Anda di halaman 1dari 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN


HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MARKETING
(Studi pada Peserta Didik Kelas X-PM di SMK Kahuripan Pare, Kediri)

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:
ADINDA FICHA MEGA RAHMANIA
No. Peserta: 18051385510184
NIM: 183142700680
Kelas: Bisnis dan Pemasaran B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
PPGDJ BISNIS DAN PEMASARAN TAHAP I
2018
2

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
D. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 12
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 12
F. Definisi Istilah ...................................................................................... 13
G. Definisi Operasional ............................................................................ 13
H. Manfaat Penelitian ............................................................................... 14

BAB 2 KAJIAN TEORI


A. Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 16
B. Kajian Teori ......................................................................................... 17
1. Motivasi Belajar ............................................................................ 17
2. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ............................................... 23
3. Pembelajaran Saintifik .................................................................. 24
4. Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) ………….. 26
5. Hasil Belajar ……………………………………………………... 30
6. Pembelajaran Marketing ............................................................... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 36
B. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 37
C. Lokasi Penelitian .................................................................................. 38
D. Obyek Penelitian .................................................................................. 38
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 38
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40
3

G. Analisis Data ........................................................................................ 42


H. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 42
I. Tahap-Tahap Penelitian ....................................................................... 43

Daftar Rujukan ......................................................................................... 48


4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang harus didapatkan
seluruh anak Indonesia. Kurangnya pendidikan yang dimiliki setiap anak
akan membuat bangsa Indonesia mengalami keterpurukan. Dengan adanya
pendidikan maka Indonesia akan bangkit kearah yang lebih baik dan memiliki
kualitas bangsa yang maju dan mampu bersaing dengan negara-negara
lainnya. Pendidikan merupakan cara agar kualitas sumber daya manusia
menjadi meningkat. Melalui pendidikan maka kemampuan dan bakat yang
dimiliki setiap manusia dapat dikembangkan baik dalam bidang akademik
maupun dalam bidang non akademik. Dengan kebijakan yang diterapkan
secara berkelanjutan oleh pemerintah Indonesia khususnya dalam bidang
pendidikan, bukan suatu hal yang mustahil dunia pendidikan di Indonesia
akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berwawasan luas dan
berkualitas. Tercapainya SDM yang berkualitas melalui pendidikan yang
diterapakan pastinya akan meningkatkan mutu kehidupan di Indonesia. Untuk
itu suatu proses pendidikan hendaknya memiliki metode, model dan
pendekatan yang lebih inovatif yang berwawasan luas dan berkualitas.
Tercapainya SDM yang berkualitas melalui pendidikan yang diterapakan
pastinya akan meningkatkan mutu kehidupan di Indonesia. Untuk itu suatu
proses pendidikan hendaknya memiliki metode, model dan pendekatan yang
lebih inovatif yang dapat meningkatkan motivasi, merangsang dan menantang
peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
tergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang telah
dimiliki peserta didik sejak lahir akan tumbuh dan berkembang berkat
pengaruh lingkungannya, dan sebaliknya lingkungan akan lebih bermakna
apabila terarah pada bakat yang telah ada, kendatipun tidak dapat ditolak
5

tentang adanya kemungkinan dimana pertumbuhan dan perkembangan itu


semata-mata hanya disebabkan oleh faktor bakat saja atau lingkungan saja.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis telah
merencanakan bermacam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan, yang
menyediakan bermacam kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan
berbagai kegiatan belajar sehingga para peserta didik memperoleh
pengalaman pendidikan. Tanggung jawab guru ialah merencanakan dan
membantu peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru harus membimbing
murid agar mereka memperoleh ketrampilan-ketrampilan, pemahaman,
perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan
perkembangan sikap yang serasi.
Hingga saat ini pada umumnya guru dalam proses belajar mengajar
masih menggunakan cara yang konvensional, dimana guru berdiri di depan
kelas dan cenderung mendominasi. Interaksi antara peserta didik dan guru
maupun antara peserta didik dengan peserta didik sangat kecil dan peserta
didik pasif. Aktivitas terjadi secara klasikal dengan menggunakan metode
ceramah. Untuk mencegah terjadinya fenomena proses pembelajaran yang
demikian itu, maka lebih baik sejak awal istilah pembelajaran (instruction)
untuk mengganti mengajar (teaching).
Model pembelajaran klasikal dengan ceramah menjadikan
pembelajaran kurang bermakna, karena partisipasi pengajar terlalu
mendominasi. Peluang untuk memaksimalkan peranan peserta didik dalam
penguasaan materi sesungguhnya sangat besar, yakni dengan cara
memperbanyak waktu agar dimanfaatkan oleh peserta didik . Di samping itu,
penajaman kreativitas peserta didik terhadap materi lebih diutamakan,
sehingg keragaman respon terhadap materi yang diajarkan menjadi sangat
penting.
Menurut Sudjana (2005:3), “Hasil belajar siswa adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”. Berdasarkan dari pengertian
6

tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat diukur melalui


peninjauan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris”.
Sedangkan tujuan utama belajar tuntas adalah mengusahakan agar
bahan pengajaran dikuasai secara tuntas oleh sekelompok siswa yang sedang
mempelajari materi tertentu. Misalnya tingkat penguasaan ini bermacam-
macam dan merupakan persyaratan (kriteria) minimum yang harus dikuasai
oleh siswa. KKM yang harus dicapai dalam amata pelajaran Marketing adalah
sebesar 75. Tapi, kenyataannya di X-PM SMK Kahuripan dalam mata
pelajaran Marketing sebagian besar peserta didik, yaitu 48% siswa belum
mencapai ketuntasan belajar, 16% sesuai dengan ketuntasan belajar, dan
sisanya sebesar 36% melebihi ketuntasan belajar minimal yang ditentukan
sekolah.
Tabel 1. Hasil Penilaian (Sebelumnya) KD 3.4
Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

NILAI Ketuntasan UH
No. NAMA SISWA
KKM T-1 T-2 UH (Ya/Tidak)
1. Abdillah Fattah K. 75 84 67 75 Ya

2. Alan Febri Sahari 75 85 80 80 Ya

3. Aben Ahmad Effendi 75 79 89 75 Ya

4. Agus Saputro 75 78 70 64 Tidak

5. Arif Riyanto 75 80 72 80 Ya

6. Candy Dwi Susilo 75 78 0 51 Tidak

7. Cendi Tri Susilo 75 80 77 67 Tidak

8. Diyah Ayu Wulandari 75 82 79 79 Ya

9. Donal Silaban 75 85 86 62 Tidak

10. Fernando Kuncoro Adi 75 75 84 78 Ya

11. Fitria Aldianti 75 84 78 58 Tidak

12. Indah Anggraini 75 75 70 79 Ya

13. Karina Indah Sari 75 89 70 78 Ya

14. Kawakibuddin Al Mutaajjij 75 89 89 73 Tidak

15. Muhamad Afif Sihabuddin 75 78 60 71 Tidak

16. Putri Kurnia Wulandari 75 79 68 74 Tidak

17. Ratna Wahyu Dwi Candra 75 84 74 78 Ya

18. Rafi Syahrudin 75 70 84 40 Tidak


7

19. Rifky 75 0 75 50 Tidak

20. Rizal Hermansyah 75 76 76 76 Ya

21. Saiful Rizal Maulana 75 70 0 48 Tidak

22. Vina Rahayu 75 80 80 82 Ya

23. Yohan Andre Maulana 75 75 78 52 Tidak

24. Yuliana 75 79 84 75 Ya

25. Yuliani 75 78 85 75 Ya
Nilai Dibawah KKM (%) 48% (12 anak)
Nilai KKM (%) 16% (4 anak)
Nilai Diatas KKM (%) 36% (9 anak)

Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas X-PM SMK Kahuripan


dalam mata pelajaran Marketing dapat disebabkan oleh proses pembelajaran
yang dilakukan guru, dimana proses pembelajaran yang dilakukan masih
bersifat konvensional yang kurang memotivasi. Proses pembelajaran
konvensional yaitu proses pembelajaran yang hanya terpusat pada guru
dengan metode mengajar yang digunakan masih menggunakan metode
ceramah. Akibatnya terjadi proses pembelajaran yang kurang optimal karena
guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Hal ini
yang membuat peserta didik sulit untuk berkembang. Oleh karenanya, untuk
mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran
yang disampaikan, maka guru harus selalu memberikan beberapa pertanyaan
agar memancing peserta didik untuk merespon balik sehingga terjadi reaksi
umpan balik antara peserta didik dan guru.
Menurut Rasyid dan Mansur (2007:39) bahwa motivasi merupakan
dorongan yang muncul baik dari dalam diri maupun dari luar untuk
melakukan sesuatu. Dorongan tersebut dapat memberikan efek yang baik jika
didukung oleh lingkungan yang baik. Begitu juga sebaliknya.
Motivasi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi intern (internal motivation) dan motivasi ekstern (external
motivation). Dimana motivasi intern muncul karena adanya faktor dari dalam,
yaitu karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasiekstern muncul karena
adanya faktor dari luar, terutama dari lingkungan. Dalam kegiatan
8

pembelajaran, faktor eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar


peserta didik.
Guru harus bisa meningkatkan motivasi belajar peserta didik, seperti
memberikan hadiah kepada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan guru atau hal lain yang dapat meningkatkan antusias peserta
didik. Hal ini tentu akan membuat peserta didik semakin termotivasi dalam
melakukan suatu pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, khususnya dalam meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa akan sangat tidak efektif apabila hanya menggunakan
metode ceramah dalam melakukan suatu proses pembelajaran di kelas. Oleh
karena itu, perlunya dilakukan suatu pengembangan metode pembelajaran
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar sehingga peserta didik dapat
terlibat secara penuh didalam proses belajar mengajar. Metode belajar
mengajar yang akan digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar peserta didik yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran
Problem Based Learning.
Peran guru pada metode pembelajaran problem based learning yaitu
sebagai pemberi masalah, memfasilitasi investigasi dan dialog, serta
memberikan dukungan (motivasi) dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga
berperan dalam mengembangkan aspek kognitif peserta didik bukan sekedar
sebagai pemberi informasi. Sedangkan peserta didik berperan aktif sebagai
penyelesai masalah dan pembuat keputusan bukan sebagai pendengar pasif.
Alasan pemilihan model pembelajaran PBL yang mengajarkan peserta
didik dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari juga dirasa masih kurang. Pengembangan model
pembelajaran tersebut sangat perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan
keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh peserta
didik. Model pembelajaran problem based learning adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah
melalui tahap-tahap model ilmiah sehingga peserta didik dapat dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
9

sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Kamdi,


2007:77). Sedangkan menurut Tan Onn Seng (2000), model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menggunakan
berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun
kelompok, serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan
sehingga menjadi bermakna, relevan, dan kontekstual. Kemudian ada
pendapat lain, bahwa problem based learning digunakan untuk pemecahan
masalah yang kompleks, problem-problem nyata dengan menggunakan
pendekataan studi kasus. Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan
solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling & Charles Fadel,
2009:111).
Melalui penggunaan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
secara aktif akan mencari solusi untuk masalah-masalah terstruktur atau tidak
terstruktur yang terletak di dunia nyata. Masalah terstruktur memberikan
peserta didik pemahaman yang jelas tentang apa yang mungkin menjadi
jawaban atas permasalahan yang ada.
Tujuan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada
permasalahan baru atau nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking
Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan
pemecahan masalah, dan secara aktif mengembangkan keinginan dalam
belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman
and Schmidt). Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika
peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan
sumber-sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
Penggunaan model dalam pembelajaran sangat diutamakan guna
menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang peserta didik
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui model problem based
learning, diharapkan dapat lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran
yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses
10

pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta


didik.
Alasan menerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Hasil
penelitian empirik yang relevan (mendukung penelitian) adalah Rerung
(2017) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik SMA pada Materi Usaha dan Energi”. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Manokwari. Subjek
penelitian adalah siswa Kelas XI-MIA 6 sebanyak 25 orang, yang terdiri 11
orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Dalam penelitian tersebut
menunjukkan hasil belajar kognitif sebesar 64% pada siklus I dan 84% pada
siklus II. Sedangkan, hasil belajar psikomotor aspek mempersiapkan alat dan
bahan meningkat sebesar 4%, aspek merangkai alat dan bahan meningkat
sebesar 6%, aspek melakukan percobaan meningkat sebesar 12%, aspek
mengamati percobaan sebesar 7%, dan aspek menyampaikan percobaan
meningkat sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Alasan menerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) selanjutnya adalah Sumarji (2009) dalam jurnalnya yang berjudul
“Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah”. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Singosari. Subjek penelitian
adalah siswa kelas X-TKB (Teknik Bangunan). Dalam penelitian tersebut
menunjukkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dalam
pemecahan masalah Mata Pelajaran Ilmu Statika dan Tegangan meningkat.
Ketercapaian rerata pada siklus I sebesar 48,35%, sedangkan ketercapaian
rerata pada siklus II sebesar 70,0%, mengalami peningkatan sebesar 21,65%.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk
mengangkat masalah ini dalam suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
11

BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL


BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MARKETING (Studi pada Peserta
Didik Kelas X-PM di SMK Kahuripan Pare, Kediri)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
pada mata pelajaran Marketing kelas X-PM Kompetensi Keahlian Bisnis
Daring dan Pemasaran SMK Kahuripan Pare Kediri?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Marketing peserta didik
kelas X-PM Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran di SMK
Kahuripan Pare Kediri?
3. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Marketing peserta
didik kelas X-PM Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran di
SMK Kahuripan Pare Kediri?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui:
1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Marketing kelas X-PM Kompetensi Keahlian Bisnis Daring
dan Pemasaran SMK Kahuripan Pare Kediri?
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Marketing peserta didik
kelas X-PM Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran di SMK
Kahuripan Pare Kediri?
3. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Marketing peserta
12

didik kelas X-PM Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran di


SMK Kahuripan Pare Kediri?

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan, antara lain:
1. Subjek Penelitian ini adalah peserta didik kelas X Program Keahlian
Bisnis Daring dan Pemasaran tahun ajaran 2018/2019.
2. Lokasi Penelitian ini di SMK Kahuripan Pare Kediri, Jalan Soekarno
Hatta No. 01 Pelem, Pare, Kediri.
3. Pembelajaran dalam penelitian ini terbatas pada moidel pembelajaran
Problem Based Learning.
4. Materi yang diajarkan adalah materi untuk kelas X Kompetensi Keahlian
Bisnis Daring dan Pemasaran yaitu Menganalisis dan Melakukan
Strategi Segmenting, Targeting dan Positioning.

E. Keterbatasan Penelitian
Kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi peneliti saat melakukan
penelitian, antara lain:
1. Dampak variabilitas waktu tindakan, tindakan hanya dilakukan dua kali
pertemuan dalam satu siklus dari yang seharusnya minimal tiga kali
pertemuan berdasarkan ijin yang diberikan oleh pihak sekolah tempat
penelitian.
2. Kesungguhan belajar siswa saat penelitian dilakukan merupakan hal-hal
yang berada di luar jangkauan peneliti untuk mengontrolnya.
3. Kesungguhan observer dalam mengamati proses belajar siswa saat
penelitian dilakukan berada di luar jangkauan peneliti untuk
mengontrolnya.
13

F. Definisi Istilah
1. Istilah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
penelitian ini adalah pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju
pemahaman akan resolusi suatu masalah (Barrow dalam Huda 2017:271).
2. Istilah motivasi dalam penelitian ini adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik dalam Djamarah
2011:148).
3. Istilah hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana 2005:3).

G. Definisi Operasional
Subvariabel/
No. Variabel Indikator
dimensi
1. Motivasi 1. Motivasi a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
Belajar Internal b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita di masa yang
akan datang.
2. Motivasi a. Adanya penghargaan dalam belajar.
Eksternal b. Adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar.
c. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
2. Hasil Belajar 1. Kemampuan a. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal
kognitif pre-test tertulis.
b. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal
post-test tertulis.
2. Kemampuan a. Keberanian tampil di depan kelas.
afektif b. Kekompakan kelompok dalam memainkan
peran.
c. Keaktifan kelompok memberi masukan.
d. Keberanian berbagi pengalaman.
e. Mengamati pemeranan.
f. Mendengarkan percakapan kelompok
pemeranan.
14

3. Kemampuan a. Terampil berkomunikasi saat diskusi.


psikomotor b. Dapat mempertahankan ide.
c. Dapat memecahkan masalah.
d. Dapat membuat kesimpulan.
e. Mampu memberi krritik dan saran.
f. Mampu mengajukan pertanyaan.
g. Mampu mengemukakan pendapat.
h. Mampu memberi tanggapan.

H. Manfaat Penelitian
Pada akhir penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang terkait diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada
perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil
belajar di kelas.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
3. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan
menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model
pembelajaran inovatif.
4. Bagi Guru atau Calon Peneliti
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian
tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi
pembelajaran.
5. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan,
15

dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan


selama ini sudah efektif dan efisien.
16

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Penelitian Sebelumnya
1. Rerung (2017) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA pada Materi Usaha dan
Energi”. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Manokwari. Subjek penelitian adalah siswa Kelas XI-MIA 6 sebanyak 25
orang, yang terdiri 11 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Dalam
penelitian tersebut menunjukkan hasil belajar kognitif sebesar 64% pada
siklus I dan 84% pada siklus II. Sedangkan, hasil belajar psikomotor
aspek mempersiapkan alat dan bahan meningkat sebesar 4%, aspek
merangkai alat dan bahan meningkat sebesar 6%, aspek melakukan
percobaan meningkat sebesar 12%, aspek mengamati percobaan sebesar
7%, dan aspek menyampaikan percobaan meningkat sebesar 8%. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Sumarji (2009) dalam jurnalnya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan
Kemampuan Pemecahan Masalah”. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Singosari. Subjek penelitian adalah siswa
kelas X-TKB (Teknik Bangunan). Dalam penelitian tersebut
menunjukkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dalam
pemecahan masalah Mata Pelajaran Ilmu Statika dan Tegangan
meningkat. Ketercapaian rerata pada siklus I sebesar 48,35%, sedangkan
ketercapaian rerata pada siklus II sebesar 70,0%, mengalami peningkatan
sebesar 21,65%.
3. Khalid (2016) dalam jurnalnya yang berjudul “Penerapan Metode
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa”. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMK 1
17

Sedayu. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-TP B pada mata


pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan hasil observasi untuk motivasi belajar siswa pada
siklus pertama diperoleh skor rata-rata 73,63% dan disiklus kedua
meningkat menjadi 83,64% atau terjadi peningkatan sebesar 8,76% untuk
data observasi motivasi belajar siswa. Dan untuk angket motivasi belajar
siswa pada siklus pertama skor siswa rata-rata 83,11% dan meningkat
pada siklus kedua menjadi 88,76% atau meningkat sebesar 5,65% dari
sklus pertama. Untuk data hasil belajar siswa pada siklus pertama nilai
rata-rata siswa sebesar 74,8 atau masih di bawah KKM yaitu sebesar 75
dan hanya beberapa orang yang lulus KKM. Pada siklus kedua hasil
belajar siswa dengan nilai rata-rata siswa menjadi 84,3 dan persentase
ketuntasan siswa pada siklus kedua terhadap KKM sebesar 100%.

B. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
Berkaitan dengan motivasi belajar tidak dapat dilepaskan dari
teori dasar motivasi dan hakikat motivasi. Kajian awal yang perlu
diuraikan adalah mengenai definisi motivasi.
a. Pengertian Motivasi
Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere”
yang kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan
untuk bergerak menururt Rachman Abror (1993:114). Motif tidak
dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam
tingkah laku berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif adalah daya penggerak
dalam diri sesorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
mencapai tujuan tertentu menurut Suryabrata (1993:70). Sejalan
dengan pengertian tersebut, Sartain dalam Purwanto (2006:60)
mengatakan bahwa motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di
18

dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke


suatu tujuan atau perangsang.
Berkaitan dengan pengertian motivasi, motivasi berasal
darikata inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan dan
motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong,
menyebabkan dan merangsang (Imran, 1996:87). Dengan demikian
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang
untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya (Uno, 2013:3). Menurut Santrock
(2018:510), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,
dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Ormrod (2019:58) mengatakan bahwa
motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize)
mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Menurut Mc. Donald
dalam Sardirman (2017:74), motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian
yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting
yaitu:
a) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia.
b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-
persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia.
c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi,
yakni tujuan.
Berdasarkan definisi-defisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
19

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang


agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi adalah proses
psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses
psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu
sendiri disebut instrinsik sedangkan faktor di luar diri disebut
ekstrinsik.
Faktor dari dalam/instrinsik timbulnya tidak memerlukan
rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu
sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan
faktor ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu,
misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif
terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya
(Uno, 2013:4). Faktor instrinsik lebih kuat dari faktor ekstrinsik.
Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan motivasi
instrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka
terhadap bidang-bidang studi yang relevan. Sebagai contoh,
memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk
instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang
menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran. Selanjutkan
akan dijelaskan tentang kaitan teori motivasi dan kegiatan belajar
yang akhirnya akan melahirkan suatu teori motivasi belajar.
b. Motivasi Belajar
Sebelum menjelaskan tentang motivasi belajar, terlebih
dahulu akan dijelaskan tentang konsep belajar. Ada beberapa definisi
tentang belajar, antara lain sebagai berikut:
1) Hilgard and Bower dalam Purwanto (2016:84), mengemukakan
bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
20

perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar


kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-
keadaan sesaat seseorang.
2) Cronbach dalam Sadirman (2017:20), memberikan definisi
“Learning is Shown by a change in behavior as a result of
experience”.
3) Witheringthon dalam Purwanto (2016:84), mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau
suatu pengertian.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan.
Sedangkan Winkel dalam Imran (1996:87), mengungkapkan
kesimpulkan tentang motivasi belajar, yakni keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Motivasi
belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai (Sadirman, 2017:75). Menurut Uno
(2013:75), motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan
pembelajaran. Peserta didik yang tidak punya motivasi tidak akan
berusaha keras untuk belajar dan sebaliknya, peserta didik yang
memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau penggerak dari
dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku
21

belajar yang terarah guna mencapai suatu tujuan yang telah


ditentukan. Dalam pengukuran motivasi belajar tentu dibutuhkan
indikator atau dimensi yang berkenaan dengan motivasi belajar.
Kajian selanjutnya akan dijelaskan mengenai indikator dalam
menilai motivasi belajar
c. Dimensi Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar, peranan motivasi yang tinggi
tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai
sukses meskipun dihadang oleh beberapa kesulitan. Motivasi yang
tinggi dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan
membuat peserta didik merasa optimis dalam mengerjakan setiap
apa yang dipelajarinya. Dalam menilai motivasi pada peserta didik
diperlukan dimensi pengukuran. Menurut Aritonang (2018:16),
motivasi belajar peserta didik meliputi beberapa dimensi, yaitu:
1) Ketekunan dalam belajar
Suatu keadaan dimana individu memiliki suatu perilaku yang
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tujuan yang akan
dicapainya.
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan
Kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar pasti ada dan
tidak dapat dihindarkan. Seorang peserta didik yang memiliki
kegigihan dalam menghadapi masalah dalam belajarnya, maka
akan dapat keluar dari permasalahan belajar.
3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
Seorang peserta didik dalam meraih tujuan belajarnya harus
memiliki minat yang kuat karena dengan memiliki minat yang
kuat sudah pasti peserta didik tersebut memiliki motivasi
belajar yang tinggi untuk meraih dan mengejar tujuan
belajarnya. Ketajaman dan perhatian dalam belajar dapat
digambarkan sebagai usaha seorang peserta didik dalam
22

berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan


tujuan belajar yang telah direncanakan.
4) Berprestasi dalam belajar
Kesuksesan dan keberhasilan dari suatu tujuan belajar banyak
dilihat dari hasil belajarnya yakni prestasi belajar. Prestasi
belajar yang tinggi dapat diraih jika seseorang memiliki
motivasi belajar yang tinggi sehingga seseorang akan selalu
berusaha dan tidak mudah puas dengan hasil belajarnya dan
senantiasa berusaha meraih prestasi belajar.
5) Mandiri dalam belajar
Kemandirian dalam belajar sangatlah penting karena dengan
kemandirian seseorang akan selalu berusaha secara individu dan
tidak selalu bergantung pada orang lain.
Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
motivasi belajar peserta didik menurut Uno (2013:31 dalam
Wahyono), yakni:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
Peserta didik memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil
menguasai materi dan mendapatkan nilai yang tinggi dalam
kegiatan belajarnya.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
Peserta didik merasa senang dan memiliki rasa membutuhkan
terhadap kegiatan belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita di masa yang akan datang.
Peserta didik memiliki harapan dan cita-cita atas materi yang
dipelajarinya.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
Peserta didik merasa termotivasi oleh hadiah atau penghargaan
dari guru atau orang-orang disekitarnya atas keberhasilan belajar
yang ia capai.
23

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.


Peserta didik merasa tertarik mengikuti kegiatan
pembelajaran.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seorang peserta didik dapat belajar dengan baik.
Peserta didik merasa nyaman pada situasi lingkungan
tempat ia belajar.
Berkenaan dengan motivasi belajar yang telah dijelaskan di
atas, telaah kajian berikutnya adalah mengenai pembelajaran
marketing yang menjadi objek dalam penilaian dimensi atau
indikator motivasi belajar. Objek kajian yang awal yakni mengenai
pengertian marketing kemudian mengenai sub pokok bahasan dalam
marketing.
2. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada
hakekatnya belajar dilakukan manusia sepanjang hayatnya atau sekurang-
kurangnya terus belajar meskipun sudah lulus sekolah. Belajar
merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam
usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya di
era globalisasi sekarang ini. Belajar merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan
mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku hasil
belajar yang bersifat positif. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak bisa menjadi terampil dan lain-lain. Di samping itu, hasil belajar
tidak hanya menyangkut pengetahuan, tetapi juga berkaitan dengan sikap
dan keterampilan
Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia
dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental
24

intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat


emosional. Bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Dalam
pembelajaran, guru berperan membuat desain intruksional, bertindak
mengajar atau membelajarkan, menyelenggarakan kegiatan belajar,
mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Sedangkan
peran peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses
belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar sebagai
dampak pengiring.
Menurut Sumiati dan Asra (2007:38) “Belajar dapat diartikan
sebagai sebuah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu
dengan lingkungan". Sedangkan pembelajaran menurut Susilana dan
Riyana (2007:1) adalah “suatu kegiatan yang melibatkan seseorang
dalam upaya memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai
positif dengan memanfaatkan berbagi sumber untuk belajar”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu usaha sadar yang terjadi secara terus-menerus yang
bersifat positif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lebih
baik sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Pembelajaran Saintifik
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu
banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya
dengan metode, padahal berbeda. Dalam pendekatan dapat
dioperasionalkan sejumlah metode. Misalnya, dalam penerapan
pendekatan saintifik dapat dioperasionalkan metode observasi, metode
diskusi, metode ceramah, serta metode lainnya. Artinya, pendekatan itu
lebih luas dibandingkan metode pembelajaran.
Pendekatan saintifik berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan
karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (saintifik
25

teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada


pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan
metode ilmiah. Pengertian penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan
kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau eksperimen,
namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi
atau berkarya (Nurdyansyah dan Musfiqon, 2015:51).
Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika
pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa
pembelajaran saintifik mencakup strategi pembelajaran peserta didik
aktif yang mengintegrasikan peserta didik dalam proses berpikir dan
penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat
membedakan kemampuan peserta didik yang bervariasi. Penerapan
metode saintifik membantu tenaga pendidik mengindentifikasi perbedaan
kemampuan peserta didik. Pada penerbitan majalah selanjutnya pada
tahun 2007 tentang Saintifik Teaching dinyatakan terdapat tiga prinsip
utama dalam menggunakan pendekatan ilmiah; yaitu:
a) Belajar peserta didik aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based
learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau
belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada peserta didik.
Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar peserta didik yang
dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
b) Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan
saintifik mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini
membawa konsekuensi peserta didik unik, kelompok peserta didik
unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur,
pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
c) Metode saintifik merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan
menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan
percobaan. Dalam penerapan metode saintifik terdapat aktivitas yang
26

dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar,


menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode
saintifik tersusun dalam tujuh langkah berikut:
 Merumuskan pertanyaan.
 Merumuskan latar belakang penelitian.
 Merumuskan hipotesis.
 Menguji hipotesis melalui percobaan.
 Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
 Jika hipotesis terbukti benar maka daapt dilanjutkan dengan
laporan.
 Jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka
lakukan pengujian kembali.
Penerapan metode saintifik merupakan proses berpikir logis
berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang
telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya merupakan kemampuan
dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali
untuk menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, penguasaan teori dalam
sebagai dasar untuk menerapkan metode saintifik. Dengan menguasi teori
maka peserta didik dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu
gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran untuk
memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan konsep
yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan perumusan
pertanyaan penelitian (Nurdyansyah dan Musfiqon, 2015:52).
4. Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah sekilas sama dengan
pembelajaran berbasis proyek. Namun sejatinya terdapat perbedaan
mendasar yang telah menjadi karakteristik tersendiri. Problem Based
Learning (PBL) dirancang dengan menghadirkan masalah-masalah yang
kemudian peserta didik mendapat pengetahuan penting dari masalah
yang dimunculkan. Lebih lanjut, peserta didik diharapkan mahir dalam
memecahkan masalah dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
27

kecakapan berpartisipasi dalam tim untuk menyelesaikan masalah secara


kelompok. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang
relevan dalam kehidupan. Konsep ini sesuai dengan definisi masalah
yaitu sesuatu yang sulit dihadapiatau dimengerti.
Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world) dalam situasi belajar
bersama di sekolah. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah lebih
menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan
kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau
materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan bersama
(Nurdyansyah dan Musfiqon, 2015:141).
Nurdyansyah dan Musfiqon (2015:142) menyatakan dalam
praktik pembelajaran, peserta didik diberi rangsangan berupa masalah-
masalah yang kemudian peserta didik diminta melakukan pemecahan
masalah agar dapat menambah keterampilan peserta didik dalam
pencapaian materi pembelajaran. Ada lima strategi dalam menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu: (1) permasalahan
sebagai kajian, (2) permasalahan sebagai penjajakan pemahaman, (3)
permasalahan sebagai contoh, (4) permasalahan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari proses, dan (5) permasalahan sebagai stimulus aktivitas
otentik. Dalam model pembelajaran berbasis masalah peran tenaga
pendidik dan peserta didik dapat digambarkan dalam table di bawah ini:
28

Tabel 2.1
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Peran Tenaga Pendidik dan Peserta Didik
Tenaga Pendidik Sebagai Peserta Didik Masalah Sebagai
Pelatih Sebagai Problem Awal Tantangan
Solver dan Motivasi
a. Asking about thinking a. Peserta yang aktif a. Menarik untuk
(bertanya tentang terlibat langsung dipecahkan
Pemikiran) dalam b. Menyediakan
b. Memonitor pembelajaran pembelajaran kebutuhan yang ada
c. Probbing (menantang b. Membangun hubungannya
Peserta didik untuk berfikir) pembelajaran dengan pelajaran
d. Menjaga agar peserta didik yang dipelajari
terlibat
e. Mengatur dinamika kelompok
f. Menjaga berlangsungnya proses
(Sumber: Buku Pendekatan Pembelajaran Saintifik)
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini dapat melatih
peserta didik terampil berfikir dan terampil menyelesaikan masalah,
menjadi lebih dewasa, serta melatih belajar mandiri. Secara lebih jelas
dipaparkan lima langkah pembelajaran berbasis masalah yang dapat
dijadikan acuan tenaga pendidik dalam pembelajaran, yaitu:

Gambar 2.1 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah


29

Langkah pertama, pemberian konsep dasar diperlukan untuk


memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran
sehingga dapat memahami petunjuk secara jelas. Langkah kedua
fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Hal ini dapat
dilakukan dengan brainstorming, melakukan seleksi alternatif untuk
memilih pendapat yang lebih fokus, dan menentukan permasalahan dan
melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi
penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Dalam langkah ketiga,
masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas isu yang sedang diinvestigasi secara mandiri. Dilanjutkan
pada langkah keempat, yaitu peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi
dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya. Pada tahap terakhir penilaian yang dilakukan dengan
memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude) (Nurdyansyah dan Musfiqon, 2015:143).
Untuk memberikan gambaran operasionalisasi model
pembelajaran berbasis masalah berikut ini penerapannya di dalam
pembelajaran:
Tabel 2.2
Tahapan pembelajaran Model PBL
FASE-FASE KEGIATAN
Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi kepada peserta didik logistik yg dibutuhkan dan memotivasi peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Fase 2 Membantu peserta didik mendefinisikan dan
Mengorganisasikan peserta didik mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3 Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan individu informasi yang sesuai. Melaksanakan eksperimen
dan kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
30

masalah.
Fase 4 Membantu peserta didik dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
hasil karya model dan berbagi tugas dengan teman
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Menganalisa dan mengevaluasi telah dipelajari/meminta kelompok presentasi
proses hasil kerja
pemecahan masalah
(Sumber: Buku Pendekatan Pembelajaran Saintifik)
Setelah pembelajaran usai tenaga pendidik melakukan penilaian
sesuai dengan model yang dipilih. Penilaian pembelajaran dengan PBL
dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun
waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Penilaian dalam pendekatan PBL juga dapat dilakukan dengan cara
evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment. Penilaian proses
lebih dominan dibandingkan penilaian hasil, karena proses pembelajaran
lebih menggambarkan capaian pembelajaran (Nurdyansyah dan
Musfiqon, 2015:145).
5. Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik selalu dikaitkan dengan evaluasi
pendidikan, dan dalam hal ini adalah evaluasi hasil belajar. Sumiati dan
Asra (2007:200) mengatakan bahwa “evaluasi atau penilaian merupakan
salah satu komponen sistem pembelajaran. Pengembangan alat evaluasi
merupakan bagian integral dalam pengembangan sistem pembelajaran.
Oleh karena fungsi evaluasi adalah untuk mengetahuai apakah tujuan
yang dirumuskan dapat tercapai, evaluasi merupakan salah satu faktor
penting dalam proses pembelajaran”. Sedangkan menurut Rasyid dan
Mansur (2007:2) mengatakan bahwa “evaluasi merupakan suatu proses
penetapan nilai tentang kinerja dan hasil belajar peserta didik
berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penilaian”. Pada
prinsipnya, penggunaan hasil belajar meliputi segenap ranah yang
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik .
31

Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah


itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hasil prestasi
belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai peserta didik dalam proses
belajar mengajar yang berupa penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Hasil belajar
tidak akan pernah didapatkan apabila seseorang tidak melakukan sebuah
kegiatan belajar.
6. Pembelajaran Marketing
a. Pengertian Marketing
Menurut Philip Kotler (2004:7) menyatakan bahwa
marketing adalah suatu kegiatan sosial dan sebuah pengaturan yang
dikerjakan oleh individu atau sekelompok supaya mendapatkan apa
yang diinginkan dengan membuat suatu produk lalu menukarnya
dengan nominal tertentu kepada pihak lain. Menurut Boyd, dkk
(2000:4), “Pemasaran adalah suatu proses yang melibatkan
kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan
perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui pertukaran dengan pihak lain”. Sedangkan menurut
Downey (2002:3), pemasaran didefenisikan sebagai telaah terhadap
aliran produk secara fisik dan ekonomik dari produsen melalui
pedagang perantara sampai ke tangan konsumen. Pendapat lain
mengatakan bahwa pasar merupakan sistem keseluruhan dari
kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial. (Stanton, 2002:4-5).
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kegiatan bisnis harus berorientasi ke pasar atau konsumen.
Keinginan konsumen juga harus dipuaskan secara efektif. Agar
32

pemasaran berhasil maka perusahaan harus memaksimalakn


penjualan yang menghasilkan laba dalam jangka panjang.
b. Konsep Dasar Materi Menerapkan dan Melakukan Strategi
Pemasaran Barang dan Jasa.
Membangun suatu bisnis atau usaha bukan hanya
membutuhkan unsur modal dan sumber daya manusia saja, namun
juga membutuhkan strategi pemasaran yang tepat untuk
meningkatkan omzet penjualan. Ada beberapa contoh usaha yang
pada akhirnya menutup kegiatannya karena dipandang sudah tidak
efektif untuk menghasilkan keuntungan. Diantaranya adalah
Matahari Department Store, Ramayana, Lotus, dan Debenhams,
mengumumkan penutupan gerainya di beberapa lokasi. Berdasarkan
perusahaan-perusahaan yang gulung tikar tersebut menunjukkan
bahwa unsur modal dan manusia saja tidak cukup mendukung
perusahaan untuk menjual produk langsung ke konsumen.
Perusahaan perlu strategi pemasaran yang handal dan efektif agar
perusahaan terus berkembang. Dengan menerapkan strategi
pemasaran yang efektif, tingkat penjualan perusahaan akan
bertambah dan mempengaruhi laba yang diperoleh secara positif.
Dalam usaha penjualan produk, teknik dan strategi pemasaran sangat
berpengaruh pada jumlah penjualan produk yang akan dijual. Selain
mempertahankan proses marketing, strategi pemasaran barang juga
dapat membuat para konsumen tetap loyal terhadap pembelian
produk yang kita jual (Modul Marketing 2018).
c. Kedudukan Mata Pelajaran Marketing dalam Struktur Kurikulum
2013 Revisi 201 SMK Kahuripan Pare Kediri
Susunan program pendidikan dan pelatihan pada kurikulum
SMK 2013 Revisi 2017 untuk Kompetensi Keahlian Bisnis Daring
dan Pemasaran SMK Kahuripan Pare Kediri adalah sebagai berikut:
33

Tabel 2.3
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
(MODEL BLOK)
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian : Bisnis dan Pemasaran
Kompetensi Keahlian : Bisnis Daring dan Pemasaran
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
A. MuatanNasional
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 318
2 Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan 212
3 Bahasa Indonesia 354
4 Matematika 424
5 Sejarah Indonesia 108
6 Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352
B. Muatan Kewilayahan
1 Seni Budaya 108
2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 144
Jumlah A dan B 2.020
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1 Simulasi dan Komunikasi Digital 108
2 Ekonomi Bisnis 72
3 Administrasi Umum 72
4 IPA 72
C2. Dasar Program Keahlian
1 Marketing 144
2 Perencanaan Bisnis 144
3 Marketing 180
C3.Kompetensi Keahlian
1 Penataan Produk 384
2 Bisnis Online 490
3 Pengelolaan Bisnis Ritel 420
4 Administrasi Transaksi 456
5 Produk Kreatif dan Kewirausahaan 350
Jumlah C (C1, C2 dan C3) 2.856
Total 4.876
(Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor:
130/D/KEP/KR/2017)
34

Tabel 2.4
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
(MODEL IMPLEMENTATIF)
Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian : Bisnis dan Pemasaran
Kompetensi Keahlian : Bisnis Daring dan Pemasaran
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
A. MuatanNasional
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 3 3 3 3
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 3 3 - - - -
6 Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 3 3 3 3 4 4
B. Muatan Kewilayahan
1 Seni Budaya 3 3 - - - -
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 2 2 2 2 - -
2
Kesehatan
Jumlah A dan B 24 24 17 17 16 16
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1 Simulasi dan Komunikasi Digital 3 3 - - - -
2 Ekonomi Bisnis 2 2 - - - -
3 Administrasi Umum 2 2 - - - -
4 IPA 2 2 - - - -
C2. Dasar Program Keahlian
1 Marketing 4 4 - - - -
2 Perencanaan Bisnis 4 4 - - - -
3 Marketing 5 5 - - - -
C3.Kompetensi Keahlian
1 Penataan Produk - - 4 4 6 6
2 Bisnis Online - - 7 7 7 7
3 Pengelolaan Bisnis Ritel - - 6 6 6 6
4 Administrasi Transaksi - - 7 7 6 6
5 Produk Kreatif dan Kewirausahaan - - 5 5 5 5
Jumlah C (C1, C2 dan C3) 22 22 29 29 30 30
Total 46 46 46 46 46 46
35

(Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor:


130/D/KEP/KR/2017)
Mata Pelajaran Marketing merupakan program mata
pelajaran kelompok C2 kelas X Kompetensi Keahlian Bisnis Daring
dan Pemasaran. Mata Pelajaran Marketing ini terdiri dari sebelas
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Adapun
kompetensi dasar tersebut adalah:
Tabel 2.5
Kompetensi Dasar pada Mata Pelajaran Marketing

(Sumber: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan)


Dalam penelitian ini kompetensi yang ingin dicapai adalah
Menerapkan dan Melakukan Strategi Pemasaran Barang dan Jasa
Pada siklus I peneliti menggunakan kompetensi dasar Menerapkan
Strategi Pemasaran Barang dan Jasa, sedangkan pada siklus II
menggunakan kompetensi dasar Melakukan Strategi Pemasaran
Barang dan Jasa.
36

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis/terencana untuk
mencari suatu jawaban sebuah permasalahan yang ingin diketahui oleh si
peneliti. Sesuai dengan judul yang dikemukakan oleh si peneliti, yakni
Penerapan Pembelajaran Saintifik Model Problem Based Learning pada Mata
Pelajaran Marketing untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan MotivasiPeserta
didik Kelas X Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran di SMK
Kahuripan Pare Kediri, maka penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Elfanany (2007:45) “Penelitian kualitatif adalah penelitian
eksploratif yang mempunya proses yang lain daripada penelitian kuantitatif.
Jika metode kuantitatif dapat memberikan gambaran tentang populasi secara
umum, maka metode kualitatif dapat memberikan gambaran khusus terhadap
suatu kasus secara mendalam yang jelas tidak diberikan oleh hasil penelitian
dengan metode kuantitatif”. Sedangkan menurut Sugiyono (2007:9) “Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
pendekatan kualitatif adalah penelitian yang terjadi secara alamiah, apa
adanya dan tidak dibuat-buat berasal dari orang-orang dan perilaku yang
diamati, yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan.
Menurut Arikunto dkk (2016:1-2) “Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan,
37

sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan
memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan
dampak dari perlakuan tersebut”. Asrori (2007:6) mendefinisikan “penelitian
tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga peserta didik
dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, penelitian
tindakan kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparatif. Artinya,
penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar
peserta didik bisa mencapai hasil yang maksimal”. Sedangkan menurut
Elfanany (2013:22) “PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara
sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunya suatu perencanaan sampai
penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar
mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan”.
Dari ketiga pendapat dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah sebuah kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru yang
secara sengaja diberi tindakan yang sesuai dengan kondisi praktek
pembelajaran dan pengalaman guru.

B. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal
ini sesuai dengan salah satu ciri atau karakteristik penelitian kualitatif, yaitu
peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008:9). Dalam penelitian
ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan pemberi tindakan.
Instrumen kunci berarti peneliti sebagai pengamat dan pewawancara. Sebagai
pengamat, peneliti mengamati aktivitas yang terjadi selama proses belajar
mengajar berlangsung. Sedangkan sebagai pewawancara, peneliti bertindak
sebagai pewawancara terhadap subjek penelitian
38

Sebagai pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar atau


guru yang membuat rancangan pembelajaran dan sekaligus menyampaikan
bahan ajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Disamping itu peneliti
juga sebagai pengumpul data dan penganalisis data serta sebagai pelapor hasil
penelitian.

C. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SMK Kahuripan Pare
Kediri yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta No. 01 Pelem, Pare-Kediri.
Dalam observasi sebelumnya bahwa di SMK Kahuripan Pare Kediri selama
ini untuk mata pelajaran Marketing belum pernah melaksanakan
pembelajaran saintifik model Problem Based Learning dan sistem
pembelajaran pada kelas Bisnis Daring dan Pemasaran ini masih berjalan
secara konvensional. Oleh karena itu penelitian di SMK Kahuripan Pare
Kediri sebagai pertimbangan peneliti untuk menerapkan pembelajaran
saintifik model Problem Based Learning.

D. Obyek Penelitian
Menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2008:229) “Obyek penelitian
dalam penelitian kualitatif yang diobservasi dinamakan situasi sosial, yang
terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities
(aktivitas)”. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas
X Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran di SMK Kahuripan
Pare Kediri yang berjumlah 26 peserta didik .

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa:
1. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati
aktivitas guru sebagai pengajar dan aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam hal
39

ini peneliti dibantu oleh Nanik Yuni Lestari, S.Pd., sebagai guru Bisnis
Daring dan Pemasaran kelas X.
2. Lembar Wawancara
Lembar wawancara dalam hal ini digunakan untuk mengetahui informasi
mengenai tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar
Marketing berlangsung sebelum mendapat tindakan, metode pengajaran
yang digunakan, motivasi belajar peserta didik , partisipasi peserta didik
dan hasil belajar peserta didik .
3. Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat
motivasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, di bawah ini akan
disajikan kisi-kisi angket motivasi belajar peserta didik .
Tabel 3.1
Intrumen Angket Motivasi
Variabel Indikator Pernyataan No.
Motivasi A. Adanya hasrat dan Saya ingin menguasai materi pelajaran 1
keinginan berhasil marketing.
Saya ingin belajar marketing dengan 2
sungguh-sungguh.
Saya ingin mendapatkan nilai yang tinggi 3
dalam pelajaran marketing.
B. Adanya dorongan Saya merasa senang belajar marketing 4
dan kebutuhan Saya mera lebih baik jika saya menguasai 5
dalam belajar ilmu marketing
Saya membutuhkan ilmu marketing untuk 6
karir saya nanti
C. Adanya harapan Saya berharap bahwa dengan memahami 7
dan cita-cita di ilmu marketing kehidupan saya menjadi
masa yang akan lebih baik
datang Saya bercita-cita ingin menjadi seorang 8
marketer/pemasar yang sukses
D. Adanya Saya merasa senang atas penghargaan 9
penghargaan yang diberikan oleh guru maupun orang
dalam belajar tua atas prestasi yang telah saya capai
Saya merasa senang atas hadiah yang 10
diberikan oleh guru maupun orang tua
atas prestasi yang telah saya capai
40

E. Adanya kegiatan Saya merasa tertarik mengikuti pelajaran 11


yang menarik marketing
dalam belajar
F. Adanya Saya merasa nyaman terhadap lingkungan 12
lingkungan belajar sekolah tempat saya belajar
yang kondusif Saya merasa nyaman dikelas ketika 13
sehingga pembelajaran berlangsung
memungkinkan Saya merasa nyaman dengan teman-teman 14
seorang peserta saya
didik dapat Saya merasa nyaman dengan guru dan 15
belajar dengan karyawan sekolah
baik
4. Kamera
Kamera dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data atau
sebagai bukti pendukung Penelitian Tindakan Kelas (PTK) selama proses
belajar mengajar berlangsung. Dalam penelitian ini yang rencananya
akan bertugas memfoto adalah Pricillia Apriliyanti peserta didik kelas
XI jurusan Pemasaran.
5. Daftar Nilai Peserta didik
Daftar nilai peserta didik digunakan untuk mengetahui informasi
mengenai prestasi atau hasil belajar peserta didik sebelum mengikuti
proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran saintifik model
Problem Based Learning.
6. Soal Tes
Soal-soal tes berupa soal esay. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
data prestasi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran saintifik model Problem Based Learning.
Tes ini berupa tes awal dan tes akhir yang diberikan kepada peserta didik
pada siklus I dan siklus II.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
beikut:
41

2. Observasi (pengamatan)
Nasution (dalam Sugiyono, 2008:226) menyatakan bahwa
“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi”. Kegiatan mengamati bukan
merupakan pekerjaan yang mudah karena minat dan kecenderungan-
kecenderungan tertentu masih banyak mempengaruhi pengamat, maka
seorang pengamat haruslah objektif.
Dalam penelitian kualitatif observasi merupakan salah satu teknik
utama dalam pengumpulan data. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas
peneliti sebagai pengajar dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.
Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara
perencanaan dengan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data
aktivitas peserta didik dalam berdiskusi. Observasi dilakukan oleh
peneliti, guru mata pelajaran Marketing yaitu Adinda Ficha Mega
Rahmania, S.Pd dan teman sejawat Nanik Yuni Lestari, S.Pd., sebagai
guru Bisnis Daring dan Pemasaran kelas X.
3. Interview (wawancara)
Dengan wawancara, hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi
dapat diketahui. Esterberg (dalam Sugiyono, 2008:231) mengatakan
bahwa “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Untuk mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dapat digunakan wawancara
yang tidak dapat diketahui melalui observasi.
Dalam penelitian kualitatif wawancara sering sekali dimanfaatkan
sebagai teknik utama dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini
teknik wawancara digunakan dalam mengumpulkan data mengenai;
tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar
Marketing berlangsung sebelum mendapat tindakan, metode pengajaran
42

yang digunakan, motivasi belajar peserta didik , dan prestasi belajar


peserta didik .
4. Angket
Pemberian angket dilakukan untuk memperoleh data tentang
tanggapan peserta didik terhadap penerapan pembelajaran saintifik
model Problem Based Learning sebagai indikator motivasi peserta didik .
5. Dokumentasi
Dokumen merupakan merupakan catatan peristiwa yang telah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2008:240). Data dokumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: daftar nilai peserta didik
baik nilai tugas maupun nilai ulangan harian.
6. Tes
Menurut Arikunto (2003: 32) “Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok”. Tes umumnya bersifat mengukur, dimana tes
yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa tes awal dan tes akhir.

G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah
pengumpulan data. Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2007:246)
menyatakan tiga tahap analisis data, yaitu meliputi tahap (1) reduksi data, (2)
penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan.

H. Pengecekan Keabsahan Data


Untuk mengecek keabsahan data, dalam penelitian ini menggunakan:
1. Teknik Triangulasi
Menurut Sugiyono (2008:241), “Triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Bila peneliti
43

melakukan pengupulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti


mengupulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data
dan berbagai sumber data.
Teknik yang digunakan adalah membandingkan hasil tes akhir
dengan hasil tes ujian pada pokok bahasan sebelumnya. Disamping itu
dengan membandingkan hasil pekerjaan peserta didik dengan data
wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Triangulasi metode
dilakukan dengan cara mengecek temuan hasil penelitian dengan
beberapa teknik pengumpulan data, dan triangulasi teori dilakukan
dengan membandingkan data yang diperoleh melalui observasi dengan
teori terkait.
2. Pemeriksaan Sejawat melalui diskusi
Peneliti dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
kegiatan penelitian yang dilakukan. Dengan ini, peneliti dapat
membandingkan hasil dari kegiatan penelitian sehingga peneliti dapat
memperbaiki kekurangan untuk tahap selanjutnya. Teman sejawat dalam
penelitian ini adalah Nanik Yuni Lestari, S.Pd., sebagai guru Bisnis
Daring dan Pemasaran kelas X, yang memiliki pengetahuan umum yang
sama tentang apa yang diteliti, sehingga bersama peneliti dapat mereview
persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.

I. Tahap-Tahap Penelitian
Menurut Asrori (2007:103), penelitian adalah suatu kegiatan yang
sistematis/terencana untuk mencari suatu jawaban sebuah permasalahan yang
ingin diketahui oleh si peneliti. Sesuai dengan judul yang dikemukakan oleh
si peneliti, yakni Penerapan Pembelajaran Saintifik Model Problem Based
Learning pada Mata Pelajaran Marketing untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Motivasi Peserta didik Kelas X Kompetensi Keahlian Bisnis Daring dan
Pemasaran di SMK Kahuripan Pare Kediri, maka penelitian ini dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah
44

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang akan


berlangsung dalam 2 siklus yang setiap siklus akan berlangsung dalam 2
pertemuan.
Berikut ini adalah alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas


Secara operasional langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut:
SIKLUS I
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan adalah sebagai
berikut:
1) Tahap Perencanaan
1. Melakukan pertemuan dengan guru mata Pelajaran Marketing untuk
merencanakan persiapan tindakan dan waktu pelaksanaan.
45

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) sebagai tindakan


dalam siklus I.
3. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada peserta didik
pada saat berlangsungnya kegiatan.
d. Membuat lembar observasi terhadap pelaksanaan tindakan.
e. Merancang instrumen pembelajaran yang meliputi pembuatan soal-
soal tes dan angket motivasi peserta didik .
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Proses dalam tindakan ini mengikuti urutan
kegiatan sebagaimana yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Adapun urutan
kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi masalah
 Guru menayangkan video dan slide mengenai permasalahan
dalam tabel laporan pencatatan persediaan barang dagangan
yang belum disesuaikan.
 Peserta didik melakukan pengamatan dengan cara mengamati
tayangan.
 Peserta didik saling melakukan tanya jawab mengenai tayangan
yang diberikan.
2) Menetapkan Masalah
 Setiap kelompok diberikan handout slide presentasi dan bukti
memorial untuk diamati bersama-sama
 Peserta didik menentukan letak permasalahan yang harus
diselesaikan berdasarkan tayangan yang diberikan.
 Peserta didik mengumpulkan informasi dengan berdiskusi dan
membaca berbagai litelatur mengenai permasalahan pencatatan
persediaan barang dagangan.
46

3) Mengembangkan solusi
 Peserta didik berdiskusi mengecek pandangan dan bertukar
pikiran denga teman kelompoknya mengenai permasalahan yang
sedang dibahas berdasarkan litelatur dan pengetahuan yang
dimilikinya.
 Peserta didik berdiskusi dalam kelompok tentang solusi yang
terbaik dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
4) Melakukan tindakan strategis
 Salah satu kelompok tampil untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, dalam menyelesaikan permasalahan melalui solusi
yang disimpulkan oleh kelompoknya.
 Peserta didik di kelompok lain memperhatikan proses
presentasi.
 Guru mempersilahkan peserta didik lain untuk bertepuk tangan
setelah presentasi selesai, untuk menunbuhkan karakter
menghargai prestasi.
5) Melihat ulang dan mengevaluasi
 Peserta didik dipersilahkan untuk memberikan komentar
terhadap hasil presentasi temannya dan dipersilahkan
mengoreksi bila ada kesalahan.
 Peserta didik menarik kesimpulan atas apa yang telah
dipresentasikannya.
6) Tahap selanjutnya yaitu memasuki siklus I, pada siklus ini guru
dapat memberikan penilaian terhadap peserta didiknya dengan
menggunakan instrumen penilaian diskusi dan presentasi.
7) Terakhir, guru memberikan tes akhir individu siklus I.
8) Guru memberi penghargaan kepada peserta didik dan kelompok yang
mendapat skor tertinggi.
9) Pada akhir siklus I, guru menyebarkan angket motivasi kepada peserta
didik untuk mengukur motivasi peserta didik dalam mengikuti
Kegiatan Belajar Mengajar
47

3) Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakak
yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang
data motivasi dan prestasi peserta didik dari awal sampai akhir tindakan.
4) Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dalam siklus I ini digunakan untuk memahami
segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh pada
pemberian tindakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil
refleksi siklus I akan menjadi pertimbangan untuk perencanaan tahapan pada
siklus II.
SIKLUS II
Pada siklus ini memiliki tahap yang sama seperti siklus I, semua tahap
yang ada pada siklus II dilakukan setelah siklus I selesai dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pada siklus I, dimana rencana yang
dibuat didasarkan pada hasil analisis dari siklus I. Sebagai akhir dari proses
penelitian ini, peneliti membuat laporan hasil penelitian yang merupakan
manifestasi dari kegiatan yang telah dilakukan.
48

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Arikunto, dkk. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Aritonang, Keke. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta didik . Jurnal Pendidikan Penabur-No.10/Tahun ke-7/Juni.
Asrori, M. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Boyd, Harper. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Chotimah dan Dwitasari. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran Untuk Penelitian
Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang.
Elfanany, B. 2013. Penelitian Tindakan Kelas, Kunci-kunci Rahasia Agar Mudah
Melaksanakan PTK dan Menulis Laporan PTK untuk Guru, Dosen, dan
Mahapeserta didik . Yogyakarta: Araska.
Huda, Miftahul. 2017. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Pustaka Belajar.
Imran, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.
Khalid, Arif Irham. 2016. Penerapan Metode Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X TP B pada Mata
Pelajaran Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi di SMK 1 Sedayu.
Kotler dan Armstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Indeks.
Kotler, dkk. 2000. Manajemen Pemasaran dengan Pemasaran Efektikf dan
Pofitable. Jakarta: Gramedia.
Murkhan, Suhadi. 2013.
(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/pendekatan-
saintifik-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html). Di akses pada
tanggal 23 Juni 2018.
Nurdyansyah dan Musfiqon. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center
Ormrod, Jecinne. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
49

Rachman, Abd., 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.


Rasyid dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.
Rerung, Nensy, dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA
pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-
BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55.
Sanjaya, Ade. (http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-pemasaran-
menurut-definisi.html). Di akses pada tanggal 23 Juni 2018.
Santrock, John. 2008. Psikologi Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sardirman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Sumarji. 2009. Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu
Statika dan Tegangan Di SMK Negeri 1 Singosari. Jurnal Teknologi dan
Kejuruan, Vol. 32, No. 2, September 2009: 129-140.
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susilana dan Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Stanton. William. J, 2000. Prinsip Pemasaran Edisi Revisi. Jakarta: Erlangga.
Universitas Negeri Malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Edisi Keenam.
Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).
Uno, Hamzah. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah. 2013. Di dalam Wahyono, Budi.
(http://www.pendidikanekonomi.com/2014/ 10/indikator-motivasi-
belajar.html). Di akses pada tanggal 23 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai