Anda di halaman 1dari 9

LK 3.

1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode


Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam
Pembelajaran

Lokasi Jl. Raya No. 86, Purwoasri - Kediri


Lingkup Pendidikan Madrasah Aliyah Al- Hikmah Purwoasri Kediri
Kelas XI Bahasa
Tahun ajaran 2022-2023
Tujuan yang ingin dicapai Dengan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning), peserta didik mampu menentukan
ungkapan tentang makanan kesukaan dalam bentuk
teks lisan dan tulis, melakukan kegiatan bertanya
jawab tentang makanan kesukaan, dan
mempresentasikan wacana sederhana terkait
makanan kesukaan dengan memperhatikan fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang
sesuai konteks dengan benar dan percaya diri.
Penulis Diajeng Rini Priyono, S.Pd.
Tanggal Sabtu, 18 Juni 2023
Situasi: Kondisi yang menjadi latar belakang masalah
Kondisi yang menjadi latar sehingga praktik ini perlu dilakukan disebabkan oleh
belakang masalah, mengapa beberapa faktor intern dan ekstern. Sehingga adanya
praktik ini penting untuk praktik pembelajaran ini diharapkan mampu
dibagikan, apa yang menjadi menjadi solusi dari masalah tersebut.
peran dan tanggung jawab
anda dalam praktik ini. Beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah
yang terjadi dalam pembelajaran Bahasa Jepang di
MA AL-HIKMAH adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya minat siswa dalam pelajaran Bahasa
Jepang.
2. Kurangnya motivasi belajar Bahasa Jepang.
3. Terbatasnya waktu belajar karena kegiatan
pondok pesantren yang sangat padat.
4. Terbatasnya kesempatan siswa untuk berlatih
berbicara bahasa jepang dengan guru dan
teman.
5. Kurangnya kreatifitas guru dalam menyampaikan
materi bahasa jepang.

Kurangnya minat dan motivasi siswa kelas XI


BHS MA AL-HIKMAH dalam belajar bahasa
Jepang disebabkan oleh karena siswa lebih
menyukai pelajaran yang bersifat keagamaan.
Selain itu, juga dikarenakan kurangnya guru
dalam memberikan motivasi kepada siswa. Hal
itu menyebabkan siswa mengganggap bahwa
pelajaran Bahasa Jepang tidak bermanfaat di
masa depannya.
Kondisi siswa MA AL-HIKMAH yang bermukim di
pondok pesantren juga mengakibatkan siswa
kesulitan dalam belajar karena kegiatan pondok
yang sangat padat dengan kegiatan mengaji dan
hafalan. Selain itu siswa juga tidak memiliki
pendamping dalam belajar bahasa Jepang.
Kegiatan pembelajaran yang monoton dan
bersifat teacher center menyebabkan siswa
menjadi kurang aktif dalam berlatih berbicara
bahasa Jepang.

Berdasarkan permasalah di atas, praktik


pembelajaran inovatif PBL ini penting untuk
dibagikan karena :
1. Metode pembelajaran inovatif PBL
memberikan banyak kesempatan kepada
siswa untuk berlatih berbicara dan bertanya
jawab, maka dapat digunakan sebagai
alternatif solusi untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menentukan
ungkapan dalam bahasa Jepang serta
meningkatkan kemampuan dalam melakukan
wawancara dan mempresentasikan wacana
pendek sederhana dalam bahasa Jepang.
2. Pembelajaran PBL dapat dijadikan alternatif
solusi untuk meningkatkan minat dan
motivasi siswa dalam belajarn Bahasa Jepang.
Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran
dalam sintak-sintak PBL mampu membuat
siswa aktif dan berlatih berfikir kritis dalam
memecahkan suatu masalah. Sehingga siswa
akan termotivasi untuk bekerja sama dengan
kelompok mereka dalam memecahkan
masalah tersebut.
3. Diharapkan dapat menjadi motivasi untuk
rekan guru agar konsisten menggunakan
metode pembelajaran yang inovatif.
4. Dapat dijadikan referensi bagi rekan guru
untuk menginovasi pembelajarannya dalam
kompetensi yang sama, yaitu meningkatkan
kemampuan siswa dalam menentukan
ungkapan, melakukan wawancara serta
mempresentasikan wacana pendek sederhana
dalam Bahasa Jepang.

Adapun peran dan tanggung jawab penulis dalam


praktik ini adalah :
1. Memberikan informasi kepada rekan guru
terkait metode pembelajaran inovatif PBL
untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menentukan ungkapan, melakukan
wawancara serta mempresentasikan wacana
pendek sederhana dalam Bahasa Jepang.
2. Sebagai motivator siswa dalam belajar Bahasa
Jepang agar siswa mampu meningkatkan
kemampuan dalam menentukan ungkapan,
melakukan wawancara serta
mempresentasikan wacana pendek sederhana
dalam Bahasa Jepang.
3. Sebagai fasilitator siswa di kelas, termasuk
kesediaan fasilitas untuk memberikan
kemudahan bagi siswa dalam kegiatan
belajar.
4. Sebagai evaluator yaitu mengevaluasi atau
menilai pekerjaan siswa sehingga dapat
mengetahui keberhasilan pembelajaran yang
telah dilakukan.

Tantangan : Yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan


Apa saja yang menjadi tersebut adalah :
tantangan untuk mencapai 1. Merancang kegiatan pembelajaran (RPP) yang
tujuan tersebut? Siapa saja menerapkan TPACK dan memuat kegiatan
yang terlibat, pembelajaran yang aktif dan inovatif dengan
model PBL.
2. Mengembangkan media agar menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa. Dalam hal ini, penulis menggunakan
media sebagai berikut :
a. Video pembelajaran yang memuat
ungkapan tentang makanan yang disukai.
Link video : https://youtube.com/watch?v=-
ep5fC_dXtg&feature=share9
b. Tampilan PPT yang berisi beberapa
kosakata makanan dan minuman,
penerapan pola kalimat yang menyatakan
makanan kesukaan ( suki desu; suki janai
desu), serta contoh percakapannya.
c. Merancang LKPD yang memuat soal
HOTS, dan dapat memfasilitasi kegiatan
pembelajaran.
d. Menentukan jadwal pelaksanaan
pembelajaran untuk sit in dosen dan guru
pamong agar terlaksana dengan baik dan
lancar.
3. Saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
terdapat beberapa tantangan, antara lain :
 Sebelum menerapkan model pembelajaran
PBL ini, guru harus benar-benar memahami
sintak-sintak pembelajarannya agar kegiatan
berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan
pembelajarannya.
 Siswa belum terbiasa dengan metode yang
diterapkan, seperti pengerjaan LKPD baik
secara individu maupun berkelompok,
pemberian tanggapan atau pendapat terhadap
hasil pekerjaan teman, dan
mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok
di depan kelas, sehingga perlu penjelasan
yang sangat rinci dari guru.
 Waktu kegiatan pembelajaran yang terbatas
menjadikan guru harus pandai mengatur
waktu agar seluruh sintak dapat terlaksana
dengan baik.
4. Sedangkan tantangan secara teknis yang
dihadapi oleh penulis adalah :
 Memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mempersiapkan media, seperti pemasangan
LCD proyektor dan memastikan audio visual
sudah beroprasi dengan baik.
 Pemilihan ruang kelas yang mendukung segi
pencahayaan untuk menampilkan proyektor.

Yang terlibat dalam tantangan yang ada pada


pelaksanaan praktik ini adalah :
1. Siswa kelas XI BHS yang berjumlah 12 orang (4
laki-laki dan 8 perempuan).
2. Rekan sejawat yang membantu proses
perekaman dan pengeditan video praktik
pembelajaran.

Aksi : Langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat


Langkah-langkah apa yang menghadapi tantangan saat merencanakan dan
dilakukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran inovatif,
menghadapi tantangan antara lain:
tersebut/strategi apa yang 1. Merancang perangkat pembelajaran yang
digunakan/bagaimana meliputi pengembangan RPP, Media, Bahan ajar,
prosesnya, siapa saja yang LKPD dan instrumen penilaian.
terlibat /Apa saja sumber 2. Mendiskusikan seluruh perangkat pembelajaran
daya atau materi yang tersebut bersama dosen, guru pamong, dan rekan
diperlukan untuk PPG untuk mendapatkan saran dan masukan
melaksanakan strategi ini sehingga perangkat pembelajaran siap untuk
diterapkan dalam praktik pembelajaran.

Proses dalam menjalankan strategi pelaksanaan


praktik pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. RPP yang disusun menggunakan model


pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yang
berbasis TPACK.
Menurut M Taufik Amir (2015) yang dikutip oleh
Yulianti (2019) memaparkan sebagai berikut :
“Model pembelajaran problem based learning (PBL)
adalah proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri
pembelajaran di mulai dengan pemberian masalah
yang memiliki konteks dengan dunia nyata,
pembelajaran berkelompok aktif, merumuskan
masalah dan mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari
sendiri materi yang terkait dengan masalah dan
solusi dari masalah tersebut.” (M Taufik Amir,
2015).

Sedangkan sintak pembelajaran PBL yang


diterapkan adalah sebagai berikut :
1. Orientasi siswa pada masalah.
 Guru menyampaikan masalah yang akan
dipecahkan secara kelompok melalui sebuah
video mengenai makanan kesukaan.
 Siswa mengamati video
 Siswa menjawab beberapa pertanyaan
stimulus dari guru yang berkaitan dengan
video tersebut.
Pertanyaan stimulus :
1. Tentang apakah video tersebut?
2. Makanan apa saja yang ada di video
tersebut?
3. Bisakan kalian mengucapkannya dalam
bahasa jepang?
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
 Siswa mengerjakan LKPD baik secara individu
maupun kelompok
 Siswa berdiskusi dan membagi tugas untuk
mengerjakan pekerjaan kelompok
3. Membimbing siswa dalam menyesaikan masalah.
 Siswa melakukan kegiatan wawancara untuk
mengumpulkan data tentang makan
kesukaan sebagai bahan diskusi kelompok.
 Guru memantau keterlibatan siswa dalam
proses pengumpulan data.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi.
 Kelompok melakukan diskusi untuk
menghasilkan solusi pemecahan masalah dan
hasil diskusi berupa wacana sederhana untuk
dipresentasikan.
 Guru memantau diskusi dan membimbing
pembuatan laporan kelompok yang berupa
wacana tulis untuk dipresentasikan.
5. Mengevaluasi hasil kerja kelompok.
 Setiap kelompok melakukan presentasi secara
bergantian mengenai makanan yang disukai
dan yang tidak disukai oleh kelompoknya,
sedangkan kelompok yang lain memberikan
tanggapan dan apresiasi.
 Guru membimbing presentasi dan mendorong
kelompok lain memberikan tanggapan dan
apresiasi kepada kelompok yang presentasi.
 Guru mengevaluasi kegiatan presentasi
seluruh kelompok.

Metode PBL dipilih oleh penulis karena seluruh


kegiatan dalam sintak PBL dapat diterapkan
untuk materi “Makanan kesukaan”, sehingga
metode ini dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menentukan ungkapan
tentang makanan kesukaan, dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk melakukan wawancara
serta mempresentasikan hasil wawancara
mengenai makanan kesukaan dalam bahasa
Jepang.

2. Menyusun bahan ajar yang disesuai dengan


materi “Makanan kesukaan”.
Materi di dalam bahan ajar meliputi : kosakata,
penerapan pola kalimat, dan contoh percakapan
dalam bahasa jepang.

3. Menyusun LKPD yang disesuaikan dengan IPK


dan tujuan pembelajaran yang telah
dicantumkan di dalam RPP.

4. Menyiapkan media pembelajaran yang berupa


video untuk mengorientasi masalah dan PPT
untuk pendalaman kosakata dan pola kalimat
terkait makanan kesukaan.

5. Menyusun instrumen penilaian yang meliputi


penilaian sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam menyelesaikan


tantangan dalam praktik pembelajaran ini adalah:
1. Rekan sejawat yang sudah membantu proses
perekaman dan pengeditan video praktik
pembelajaran.
2. Siswa kelas XI BHS yang berjumlah 12 orang.

Refleksi Hasil dan dampak Penulis melakukan refleksi pembelajaran berupa


Bagaimana dampak dari aksi angket untuk menyetahui respon siswa terhadap
dari Langkah-langkah yang metode yang sudah diterapkan.
dilakukan? Apakah hasilnya Angket refleksi siswa :
efektif? Atau tidak efektif?
Mengapa? Bagaimana respon
orang lain terkait dengan
strategi yang dilakukan, Apa
yang menjadi faktor
keberhasilan atau
ketidakberhasilan dari
strategi yang dilakukan? Apa
pembelajaran dari
keseluruhan proses tersebut
Proses pembelajaran
Menyenangkan
Biasa saja
Membosankan

Media Pembelajaran

Memudahkan
pemahaman materi
Biasa saja
Menyulitkan
pemahaman materi

Kegiatan presentasi
Menyenangkan

Biasa saja

Tidak
menye-
nangkan

Memahami materi dengan


baik

Setuju
25%

Sangat se-
tuju
75%
Dari hasil refleksi pembelajaran yang dilakukan
melalui pengisian angket refleksi siswa, dapat
diketahui bahwa:
1. Metode pembelajaran Problem Based Learning
merupakan metode yang menyenangkan bagi
siswa.
2. Penggunaan media video dan power point telah
memudahkan siswa dalam memahami materi.
3. Kegiatan menyajikan hasil kelompok dalam
bentuk presentasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi siswa.
4. Siswa dapat memahami dengan baik tentang
materi yang disampaikan guru.

Selain menghasilkan respon yang positif dari


siswa, model pembelajaran PBL juga memberikan
hasil yang baik terhadap kemampuan siswa XI
BHS MA AL-HIKMAH dalam menentukan
ungkapan terkait makan kesukaan, dan
membuat serta mempresentasikan wacana
sederhana terkait makan kesukaan.
Kesimpulan ini dapat diketahui dari nilai yang
diperoleh oleh siswa.

Berdasarkan tabel hasil proses penilaian akhir di


atas, dapat diketahui bahwa nilai akhir siswa
dalam kegiatan pembelajaran materi “Tabemono”
dengan metode pembelajaran PBL menunjukkan
bahwa :

100 % siswa memperoleh nilai di atas KKM


dengan perolehan rata-rata nilai = 90

Selain penggunaan model pembelajarn PBL, faktor


yang menunjang keberhasilan praktek pembelajaran
ini adalah penggunaan media yang inovatif berupa
video dan power point, penyusunan LKPD yang
sudah sesuai dengan IPK dan tujuan pembelajaran,
serta penyusunan bahan ajar sebagai pendukung
buku pegangan siswa.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat


disimpulkan bahwa praktik pembelajaran yang telah
diterapkan efektif untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menentukan ungkapan yang terkait
makanan kesukaan, serta membuat dan
mempresentasikan wacana sederhana terkait materi
tersebut.
Dan pembelajaran inovatif tersebut dapat tercipta
apabila model dan media pembelajaran
yang ditentukan tepat dan sesuai dengan materi dan
kebutuhan siswa.

Anda mungkin juga menyukai