Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BEALAJAR EMPIRIKALADUKATIF PADA MATERI PEMASARAN BARANG DAN JASA
DI KELAS X SEMESTER 1 SMK NEGERI 1 TAKENGON
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh : Idawarni
Guru Bidang Studi : Pemasaran
Program Keahlian Bisnis Dan Manajemen
Smk Negeri 1 Takengon

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAKENGON


Jl. Lebe Kader Lr. Sejahtera No. 13 Takengon
Aceh Tengah
2014

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH


DINAS PENDIDIKAN
Jl. Takengon Isaq Kung Pegasing No. Telp (0643) 21852
PENGESAHAN
NO.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah menerangkan bahwa :

Nama

: Dra. Idawarni

NIP

: 19650429 199501 2007

Pangkat/Golongan

: Pembina IV/a

Jabatan

: Guru Pembina/Guru SMK Negeri 1 Takengon

Adalah benar telah melakukan penelitian dengan judul :


1. Meningkatkan

Hasil

Belajar

Siswa

Dengan

Penerapan

Model

Pembelajaran Siklus Belajar Empirikal-Adukatif Pada Materi Pemasaran


Barang Dan Jasa Dan Menganalisis Kebutuhan Konsumen
Dan kami sahkan sebagai karya ilmiah dalam rangka ususlan kenaikan pangkat
guru pada unsur pengembangan profesi sesuai dengan aturan berlaku.
Demikianlah pengesahan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Takengon,

November 2014

Kepala SMK Negeri 1 Takengon

ANWAR SYUKRI.S.Pd
NIP: 19580605 198503 1 007

Pengesahan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Siklus


Belajar Empirikal-Adukatif Pada Materi Pemasaran Barang Dan Jasa Dan
Menganalisis Kebutuhan Konsumen

Telah disahkan oleh :

Kepala Perpustakaan

Guru Bidang Studi

Dra. Idawarni
NIP.

Nip. 19650429 199501 2 001


Mengetahui
Kepala SMK N 1 Takengon

Anwar Syukri Spd


Nip. 19580605 198503 1 007

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengembangan pendidikan di Indonesia menuntut peningkatan
profesionalisme guru sebagai salah satu pelaku utama dalam proses belaajr
mengajar. Untuk itu, guru diisyaratkan memiliki kompetensi yang memadai
sehingga dapat berinteraksi secara edukatif, yaitu : proses interaksi yang
disengaja untuk mengantarkan anak didik ke tingkat kedewasaannya,
Sadirman A.M.(2003).
Namun

dalam

pelaksanaannya

banyak

terdapat

permasalahanpermasalahan yang dihadapi. Salah satu permasalahan yang


terjadi di dalam pembelajaran ialah kesulitan yang dialami siswa saat
memahami konsep fisik materi pelajaran yang secara langsung oleh guru di
papan tulis.
Dari observasi yang secara langsung dilakukan peneliti di sekolah
tempat peneliti mengajar diperoleh nilai hasil ulangan harian dan ujian
semester di sekolah SMK Negeri 1 Takengon, khususnya di kelas X semester
I, diperoleh nilai rata-rata ulangan harian adalah 65 dan ujian semester adalah
67. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih
dapat dikatakan cukup rendah, karena siswa tidak dapat mencapai nilai 75
sebagai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) khususnya pada mata
pelajaran Pemasaran barang dan jasa.
Selain itu, dalam proses belajar guru kurang melakukan variasi, terlalu
banyaknya latihan yang di

berikan, kurangnya motivasi dan penguatan

kepada siswa, dan umpan balik berdasarkan koreksi guru jarang diterapkan.
Semua itu disebabkan oleh karena belum terbiasanya guru dalam
mendekatkan siswa pada konteks yang dialami dan dirasakannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Adapun permasalahan lain yang di hadapi ialah siswa kesulitan


mempelajari mata pelajaran Pemasaran Barang Dan Jasa karena hanya
diberikan teori, kemudian guru belum mengoptimalkan penilaian dalam ranah
psikomotor dan afektif sebagai bagian dari penilaian terhadap siswa.
Sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Pemasaran Barang Dan Jasa.
Agar

suasana

belajar

yang

dialami

siswa

menjadi

lebih

menyenangkan. Maka seorang guru harus dapat menggunakan pendekatanpendekatan atau metode yang tepat dalam mengajarkan suatu materi
pelajaran. Selain itu guru harus dapat mengguakan pendekatan atau metode
yang tepat dalam mengajarkan suatu materi pelajaran. Selain itu, guru harus
dapat memperhatikan minat siswa dalam belajar. Menurut Gestalt (dalam
Slameto, 2003;10) Belajar akan lebih berhasil bila berhubungan dengan
minat, keinginan dan tujuan siswa. Hal itu terjadi bila banyak berhubungan
dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut

Hilgart

(dalam

Slameto,

2003;57)

minat

adalah

kecendrungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenang beberapa


kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari
dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Sementara bakat
adalah the capacity to learn yaitu kemampuan untuk belajar, dimana akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah belajar atau berlatih.
Sehingga secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional,
inovatif, perspektif, dan proaktif didalam mencerdaskan kehidupan anak
bangsa di dalam proses pembelajaran.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang terjadi, terutama untuk mengatasi rendahnya hasil belajar
siswa, maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Siklus
Belajar. Karena salah satu strategi untuk membangkitkan kognitif dalam
penguasaan konsep pemasaran barang dan jasa pada siswa adalah melalui
penggunaan model Siklus Belajar.

Model pembelajaran Siklus Belajar dimaksudkan menjadikan


kebiasaan guru yang bersifat otoriter menjadi fasilitator, mengubah kegiatan
pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif serta dapat :
1. Membangkitkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri
2. Bekerja sama dan mengkomunikasikan hasil belajarnya
3. Siswa makin aktif dan inovatif
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini perlu di lakukan karena
model pembelajaran siklus belajar sangat memungkinkan untuk direapkan di
sekolah dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena
itu, peneliti selaku guru bidang studi pemasaran barang dan jasa mengadakan
pengamatan

langsung

mengidetifikasikan

dan

dan

melakukan

menganalisis

refleksi

permasalahan,

bersama

untuk

sehingga

dapat

merumuskan akar permasalahan sekaligus menemukan beberapa alternatif


pemecahaannya.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan pengamatan langsung dan refleksi yang dilakukan
bersama dengan guru bidang stud ditemukan beberapa masalah yaitu :
1. Rendahnya hasil belajar pemasaran barang dan jasa siswa karena
pembelajaran masih didomonasi oleh aktivitas guru.
2. Guru dapada umumnya masih menggunakan cara koncesional dalam
mengajar.
3. Sistem penilaian guru tidak memotivasi siswa untuk belajar dan bekerja.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan keterbatasan yang dihadapi peneliti, khususnya dari segi
kemampuan, waktu dan biaya, serta memperjelas arah dan ruang lingkup
masalah dalam penelitian ini, maka peneliti membuat batasan masalah yaitu :
1. Model pembelajaran yang diterapkan selama KBM adalah model
pembelajaran siklus belajar

2. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMK Negeri 1 Takengon kelas X


semester I tahun pembelajaran 2014/2015
3. Materi yang diajarkan adalah materi pokok kurikulum yang digunakan
adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan
4. Penelitian menggunakan alur penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri
dari tiga siklus dimana tiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan.

1.4 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah :
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada materi pokok pemasaran barang
dan jasa serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK
Negeri 1 Takengon T.P. 2014/2015 selama pembelajaran dengan
mengunakan model pembelajaran siklus belajar?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran siklus belajar pada maeri pokok pemasaran barang dan jasa
serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK Negeri 1
Takengon T.P. 2014/2015

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pemasaran barang
dan jasa serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK
Negeri 1 Takengon T.P. 2014/2015
2. Meningkatkan hasil belajar pada materi pokok pemasaran barang dan jasa
serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK Negeri 1
Takengon T.P. 2014/2015

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini ialah :
1. Sebagai bahan masukan bagi guru di SMK Negeri 1 Takengon dalam
memperbaiki mutu pembelajarannya, karena penelitian dilakukan secara
kolaboratif antara peneliti dengan guru.

2. Meningkatkan profesionalisme penelitia dalam merencanakan, melakukan


dan mengevaluasi siswa pada akhir pembelajaran dengan baik.
3. Meningkatkan rasa percaya diri peneliti sebagai guru dalam mengajar,
karena penelitian dilakukan dengan alur PTK yang terdiri dari beberapa
siklus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Hakekat belajar mengajar
Kegiatan belajar ialah salah satu kondisi yang diciptakan oleh
guru, guna membelajarkan anak didik, guru yang mengajar dan anak didik
yang belajar. Perpaduan dair kedua unsur manusiawi ini, lahirlah interaksi
edukaif dengan memanfaatkan bahan ajaran sebagai mediumnya.
Didalamnya semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan belajar mengajar
yang berlangsung dalam satu proses. Didalamnya berlangsung berbagai
kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa, maupun guru. Kegiatan belajar
mengajar memiliki tujuan, yaitu sasaran atau cita-cita yang hendak dicapai
dalam kehiatan belajar mengajar. Sasaran atau cita-cita tersebut ialah
pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar dan mengajar adalah dua
kegiatan yang berbeda. Belajar adalah kegiatan untuk mempelajari sesuatu
(bahan ajaran) yang dilakukan oleh anak didik, sedangkan mengajar ialah
kegiatan penyampaian pelajaran, yang dilakukan oleh guru. Walaupun
belajar dan mengajar adalah kegiatan yang berbeda, namun memiliki
tujuan yang sama dalam pembelajaran.
2.1.2 Pengertian Belajar
Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan tingkat laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Slameto (1995:2) : belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingakt laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya, sebagaimana di nyatakan oleh
Djamarah, B.A. (2006:10) yaitu : belajar ialah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan . Artinya tujuan kegiatan adlah perubahan
tingkat laku, baik yang menyangkur oengetahuan, keterampilan maupun
sikap, bahkan melliputi segenap aspek, organisme atau pribadi. Kegiatan
belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah
kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya

termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi kesimpulannya ialah


perubahan.
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang, baik sifat maupun
jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan arti belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan anak tidak
termasuk ke dalam perubahan dalam arti belajar.
2.1.3 Pengertian Mengajar
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam
kegiatan belajar, yang mengandung pengertiian bahwa mengajar
merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya
dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar
mengajar.
Mengajar pada hakekatnya ialah suatu proses yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik,
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melaukan proses
belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan
bimbingan, bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar
mengajar, menurut Nana Sudjana (dalam Djamarah, 2006:39).
Diungkapkan oleh Dequeliy dan Gajali (dalam Slameto,
1995:30) : mengajar adalah menanam pengetahuan pada seseorang
dengan cara paling singkat dan tepat.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan menolong dan
membantu sesorang agar dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya. Mengajar bukan hanya kegiatan penyampaian materi
pelajaran dari guru kepada siswa, namun bagaimana menciptakan,
mengatur serta menyeimbangkan lingkungan agar memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan efisien.

2.1.4 Keberhasilan Belajar Mengajar


Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan
dengan falsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaknya kita
berpedoman kepada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah

disempurnakan, antara lain suatu proses belajar mengajar tentang suatu


bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus
(TIK)-nya dapat tercapai.
Hasil ebalajr merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan
siswa dlam belajar. Hasil belajar adlah kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melaluui kegiatan belajar, sedangkan belajar adalah proses
seseorang yang berusaha untuk memperoleh bentuk perilaku yang relatif
menetap sebagai hasil belajar.
Fungsi dari penilaian adalah untuk memberikan umpan balik
kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan
melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena
itulah, proses belajar dikatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan
intruksial khusus dari bahan tersebut.
2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum dan lain-lain, menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:5).
Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
menarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2007:5) makdus dari
mdoel pembelajaran ialah : kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas bbelajar mengajar. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan
oleh Eggen dan Kauchak bahwa mdel pembelajaran memberikan kerangka
dan arah bagi guru untuk mengajar.
Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus, yaitu :
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau para
pengembangnya;
2. Landasar pemikiran tentang paa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai);
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil; dan

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu


dapat tercapai.
2.1.5.1 Model Pembelajaran Siklus Belajar
Model Pembelajaran Siklus Belajar pertama kali di
kemukakan oleh Karplus dan Their (dalam Zuhdan, K.P, 2004)
dengan membeirkan istilah fase-fase dalam siklus belajar adala dian
oleh Lawson (dalam Zuhdan, K.P, 2004), fase tersebut di beri nama
exploration, term introduction dan concept application. Di Indonesia
fase tersebut di sebut juga dengan fase eksplorasi, pengenalan istilah,
dan aplikasi konsep.
2.1.5.1.1

Fase Eksplorasi
Pada fase awal yaitu eksplorasi, siswa belajar sendiri
degan melakukan kegiatan-kegiatan dan reaksi dalam situasi baru.
Mereka menemukan bahan-bahan dan ide-ide baru dengan
bimbingan minimal. Pengalaman baru dapat menumbuhkan
pertanyyaan atau masalah yang tidak dapat mereka pecahkan
dengan cara berfikir yang biasa mereka pergunakan. Eksplorasi
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyampaukan
perbedaan-perbedaan mendasar, atau paling tidak menyampaikan
ketidakpuasan yang berhbungan dengan ide mereka, hal ini dapat
menghangatkan debat dan analisis ide mereka.
Kemudian analisis akan membawa kepada suatu
diskusi yang merupakan cara untuk memeriksa gagasan-gagasan
melalui penurutan prediksi mereka. Kumpulan dan analisis hasil
dpat membawa pada suatu penolakan ide dan ingatan siklus lain
dari kepercayaan diri. Eksplorasi berguna untuk menguji dengan
cermat langkah-langlah yang digunakan dalam proses siklus ini
juga mengidentifikasi pila yang basa terjadi dalam suatu gejala
(misalnya logam memuai jika dipanaskan).
2.1.5.1.2

Pengenalan Istilah
Pengenalan istilah, dimulai dengan pengenalan suatu
istilah baru yang istilah-istilah tersebut menjadi acuan/rujukan bagi
pola-pola yang ditemukan selama eksplorasi. Sebagai contoh,
istilah-istilah baru dapat dikenalkan melalui guru, buku, film atau
media lain.
2.1.5.1.3 Aplikasi Konsep
Dalam fase siklus belajar, aplikasi konsep, siswa
mempergunakan istilah baru atau pila pikir untuk memperkaya

contoh-contoh. Aplikasi konsep diperlukan beberapa siswa untuk


memperluas batas berlakunya konsep-konsep baru. Tanpa
keanekaragaman penerapan, arti suatu konsep bisa tetap tidak
berguna bafi contoh yang diguanakn pada saat mula-mula
didefenisiskan dan didiskusikan. Beberapa siswa bisa gagal pula
untuk mengabtraksikan contoh konkritnya atau gagal
menggenerilisasikan konsep pada situasi lain.
Fase aplikasi konsep berhubungan dengan fase
pengenalan istilah. Suatu konsep didefenisikan sebaga suatu pola
mental yang kerkenaan dengan simbol verbal, misalnya term
(istilah). Guru memperkenalkan istilah-istilah, sedangkan
pengenalan istilah adaalh simbol yang lebih untuk fase kedua
daripada menggunakan simbol pengenalan konsep pada fase
tersebut. Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan pola. Pengenalan istilah memberi guru kesempatan
untuk memperkenalkan istilah dan memberikan kesempatan siswa
untuk memadukan pola dan istilah yang kemudian membentuk
konsep. Akhirnya apliaksi konsep membawa siswa untuk
menemukan penerapan (dan yang tidak dapat diterapkan) suatu
konsep dalam konteks yang baru.
Siklus belajar dapat dikatakan sebagai model
pembelajaran yang fleksibel. Terutama untuk anak-anak dan bagi
siapa saja yang kurang mendapat pengalaman-pengalaman fisik
secara langsung, maka dalam fase eksplorasi dapat memberi
pengalaman fisik secara langsung. Namun tidak berarti semua
eksploraso harus melalui cara seperti ini.

Exploration
Term
Introduction
Concept
aplication

Exploration
Term
Introduction

Concept
Application
Exploration

Term
Introduction
Concept
Application

Gambar 2.1 Sifat Spiral Siklus Belajr (Zuhdan, K.P, 2004)


2.1.6 Macam-Macam Siklus Belajar
2.1.6.1 Siklus Belajar Deskriptif
Pada siklus belajar deskriptif, siswa menemukan dan
mendeskripsikan pila empirik dalam konteks yang khas (eksplorasi).
Guru menamakannya (pengenalan istilah), dan polanya diidentifikasi
dalam konteks lanjutan (aplikasi konsep). Siklus belajar macam ini
disebut deskriptif sebab kita dan siswa mendeskripsikan apa yang
mereka observasi tanpa berusaha menjelaskannya. Siklus belajar
deskriptif menjawab pertanyaan, apa? Bukan muncul dari pertanyaan
sebab susabab, mengapa?
Contoh silkus belajar deskriptif, misalnya guru
menyuruh siswa mengobservasi sebagian kecil gejala disekitar kita,
misalnya kelereng yang dijatuhkan vertikal diatas lantai, kemudian
siswa diminta menanamnya, menemukan polanya dan mencari pola-

pola lain. Dalam hal ini hampir seluruh sswa tidak memiliki keinginan
untuk mencari sesuatu diluar yang kita minta.
Berikut langkah-langkah dalam menyiapkan dan
menerapkan suklus balajar deskriptif :
1. Guru mengidentifikasikan konsep atau konsep-konsep yang akan
di ajarkan
2. Mengidektifikasikan gejala-gejala yang melibatkan pola yang
gejala-gejala itu mendasari pola
3. Fase eksplorasi: siswa menggali gejala dan berusaha menemukan
dan mendeskripsikan pola
4. Fase pengenalan istilah : siswa melaporakan datanya dan mereka
atau kita mendeskripsikan pola; kemudian mengenalkan istilah
dan istilah-istilah untuk merujuk pada pola
5. Fase penerapan konsep : gejala tambahan yang melibatkan konsep
yang sama didiskusikan atau digali lebih lanjut.
2.1.6.2

Siklus Belajar Empirikal-Abduktif


Dalam siklus belajar empirikal-abduktif, siswa
menemukan dan mendeskripsikan pola empirik dalam suatu konteks
yang khas (eksplorasi) tetpi melangkah lebih jauh dengan
menciptakan sebab-sebab yang mungkin ada dari pola tersebut.
Sisklus ini memerlukan penggunaan abduksi untuk memindahkan
istilah-istilah dan konsep-konsep yang di pelajari dalam konteks lain
untuk kontek yang baru (pengenalan istilah). Istilah-istilah dapat di
kenalkan oleh siswa, guru atau keduanya. Memulai bimbingan guru
sioswa kemudan menyelidiki melalui data yang dikumpulkan selama
fase eksplorasi untuk melihat sebab-sebab yang dihipotesiskan sesuai
dengan data tersebut dan gejala yang telah diketahuinya (aplikasi
konsep). Dengan kata lain, observasi-observasi disusun dalam model
deskriptif, meskipun siklus belajar macam ini memberikan
kesempatan lebih jauh untuk menciptakan (melalui abduksi) dan
awalnya menguji sebab-sebab, sehingga bernama empirikal-abduktif.
Siklus belajar disebut empirikal-abduktif karena
ditunjukkan dengan jelas bahwa siklus belajar dimulai dengan
memperhatikan hal-hal yang bersidat empirit disekitar siswa. Sebagai
contoh, ketika siswa mengamati jam dinding yang berbandul, ia
menduga keterlambatan waktu yang ditunjukkan jam tersebut dapat
dieliminir dengan memperpendek panjang bandulnya sehingga bandul
berayun semakin cepat, tetapi ide siswa tersebut kemungkinan muncul

dari pengalaman sebelumnya dari pada hipotesis yang dikemukakan


siswa tentang ayunan bandul matematis.
Jadi dalam kasus diatas siswa dapat mengemukakan
hipotesis dalam dirinya sendiri, meskipun tidak dirancang dengan
rumusan yang baik karena ia memperoleh pemecahan masalah dari
pengalaman sebelumnya.
Menurut Lawson (dalam Zuhdan, K.P. 2004)
mendeskripsikan tiga tipe belajar yaitu : Deskriptif, Empiris-Induktif,
dan Hipotesis-Deduktif. Siklus belajar empiris-induktif berfokus pada
peristiwa alam, berhubungan atau prinsip yang melibatkan beberapa
konsep. Model ini menuntut siswa untuk menjelaskan fenomena,
seperti mengeksperimenkan beberapa miskonsepsi dan memberikan
kesempatan untuk dialog dan debat.
Dalam strategi pembelajaran siklus belajar empirisinduktif, pembelajarannya melalui fase-fase antara lain fase
eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep. Agar
model pembelajaran ini dapat diterapkan langsung oleh guru, perlu
diadakan modifikasi model pembelajaran yang lebih aplikatif,
sehingga guru sebagai orang yang terlibat langsung dengan siswa
selama pembelajaran dapat menggunakan untuk memperbaiki cara
mengajarnya.
Adapun
langkah-langkah
dalam
merancang
pembelajaran dengan menggunakan siklus belajar empiris-induktif
dapat digambarkan seperti berikut :
Fase eksplorasi :

Fase pengenalan konsep :

Fase aplikasi konsep :

Tanya jawab
Tes awal
Demostrasi/per
cobaan

Contoh lain
Demostrasi kembali
Kegiatan baru

Diskusi konsep baru


Penjelasan
Pemantapan
Penyimpulan

Gambar 2.2 Tahap pembelajaran model belajar empiris induktif


Berdasarkan gambar tersebut, pembelajaran Pemasaran
Barang dan Jasa dapat dimulai pada fase eksplorasi yaitu kegiatan
tanya jawab secara lisan/tulisan, atau melalui percobaan. Hal ini
bertujuan menggali konsepsi awal siswa, kemudian guru menghimpun
jawaban siswa tetapi tidak membenarkan atau menyalahkan.
Selanjutnya memasuki fase pengenalan konsep, masing-masing

kelompok mengemukakan hasil pengamatannya. Kemudian guru


menjealskan beberapa konsep ilmiah tentang konsep yang sedang
diajarkan. Ini bertujuan untuk mengenalkan atau menjelaskan konsep
yang berkaitan dengan konsep awal yang telah digali dalam fase
eksplorasi, dan fase aplikasi konsep, guru mengarahkan siswa untuk
mencetuskan ide konsepnya kedalam contoh kejadian yang lain, atau
melakukan kegiatan yang baru serta mendemostrasikan percobaab
yang lain, tetapi masih berhubungan dengan konsep yang sedang
diajarkan. Sehinga pengetahuan siswa bertambah dan berkembang. Ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana konsep yang telah diajarkan
dapat diaplikasikan oleh siswa.
Berikut ini beberapa langkah
menerapkan siklus belajar empirikal-abdukatif :

menyiapkan

dan

1. Guru mengidentifikasikan konsep atau gejala-gejala yang akan


diajarkan
2. Mengidentifikasikan gejala-gejala yang melibatkan pola yang
gejala-gejala itu mendasari konsep
3. Fase eksplorasi :guru atau siswa mengemukakan suatu pertanyaan
deskriptif dan sebab musabab
4. Siswa mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan deskriptif
5. Data untuk menjawab pertanyaan deskriptif ditampilkan dipapan
tulis
6. Pertanyaan deskriptif diawab dan pertanyaan sebab musabab di
munculkan
7. Hipotesis lain dikemukakan untuk menjawab pertanyaan sebab
akibat dab data yang telah dikumpulkan diuji untuk memberikan
tes awal dari berbagai kemungkinan
8. Fase pengenalan istilah: istilah-istilah yang berhubungan dengan
gejala-gejala yang digali dan paling mirip dengan hipotesis yang
telah dijelaskan dikenalkan
9. Fase aplikasi konsep : gejala tambahan didiskusikan atau di gali
dengan melibatkan konsep-konsep yang sama.

2.1.6.3

Siklus Belajar Hipotetikal-Deduktif

Siklus belajar selanjutnya ialah siklus belajar


hipotetikal-deduktif, yang melibatkan pertanyaan sebab-musabab yang
dikemukakan para siswa untuk menimbulkan aneka ragam penjelasan.

Kesempatan siswa kemudian dicurahkan untuk mengurangi


konsekuensi logis pernyataan tersebut dan secara jelas mendisain dan
mengadakan percobaan untuk mengujinya (eksplorasi). Hasil analisis
ekspreimen memungkinktan beberapa kipotesis ditolak, diterima dan
untuk istilah-istilah dikenalkan (pengenalan istilah). Akhirnya konsep
yang relevan dan cara berfikir yang sesuai yang terlibat dan
didiskusikan mingkin dapat diterapkan apda kesempanan lain (aplikasi
konsep). Siklus seperti ini memerlukan karya yang tegas dan
pengujian hipotesis lain melalui perbandingan pengambilan
kesimpulan yang logis dengan hasil empirik, sehingga disebut
hipotetikal-deduktif.
Beberapa
langkah
dalam
menerapkan siklus belajar hipotetikal-deduktif :
1.
2.
3.

4.

5.
6.
7.

menyiapkan

dan

Guru mengidentifikasi konsep atau gejala-gejala yang akan


diajarkan
Kita mengidentifikasikan gejala-gejala yang melibatkan pola yang
gejala-gejala itu mendasari konsep
Fase eksplorasi : siswa mengemukakan gejala-gejala yang
menimbulkan pertanyaan sebab musabab, atau guru, yang
mengajukan pertanyaan sepintas
Dalam kelas diskusi, hipotesis diajukan dan siswa lain berbincang
di kelompoknya untuk menyimpulkan maksud dan desain
eksperimen atau langkah yang telah dikerjakan dikelas diskusi ini
Siswa melaksanakan eksperimen
Fase pengenalan istilah : data dibandingkan dan dianalisis, istilahistilah dikenalkan dan kesimpulan disusun.
Fase penerapan konsep : gejala tambahan yang melibatkan
konsep-konsep sama didiskusikan atau dicari.

Tiga macam siklus belajar menempatkan perbedaan


tuntutan pada inisiatif, pengetahuan dan keterampilan berfikir siswa.
Dalam istilah berfikir siswa, siklus belajar deskriptif sering hanya
memerlukan pola empirikal-induktif, misalnya ; klasifikasi dan
konservasi. Sedangkan siklus belajar hipotetikal-deduktif memerlukan
penggunaan urutan pola yang lebih tinggi, misal : kontrol variabel,
korelasi pikiran, dan berfikir jipotetikal deduktif. Perbedaan penting
diantara ketiganya hanya pada tingkat usaha siswa untuk
mendeskripsikan sifat-sifat atau mengeneralisasikan secara eksplisit
dan menguji hipotesis alternatif.

2.1.7

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)\

PTK (Classroom Action Research) yaitu peelitian yang


dilakukan oleh gutu dikelasnya (sekolah) tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis
pembelajaran.
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga
meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan
guru, meningkatkan relecansi, meningkatkan efisiensi pengolahan
instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
Juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran
kelas.
PTK dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri
oleh guru di dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah
yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai
dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku
mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Lengkah menemukan masalah
dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian
merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati dan
melakukan refleksi. Keempat langkah utama PTK yaitu :
a. Tahap I

b. Tajap 2

c. Tahap 3

d. Tahap 4

Menyusun rancangan tindakan (perencanaan),


yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan
tersebut dilaksanakan
pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau
penerapan isi rancangan didalam kancah, yaitu
melakukan tindakan didalam kelas.
pengamatan , yaitu melaksanakan pengamatan
oleh pengamat
refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang telah terjadi.

Secara keseluruhan keempat tahap dalam PTK ini membentu


suatu siklus yang kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara
berkesinambungan seperti sebuah spiral (Rustam, 2004).
Beberapa hal penting yang berhubungan dengan PTK :

1. PTK penting untuk guru dengan alasan yaitu :


1. PTK sangat kondusif untuk memebuat guru menjadi peka dan
tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya
2. PTK dpat meningkatkan kinerja guru
3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu
kejadian yang dalam terhadap apa yng terjadi dikelasnya
2. Karakteristik PTK yatu seperti berikut ini :
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran
2. Adanya kolaborasi didalam pelaksaaannya
3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi
4. Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktek
pembelajaran
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus
6. Pihak yang melakukan tindakan guru itu sendiri, sedangkan yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan
adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan
3. Menurut Hopskin (dalam Aqib. Z., 2006:17) ada 6 prinsip dalam PTK
yaitu :
1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK
yang diterapkan semestinya tidan mengganggu komitmen sebagai
pengajar
2. Metode pengumpulan data yang dipergunakan tidak menuntut
waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang
mengganggu proses pembelajaran
3. Metodologi yang di gunakan harus reliable, sehingga
memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis
secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat
diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperolah data yang
dapat di gunakan untuk menjawab hipoteis yang dikemukakan
4. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya
merupakan amsalah yang cukup merisaukan, dan bertolah dari
tanggung jawab profesional.
5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap
konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
6. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan
classroom excerding perspentive, dalam arti permasalahan tidak
dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran
tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

2.1.8

Pemasaran Barang dan Jasa

2.1.9

Analisis Kebutuhan Konsumen

2.2 Kerangka Konseptual


Salah satu hasil belajar yang ingin dicapai dalam proses belajar
mengajar adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah
disampaikan oleh guru. Guru sebagai perancang pengajaran perlu mengadakan
pola pendekatan yang tepat, agar konsep-konsep pemasaran barang dan jasa
dapat dengan mudah dipahami oleh siswa dan bukan merupakan hafalan saja
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang siswa. Berdasarman pada hasil
temuan peneliti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, salah satu
permasalahan yang sangat mendasar dan harus dipecahkan untuk
meningkatkan hasil belajar pemasaran barang dan jasa ialah ketidaksesuaian
model pembelajaran yang digunakan oleh guru terhadap materi pelajaran yang
akan disajikan. Masalah ini timbul karena model pembelajaran yang selama ini
diterapkan menitik beratkan guru sebagai sumber informasi dalam kapasitas
yang cukup besar. Hal ini lah yang menyebabkan siswa kurang bersemangat
mengikuti pembelajaran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menangulangi masalah
tersebut adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Siklus Belajar.
Dimana siswa akan melalui 3 siklus yaitu eksplorasi dimana pada tahap ini
siswa belajar sendiri dengan melakukan kegiatan dalam situasi baru dan
menemukan ide-ide yang baru dengan bimbingan yang minimal dari guru,
tahap dua yaitu pengenalan istilah, dimana guru memperkenalkan hal-hal baru
yang ditemukan siswa ketika melakukan eksplorasi, dan tahap ketiga yaitu
apliaksi konsep dimana siswa dapat menemukan penerapan-penerapan suatu
konsep pada pelajaran dengan konteks yang baru. Sehingga apabila model
pembelajaran yang diterapkan didalam pembelajaran disekolah telah seuai
dengan materi pelajaran yang akan disajikan, atau model pembelajaran yan
digunakan telah tepat, maka siswa akan lebih siap mengikuti pembelajaran dan
akan merasa bersemangat untuk mempelajari materi pemasaran barang dan
jasa.
Dengan penerapan konsep Model Pembelajaran Siklus Belajar
disekolah diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berfikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual
sebagai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga proses
pembelajaran akan lebih bermakna.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Takengon. Waktu penelitian
dilakukan pada semester I tahun ajaran 2014/2015.
3.2 Subjek dan Objek
3.2.1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X pemasaran
SMK Negeri 1 Takengon tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 40 siswa
pada materi pokok pemasaran barang dan jasa.
3.2.2. Objek Penelitian
Objek penelitan ini adalah :
1. Hasil belajar siswa dengan Model Pembelajaran Siklus Belajar
2. Aktivitas belajar siswa dengan Model Pembelajaran Siklus Belajar
3. Psikomotorik siswa dalam pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Siklus Belajar

3.3 Instrumen Penelitian


3.3.1. Instrumen 1 Tentang Tes Hasil Belajar
Fungsi instrumen 1 ini adalah untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Cara pengadministrasiannya, sebelum dan sesuadah KBM diberikan
instrumen 1 berupa tes tertulis. Tes hasil belajar tersebut terbentuk tes
objektif dengan jumlah 25 soal dengan 4 option (a,b,c dan d).
Sebelum tes diujikan pada kelas sampel, tes telah diujikan
terlebih dahulu, validitasnya oleh guru-guru pemasaran barang dan jasa.
Jadi, validitas yang digunakan adalah valiiditas isi. Setelah diperiksa
selanjutnya soal tersebut diperbaiki dan dilanjutkan ke penelitian.
Untuk mengetahui kisi-kisi tes pada materi pokok pemasaran
barang dan jasa dapa dilihat pada tabel berikut ini :

No

Sub Pokok Bahasan

Klasifikasi / kategori

Jumlah soal

Kebutuhan konsumen

C2

C3

C4

5,8

10,
13,

11,
14

12,
16

18,
19,

25

20,
22,
24

23

C5

C6
9

Pengaruh kebutuhan
konsumen terhadap
pemasaran barang dan jasa

C1
1,
3,
4,
6,9

Ikhtisar pengaruh dari


macam-macam kebutuhan
konsumen

Jumlah
Keterangan :

15

C1 = pengetahuan / ingatan

C4 = Aplikasi

C2 = Pemahaman

C5 = Sintesis

C3 = Analisis

C6 = Evaluasi

17

21

25

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes hasil belajar pemasaran barang dan jasa materi pokok
pemasaran barang dan jasa

3.3.2. Instrumen 2 Tentang Aktivitas Siswa


Instrumen 2 ini berfungsi untuk mencatat aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Instrumen 2 ini direkam oleh guru Akutansi
kelas X SMK Negeri 1 Takengon. Observasi yang di maksud dalam
penelitian adalah observasi terhadap subjek penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui aktifitas siswa selama pembelajaran. Adapun
manfaatnya yaitu memperoleh informasi balikan guru didalam kegiatan
belajar mengajar. Observasi yang dilakukan bersifat langsung dan
dilakukan dengan bantuan pengamat yang dilengkapi dengan pedoman
observasi aktivitas belajar siswa.
3.4 Jenis dan Desain Penelitan
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Action
Research Classroom). Ciri-ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya
siklus-siklus yang merupakan suatu proses pemecahan masalah menuju
praktek pembelajaran yang lebih baik.

Menurut Kurt Lewin tiap langkah siklus terdiri dari : rencana


(planning), tindakan (action), refleksi (reflection). Keempat langkah tersebut
dapat dilihat seperti desain oleh Hopkins (Zainal Aqib, 2006:31).

Identifikasi
masalah

Perencana
an
Refleksi

Aksi

Observasi

Perencanaa
n Ulang
Refleksi

Observasi

Aksi

Gambar 3.1 Desain PTK Model Hopkins (Aqib, Z., 2006:31)


Keterangan :
Plan(planning) = perencanaan
Act (action) = pelaksanaan

Observe (Observing) = pengamatan


Reflect (Reftlecting) = refleksi

Siklus yang akan dilaksanakan pada penelitian ini, seperti digambarkan


di bawah ini :

Gambar 3.2 Alur dalam penelitian tindakan kelas (Aqib.Z., 2006:36)


3.5 Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Pemberian pre-tes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
mengenai
3.6 Kegiatan Penelitan
Penelitian ini langsung di lakukan didalam kelas saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dan pada
setiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Adapun langkh-langkah dalam
setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas adalah :

1. Rencana (planning)
Pada tahap ini, peneliti bersama guru bidang studi Akutansi
membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas serta
membahas tes hasil belajar, rencana pembelajaran dan metode
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2. Tindakan (action)
Pada tahap ini, sebelum pembelajaran dengan menggunakan
model siklus belajar dilakukan, terlebih dahulu diberikan pre-tes
kepada siswa untuk melihat sejauh mana pengetahuan awal siswa
tentang pemasaran barang dan jasa. Setelah penerapan model ini
selesai, diadakan evaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan yang
dicapai oleh siswa.
3. Pengamatan (observasi)
Selama penerapan model pembelajaran ini berlangsung, peneliti
melakukan observasu bantu dengan guru sebagai rekan kolaborasi
dalam kelas. Hal yang menjadi perhatian peneliti ialah aktivitas
belajar siswa dan hal-hal yang terjadi selama proses belajar
mengajar.
4. Refleksi (reflection)
Hasil analisis data dari perolehan tes dan observasi, dijadikan
bahan dalam menentukan tindakan perbaikan untuk tahap
perencanaan pada siklus berikutnya.
Secara ringkas Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Keluaran /output

Indikator / output

Output 1 :
Penyusunan perangkat pembelajaran
Kegiatan 1.1
Penyusunan materi pelajaran
Kegiatan 1.2

Materi tersusun pada bab II

Penyusunan rencana pembelajaran

Rencana pemeblajaran tersusun pada


lampiran

Kegiatan 1.3
Penyusunan indikator pembelajaran

Indikator tersusun pada handout

Kegiatan 1.4
Penyusunan tes kemampuan siswa Soal-soal
tentang analisis kebutuhan konsumen
Output 2:
Inventarisasi dan identifikasi awal Pre-tes
siswa terhadap analisis kebutuhan
konsumen

Kegiatan 1.5
Melaksanakan pembelajaran dengan Pemberian

materi

model pembelajaran siklus belajar

metode

dengan

pembelajaran
ceramah,

demonstrasi dan tanya jawab

Output 3:
Persepsi

siswa

terhadap

analisis

kebutuhan konsumen

Kegiatan 1.6
Penggalian persepsi siswa terhadap Lembar kerja siswa yang dikerjakan
belajar analisis kebutuhan konsumen

Output 4:
Tindakan

untuk

pengembangan

Model pembelajaran Siklus Belajar

oleh siswa dan observasi I

Empiris-Induktif

Kegiatan 1.7
Menginterprestasikan

hasil

belajar Rumusan hasil belajar

siswa

Output 5:
Kegiatan 1.8
Identifikas kemampuan akhir tentang Pos tes
analisis kebutuhan konsumen

Output 6 :
Analisis data I

Deskripsi persentase hasil belajar


(pos tes) siswa dan deskripsi hasil
observasi I

Output 7 :
Refleksi

terhadap

hasil

tindakan Rumusan hasil refleksi

Tahap I

Kegiatan 1.9
Merekleksikan

hasil

temuan

penelitian siklus I untuk dijadikan


dasar tindakan siklus berikutnya

Kegiatan 2.0
Menentukan

Rumusan gambaran kegiatan Siklus


kegiatan

Tahap

berdasarkan hasil tindakan Tahap I

II II

Tabel 3.2. kegiatan penelitian siklus I


3.7 Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai