OELH :
2020 / 2021
1. Reza muizaddin, budi santoso jurnal model pembelajaran core vol
1, no 1 (2016)
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Belajar
adalah suatu aktivitas memperoleh pengetahuan (Dimiyati, 2006) yang dilakukan oleh
individu (Farrell, 2009) agar terjadi perubahan kemampuan diri (Siddiq, 2008). Tujuan
belajar yaitu untuk mendapatkan pengetahuan; pembentukan sikap; dan mengasah
keterampilan (Sardiman, 2011). Hasil belajar merupakan suatu ukuran terhadap berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan (Angela, 2004) kegiatan
pembelajaran yang baik hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang tepat (Balwaria, 2013)
dan efektif (Gkolia, Belias, & Koustelios, 2014
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran
KESIMPULAN
Hasil pembelajaran yang meliputi hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, dan
hasil belajar psikomotor saat diterapkannya model pembelajaran CORE berada pada
kategori sangat tinggi atau 100% siswa mendapatkan hasil diatas KKM yang disyaratkan.
Kepuasan kerja guru yang diukur melalui indikator exit, voice, loyalty, and neglect
berada pada kategori tinggi. Komitmen organisasi yang meliputi affective commitment,
continuance commitment, and normative commitment berada pada kategori sangat tinggi.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Keaktifan Belajar Siswa
Aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran
dituntut interaksi yang seimbang. Interaksi yang dimaksud adalah adanya interaksi
atau komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa,dengan
harapan terjadi komunikasi multi arah dalam proses pembelajaran. melalui
pembentukan kelompok belajar, dan siswa diberikan kesempatan secara aktif
untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan kepada temannya. Hal itu akan
membantunya untuk melihat sesuatu dengan Suasana belajar dan rasa
kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama anggota kelompok
memungkinkan peserta didik untuk megerti dan memahami materi pelajaran
dengan baik. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih
luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic communication).
Dalam pembelajaran Kooperatif, guru berperan sebagai fasililator yang berfungsi
sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa,
tetapi harus membangun dalam pikirannya juga. siswa mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Hal
ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan menerapkan ide-ide
mereka sendiri dan proses pembelajarannya lebih aktif (Majid, 2014: 17).
Pengembangan produk model pembelajaran PROMISTER mempunyai ciri khas dari pada
prinsip sintagmatik, Sistem sosial dalam Model Pembelajaran PROMISTER ini
menggambarkan peran guru dan siswa, hubungan keduanya, serta normanorma yang
dianjurkan selama penerapan Model Pembelajaran PROMISTER dalam pembelajaran.
Sistem sosial yang paling menonjol adalah peranan guru dalam menyampaikan informasi
dan mengarahkan siswa mengkonstruksi pengetahuan bahasa Jawa terutama keterampilan
mengenalkan tokoh pandhawa dan bermain peran wayang pandhawa serta membimbing
siswa dalam menerapkan LKS berbasis MI.
Jadi, guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Sistem sosial lain yang
menonjol adalah aktivitas siswa dalam menerapkan strategi kognitif dalam pembelajaran,
baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah.
Interaksi ini terlihat dengan jelas pada aktivitas guru dan siswa yang terjadi pada fase III,
IV, dan V dalam sintaks Model Pembelajaran PROMISTER. Misal, pada saat guru
menjelaskan macam-macam wayang pandhawa Jawa atau memikirkan cara-cara mudah
menghafal wayang pandhawa Jawa, guru dengan mudah menerapkan cara-cara mudah
mengenalkan tokoh wayang pandhawa juga didukung bekerja sama dengan siswa untuk
menjadi tutor sebaya dalam salah satu kelompok Hal ini merupakan salah satu aspek
sistem sosial Model Pembelajaran PROMISTER yang tidak terdapat pada model
pembelajaran lainnya. Jadi, walaupun pada fase-fase I, II dalam sintaks Model
Pembelajaran PROMISTER ini peranan guru masih dominan, namun fase-fase III, IV dan
V memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif sehingga
akhirnya menjadi pebelajar mandiri dan pemikir yang handal.
KESIMPULAN