Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK GURU EFEKTIF DALAM

PERSPEKTIF MODEL MODEL PEMBELAJARAN

Oleh:
Muhlis Imzani (21416286230016)
Sindi susana putri (21416286230005)
Tiara Safitri (21416286230008)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Buana Perjuangan Karawang

ABSTRAK
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi dalam proses pembelajaran
yang membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok dengan kerjasama dapat
meningkatkan cara kerja peserta didik menuju lebih baik, dan memupuk sikap tolong
menolong dalam beberapa perilaku sosial (Lie, 2004: 27). Menurut Slavin, pembelajaran
kooperatif sebagai lingkungan belajar dimana peserta didik bekerjasama dalam suatu
kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugas
akademik (Slavin, 2011: 4). Guru efektif adalah guru yang bisa memotivasi peserta didik
untuk belajar dan meningkatkan semangat belajar yang tumbuh dari kesadaran peserta
pendidik itu sendiri, bukan karena takut pada gurunya. Eksistensi seorang guru adalah
sebagai pendidik profesional di sekolah, dalam hal ini guru sebagai uswatun hasanah,
jabatan administratif, dan petugas kemasyarakatan. Guru efektif merupakan istilah lain
dari guru profesional mempunyai seperangkat karaktersitik atau ciri-ciri tertentu. Untuk
menggambarkan sosok guru profesional, Dedi Supardi mengutip laporan dari satu jurnal
bertajuk Educational Leadership edisi Maret 1993.

PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran merupakan suatu konsep yang kompleks dalam
kaitanya dengan bagaimana menjadikan suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi

1
2

menjadi lebih efektif, efisien dan juga menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan. Proses ini melibatkan berbagai unsur yang termasuk
dalam satu lingkungan belajar, baik dosen/guru, mahasiswa, media, dan unsur lain
yang menunjang terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi adalah
pembelajaran yang diartikan oleh sebagian besar kalangan, baik dosen/guru maupun
mahasiswa, adalah pembelajaran konvensional yang hanya berfokus pada
komunikasi verbalistik, sentralisasi dosen atau guru, pembelajaran yang otoriter
dalam hal ini guru/gurulah yang berhak menentukan apa yang akan dipelajari oleh
mahasiswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang kreatifitas baik bagi
mahasiswa maupun dosen atau guru dalam mengembangkan pembelajaran yang
inovatif dan kreatif. Hal ini menjadi suatu dasar yang membuat jurang pemisah
antara dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran. Sikap, paham, atau kebiasaan yang
terjadi seperti itu menjadikan suasana belajar yang menyenanngkan dan dapat
menciptakan motivasi belajar yang lebih baik bagi siswa seakan-akan terpasung.
Tulisan ini bertujuan untuk menyikapi hal tersebut di atas, penulisi mencoba untuk
mengangkat beberapa model pembelajaran yang dapat dijadikan rujukan oleh dosen,
guru atau calon guru dalam menerapkan model dan strategi pembelajaran yang
bersifat inovatif dan berorientasi pada prinsip-prinsip konstruktifis yang saat ini
sangat dianjurkan bagi setiap dosen atau guru dan calon guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas. Manfaat yang dapat diperoleh dari tulisan ini adalah
pembelajaran inovatif dengan model-modelnya yang variatif dilengkapi dengan
sintaks atau langkah-langkah yang membantu para dosen, guru atau calon guru untuk
mempelajari dan melaksanakan pembelajaran di kelas, antara lain adalah; model
pembelajaran lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah (diskusi),
inkuiri, atau belajar melalui penemuan, dan masih banyak model dan variasi
pembelajaran inovatif lainnya yang dapat menjadi pilihan bagi guru atau calon guru.

HASIL DAN PEMBAHASAN


3

PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Anak Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi dalam proses
pembelajaran yang membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok;
dengan kerjasama dapat meningkatkan cara kerja peserta didik menuju lebih baik,
dan memupuk sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial (Lie, 2004: 27).
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif sebagai lingkungan belajar dimana peserta
didik bekerjasama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda
untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik (Slavin, 2011: 4).
Dengan demikian pembelajaran kooperatif tidak sama dengan kerja
kelompok secara berkelompok. Tetapi pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar
belajar kelompok, karena dalam pembelajaran kooperatrif ada tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan
yang bersifat interdepeciensi efektif diantara anggota kelompok. Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk
belajar dalam satu kelimpok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota bekerja sama secara kolaboratif dan
membantu untuk memahami suatu materi pembelajaran, memeriksa dan
memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil
belajartertinggi. Kegiatan belajar belum selesai, jika salah satu anggota kelompok
belum menguasai materi pembelajaran (Slavin, 2011: 4). Menurut Anita Lie,
pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Disamping itu cooperative
learning juga sering diartikan sebagai motif kerjasama, dimana setiap individu
dihadapkan pada preposisi dan pilihan yang harus diikuti apakah memilih bekerja
bersama-sama, berkompetisi, atau individualis. Penggunaan model cooperative
learning adalah suatu proses yang membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam
kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar menuju belajar lebih
baik, sikap tolong menolong dan beberapa perilaku sosial (Lie, 2004: 12).

Karakteristik Guru Efektif


Pendidikan Istilah guru efektif merupakan terobosan terbaru di era sekarang
karena lebih terukur dibandingkan dengan istilah guru yang baik. Pengertian guru
4

yang baik lebih bersifat sebagai kemampuan personal seorang guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran dan pengajaran. Sementara itu, pengertian guru
efektif lebih bersifat sebagai kemampuan profesional. Guru efektif adalah guru yang
bisa memotivasi peserta didik untuk belajar dan meningkatkan semangat belajar yang
tumbuh dari kesadaran peserta pendidik itu sendiri, bukan karena takut pada
gurunya.
Eksistensi seorang guru adalah sebagai pendidik profesional di sekolah,
dalam hal ini guru sebagai uswatun hasanah, jabatan administratif, dan petugas
kemasyarakatan.
Guru efektif merupakan istilah lain dari guru profesional mempunyai
seperangkat karaktersitik atau ciri-ciri tertentu. Untuk menggambarkan sosok guru
profesional, Dedi Supardi mengutip laporan dari satu jurnal bertajuk Educational
Leadership edisi Maret 1993.
Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru
baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya, sikap guru dalam
meningkatkan pelayanan, meningkatkan pengetahuan, memberi arahan, bimbingan
dan motivasi kepada peserta didik, cara berpakaian, berbicara, dan berhubungan baik
dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota masyarakat lainnya
Guru merupakan orang tua kedua kita yang berada disekolah mengapa
disebut orang tua karena guru memiliki kewajiban mendidik dan memberikan
pengajaran pada kita dengan istilah lain guru sebagai pengganti orang tua pada saat
orang tua tidak memiliki wakttu banyak untuk memberikan pendidikan dan
pengajaran pada kita serta dengan kekurangan-kekurangan yang dimiliki orang tua
sehingga menitipkan kita pada guru disekolah. Oleh karena itu kita harus
menghormati bapak ibu guru sebagaimana kita menghormati kepada kedua orang
tua.
Semua di antara kita sudah sangat akrab dengan guru, baik sering bertatap
muka dan berkomunikasi. Akan tetapi, berapa banyak di antara kita yang pernah
merenungkan dan memikirkan sesungguhnya seperti apa guru efektif itu? Mengapa
kita harus mengatahuinya karena pemahaman akan hakekat guru efektif ini sangat
penting sebagai landasan tolak ukur dalam penilaian guru yang baik. Kalau
5

direnungkan secara mendalam, maka kita akan dapat menemukan beberapa


karakteristik guru efektif, antara lain:
a. Mempunyai cita-cita menjadi guru yang hebat atau professional,
b. Dalam kesehariannya tidak lepas dari yang namanya perencanaan yang
matang,
c. Mampu menguasai teknologi, informasi dan komunikasi (tik),
d. Mampu membangun tim kerja yang kuat,
e. Mampu membangun networking yang kuat,
f. Menguasai metode pembelajaran dengan baik,
g. Mampu mengelola pembelajaran dengan baik,
h. Mempunyai semangat belajar yang kuat.

Konsep Guru Efektif


Undang Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep
mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-
objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam
kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun
dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah


generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan
pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan
kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
(Ahmad, 2087) Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti
permasalahan psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan
persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam seseorang telah menjadi seorang
pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai
6

suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan


merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi
pedagogik.
Karakteristik Kompetensi Pedagogik Guru cms-formulasi Salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik
(MENDIKNAS. 2007, Robandi). Karakteristik kompetensi tersebut seperti berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural,emosional, dan intelektual. Penguasaan karakteristik tidak dapat dicapai
apabila guru masih menjaga jarak (jauh) dengan peserta didiknya. Selama guru tidak
mau berperan sebagai orangtua yang baik, maka pemahaman terhadap karakter
peserta didiknya hanya sebuah terkaan belaka.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Teori harus selalu diperbaharui oleh seorang guru. Semakin siswa disibukkan dengan
tugas-tugas dari gurunya, maka selayaknya seorang guru harus semakin sibuk
mendengarkan keluhan dari siswa ketika menyikapi setumpuk tugasnya, sehingga
guru akan membuahkan strategi-strategi baru dalam pengajarannya untuk berusaha
membantu memudahkan atau mencarikan jalan alternatif dalam penyelesaian
tugasnya. Guru harus selalu memotivasi diri untuk semakin rajin membaca dan
berdiskusi baik secara online maupun offline.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu. Kemampuan guru untuk mengembangkan kurikulum yang lebih baik
dari standar merupakan hal yang sangat diharapkan. Pengembangan kurikulum ini
tidak hanya peningkatan dari segi materi pembelajaran, tapi aspek pendukungnya
pun harus diperhatikan, seperti media pembelajaran. Kecermatan melihat keberadaan
siswa dan sarana yang tersedia harus diperhatikan secara serius dalam
mengimplementasikan kurikulum tersebut.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik Kegiatan
pengembangan dapat berupa berbagai kreativitas yang dibangun siswa bersama
gurunya. Penting dicatat bahwa kreativitas itu bukan hanya dilakukan oleh siswa,
tapi harus bersama-sama dengan guru sebagai partner-nya. Misalnya membangun
kreativitas menulis di blog atau mengisi Facebook dengan posting-posting yang
mengandung nilai-nilai pendidikan.
7

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan


penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. Sudah banyak tool
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran. Dengan Microsoft Word guru/siswa dapat membuat catatan
sekolahnya dengan daftar isi yang mengandung Link ke halaman terkait. Microsoft
PowerPoint dapat digunakan guru/siswa untuk menyusun bahan presentasinya. Milis
dapat digunakan siswa sebagai sarana diskusi dengan siswa lainnya, bahkan dengan
guru sekalipun. Dengan kehadiran media online ini, komunikasi/konsultasi siswa
dengan guru dalam rangka mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dapat dilakukan.
Ketika guru memberikan tugas tidak cukup hanya memberikan tugas di minggu
pertama dan menunggu pengumpulannya di minggu kedua, tapi selama waktu antara
minggu pertama sampai minggu kedua harus tersedia waktu bagi siswa yang ingin
berkonsultasi terkait tugasnya.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Secara sederhana, pada waktu
istirahat atau hari-hari tertentu, lab komputer kadang-kadang tidak digunakan, maka
kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk belajar/ menggunakan
komputer. Guru tidak hanya terpaku dengan waktu yang sudah dijadwalkan, tapi
apabila ada waktu yang bisa digunakan di luar jadwal itu akan lebih berpeluang
membantu peserta didik dalam menggali potensinya. Atau sekedar bertegur sapa
dalam bahasa asing ketika waktu istirahat, ini menjadi modal berharga untuk
pengembangan potensi peserta didik. Bahkan mendukung siswa untuk mengikuti
perlombaan atau pelatihan di luar sekolah merupakan sikap guru yang bagus.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Ini yang harus menjadi sorotan cukup serius, karena selama ini komunikasi guru
kepada siswanya masih dianggap kurang. Ini terjadi salah satunya terlihat dari
pemikiran bahwa siswa membutuhkan guru, bukan guru membutuhkan siswa. Ini
membuat guru jaga image, jual mahal, tidak mau proaktif membangun komunikasi
dengna siswanya. Guru dekat dengan siswa merasa khawatir akan mengurangi
reputasinya, padahal tidak demikian adanya. Kejujuran guru atas kelemahannya pun
boleh diketahui siswa, karena alih-alih mendapat ejekan para siswa, malahan
mendapat doa dari mereka.
8

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Guru


memiliki hak istimewa dalam menentukan nilai siswa. Pemikiran ini harus ditinjau
ulang, karena dalam prakteknya kadang-kadang guru dengan kurang pertimbangan
suka memberikan nilai jelek di ujian harian, UTS atau UAS, padahal belum
melakukan usaha-usaha yang tepat dalam pengajarannya. Ketika guru memberikan
nilai merah, maka guru tersebut harus bertanya kepada dirinya sendiri: Sudahkah ia
memberikan perhatian khusus kepada siswa yang diberi nilai merah itu? Sudah
berapa kalikah ia memanggil siswa untuk diberikan strategi-strategi alternatif agar
berhasil dalam belajarnya? Sudah berapa jauh guru tersebut membangun kerja sama
dengan siswa dan orangtuanya agar nilai siswa tersebut bagus? Sungguh tidak adil
untuk situasi di negeri ini seperti saat ini apabila seorang guru hanya mengajar
menggunakan gaya mengajar yang sama untuk semua siswa, tiba-tiba di akhir
semester siswa diberi nilai merah, padahal guru tersebut tidak melakukan apa-apa
untuk meningkatkan kemampuan siswa tersebut, selain hanya remedial. Untuk apa
minggu pertama gagal ujian, minggu kedua diadakan remedial. Padahal guru tersebut
belum sempat memberikan solusi belajar kepada siswa yang gagal ujian tersebut.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran. Hasil ujian harus dijadikan masukan bagi guru untuk melakukan
langkah pengajaran berikutnya. Contoh: Siswa ‘A’ mendapat nilai 100, Siswa ‘B’
mendapat nilai 40. Maka guru tersebut harus berusaha keras memberikan strategi-
strategi alternatif untuk siswa ‘B’. Kalau perlakuan guru menyamaratakan antara
gaya belajar ‘A’ dan ‘B’, maka kemungkinan besar prestasi belajar siswa ‘B’ akan
gagal lagi pada saat ujian berikutnya.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Guru yang mudah memberikan ilmu kepada siswanya, tidak terbatas di kelas saja
merupakan tindakan yang bagus. Tidak benar seorang guru harus jual mahal ilmu
dengan alasan ia sudah mengeluarkan berjuta-juta rupiah ketika masa kuliahnya.
Perjumpaan dengan siswa, kapanpun waktunya, di manapun tempatnya, harus
memberikan inspirasi bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan memotivasi diri
untuk lebih giat dalam belajar.
9

Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif


Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu sebagai berikut: Pertama, saling Ketergantungan Positif. Saling
ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan
sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa mendapat materi yang
berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnya saling
membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat mengerjakan tugas tersebut
maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan. Kedua, tanggung Jawab
Perseorangan. Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut
selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota
kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang
berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk
mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas
yang berbeda sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu. Ketiga,
Interaksi Tatap Muka. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok
dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan
siswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi
dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka
siswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu
mengerjakan tugas individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat
terselesaikan. Keempat, komunikasi antar Anggota Kelompok. Dalam pembelajaran
kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak
mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan dalam pembelajaran kooperatif
ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru
perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa mempuanyai
10

keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada


kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu diberitahu secara
jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung
perasaan orang lain. Kelima, Evaluasi Proses Kelompok. Pengajar perlu
menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,
tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat
dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning (Suprijono, 2013: 58-63).

Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
lebih memungkinkan siswa untuk aktif dan guru berperan sebagai fasilitator. Model
pembelajaran ini lebih banyak mengarah kepada belajar kelompok. Namun tidak bisa
disamakan dengan belajar kelompok seperti yang dipahami oleh sebagian orang.
Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru
kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Bahkan
pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) lebih efektif dari pembelajaran oleh
guru. Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan siswa untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik antar sesama siswa.
Guru efektif adalah guru yang mampu memotivasi peserta didik untuk belajar
dan meningkatkan semangat belajar yang tumbuh kesadaran diri peserta didik, bukan
karena takut pada gurunya. Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya agar
bermanfaat dimasa yang akan datang.

Daftar Pustaka
11

Santyasa, I W. 2003. Pendidikan, pembelajaran, dan penilaian berbasis kompetensi.


Makalah. Disajikan dalam seminar Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri
Singaraja, 27 Februari 2003, di Singaraja.

Indrawati, S. W. (2015, mei 19). KARAKTERISTIK GURU EFEKTIF DALAM


PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN.

Gunawan, Heri. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta:Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Prenada Media Group.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.


Jakarta: Bumi Aksara.

Nurwahyuni, Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Anzul Media.

Anda mungkin juga menyukai