DISUSUN OLEH:
LATIFATUL FAIZAH
(K4313043)
RIZA AL AMIN
(K4313063)
SHINTA MAHARANI
(K4313065)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
maupun penyelesaian masalah. Kurangnya kerjasama antar siswa juga terlihat dari
mendominasinya siswa yang tergolong pandai dan aktif. Selain itu, kurangnya kerjasama
siswa juga tercermin dari sikap beberapa anggota siswa yang pasif tidak fokus pada
penyelesaian masalah dalam diskusi, siswa terlihat asik bermain gadget, bersenda gurau, dan
tidur di kelas.
Penyebabnya rendahnya kemampuan kerjasama siswa disebabkan oleh model
pembelajaran yang masih konvensional dengan metode yang digunakan adalah metode
ceramah dan diskusi. Pada metode ceramah yang digunakan, guru masih mendominasi
sehingga siswa cenderung bersikap pasif dengan menyimak dan mendengarkan informasi
yang diberikan guru sehingga siswa kurang terlibat dalam suatu kegiatan yang dapat
mendorong siswa untuk aktif. Sementara itu, pada metode diskusi yang digunakan belum
sepenuhnya dapat mengembangkan kemampuan kerjasama siswa karena saat berdiskusi
hanya beberapa siswa yang terlibat aktif dalam diskusi. Akibatnya siswa yang pasif dalam
kegiatan berdiskusi tidak mendapatkan penguasaan materi yang sama dengan siswa yang
aktif dalam berdiskusi sehingga dapat berdampak pada hasil belajar siswa terutama pada mata
pelajaran biologi.
Masaawet (2011) menyatakan kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu
(berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk
mencapai suatu hasil mufakat. Kerjasama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota
kelompok, maka yang perlu dilakukan dalam bekerjasama adalah sebagai berikut: a)
Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah; b) Sumbangkan pemahaman tentang
permasalahan: pertanyaaan, wawasan, dan pemecahan c) Setiap anggota memperkuat yang
lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka. d)
Bertanggung jawab terhadap yang lain dan e) Bergantung pada yang lain.
Tujuan dari
menimbulkan interaksi antar siswa yang kondusif, efektif, dan efisien sehingga memunculkan
suatu pengalaman belajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berproses secara
ilmiah hingga siswa mampu menemukan konsep secara mandiri. Model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kerjasama adalah model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation.
Metode Group investigation memiliki tiga konsep utama Metode group investigation
memiliki tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan
dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group (Udin S W, 2008). Dinamika
kelompok yang ditunjukkan pada model kooperatif tipe group investigation ini adalah
susasana kelompok yang saling berinteraksi dan melibatkan berbagai ide atau pendapat serta
saling bertukar pengalaman melalui proses kerjasama dan saling berargumentasi (Arina,
2014). Adanya interaksi dalam kelompok yang kondusif dapat mendorong siswa untuk dapat
bekerjasama karena siswa menyadari akan tanggungjawabnya terhadap keberhasilan
kelompok dalam menemukan konsep serta pemecahan masalah pada topik yang diselidiki
bersama. Selain itu, kerjasama yang terbangun dalam diri siswa menimbulkan sikap
solidaritas antar anggota kelompok sehingga anatar anggota kelompok dapat saling
memotivasi dan bertukar pengalaman. Alhasil, individu-individu yang mampu bekerjasama
dalam kelompok tersebut tentunya akan memperoleh pengetahuan yang sama dan seimbang
sehingga hasil belajar nantinya akan meningkat karena timbulnya motivasi siswa.
Trianto (2007) menyatakan bahwa pada pelaksanaa metode Group Investigation
umumnya guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen. Fase-fase penerapan metode Group Investigation,
yaitu: (1) Seleksi topik, para siswa memilih berbagai topik dari materi yang akan
diinvestigasi; (2) Perencanaan kooperatif, para siswa bersama guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih; (3) Implementasi, para siswa melaksanakan rencana yang telah
dirumuskan; (4) Analisis dan sintesis, para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada fase (3) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam
suatu penyajian yang menarik di depan kelas; (5) Presentasi hasil, semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar
semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut; (6) Evaluasi, guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Arends (1997) menyatakan
bahwa metode Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process
skills). Keterlibatan siswa dari awal tahap pembelajaran hingga tahap akhir pembelajaran
tentunya akan menuntun siswa untuk memiliki tanggungjawab dan tugas pribadi dalam diri
siswa terhadap kelompoknya. Siswa juga dituntut harus bekerja bersama-sama dalam
kelompoknya untyk menyelidiki atau menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berbeda pada
topik yang sama sehinga akan mendorong terciptanya susasna pembelajaran yang saling
bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang,
siswa dilatih untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan adanya motivasi
ssiwa untuk aktif dalam proses belajar (Kemal D U S, Ataman K, dan Sukru A, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Group investigation ini diharapkan siswa mampu menanamkan solidaritas dan kerjasama
yang baik dalam dirinya sehingga tercipta motivasi dalam belajar yang dapat mendorong
siswa untuk memiliki ketrampilan proses yang baik pula sehingga berpengaruh pada hasil
belajar siswa yang baik dan meningkat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul:
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation (GI)
untuk Meningkatkan Kerjasama pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X 9 SMA
Negeri Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2016/2017
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang menhjadi pokok penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan Cooperative learning tipe group investigation dapat
meningkatkan kerjasama siswa kelas X 9 SMA Negeri Kebakkramat
Karanganyar dalam mata pelajaran biologi?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kerjasama siswa kelas X 9 SMA Negeri Kebakkramat
Karanganyar pada mata pelajaran biologi melalui penerapan model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation
D. Manfaat Penelitian
B. Bagi guru
1. Menambah wawasan tentang strategi pembelajaran yang efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Memberikan solusi terhadap kendala dalam pelaksanaan pembelajaran biologi.
3. Memberikan motivasi untuk mengkaji model-model pembelajaran lain sehingga
tercipta pembelajaran yang inovatif.
C. Bagi sekolah
1. Memberikan sumbangan solusi bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
2. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan proses
pembelajaran pada tahap berikutnya.
3. Meningkatnya kualitas siswa sehingga menjadi lulusan-lulusan unggul dan berkualitas
tinggi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dengan
tepat
lebih
dahulu
sebelum
menyatakan
ketidaksetujuannya,
5. Mendorong setiap orang berpartisipasi dalam kelompoknya, merupakan
keterampilan yang penting diajarkan kepada peserta didik seperti
halnya kemampuan akademik.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning
2.1 Pengertian Cooperative Learning
Menurut Slavin, belajar cooperative (cooperative learning) adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur
kelompok heterogen. Sunal & Hans (dalam Hariyanto, 2000) mengatakan bahwa
model cooperative learning yaitu suatu cara atau pendekatan
atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar
bekerja sama selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Novita (2006) menyatakan bahwa model
cooperative
learning
penilaian individu. Siswa tidak dapat dengan mudahnya bergantung pada teman
lainnya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin yang menjadi
kriterianya (Nur Afifuddin, 2008).
2.2 Karakteristik Cooperative Learning
Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang diterapkan dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu (Lie, 2005) : a) Saling ketergantungan positif, hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif; b) Tanggung jawab
perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik; c) Tatap muka, kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun
kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil
pemikiran satu orang saja; d) Komunikasi antaranggota, keberhasilan suatu kelompok
sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka; e) Evaluasi proses kelompok,
evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar
siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik. Lima unsur dalam
pembelajaran kooperatif tersebut tidak dapat dipisahkan, karena antara satu unsur
dengan yang lainnya saling berhubungan.
Slavin (2008) menyatakan karakteristik pembelajaran kooperatif antara lain
sebagai berikut:
1) Tujuan kelompok atau group goal, maksudnya semua anggota kelompok
adalah pemimpin dalam pembelajarantanggung
2) jawab individu atau individual accountability, penilaian kelompok dan
pengkhususan pada tanggung jawab individu,
3) Kesempatan sama untuk barhasil atau equal opportunities for success,
kontribusi asling memberi diantara siswa dalam kelompok,
4) Persaingan kelompok atau team competition, persaingan yang dapat
menumbuhkan motivasi dan kerja sama,
5) Pengkhususan tugas atau task specialization,
6) Penyesuaian individu.
Menurut Slavin (2008) Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa
macam , diantaranya yaitu: 1) Student Teams-Achievement Divisions (STAD), 2) Team
Game Tournament (TGT), 3) Jigsaw 4) Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC), 5) Team Accelerated Instruction (TAI), dan 6) Group
Investigation (GI). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk
mengembangkan pemahaman dan peningkatan kemampuan siswa dalam bekerjasama
dan kemahiran
Tahapan-tahapan
pelaksanaan
Model
Pembelajaran
Group
Investigation
Menurut Slavin (2008) tahapan tahapan pelaksanaan Model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation meliputi:
1) Petama: Tahap Pengelompokkan (Grouping)
Merupakan tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta
mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai
5 orang. Pada tahap ini: a) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan
menentukan kategori-kategori topik permasalahan, b) siswa bergabung
pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih
atau menarik untuk diselidiki, c) guru membatasi jumlah anggota masingmasing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan
keheterogenan.
Setelah penyampaian topik bahasan yang akan diinvestigasi: a) guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang menarik
untuk dipilih dan membentuk kelompok berdasarkan topik yang mereka
pilih atau menarik untuk diselidiki, b) Guru membatasi anggota kelompok
4 sampai 5 orang dengan cara mengarahkan siswa dan memberikan suatu
motivasi kepada siswa supaya bersedia membentuk kelompok baru dan
memilih topik.
2) Kedua: Tahap Perencanaan
Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa
yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan
melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?
3) Ketiga: Tahap Penyelidikan (Investigation)
Merupakan tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini,
siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota
kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan
pendapat.
4) Keempeat: Tahap Pengorganisasian
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa
sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting
dalam proteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa
yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3)
wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas
dalam presentasi investigasi.
5) Kelima: Tahap Presentasi
Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:
(1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara
pengalaman-
saling
mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar dari mulai tahap pertama sampai
tahap akhir pembelajaran.
Beberapa kekurangan dari menggunakan model Group Investigation
diantaranya yaitu :
1) Jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompokknya maka akan
menghambat tujuan pembelajaran,
2) Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa
bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam penyelesaian tugas,
3) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam
2.3.4
belajar kelompok.
Perbandingan Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan Model
pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI)
Pembelajaran kooperatif
Tipe Jigsaw
Tipe Group Investigatiom
Pengetahuan konseptual dan Pengetahuan
konseptual
pengetahuan akademis
Tujuan sosial
menyelidiki
Kerja kelompok dan kerja Kerja sama dalam kelompok
Struktur tim
sama
kompleks
Tim-tim belajar heterogen Kelompok
beranggotakan
4-5
belajar
Assesmen (penilaian)
asal
untuk
sudah
dibuat,
dapat
Rekognisi
Newsletter
berbentuk tes
dan publikasi Presentasi lisan dan tertulis
lain
3. Hasil Penelitian yang Relevan
1) Berdasarkan penelitian Nur Afifuddin (2008) tentang perbedaan pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan group investigation
membuktikan bahwa adanya peningkatan prestasi siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan group investigation. Secara umum
hasil perbandingan pada penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif baik tipe Jigsaw maupun Group Investigation (GI) lebih efektif atau
lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini
dapat terjadi karena pada model pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
tergantung pada guru sehingga dapat menambah kepercayaan
kemampuan
berpikir, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
Selain itu model pembelajaran kooperatif juga dapat membantu memberdayakan
setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. Model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) paling efektif atau paling baik
dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan konvensional.
2) Berdasarkan penelitian Arina Ulfah (2014) dengan judul Pengaruh Model
Pembelajaran Group Investiation Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada
Materi Koloid di SMA menyatakan pada hasil penelitiannya bahwa metode GI
ini menyebabkan siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran yang
berlangsung karena adanya kesempatan bagi siswa unhtuk berdiskusi dengan
kelompoknya
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Biologi di
kelas X SMA Negeri
Kebakkramat Kabupaten
Karanganyar Tahun
2016/2017
Fakta observasi
1. Dalam kelompok diskusi ada salah satu siswa
Masalah:
Keterampilan kerjasama
siswa rendah
yang mendominasi.
2. Ada beberapa anggota yang tidak berpartisipasi
dalam kelompok
3. Ada anggota kelompok yang membicarakan hal
lain di luar topik diskusi.
4. Beberapa anggota kelompok tidak fokus pada
penyelesaian
Akar Masalah:
1. Model pembelajaran kurang
mendukung siswa untuk
berdiskusi.
2. Proses pembelajaran di kelas
belum memfasilitasi siswa untuk
bekerjasama dengan baik.
topik
diskusi
dengan
bermain
Akibat:
Hasil belajar siswa rendah.
Solusi:
Manfaat:
Target:
Kemampuan kerjasama siswa meningkat.
kesunpulan
terkait
masalah-masalah
yang
akan
dipresentasikan
mempresentasikannya
dan
bagaimana
Akibat:
C. Hipotesis Tindakan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation meningkatkan
kemampuan kerjasama pada pembelajaran biologi siswa
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. (2010). Pengaruh Metode Jigsaw Terhadap Keterampilan Hubungan Interpersonal
dan Kerjasama Kelompok pada Mahasiswa Fakultas Psikologi (Skripsi). Yogyakarta:
Gajah Mada.
Affifuddin, N. (2008). Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dan Group Investigation (Gi) Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau Dari Motivasi
Berprestasi Siswa . Tesis, 111-165.