasar dari ilmu rekayasa dan teknologi. Fisika adalah ilmu

eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan berusaha


menemukan

pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena – fenomena ini. Pola ini
disebut

teori fisika atau ketika mereka sudah benar – benar terbukti dan digunakan
luas,

disebut hokum atau prinsip fisika.Perkembangan teori fisika memerlukan

kreatifitas dalam setiap tahap – tahapnya.Fisikawan harus bekrtja untuk

mengajukan pertanyaan yang tepat, merancang untuk mencoba menjawab

pertanyaan yang tepat, merancang percobaan untuk menjawab pertanyaan –

pertanyaan itu, dan menarik kesimpulan yang tepat dari hasilnya.

Fisika bukanlah sekedar kumpulan fakta atau prinsip. Fisika adalah proses

yang membawa kita padaprinsip – prinsip umum yang mendeskripsikan

bagaimana perilaku dunia fisik.Bagian terpenting dari hubungan antara teori


dan

percobaan adalah mempelajari bagaimana cara mengaplikasikan prinsip –


prinsip

fisika pada berbagai persoalan praktis

A.5. Hukum Newton

14

Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar

mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang


bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah

dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad


dan

dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan

kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.

Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap

diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami

percepatan).

2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan

sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah

gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik

terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja

pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda

tersebut terhadap waktu.

3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang

sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang

memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya

sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun

arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi,

dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.


Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam

karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali

diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk

menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun

sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton


menunjukkan

bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi

umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler.

15

Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam

evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek


yang

dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh.


Perubahan

bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan
dalam

analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau
partikel

untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang.

Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk


menghitung

gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard
Euler
pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk
benda

padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangann ya juga
dapat

digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan

sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel

mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan


dari

hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma


dalam

menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi

B. HIPOTESIS TINDAKAN

Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X
di

SMAN 98 Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN

98 Jakarta, yang beralamat di Jl. Jaha Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur
untuk
mata pelajaran Fisika. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
tahun

pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 19

siswa laki – laki 21 siswa perempuan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu

bulan yakni pada bulan November 2011 .

3.Siklus Penelitian

PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil

belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe

Jigsaw

B. Subyek Penelitian

17

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah

siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21

orang dan laki – laki 19 orang

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas

D. Prosedur Penelitian

Siklus 1

Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,


dan refleksi, sebagai berikut:

1. Perencanaan

a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw.

b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

c. Membuat lembar kerja siswa

d. Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK

e. Menyusun alat evaluasi.

2. Pelaksanaan

a. Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa

perkelompok.

b. Menyajikan materi pembelajaran

c. Diberi materi diskusi

d. Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok

e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan

3. Pengamatan

18

Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap

aktivitas pembelajaran koopretif Tipe Jigsaw.

4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan terhadap

pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua

Siklus 2

Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk

menerapkan hal yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk

lebih menguasai konsep fisika dan menerangkan ke kelompoknya

dengan cara yang lebih mudah.

Guru kembali mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah

selanjutnya.

Siklus 3

Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif

Tipe Jigsaw dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus

pertama dan kedua

Anda mungkin juga menyukai