Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN Model-Model Pembelajaran

(BELAJAR DAN PEMBELAJARAN)

OELH :

MUH. ALHY CHOKER FIRDAUS 200209501028


PTIK-B

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS


NEGERI MAKASSAR

2020 / 2021
1. Reza muizaddin, budi santoso jurnal model pembelajaran core vol
1, no 1 (2016)

MODEL PEMBELAJARAN CORE SEBAGAI SARANA DALAM

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

PENDAHULUAN

Proses belajar mengajar selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Belajar
adalah suatu aktivitas memperoleh pengetahuan (Dimiyati, 2006) yang dilakukan oleh
individu (Farrell, 2009) agar terjadi perubahan kemampuan diri (Siddiq, 2008). Tujuan
belajar yaitu untuk mendapatkan pengetahuan; pembentukan sikap; dan mengasah
keterampilan (Sardiman, 2011). Hasil belajar merupakan suatu ukuran terhadap berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan (Angela, 2004) kegiatan
pembelajaran yang baik hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang tepat (Balwaria, 2013)
dan efektif (Gkolia, Belias, & Koustelios, 2014
PEMBAHASAN

Model Pembelajaran

Model pembelajaran digunakan untuk membantu guru dalam menerapkan


bahan ajar yang perlu mereka sampaikan kepada siswa. Dengan adanya model
pembelajaran, guru mendapatkan beragam alternatif cara untuk menyampaikan
informasi kepada siswa (Wahab,2005). Model pembelajaran merupakan suatu
kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik (Suprijono, 2009) dan
mengorganisasikan pengalaman belajar siswa
untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Wilson 2013) yang berfungsi
sebagai pedoman bagi guru (Sagala, 2010). Model pembelajaran Core merupakan
model pembelajaran dengan metode diskusi (Soetomo, 2013). Diskusi adalah
suatu kegiatan yang dihadiri dua orang atau lebih untuk berbagi ide dan
pengalaman serta memperluas pengetahuan. Metode diskusi termasuk kedalam
model pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2007). Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan beberapa siswa sebagai anggota kelompok
kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (George, 2016). pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2006). CORE
merupakan singkatan dari empat kata yang memiliki kesatuan fungsi dalam proses
pembelajaran Yaitu, Connecting (menghubungkan informasi lama dengan
informasi baru atau antar konsep), Organizing (mengorganisasikan informasi-
informasi yang diperoleh), Reflecting (memikirkan kembali informasi yang sudah
didapat), dan Extending (memperluas pengetahuan). (Jacob, 2005) elemen-elemen
tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi baru,
mengorganisasikan sejumlah materi yang bervariasi; merefleksikan segala sesuatu
yang peserta didik pelajari; dan mengembangkan lingkungan belajar (Dahar,
2003). Keunggulan model pembelajaran CORE diantaranya melatih siswa dalam
bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompok.; Siswa mampu menyelesaikan suatu
permasalahan dengan tujuan bersama; Siswa lebih kreatif karena lebih aktif dalam
proses pembelajaran (Beladina, 2013). Pembelajaran CORE digunakan didalam
kelas eksperimen. Sementara kelas kontrol dalam penelitian ini menggunakan
model pembelajaran Think Pair Share.

KESIMPULAN
Hasil pembelajaran yang meliputi hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif, dan
hasil belajar psikomotor saat diterapkannya model pembelajaran CORE berada pada
kategori sangat tinggi atau 100% siswa mendapatkan hasil diatas KKM yang disyaratkan.
Kepuasan kerja guru yang diukur melalui indikator exit, voice, loyalty, and neglect
berada pada kategori tinggi. Komitmen organisasi yang meliputi affective commitment,
continuance commitment, and normative commitment berada pada kategori sangat tinggi.

Penggunaan model pembelajaran CORE berpengaruh positif dan signifikan terhadap


hasil belajar kognitif siswa. Dengan demikian pennggunaan model pembelajaran yang
tepat akan diikuti oleh peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran CORE pada kelas
eksperimen terhadap hasil belajar siswa menunjukan rata-rata ke dalam klasifikasi tinggi
karena seluruh siswa berhasil mencapai Kriteria Kelulusan Minimum (KKM). Sementara
hasil dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Think Pair Share pada kelas
kontrol terhadap hasil belajar siswa rata-rata termasuk ke dalam klasifikasi sedang
sehingga masih banyak siswa belum berhasil mencapai Kriteria Kelulusan Minimum
(KKM)
2. IRSYADUNA: Jurnal Studi Kemahasiswaan Vol. 1, No. 1, April
2021

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MENUMBUHKAN


KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini, setiap Lembaga pendidikan seharusnya sudah


melakukan sebuah pembaharuan atau inovasi untuk menyiapkan siswa yang
mempunyai SDM yang berkualitas. Hal ini bisa dimulai dengan membuat kreasi
dan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. (Saputri, 2020). Peranan
seorang guru sangat penting karena guru PAI dapat memberikan pemahaman
tentang aqidah Islam secara benar dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai
kebhinekaan dan kebangsaan dan beruapaya agar siswa bisa aktif dalam
mengikuti proses belajar mengajar. (Chumaidah, 2020).

PEMBAHASAN

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada proses kerja sama dalam kelompok, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam penegertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adnyaa unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama
inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Dengan demikian
karakteristik pembelajaran kooperatif dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara
tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah kriteria keberhasilan
pembelajaran di tentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif Sebagaimana pada umumnya,
menejemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaaan, fungsi
organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam
pembelajaran koopertaif.
c. Kemampuan untuk bekerja sama Keberhasilan pembelajaran koopertif
ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja
sama perlu ditentukan dalam proses pembelajaran kooperatif.
d. Keterampilan untuk bekerja sama Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian
dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau
dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif


Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa cirri-ciri yang akan dijelaskan
yaitu sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender.
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu. Pembelajaran kooperatif tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik
untuk bekerjasama, tetapi juga mengajarkan untuk menyelesaikan materi secara
mandiri, tidak membedakan unsur sosial seperti ras, suku dan budaya dan
penghargaan yang tinggi terhadap kelompok-kelompok (Raharjo & Solihatin,
2007: 242).

KESIMPULAN
Keaktifan Belajar Siswa
Aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran
dituntut interaksi yang seimbang. Interaksi yang dimaksud adalah adanya interaksi
atau komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa,dengan
harapan terjadi komunikasi multi arah dalam proses pembelajaran. melalui
pembentukan kelompok belajar, dan siswa diberikan kesempatan secara aktif
untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan kepada temannya. Hal itu akan
membantunya untuk melihat sesuatu dengan Suasana belajar dan rasa
kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama anggota kelompok
memungkinkan peserta didik untuk megerti dan memahami materi pelajaran
dengan baik. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih
luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic communication).
Dalam pembelajaran Kooperatif, guru berperan sebagai fasililator yang berfungsi
sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan
catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa,
tetapi harus membangun dalam pikirannya juga. siswa mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan pengetahuan langsung dalam menerapkan ide-ide mereka. Hal
ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan menerapkan ide-ide
mereka sendiri dan proses pembelajarannya lebih aktif (Majid, 2014: 17).

Galih Istiningsih1)* , Ela Minchah L.A2) , Evik Priharlina3) ,


PGSD, FKIP, UM Magelang, Jl. Tidar No. 21 Magelang, 56126
Pengembangan model pembelajaran “promister” untuk meningkatkan hasil
belajar wayang pandhawa pada siswa sekolah dasarpendahuluan

Pengembangan produk model pembelajaran PROMISTER mempunyai ciri khas dari pada
prinsip sintagmatik, Sistem sosial dalam Model Pembelajaran PROMISTER ini
menggambarkan peran guru dan siswa, hubungan keduanya, serta normanorma yang
dianjurkan selama penerapan Model Pembelajaran PROMISTER dalam pembelajaran.
Sistem sosial yang paling menonjol adalah peranan guru dalam menyampaikan informasi
dan mengarahkan siswa mengkonstruksi pengetahuan bahasa Jawa terutama keterampilan
mengenalkan tokoh pandhawa dan bermain peran wayang pandhawa serta membimbing
siswa dalam menerapkan LKS berbasis MI.
Jadi, guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Sistem sosial lain yang
menonjol adalah aktivitas siswa dalam menerapkan strategi kognitif dalam pembelajaran,
baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah.
Interaksi ini terlihat dengan jelas pada aktivitas guru dan siswa yang terjadi pada fase III,
IV, dan V dalam sintaks Model Pembelajaran PROMISTER. Misal, pada saat guru
menjelaskan macam-macam wayang pandhawa Jawa atau memikirkan cara-cara mudah
menghafal wayang pandhawa Jawa, guru dengan mudah menerapkan cara-cara mudah
mengenalkan tokoh wayang pandhawa juga didukung bekerja sama dengan siswa untuk
menjadi tutor sebaya dalam salah satu kelompok Hal ini merupakan salah satu aspek
sistem sosial Model Pembelajaran PROMISTER yang tidak terdapat pada model
pembelajaran lainnya. Jadi, walaupun pada fase-fase I, II dalam sintaks Model
Pembelajaran PROMISTER ini peranan guru masih dominan, namun fase-fase III, IV dan
V memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif sehingga
akhirnya menjadi pebelajar mandiri dan pemikir yang handal.
KESIMPULAN

pembelajaran PROMISTER memiliki karakteristik terlihat dari sintagmatik, sistem sosial,


prinsip reaksi, prinsip pendukung dan dampak instruksional atau pengiring. Karakteristik
Model Promister terlihat pada prinsip-prinsip model sebagai dasar perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran wayang pandhawa.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Herroiq pada keterampilan memahami wayang
Jawa pada Siswa SD Kelas IV yang dikembangkan valid, skor validasi ahli untuk model
pembelajaran sebesar 89,9 (sangat valid; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sebesar 221 (sangat valid); Materi ajar sebesar 143,6 (valid); Lembar Kerja Siswa (LKS)
sebesar 151 (sangat valid); Tes Hasil Belajar (THB) sebesar 169,8 (sangat valid).

Anda mungkin juga menyukai