Anda di halaman 1dari 21

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA

MELALUI MODEL KOOPERATIF


TIPE STAD

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Proposal Skripsi pada Program Studi
Pendikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah

Oleh :
NURUL AL-FIAH
NIM : 2020.3.8.1.00661

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM


IAI BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar dan belajar merupakan bagian dari tugas sekolah guru.
proses pembelajaran Mengajar atau yang sering disebut dengan PBM
berguna untuk memberikan pengetahuan,Pengetahuan, pengalaman
bagi siswa. Saat ini ada Gangguan komunikasi seringkali terjadi
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak
efektif dan efisien. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:Ada trenVerbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya
minat siswa, kurangnya sumber daya dan infrastruktur pembelajaran
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.(Sunarsih, 2022)
Model pembelajaran kolaboratif tipe STAD merupakan model
pembelajaran yang mendorong siswa untuk berkolaborasi dalam
pembelajaran. Setiap anggota kelompok diberikan tugas yang
berbeda, yang kemudian digabungkan menjadi satu kesatuan. Model
ini memiliki beberapa keunggulan seperti: meningkatkan
keterampilan sosial siswa, meningkatkan interaksi siswa, dan dapat
membantu meningkatkan kemampuan akademik siswa.
Model pembelajaran STAD adalah salah satu strategi
pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara membagi
peserta didik dalam beberapa kelompok kecil dengan kemampuan
akademik yang berbeda-beda agar saling bekerjasama untuk
menyelesaikan tujuan pembelajaran (Huda,2015:201). Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa model STAD merupakan model
pembelajaran koperasi yang mendorong kerjasama siswa melalui
belajar berkelompok, yang anggotanya Mereka berbeda dalam
kemampuan akademik dan latar belakang untuk menciptakan timbal
balik mendorong dan membantu satu sama lain dalam situasi sosial
yang berbeda ditentukan oleh keterampilan yang akan dipelajari
Rendahnya hasil belajar peserta didik diawali dengan rendahnya
aktifitas atau sikap positif peserta didik terhadap mata pelajaran IPA.
(Adkhiyah, 2022).
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di kelas IV MI
Hidayatul Muridin Cirebon yaitu rendahnya keaktifan
siswa .kenyataan itu dapat dilihat dari observasi yang peneliti
laksanakan hal ini Nampak rendahnya keaktifan siswa dalam
pembelejaran. Selain itu, guru belum menggunakan model
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan secara
maksimal. Proses belajar masih didominasi oleh guru dengan
menjelaskan materi melalui ceramah dan pemberian tugas. Siswa
hanya mendengarkan guru sehingga siswa merasa bosan dan tidak
berperan aktif dalam pembelajaran. Pada kenyataannya, dalam
mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada siswa masih terdapat
kendala.Hasil observasi awal di kelas IV MI Hidayatul Muriddin di
Kabupaten Cirebon ditemukan bahwa pembelajaran di kelas IV
Masih belum maksimal dikarenakan anak belum terlalu aktif terhadap
pembelajaran.pada proses pembelajaran sebagaian siswa aktif dan
sebagian siswa kurang aktif seperti mendengarkan penjelasan
guru ,jarang bertanya ataupun jarang menanggap pertanyaan guru.
kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat, sering bermain
sendiri ketika pembelajaran, dan kurang antusias dalam proses
pembelajaran.Pada kegiatan observasi 39 siswa dalam 1 kelas ,ada 5
siswa yang termasuk keaktifan belajar nya tinggi dan sisanya 34
termasuk kategori keaktifan belajar rendah.dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa kelas IV MI Hidayatul
Muridin masih rendah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah; Masalah yang dihadapi adalah
kurangnya keaktifan siswa dalam belajar IPA.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar
siswa dalam pembelajaran IPA melalui model kooperatif tipe STAD.
Model ini dirancang untuk membantu siswa bekerja sama dan saling
membantu dalam mencapai tujuan belajar bersama. Dengan
demikian, diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan minat
belajar siswa, serta memperbaiki hasil belajar mereka dalam bidang
IPA.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peserta Didik
Meningkatkan motivasi belajar siswa Dengan adanya model
kooperatif tipe STAD, siswa diharuskan untuk bekerja sama
dalam menjawab soal maupun dalam melakukan eksperimen.
Hal ini dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa karena
mereka merasa menjadi bagian penting dalam proses belajar-
mengajar.
2. Bagi Guru
Menambah wawasan guru dalam mengembangkan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa,dan Meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan
mengoptimalkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA.
3. Bagi sekolah
Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah melalui pengembangan model pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
4. Bagi peneliti
Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah melalui pengembangan model pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORITIS
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Penegertian Model Pembelajaran
model pembelajaran merupakan salah satu dari keseluruhan
sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya.
model pembelajaran menjadi sangat penting seiring dengan
majunya perkembangan jaman. Menurut Sugiyanto (2010:3)
Model pemebelajaran adalah Kerangka Konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan Pengalaman Belajar untuk Mencapai
tujuan Belajar Tertentu, dan Berfungsi Sebagai Pedoman bagi
Para perancang Pembelajaran dan Para pengajar dalam
merencanakan Aktivitas pembelajaran.(Deshpande, 2013)
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.
b. Macam-macam Model Pembelajaran
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam
tipe yaitu akan di jelaskan sebagai berikut:
a) Student Teams Achievements Division (STAD)
Dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan
di Johns Hopkins University, Student Teams
Achievements Division (STAD) adalah pendekatan
paling sederhana untuk pembelajaran kolaboratif .
Guru yang menggunakan STAD juga terlibat dalam
pembelajaran kelompok siswa , menyajikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu dalam
bentuk _ presentasi lisan atau teks .
b) Group Investigation
Group Inquiry Model pembelajaran yang menekankan
pada pengambilan keputusan dan kepemimpinan siswa
di dalam kelas daripada penerapan teknik pengajaran.
Namun juga mencakup prinsip pembelajaran
demokratis dimana siswa berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
c) Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji
cobakan oleh Elilot Aronson dkk. Di Universitas
Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk,di
Universitas John Hopkin. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok yang terdiriatas 4-6
anggota.kelompok terdiri atas siswa-siswa yang
heterogen dan mereka bekerja sama,dan tiap-tiap
anggota memiliki saling kebergantungan positif
seta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari (Hamdani,
2011: 35-37).Dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw para siswa bekerjadalam tim yang heterogen,
para siswa tersebut diberikan tugasuntuk membaca
beberapa bab atau unit dan diberikan “lembarahli”
yang dibagi atas topik-topik yang berbeda, yang
harusmenjadi fokusperhatian masing-masing
anggota tim saat merekamembaca. Setelah semua
siswa selesai membaca, siswa-siswayang dari tim
yang bereda yang memiliki fokus topik yang
samabertemu dalam “kelompok ahli” untuk
mendiskusikan topikmereka. Setelah itu para ahli
kembali ke timnya secarabergantian mengajari
teman satu timnya mengenai topik mereka.(Siswa,
2021).
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok
atau satu tim.(Siswa, 2021). Slavin mendefinisikan
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang
bersifat heterogen.(Mathematics, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-
kelompok kecil yang bekrja sama dan saling membantu dalam
memahami materi untuk mencapai tujuan belajar.(Deshpande,
2013)
d. Ciri-ciri Model Pembalajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri, yang
dijelaskan sebagai berikut:
a) Para siswa bekerja sama dalam kelompok pada mata
pelajaran sesuai dengan keterampilan dasar yang ingin
dicapai.
b) Kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan yang
berbeda, dan tingkat kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Jika memungkinkan, anggota tim berasal dari
ras, budaya, etnis yang berbeda dan memperhatikan
kesetaraan gender.
c) Penghargaan menyoroti kelompok dan bukan setiap
individu. Pembelajaran kooperatif tidak hanya
mengajarkan siswa untuk bekerja sama, tetapi juga
mengajarkan mereka untuk bekerja secara mandiri,
tidak membeda-bedakan unsur sosial seperti ras, suku
dan budaya, serta sangat menghargai kelompok
(Raharjo & Solihatin, 2007:242 (Siswa, 2021))
e. Pengertian Model Pembelajaran Student Teams-
Achievemen Divisions (STAD)
Model Student Teams Achievement Division (STAD).
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan
Universitas John Hopkins. Model ini adalah satu Model yang
banyak digunakan dalam pembelajaran kooperatif, karena
modelnya yang praktis memudahkan Menerapkannya. Pada
tipe model pembelajaran kolaboratif Guru STAD membagi
siswa menjadi beberapa kelompok kecil atau kelompok
penelitian dimana setiap kelompok beranggotakan 4 orang
atau
5 orang yang heterogen. Setiap kelompok menggunakan
lembar kerja akademik dan saling membantu menguasai
Mengajarkan materi melalui tanya jawab atau diskusi antar
anggota kelompok Kemudian semua siswa diberi tes dan tidak
ada dapat saling membantu.(Sulisto & Haryanti, 2022)
f. Komponen Model Pembelajaran Student Teams-
Achievemen Divisions (STAD)
Slavin (2008 : 143-146) “STAD terdiri dari lima komponen
utama dalam model STAD yaitu : Presentasi Kelas,Tim
kuis,Skor Kemajuan Individual, dan regonisi
Tim”.Komponen-kompononen dalam pelaksanaan
pembelajaran model STAD tidak dapat di pisah-pisahkan.
Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Presentasi kelas
Materi dalam Tipe STAD adalah Pengenalan awal
dalam Presentasi kelas. Dalam Presentasi Kelas ini
guru mengajarka Materi secara langsung dalam
pertemuan kelas. Presentasi kelas dalam Tipe
STAD berbeda dengan presentasi yang dilakukan
guru pada umumnya. Hal ini disebabkan karna
presentasi kelas dalam tipe STAD hanya dilakukan
dalam hal-hal pokoknya saja. Dengan cara ini siswa
dituntut untuk sungguh-sungguh dalam
meperhatikan materi yang diberikan oleh guru
dalam prrsentasi kelas karna akan membantu
mereka dalam mengerjakan kuis dan menentukan
skor dari pengerjaan kuis yang nantinya akan
memengaruhi skor kelompok mereka.(Deshpande,
2013)
b) Tim
Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa
mewakili seluruh kelas dalam hal prestasi
akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis. Peran
utama tim ini adalah untuk memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar dan, lebih
khusus lagi, mempersiapkan anggota untuk unggul
dalam kuis.
Ketika guru membagikan materi, kelompok
berkumpul untuk mempelajari LKS atau materi
lainnya. Belajar sebagian besar tentang
mendiskusikan masalah bersama, membandingkan
jawaban dan mengoreksi kesalahpahaman ketika
anggota tim melakukan kesalahan.
Tim paling terlihat di STAD. Di setiap tahap,
fokusnya adalah anggota tim melakukan yang
terbaik untuk tim, dan tim juga harus melakukan
yang terbaik untuk membantu setiap anggotanya.
c) Regonisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain apabila skor rata-rata
mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa
dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh
persen dari peringkat merekaa. Dalam STAD, siswa
dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat
anggota yang merupakan campuran dari berbagai
level akademis, jenis kelamin, dan etnis
d) Skor Kemajuan Individual
Ide dari Skor Kemajuan Individu adalah untuk
memberikan setiap siswa tujuan pencapaian yang
akan dicapai jika mereka bekerja lebih keras dan
berprestasi lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa
dapat memberikan tim mereka jumlah poin
maksimum dalam sistem penilaian ini, tetapi tidak
ada siswa yang dapat melakukannya tanpa
melakukan yang terbaik. Setiap siswa diberi "skor
awal" berdasarkan kinerja rata-rata siswa
sebelumnya pada kuis yang sama. Siswa kemudian
mendapatkan poin untuk timnya berdasarkan
seberapa cepat skor kuis mereka meningkat
dibandingkan dengan skor awal mereka.
e) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua pelajaran dari ceramah
guru dan setelah sekitar satu atau dua pelajaran
kelompok, siswa menyelesaikan tes individu. Siswa
tidak diperbolehkan saling membantu dalam kuis.
Setiap siswa bertanggung jawab untuk memahami
materi itu sendiri.
g. Kelebihan dan kelemahan Model STAD
a) Kelebihan
1. Siswa dapat belajar dari siswa lainnya
yang telah mengerti, sehingga rasa malu
untuk bertanya terhadap materi yang belum
dimengerti siswa dapat berkurang.
2. Siswa dapat saling aktif dalam
memecahkan masalah yang diberikan oleh
guru.
3. Siswa menjadi harus merasa siap, karena
akan mendapatkan tes secara acak oleh
guru bidang studi
4. Di dalam penilaian, guru dapat melihat
kemampuan dari masing –masing individu
siswa terhadap pemahaman materi.
b) Kelemahan
1. Bagi siswa yang belum dapat bekerja
sama dengan kelompoknya dan tidak
dapat mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru, maka siswa tersebut akan
tertinggal dari siswa yang lainnya.
2. Apabila di dalam kelompok tersebut
tidak terdapat siswa yang mengerti akan
soal atau materi yang telah diberikan
oleh guru, maka seluruh anggota
kelompok tersebut akan mendapat
kesulitan dalam memecahkan masalah.
3. Di dalam penggunaan pembelajaran
kooperatif model STAD ini akan
mennggunakan waktu yang lama, karena
dalam model ini siswa diminta untuk
membentuk kelompok, menata ruang
kelas, dan guru juga harus membimbing
semua kelompok yang terdapat di
dalam kelas tersebut (Ruchkin, 1974).
h. Langkah-langkah Penerapan Model STAD
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD
didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas
enam langkah atau fase, seperti pada table dibawah ini.
(Widyastuti, 2013)
i. Penilaian skoring dalam Model STAD
Muhammad Nur (2005 :23), Penilaian Skoring Pada Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD meliputi 3 hal Yaitu :
a) Skor Dasar
Skor Dasar adalah skor yang diperoleh dari rata-
rata siswa pada kuis sebelumnnya atau dapat juga
diperoleh dari nilai final siswa dari tahun yang lalu.
b) Skor Perkembangan
Skor pekmbangan adalah skor perbandingan dari
skor dasar dengan skor kuis skor ini di peroleh
dengan seberapa besar skor kuis siswa melampaui
skor dasr mereka.
c) Skor Kelompok
Skor kelompok adalah skor dari jumlah
perkembangan semua anggota kelompok dibagi
jumalah anggota kelompok. Laporan akhir dalam
metode STAD didasarkan pada skor kuis
sebenarnya, bukan didasarkan pada skor
perkembangan atau skor kelompok.(Deshpande,
2013).
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan
alam) adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu
dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum
yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Tingkat
kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang konkrit,
karena itu ilmu alam disebut ilmu pasti.(Widyastuti, 2013).
Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan
alam) adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu
dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum
yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Tingkat
kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang konkrit,
karena itu ilmu alam disebut ilmu pasti.
Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan
alam) adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu
dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum
yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Tingkat
kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang konkrit,
karena itu ilmu alam disebut ilmu pasti.(Ii, 2013).
3. Keaktifan Belajar
Pada hakekatnya, suatu proses pembelajaran merupakan proses
saling berpengaruhnya guru dengan siswa di kelas. Hubungan,
komunikasi, dan interaksi yang baik akan berakibat baik juga pada
suasana kelas, sehingga siswa bias lebih mudah untuk
mengembangkan kemampuan secara optimal. Aktivitas didalam kelas
juga akan memicu pengetahuan dan keterampilan yang terbentuk
dalam diri siswa, yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil belajar
siswa. Keaktifan belajar adalah suatu proses yang menekankan siswa
secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk mendapatkan
hasil belajar yang optimal, menurut Whipple dalam Hamalik
(2009:21-24).
Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengikuti proses KBM
(kegiatan belajar mengajar), demi tercapainya hasil belajar yang
diharapkan. Disamping itu, upaya guru dalam mendongkrak
keaktifan siswa juga harus dioptimalkan, seperti apa yang dikatakan
Moh. Uzer Usman (2006:21-22), Mengajar yaitu membimbing siswa
untuk belajar, sehingga siswa mempunyai kemauan untuk belajar.
Pembawaan guru dalam mengajar, harus senantiasa ditingkatkan,
untuk mencapai indicator siswa benar-benar aktif dalam mengikuti
KBM. Dengan demikian, hasil belajar siswa yang diharapkan akan
dapat tercapai.(Ii, 2013)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan, Jenis, dan Desain Penelitian
Pendekatan Penelitian ini menggunakan Penelitian Kualitatif
penelitian yang telah dilakukan ialah metode penelitian deskriptif
kualitatif, data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, teknik
wawancara, dan observasi. Teknik analisis data dilakukan dengan
mengumpulkan data, mereduksi data, mengkategorikan data,
mendiskripsikan hasil temuan untuk mendapatkan gambaran suasana
lingkungan penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi obyek yang ilmiah yaitu
kondisi yang berkembang apa adanya sesuai dengan ciri penelitian
kualitatif. Kemudian analisis data yang dilakukan adalah induktif
yaitu fakta-fakta yang ada di lapangan kemudian dikonstruksikan
menjadi sebuah teori atau kesimpulan.
2. Data dan Sumber Data
Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu
pengamatan, dapat berupa angka, lambang atau sifat.Sumber data
adalah subyek dari mana data diperoleh (responden)
a) Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Madrasah
Ibtidaiyah Hidayatul Muridin Cirebon Alasan pengambilan
tempat penelitian ini karena sesuai observasi awal, disana
terdapat suatu fenomena atau permasalahan yang dapat
diteliti.

b) Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV , dan guru
mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Hidayatu Muridin Cirebon dengan jumlah 39
siswa. Pemilihan kelas IV karena siswa kelas tersebut
merupakan kelas yang hasil belajarnya lebih rendah dari
pada kelas yang lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian kualitatif pengumpulan data biasanya menggunakan
Instrumen Nontest , Terdiri dari wawancara mendalam, dokumen,
observasi dan triangulasi atau gabungan.

a) Tes

Tes adalah “Sejumlah pertanyaan yang di sampaikan pada seseorang


atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat
perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam
dirinya”. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
kemajuan hasil belajar peserta didik baik aspek kognitiif, afektif, dan
psikomotorik sehubungan dengan topik bahasan yang menggunakan

b) Observasi

Metode observasi adalah “Tehnik pengumpulan data dengan cara


mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti”.
Metode ini peneliti lakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi
obyektifitas.

c) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “Suatu metode untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, notulen, agenda dan sebagaiya”.

4. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


melalui data kualitatif. data kualitatif di peroleh dari observasi. Setelah
data diperoleh maka dilakukan analisis melalui proses reduksi data.
Kemudian paparan data dan yang terakhir dilakukan penarikan
kesimpulan.

Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat proses pembelajaran


melalui observasi. Hasil observasi di catat dalam instrumen lembar
observasi. Data yang terkumpul dari lembar observasi di analisis
kualitatif di sajikan dalam bentuk (%).Aktivitas dalam analisis data
kualitatif ada tiga tahap yaitu tahap reduksi data, display data, verifikasi,
dan kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Adkhiyah, A. N. (2022). Peningkatan Aktivitas Belajar Ipa Melalui


Penerapan Model Student Teams Achievement Division. Wawasan
Pendidikan, 2(2), 254–269.

Deshpande, S. (2013). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者におけ


る 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Journal of the
American Chemical Society, 123(10), 2176–2181.
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/handle/10603/7385

Ii, B. A. B. (2013). S_Pgsd_Kelas_1105962_Chapter2. 10–39.

Mathematics, A. (2016). 済無 No Title No Title No Title. 1–23.

Ruchkin, J. P. (1974). Teacher Centers. Journal of Teacher Education, 25(2),


170–174. https://doi.org/10.1177/002248717402500222

Siswa, K. B. (2021). IRSYADUNA: Jurnal Studi Kemahasiswaan Vol. 1, No.


1, April 2021 P-ISSN : - ; E-ISSN : -
https://jurnal.stituwjombang.ac.id/index.php/irsyaduna. 1(1), 1–13.

Sulisto, A., & Haryanti, N. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif


(Cooperative Learning Model). Eureka Media Aksara, 1–23.

Sunarsih, S. (2022). Meningkatkan Aktivitas Belajar Ipa Melalui Penerapan


Metode Stad Pada Siswa Kelas IV. Science and Education Journal
(SICEDU), 1(2), 57–64. https://doi.org/10.31004/sicedu.v1i2.15

Widyastuti, R. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Script. Journal of Educational Development, 1(2), 240–251.
https://journal.actual-insight.com/index.php/pedagogi/article/view/594

Anda mungkin juga menyukai