PENDAHULUAN
Sesuai dengn rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mendiskripsikan:
2. Aktivitas Siswa
1. Bagi guru kimia, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam memilih metode dan model pembelajaran
khususnya pada materi kimia.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru
tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme merupakan suatu
paham yang berpandangan bahwa manusia mengetahui sesuatu setelah ia
membentuk pengetahuan itu sendiri. (Nur, 2008:2).
Strategi konstruktivis sering disebut pengajaran yang terpusat pada siswa
(student-centered instruction). Di dalam kelas yang berpusat pada siswa peran
guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri
mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh
kegiatan kelas (Nur, 2008:3).
J.Piaget (dalam Nur, 2008) konstruktivisme personalnya berpendapat
bahwa seseorang dapat membangun pengetahuan melalui berbagai cara,
diantaranya melalui membaca, menelusuri, melakukan eksperimen, bertanya dan
lain-lain. Untuk mencapai hal tersebut pengajar dituntut untuk dapat
mengembangkan pendekatan pembelajaran yang melibatkan keaktivan siswa
selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme diawali dengan konflik kognitif yang dapat diatasi sendiri oleh
siswa melalui pengaturan diri self regulate learning (Weinstein & McCombs,
1995) dalam Nur (2008:12) .
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran
yang berdasarkan pada partisipasi aktif siswa dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis. Siswa membangun pengetahuaannya dengan menguji ide-ide dan
pendekatan-pendekatan berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya.
b. Teori Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel (1963), ada dua macam proses belajar, yaitu belajar
bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna berarti informasi baru
diasimilasikan dalam struktur pengertian lamanya. Belajar menghafal hanya
perlu bila pembelajaran mendapatkan fenomena atau informasi yang sama sekali
baru dan belum ada hubungannya dalam struktur pengertian lamanya (Nur,
2008:49).
c. Teori Motivasi
Motivasi merupakan satu unsur paling penting dari pengajaran efektif
atau pengajaran yang berhasil. Menurut Garner (dalam Nur: 2008) siswa yang
termotivasi akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
materi itu lebih baik. Menurut Nur (2008:2) tugas penting bagi guru adalah
merencanakan bagaimana guru akan mendukung motivasi siswa.
Dari perspektif motivasional (Slavin, 2005:34) struktur tujuan kooperatif
menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa
meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh
karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus
membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun guna membuat
kelompok mereka berhasil. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang
didasarkan kinerja kelompok menciptakan struktur penghargaan interpersonal
dimana anggota kelompok akan memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu
sosial (seperti pujian dan dorongan) dalam merespon usaha-usaha yang
berhubungan dengan tugas kelompok.
B. Hasil Belajar
Hakekat dari proses belajar mengajar adalah adanya interaksi yang baik
antara guru dengan peserta didik dalam rangka mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Menurut Hattie (dalam Eagen Paul, 2012:5) pengajaran yang baik
adalah faktor terpenting dalam pembelajaran siswa. Dalam pembelajaran di
sekolah harapan setiap guru adalah siswa memperoleh pengalaman belajar dan
mendapat hasil belajar yang optimal.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah
mengalami proses belajar. Pernyataan ini diperkuat oleh Sudjana (1991) bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar.
J.Piaget (dalam Slavin, 2005) dalam pembelajaran kooperatif interaksi di
antara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya
untuk mengembangkan pencapaian prestasi (hasil belajar) siswa yang lebih
tinggi.
C. Aktivitas Siswa
Kegiatan belajar mengajar, selain menyampaikan materi seorang guru
perlu memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh siswa, karena hal tersebut
akan berpengaruh pada hasil prestasi belajar yang mereka peroleh.
Menurut Slavin (2005:215) komunikasi dan interaksi kooperatif di antara
sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik bila dilakukan dalam
kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas bisa terjadi.
D. Model Pembelajaran Kooperatif
F. Problem Possing
Problem Posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, Problem Posing
ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan
beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka
memecahkan soal yang rumit. Kedua, Problem Posing ialah perumusan soal
yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam
rangka mencari alternatif pemecahan lain (Silver 1996).
Menurut Herawati (2010), pembelajaran dengan pendekatan Problem
Posing adalah pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk
membentuk/mengajukan soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan.
Informasi yang ada diolah dalam pikiran dan setelah dipahami maka peserta
didik akan bisa mengajukan pertanyaan. Sedangakan menurut Pittalis et al
(2004), dengan adanya tugas pengajuan soal (Problem Posing) akan
menyebabkan terbentuknya pemahaman konsep yang lebih mantap pada diri
siswa terhadap materi yang telah diberikan. Kegiatan itu akan membuat siswa
lebih aktif dan kreatif dalam membentuk pengetahuannya. Walaupun begitu
problem posing sendiri lebih jarang digunakan sebagai alat uji kognitif, karena
akan lebih memakan waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 4 Singaraja kelas X semester 1
dengan penerapan Penerapan Problem Posing Berbasis Cooperative Learning
Tipe STAD Pada Materi Kimia Kelas X Untuk Meningkatkan Keaktivan Dan
Ketuntasan Belajar Siswa SMA N 4 Singaraja.
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Gambar 3.1 : Penelitian tindakan kelas
SIKLUS I
a. Kegiatan pendahuluan
b. Kegiatan inti yang meliputi tahap-tahap dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis Problem Posing.
c. Kegiatan penutup
d. Tes Evaluasi
e. Refleksi
Setelah dilakukan refleksi pada siklus I kemudian dilakukan perencanaan
ulang yang dijadikan sebagai acuan pada pelaksanaan siklus II dengan
perbaikan pada kesalahan di siklus I.
SIKLUS II
Untuk memperbaiki hasil belajar pada siklus I guru merancang kembali
rencana pada siklus II. Semua tindakan pada siklus II sama dengan siklus I,
hanya saja materinya yang berbeda.
a. Kegiatan pendahuluan
b. Kegiatan inti yang meliputi tahap-tahap dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
c. Kegiatan penutup
d. Tes Evaluasi
e. Refleksi
3. Tahap Analisis Data
Data hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal selama
pembelajaran.
III.5 Metode Pengumpulan Data
1. Metode Pengamatan (observasi)
Metode pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data selama
pelaksanaan proses belajar mengajar yaitu aktivitas siswa. Pengisian lembar
observasi dilakukan dalam tiap siklus dan dilaksanakan pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
2. Metode Tes
Tes evaluasi dilaksanakan setiap akhir siklus untuk melihat ketuntasan
hasil belajar siswa.
III. 6 Metode Analisa Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh terdiri atas data kualitatif dan data
kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dianalisis secara
deskriptif.
1. Analisis Lembar Aktivitas Siswa
Baik 4
Cukup Baik 3
Kurang Baik 2
Tidak Baik 1
( adaptasi dari Riduwan, 2011 )
Penilaian dilakukan oleh enam observer kemudian direkapitulasi.
Analisis hasil belajar siswa terdiri dari hasil belajar kognitif siswa yang
diperoleh dari hasil tes evaluasi, serta akan diuraikan mengenai penghargaan
kelompok.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada materi maka nilai tes
hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes pada akhir Siklus, dihitung
dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Poin Perkembangan individual didasarkan pada kriteria skor kuis dan poin
kemajuan sebagai berikut: