Anda di halaman 1dari 19

DRAFT BAB 1 DAN BAB 2

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk


Meningkatkan Kemampuan Kerjasama pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-9
SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2016/2017
Dosen Pembimbing: Dr. Baskoro Adi Prayitno, S.Pd, M.Pd.
Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta

DISUSUN OLEH:

LATIFATUL FAIZAH

(K4313043)

RIZA AL AMIN

(K4313063)

SHINTA MAHARANI

(K4313065)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya sehingga
menjadi manusia yang relatif lebih berbudaya, lebih baik, dan lebih manusiawi. Tujuan
tersebut menunjukkan bahwa pendidikan mengambil peran penting dalam membantu peserta
didik agar mampu memenuhi kebutuhannya sebagai manusia (Siswoyo & dkk, 2008).
Guru memiliki peran yang esensial bagi keberhasilan pembelajaran ditinjau dari fungsi
utama guru yaitu merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran (Gagne, 1989).
Guru bertugas untuk mengemas pengetahuan menjadi bagian dari sistem pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa sehingga kedudukan guru strategis dalam menentukan kegiatan belajar
mengajar dan menentukan kedalaman serta keluasan materi subjek yang ditentukan untuk
diberikan kepada siswa. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung bergantung pada model
pembelajaran yang dipilih oleh guru pada rencana pembelajaran yang dibuat. Proses
pembelajaran yang berlangsung efektif, efisien dan bermakna pada penerapannya yang akan
menghasilkan outpout pembelajaran yang berkualitas melalui pemilihan model pembelajaran
yang sesuai pada rancangan pembelajaran yang dibuatnya sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Ukuran keberhasilan pembelajaran adalah tercapainya tujuan
pembelajaran.
Kualitas pembelajaran yang rendah salah satu faktor penyebanya adalah metode
mengajar yang digunakan oleh guru. Kebanyakan guru menggunakan metode pembelajaran
dengan satu cara, yaitu dengan ceramah (Tristanti, 2014) . Pembelajaran dengan metode
ceramah memiliki kekurangan, diantaranya kegiatan pengajaran menjadi verbalisme dan
hanya menguntungkan siswa auditori, bila terlalu lama pembelajaran akan membosankan,
susah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan, dan
metode ceramah membuat siswa bersikap pasif (Sanjaya, 2012) dalam (Tristanti, 2014).
Sikap pasif siswa dalam pembelajaran tentu berdampak pada rendahnya kemampuan
kerjasama siswa.
Hasil observasi pada pembelajaran biologi yang berlangsung di kelas X 9 SMA
Negeri Kebakkramat Karanganyar menunjukkan a kurangnya kerjasama siswa yang diamati
ketika kegiatan diskusi berlangsung, kelompok yang terdiri dari beberapa siswa belum
terlibat secara aktif baik dalam pemecahan masalah, mengumpulkan informasi, berdiskusi,

maupun penyelesaian masalah. Kurangnya kerjasama antar siswa juga terlihat dari
mendominasinya siswa yang tergolong pandai dan aktif. Selain itu, kurangnya kerjasama
siswa juga tercermin dari sikap beberapa anggota siswa yang pasif tidak fokus pada
penyelesaian masalah dalam diskusi, siswa terlihat asik bermain gadget, bersenda gurau, dan
tidur di kelas.
Penyebabnya rendahnya kemampuan kerjasama siswa disebabkan oleh model
pembelajaran yang masih konvensional dengan metode yang digunakan adalah metode
ceramah dan diskusi. Pada metode ceramah yang digunakan, guru masih mendominasi
sehingga siswa cenderung bersikap pasif dengan menyimak dan mendengarkan informasi
yang diberikan guru sehingga siswa kurang terlibat dalam suatu kegiatan yang dapat
mendorong siswa untuk aktif. Sementara itu, pada metode diskusi yang digunakan belum
sepenuhnya dapat mengembangkan kemampuan kerjasama siswa karena saat berdiskusi
hanya beberapa siswa yang terlibat aktif dalam diskusi. Akibatnya siswa yang pasif dalam
kegiatan berdiskusi tidak mendapatkan penguasaan materi yang sama dengan siswa yang
aktif dalam berdiskusi sehingga dapat berdampak pada hasil belajar siswa terutama pada mata
pelajaran biologi.
Masaawet (2011) menyatakan kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu
(berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk
mencapai suatu hasil mufakat. Kerjasama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota
kelompok, maka yang perlu dilakukan dalam bekerjasama adalah sebagai berikut: a)
Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah; b) Sumbangkan pemahaman tentang
permasalahan: pertanyaaan, wawasan, dan pemecahan c) Setiap anggota memperkuat yang
lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka. d)
Bertanggung jawab terhadap yang lain dan e) Bergantung pada yang lain.

Tujuan dari

bekerjasama yaitu dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan


komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap
toleransi terhadap perbedaan individu. Dalam kerjasama, kita memiliki kesempatan
mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama
membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang
berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. (Efi, 2007) dalam
(Maasawet, 2011).
Dalam upaya meningkatkan kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran biologi
supaya tercapainya tujuan bekerja sama dalam diri siswa dapat tertanam maka perlu
diterapkan sebuah model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif,

menimbulkan interaksi antar siswa yang kondusif, efektif, dan efisien sehingga memunculkan
suatu pengalaman belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berproses secara
ilmiah hingga siswa mampu menemukan konsep secara mandiri. Model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kerjasama adalah model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation.
Metode Group investigation memiliki tiga konsep utama Metode group investigation
memiliki tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan
dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group (Udin S W, 2008). Dinamika
kelompok yang ditunjukkan pada model kooperatif tipe group investigation ini adalah
susasana kelompok yang saling berinteraksi dan melibatkan berbagai ide atau pendapat serta
saling bertukar pengalaman melalui proses kerjasama dan saling berargumentasi (Arina,
2014). Adanya interaksi dalam kelompok yang kondusif dapat mendorong siswa untuk dapat
bekerjasama karena siswa menyadari akan tanggungjawabnya terhadap keberhasilan
kelompok dalam menemukan konsep serta pemecahan masalah pada topik yang diselidiki
bersama. Selain itu, kerjasama yang terbangun dalam diri siswa menimbulkan sikap
solidaritas antar anggota kelompok sehingga anatar anggota kelompok dapat saling
memotivasi dan bertukar pengalaman. Alhasil, individu-individu yang mampu bekerjasama
dalam kelompok tersebut tentunya akan memperoleh pengetahuan yang sama dan seimbang
sehingga hasil belajar nantinya akan meningkat karena timbulnya motivasi siswa.
Trianto (2007) menyatakan bahwa pada pelaksanaa metode Group Investigation
umumnya guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen. Fase-fase penerapan metode Group Investigation,
yaitu: (1) Seleksi topik, para siswa memilih berbagai topik dari materi yang akan
diinvestigasi; (2) Perencanaan kooperatif, para siswa bersama guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih; (3) Implementasi, para siswa melaksanakan rencana yang telah
dirumuskan; (4) Analisis dan sintesis, para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada fase (3) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam
suatu penyajian yang menarik di depan kelas; (5) Presentasi hasil, semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar
semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut; (6) Evaluasi, guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Arends (1997) menyatakan
bahwa metode Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process
skills). Keterlibatan siswa dari awal tahap pembelajaran hingga tahap akhir pembelajaran
tentunya akan menuntun siswa untuk memiliki tanggungjawab dan tugas pribadi dalam diri
siswa terhadap kelompoknya. Siswa juga dituntut harus bekerja bersama-sama dalam
kelompoknya untyk menyelidiki atau menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berbeda pada
topik yang sama sehinga akan mendorong terciptanya susasna pembelajaran yang saling
bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang,
siswa dilatih untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan adanya motivasi
ssiwa untuk aktif dalam proses belajar (Kemal D U S, Ataman K, dan Sukru A, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Group investigation ini diharapkan siswa mampu menanamkan solidaritas dan kerjasama
yang baik dalam dirinya sehingga tercipta motivasi dalam belajar yang dapat mendorong
siswa untuk memiliki ketrampilan proses yang baik pula sehingga berpengaruh pada hasil
belajar siswa yang baik dan meningkat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul:
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation (GI)
untuk Meningkatkan Kerjasama pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X 9 SMA
Negeri Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2016/2017

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang menhjadi pokok penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan Cooperative learning tipe group investigation dapat
meningkatkan kerjasama siswa kelas X 9 SMA Negeri Kebakkramat
Karanganyar dalam mata pelajaran biologi?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kerjasama siswa kelas X 9 SMA Negeri Kebakkramat
Karanganyar pada mata pelajaran biologi melalui penerapan model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation
D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


A. Bagi siswa
1.
2.
3.
4.

Meningkatnya kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran biologi


Meningkatnya kemampuan siswa berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Meningkatnya keterampilan siswa dalambersosialisasi di kehidupan nyata.
Memberikan suasana kegiatan pembelajaran biologi yang lebih menyenangkan,
kondusif, efektif, dan bermakna.

B. Bagi guru
1. Menambah wawasan tentang strategi pembelajaran yang efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Memberikan solusi terhadap kendala dalam pelaksanaan pembelajaran biologi.
3. Memberikan motivasi untuk mengkaji model-model pembelajaran lain sehingga
tercipta pembelajaran yang inovatif.
C. Bagi sekolah
1. Memberikan sumbangan solusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
2. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan proses
pembelajaran pada tahap berikutnya.
3. Meningkatnya kualitas siswa sehingga menjadi lulusan-lulusan unggul dan berkualitas
tinggi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan


1. Kemampuan Kerjasama
1.1 Pengertian kerjasama
Kerjasama merupakan sifat sosial bagian dari kehidupan masyarakat yang
tidak bisa dielakkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang
telah berkembang maju, menempatkan kerjasama sebagai indikator keberhasilan
mereka. Apabila suatu negara mempunyai hubungan kerjasama yang luas dengan
banyak negara maka akan semakin mudah bagi negara dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada di negara tersebut. Berbeda dengan era pasar bebas
suatu negara akan semakin sulit mengatasi perekonomiannya karena negara
tersebut kalah dalam hal persaingan perdagangan, namun era tersebut semakin
ditinggalkan oleh banyak negara, karena mereka lebih suka untuk bekerjasama
atau berkolaborasi dalam berbagai bidang dalam rangka menyelesaikan
permasalahan secara bersama-sama.
Dalam bidang pendidikan menggunakan berbagai metode pendidikan yang
lebih menitik beratkan pada kerjasama, Johnson dan Holubec (1998) dan Slavin
(1997) menyatakan bahwa pada umumnya memeberikan batasan tentang
pengertian kerjasama seperti yang lainnya, yaitu kerjasama adalah bekerja
bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dari penjabaran
tersebut, dapat dikatakan bahwa suatu kerjasama merupakan kumpulan/kelompok
yang terdiri dari beberapa orang anggota yang saling membantu dan saling
tergantung satu sama lain dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan bersama. Individu-individu yang ada dalam kelompok tersebut mempunyai
tanggungjawab yang sama, sehingga tujuan yang diinginkan akan bisa dicapai
oleh mereka, apabila mereka saling bekerjasama.
1.2 Karakteristik kerjasama
Johnson, J & Holubec (1998) menyatakan bahwa karakteristik kelompok
kerjasama terlihat dari adanya lima komponen yang meloekat pada program
kerjasama tersebut, yaitu:
1. Adanya saling ketergantungan yang positif diantara individu-individu
dalam kelompok tersebut untuk mencapai tujuan,
2. Adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu
sama lain diantara anggota kelompok,
3. Adanya akuntabilitas dan tanggungjawab personal individu,

4. Adanya keterampilan komunikasi interpersonal dan kelompok kecil,


5. Adanya keterampilan bekerja dalam kelompok.
Menurut Eggen dalam (Gie, 2003), keterampilan kerjasama dapat berupa:
1. Mendengarkan dengan sopan ketika orang lain berbicara dan baru
berbicara setelah orang lain selesai berbicara,
2. Melakukan interupsi dengan sopan,
3. Memperlakukan ide-ide orang lain dengan rasa hormat dan
penghargaan,
4. Merumuskan atau menangkap ide-ide orang lain dengan kata-kata
sendiri

dengan

tepat

lebih

dahulu

sebelum

menyatakan

ketidaksetujuannya,
5. Mendorong setiap orang berpartisipasi dalam kelompoknya, merupakan
keterampilan yang penting diajarkan kepada peserta didik seperti
halnya kemampuan akademik.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning
2.1 Pengertian Cooperative Learning
Menurut Slavin, belajar cooperative (cooperative learning) adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur
kelompok heterogen. Sunal & Hans (dalam Hariyanto, 2000) mengatakan bahwa
model cooperative learning yaitu suatu cara atau pendekatan

atau serangkaian

strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Novita (2006) menyatakan bahwa model

cooperative

learning

dioperasionalkan sebagai suatu metode mengajar dengan cara membentuk siswa


dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari dua hingga empat orang siswa.
Kelompok-kelompok belajar yang telah terbentuk diharapkan dapat menekankan
kerjasama yang saling menguntungkan antar siswa, mengutamakan keaktifan siswa,
menekankan pengelolaan kelas disertai semangat gotong royong sehingga
memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan sesama teman.
Penerapan model pembelajaran kooperatif menuntut adanya kerjasama siswa
dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan penghargaan. Hal yang
diperkenalkan dalam pembelajaran kooperatif bukan sekedar kerja kelompok
melainkan pada penstrukturannya sehingga sistem pengajaran cooperative learning
dapat diartikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur.
Pembelajaran yang terstruktur menekankan pada pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab pribadi yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok karena ada

penilaian individu. Siswa tidak dapat dengan mudahnya bergantung pada teman
lainnya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin yang menjadi
kriterianya (Nur Afifuddin, 2008).
2.2 Karakteristik Cooperative Learning
Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu (Lie, 2005) : a) Saling ketergantungan positif, hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif; b) Tanggung jawab
perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik; c) Tatap muka, kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun
kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil
pemikiran satu orang saja; d) Komunikasi antaranggota, keberhasilan suatu kelompok
sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka; e) Evaluasi proses kelompok,
evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar
siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik. Lima unsur dalam
pembelajaran kooperatif tersebut tidak dapat dipisahkan, karena antara satu unsur
dengan yang lainnya saling berhubungan.
Slavin (2008) menyatakan karakteristik pembelajaran kooperatif antara lain
sebagai berikut:
1) Tujuan kelompok atau group goal, maksudnya semua anggota kelompok
adalah pemimpin dalam pembelajarantanggung
2) jawab individu atau individual accountability, penilaian kelompok dan
pengkhususan pada tanggung jawab individu,
3) Kesempatan sama untuk barhasil atau equal opportunities for success,
kontribusi asling memberi diantara siswa dalam kelompok,
4) Persaingan kelompok atau team competition, persaingan yang dapat
menumbuhkan motivasi dan kerja sama,
5) Pengkhususan tugas atau task specialization,
6) Penyesuaian individu.
Menurut Slavin (2008) Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa
macam , diantaranya yaitu: 1) Student Teams-Achievement Divisions (STAD), 2) Team
Game Tournament (TGT), 3) Jigsaw 4) Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC), 5) Team Accelerated Instruction (TAI), dan 6) Group
Investigation (GI). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk
mengembangkan pemahaman dan peningkatan kemampuan siswa dalam bekerjasama

dalam pembelajaran biologi adalah metode pembelajaran kooperatif Group


Investigation.
2.3 Model pembelajaran Group Investigation (GI)
2.3.1 Pengertian Model pembelajaran Group Investigation (GI)
Dasar-dasar tipe Group Investigation pertama kali dirancang oleh Herbert
Thelen, yang selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan kawan-kawannya
dari Universitas Tel Aviv. Tipe ini sering dipandang sebagai tipe yang paling
kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif, karena
metode investigasi kelompok merupakan perpaduan sosial

dan kemahiran

berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis.


Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan yang tidak
ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial
dalam pembelajaran kelas.
Tipe GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
ketrampilan proses kelompok (group process skill) (Kunandar, 2007).
Metode group investigation memiliki tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau
enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of
the learning group. (Udin S W, 2008). Konsep yang pertama yang merupakan
penelitian, mengarah pada proses dinamika siswa memberikan respon terhadap
masalah dan memecahkan masalah tersebut. Sementara itu, pengetahuan atau
knowledge merupakan pengalaman yang dimiliki oleh siswa baik secara langsung dari
dalam diri siswa maupun secara tidak langsung dari orang lain. Sedangkan dinamika
kelompok menggambarkan suasana berkelompok yang saling berinteraksi melibatkan
berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling
berargumentasi.
2.3.2

Tahapan-tahapan

pelaksanaan

Model

Pembelajaran

Group

Investigation
Menurut Slavin (2008) tahapan tahapan pelaksanaan Model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation meliputi:
1) Petama: Tahap Pengelompokkan (Grouping)
Merupakan tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta
mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai

5 orang. Pada tahap ini: a) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan
menentukan kategori-kategori topik permasalahan, b) siswa bergabung
pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih
atau menarik untuk diselidiki, c) guru membatasi jumlah anggota masingmasing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan
keheterogenan.
Setelah penyampaian topik bahasan yang akan diinvestigasi: a) guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang menarik
untuk dipilih dan membentuk kelompok berdasarkan topik yang mereka
pilih atau menarik untuk diselidiki, b) Guru membatasi anggota kelompok
4 sampai 5 orang dengan cara mengarahkan siswa dan memberikan suatu
motivasi kepada siswa supaya bersedia membentuk kelompok baru dan
memilih topik.
2) Kedua: Tahap Perencanaan
Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa
yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan
melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
3) Ketiga: Tahap Penyelidikan (Investigation)
Merupakan tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini,
siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota
kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan
pendapat.
4) Keempeat: Tahap Pengorganisasian
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa
sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting
dalam proteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa
yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3)
wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas
dalam presentasi investigasi.
5) Kelima: Tahap Presentasi
Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:
(1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara

aktif sebagai pendengar, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan


mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan
hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang
tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang
disajikan, 3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.
6) Keenam: Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai
berikut: 1) siswa menggabungkan masukan masukan tentang topiknya,
pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang

pengalaman-

pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi


tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar
haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya: 1) siswa
merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, 2) siswa
menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan
kelompok yang lain, 3) guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian
2.3.3

pada akhir siklus


Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation
(GI)

Berdasarkan hasil penelitian Ari Irnawati (2008) dengan menggunakan model


Group Investigation, model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1) Siswa menjadi lebih aktif karena bisa praktek secara langsung,
2) Siswa mampu menguasai ketrampilan kooperatif, seperti

saling

bekerjasama, memupuk rasa tanggung jawab, dan bersaing secara sehat,


3) Siswa memiliki kemahiran dalam berkomunikasi hal ini dapat dilihat dari
presentasi yang dilakukan.
Kemal D U S, Ataman K & Sukru A (2009) memperkuat dengan menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe group investigation memberikan dampak positif
terhadap pengalaman belajar siswa.Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe group
investigation ini ialah anak-anak bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil untuk
menginvestigasi/menyusun pertanyaan-pertanyaan berbeda tentang topik yang sama,
pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi
antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, siswa dilatih untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, adanya motivasi yang

mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar dari mulai tahap pertama sampai
tahap akhir pembelajaran.
Beberapa kekurangan dari menggunakan model Group Investigation
diantaranya yaitu :
1) Jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompokknya maka akan
menghambat tujuan pembelajaran,
2) Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa
bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam penyelesaian tugas,
3) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
2.3.4

belajar kelompok.
Perbandingan Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan Model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)

Pembelajaran kooperatif

pada umumnya memang memiliki tujuan dan

penekanan terhadap meningkatnya kerjasama siswa, pada penelitian dipilih


pembelajaraan kooperatif tipe Group Investigation karena pada model pembelajaran
Group Investiation kerjasama siswa lebih dilatih dan dibutuhkan sehingga dapat lebih
melatih kemampuan bekerjasama siswa, berikut tabel perbandingan model
pembelajaran Group investigation dengan tipe pembelajaran kooperatif jigsaw:
Tabel 1. Perbandingan Tipe Jigsaw dengan tipe Group Investigation
Perbedaan
Tujuan Kognitif

Tipe Jigsaw
Tipe Group Investigatiom
Pengetahuan konseptual dan Pengetahuan
konseptual
pengetahuan akademis

akademis dan ketrampilan

Tujuan sosial

menyelidiki
Kerja kelompok dan kerja Kerja sama dalam kelompok

Struktur tim

sama
kompleks
Tim-tim belajar heterogen Kelompok
beranggotakan

4-5

belajar

orang, beranggotakan lima sampai 6

menggunakan tim-tim asal orang, mungkin homogen


Pemilihan topik pelajaran
Tugas Utama

dan tim ahli


Biasanya oleh guru
Guru dan siswa, siswa
Siswa menyelidiki berbagai Siswa
menyelesaikan
materi di kelompok ahli, penyelidikan yang kompleks
membantu anggotaanggota di
kelompok

Assesmen (penilaian)

asal

untuk

mempelajari berbagai materi


Bervariasi, dapat berupa tes Proyek dan laporan yang
mingguan

sudah

dibuat,

dapat

Rekognisi

Newsletter

berbentuk tes
dan publikasi Presentasi lisan dan tertulis

lain
3. Hasil Penelitian yang Relevan
1) Berdasarkan penelitian Nur Afifuddin (2008) tentang perbedaan pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan group investigation
membuktikan bahwa adanya peningkatan prestasi siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan group investigation. Secara umum
hasil perbandingan pada penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif baik tipe Jigsaw maupun Group Investigation (GI) lebih efektif atau
lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini
dapat terjadi karena pada model pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
tergantung pada guru sehingga dapat menambah kepercayaan

kemampuan

berpikir, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
Selain itu model pembelajaran kooperatif juga dapat membantu memberdayakan
setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. Model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) paling efektif atau paling baik
dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan konvensional.
2) Berdasarkan penelitian Arina Ulfah (2014) dengan judul Pengaruh Model
Pembelajaran Group Investiation Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada
Materi Koloid di SMA menyatakan pada hasil penelitiannya bahwa metode GI
ini menyebabkan siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran yang
berlangsung karena adanya kesempatan bagi siswa unhtuk berdiskusi dengan
kelompoknya

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Biologi di
kelas X SMA Negeri
Kebakkramat Kabupaten
Karanganyar Tahun
2016/2017

Kondisi awal sebelum diterapkan model


pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Fakta observasi
1. Dalam kelompok diskusi ada salah satu siswa

Masalah:
Keterampilan kerjasama
siswa rendah

yang mendominasi.
2. Ada beberapa anggota yang tidak berpartisipasi
dalam kelompok
3. Ada anggota kelompok yang membicarakan hal
lain di luar topik diskusi.
4. Beberapa anggota kelompok tidak fokus pada
penyelesaian

Akar Masalah:
1. Model pembelajaran kurang
mendukung siswa untuk
berdiskusi.
2. Proses pembelajaran di kelas
belum memfasilitasi siswa untuk
bekerjasama dengan baik.

topik

diskusi

dengan

gadget, bersenda gurau dan tidur di kelas

bermain

Akibat:
Hasil belajar siswa rendah.

Solusi:

Manfaat:

1. Memperbaiki proses pembelajaran di kelas.


2. Menerapkan model pembelajaran yang
meningkatkan keterampilan kerjasama.

1. Mempersiapkan siswa menghadapai dan


menyelesaikan masalah di masa depan.
2. Siswa mampu kerjasama dengan baik
3. Hasil belajar siswa meningkat.

Penerapan metode kooperatif tipe group


investigation meningkatkan kemampuan
kerjasama siswa.

Target:
Kemampuan kerjasama siswa meningkat.

Tahapan metode kooperatif tipe group investigation:


1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar.
2. Siswa bersama-sama merencanakan tentang yang harus
dipelajari atau topik yang ingin diselidiki
3. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan
membuat

kesunpulan

terkait

masalah-masalah

yang

diselidiki, siswa saling berdiskusi, memberi masukan,


mempersatukan ide dan pendapat.
4. Anggota kelomkpok merencanakan dan menyusun laporan
yang

akan

dipresentasikan

mempresentasikannya

dan

bagaimana
Akibat:

5. Setiap Kelompok menyajikan hasil penyelidikan dan


1.
rendah.
3. Hasil belajar siswa
5.
Akibat:
investigasi terkait topik masing-masing
2.
Kemampuan
siswa
dalam memberikan
4.
6.
7. uraian
Hasil
belajar
siswa
rendah.
pendapat
untuk
menyelesaikan
masalah
Akibat:
6. guru mengevaluasi dengan memberikan tes
pada
8. Kemampuan
siswa
dalam
memberikan
rendah.
akhir siklus
11.
belajar
siswa
rendah.
9. Hasil
pendapat
untuk
menyelesaikan
masalah
12.
Kemampuan
siswa
dalam memberikan
10. rendah.
pendapat untuk menyelesaikan masalah
rendah.
Penerapan Project Based
Learning
meningkatkan kemampuan

C. Hipotesis Tindakan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation meningkatkan
kemampuan kerjasama pada pembelajaran biologi siswa

kelas X 9 SMA Negeri

Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017.

DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. (2010). Pengaruh Metode Jigsaw Terhadap Keterampilan Hubungan Interpersonal
dan Kerjasama Kelompok pada Mahasiswa Fakultas Psikologi (Skripsi). Yogyakarta:
Gajah Mada.
Affifuddin, N. (2008). Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dan Group Investigation (Gi) Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau Dari Motivasi
Berprestasi Siswa . Tesis, 111-165.

Arends, R. (2007). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Hamalik, O. (2002). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Hidayah, I. A. (2008). Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation
Dalam Mata Pelajaran Geografi Pada Kompetensi Dasar Kemampuan Menerapkan
Sig Dalam Kajian Geografi Di Sma Muhammadiyah 2 Gemolong Tahun Ajaran 2008/
2009 . Skripsi, 17-45.
Indiyani, Eka Novita. (2006). Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative
Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran
Matematika (Suatu studi Eksperimental pada Siswa di SMP 26 Semarang). Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.1
Johnson, D. W., Johnson, R. T., & Holubec, E. (1998). Circles of Learning. New York:

Edina: Interaction Book Company.


Kemal D U S, Ataman K dan Sukru A. (2009). Effect Of Two Cooperative Learning
Strategies On Teaching And Learning Topics Of Thermochemistry. Word Applied
Scinces Journal 7 Vol
(Online).(http://www.sciedu.ca/journal/index.php/jms/article/download/162/66,
diakses 9 Mei 2016).
Lie, A. (2008). Mempraktikkan Kooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:
Grasindo.
Maasawet, E. T. (2011). MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA BELAJAR
BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI VI KOTA SAMARINDA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011.
Samarinda: FKIP Universitas Mulawarman.
Siswoyo, D., & dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Slavin, R. E. (1997). Educational Psychologie: Theory and Practice, Fourth Edition. Allyn
and Bacon Publishers.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Tristanti, S. (2014). PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR. Bandar Lampung:
FKIP Universitas Lampung.
Udin S W. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ulfah, A., Sahputra, R., & Rasmawan, R. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Materi Koloid Di Sma.
Program Studi Pendidikan Kimia Fkip Untan, 3-6.

Anda mungkin juga menyukai