Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan,

termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional

akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional

yang dirinci sebagai berikut :

1. Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan

bagi perannya dimasa yang akan datang.

2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirimelalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang

pendidikan tertentu. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada jalur

dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42)

Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya

menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang

bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan

1
pendapat Muhamad Ali, (1983:12) yang menyebutkan bahwa kadar

pembelajaran akan bermakna apabila :

1. Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan

menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap.

3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi

yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.

Dari 17 siswa kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar Tahun Ajaran

2020/2021 yaitu 12 laki-laki dan 5 parempuan, hanya 5 orang yang tuntas

belajar, hal ini mendorong kami untuk melakukan Penelitian Tindakan

Kelas ini.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TAI dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan

model Pembelajaran kooperatif Tipe TAI siswa akan terlibat secara

langsung dalam proses pembelajaran.

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,

gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh

dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,

penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.

2
Kehadiran medel Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran

IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi yang

akan diajarkan kepada siswa.

Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah melaksanakan

pembelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas, yang dilanjutkan

dengan evaluasi tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai

guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa,

antara lain pembelajaran berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam

pembelajaran kurang ada kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses

pembelajaran yang mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi. Dari 17

siswa hanya 5 orang yang tuntas belajar. Dangan KKM Mata pelajaran IPA

60, berlatar belakang dari permasalahan tersebut, dipandang perlu

melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, sebab Penelitian Tindakan Kelas

merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran yang bersifat individual dan luwes.

(Kasihani Kasbolah, 1998:22).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah

meningkatkan pemahaman siswa tentang konduktor dan isolator panas yang

selama ini dianggap sulit oleh siswa.

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan masalah

diperinci sebagai berikut :

3
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe TAI untuk meningkatkan kemampuan

siswa tentang Konduktor dan Isolator Panas

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model

kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan kemampuan siswa

tentang Konduktor dan Isolator Panas

3. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam Pembelajaran Konduktor dan

Isolator Panas dapat di tingkatkan dengan model pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI.

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA

tentang Konduktor dan Isolator Panas dengan menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah

Cadasngampar Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi.

2. Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya pembelajaran

IPA dalam materi Konduktor dan Isolator Panas di Kelas VI Madrasah

Ibtidaiyah Cadasngampar Kecamatan Ciracap Kabupaten

Sukabumi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TAI.

3. Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI

Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar Kecamatan Ciracap Kabupaten

4
Sukabumi dalam materi konduktor dan Isolator Panas setelah

pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara umum: penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pada

dunia pendidikan dalam pengajaran IPA dalam peningkatan keaktifan

dan hasil belajar melalui pendekatan Kooperatif Tipe TAI

Secara khusus: diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada

strategi pembelajaran disekolah serta dapat mengoptimalkan

kemampuan peserta didik peserta didik

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Dapat menguasai konsep yang dipelajarai.

2) Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA.

3) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran

IPA.

b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

5
2) Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam

memahami bahan ajar/materi tentang materi Konduktor dan

Isolator Panas dengan mempergunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Untuk mencapai tujuan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang

baik, terlebih dahulu siswa memahami pengertian dari belajar. Belajar adalah

suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlahpengetahuan melainkan juga

dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan pengahargaan,

minat, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang. (Nasution,

1995:35)

Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

(Slamito, 2002:2). Winkel (1989:15) mengemukakan bahwa proes belajar

pada manusia merupakan proses siklus yang berlangsung dalam

mengaktifkan subjek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan.

Dari pendapat di atas maka dirumuskan definisi belajar adalah suatu proses

untuk mencapai suatu tujuan yaiu perubahan ke arah yang lebih baik.

B. Pengertian Mengajar

Selain siswa harus tahu pengertian belajar, gurupun harus tahu pengertian

mengajar. Menurut Slameto (1995:29) mengajarkan adalah penyerahan

kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik. Sudjono

7
(2000:37) mengatakan bahwa mengajar adalah sebagai alat yang

direncanakan melalui berbagai kegiatan seoptimal mungkin.

Dari uraian di atas dirumuskan definisi bahwa mengajar adalah suatu kegiatan

membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik agar

tercipta lingkungan belajar yang konduktif. Setelah siswa mengerti definisi

belajar, seorang gurupun mengerti pengertian mengajar. Guru didalam

menyampaikan proses pembelajaran harus dapat menemukan dan

menggunakan metode yang cepat dan aktif.

C. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Slavin dalam Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan

struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam

Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus

dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama

selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15)

menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa

8
lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam

perilaku sosial.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar

(Sugiyanto, 2010:37). Anita Lie (2007:29) mengungkapkan bahwa model

pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar

dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning

yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-

asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.

Johnson (Anita Lie, 2007:30) mengemukakan dalam model pembelajaran

kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung

jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi

proses kelompok. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah

model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif

antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif

Rohman, 2009:186).

Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai

macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis

kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu

9
satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman

masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok

karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan

tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi

secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi

efektif antara anggota kelompok.

Agus Suprijono (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap

lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang

dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir

tugas.

Anita Lie (Agus Suprijono, 2009:56) menguraikan model pembelajaran

kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius. Berlawanan

dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah

makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang

dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar.

10
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil

yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi

tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang

etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari

materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model

pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa

pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka

butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan

memberikan kontribusi.

Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang

proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik

memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

Lungdren dalam Isjoni (2009:16) mengemukakan unsur-unsur dalam

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

11
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa

lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri

dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan

yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para

anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David (Agus Suprijono, 2009:58) mengatakan bahwa tidak

semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran

kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut :

a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang

12
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota

kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan

tersebut.

b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah

membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.

Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua

anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah

mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat

menyelesaikan tugas yang sama.

c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan

positif. Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara

efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang

diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan

efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan

dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan

wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling

memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan

siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu

13
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan

saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara

konstruktif.

e. Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok

dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan

kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok

yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan

pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam

memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai

tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil

dan kelas secara keseluruhan.

Thompson, et al (Isjoni, 2009:17) mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada

pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama

dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.

Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan

kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri

dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini

bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan

teman yang berbeda latar belakangnya.

14
Isjoni (2009:17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang

diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja

sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang

baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan.

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu

faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam

yaitu sebagai berikut.

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping

itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan

topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak

yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan

d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

15
Slavin (Miftahul, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa

yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Free Rider

Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru

berdampak pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang

dimaksud free rider disini adalah beberapa siswa yang tidak

bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya mereka

hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu

kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika

kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani atu

lembar kerja, satu proyek, atau satu laporan tertentu.

Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa

anggota yang megerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya,

sementara sebagian anggota yang lain justru “bebas berkendara”,

berkeliaran kemana-mana.

b. Diffusion of responsibility

Yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebaran

tanggung jawab) ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota

yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-

anggota lain yang “lebih mampu”. Misalnya, jika siswa ditugaskan

untuk mengerjakan tugas IPA, beberapa anggota yang dipersepsikan

tidak mampu menghafal atau memahami materi tersebut dengan baik

16
sering kali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain. Siswa

yang memiliki skill IPA yang baik pun terkadang malas mengajarkan

keterampilannya pada teman-temannya yang kurang mahir di bidang

IPA. Hal ini hanya membuang-buang waktu dan energi saja.

c. Learning a Part of Task Specialization

Beberapa model pembelajaran tertentu, seperti Jigsaw, Group

Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok

ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang

berbeda antarsatu sama lain. Pembagian semacam ini sering kali

membuat siswa hanya fokus pada bagian materi lain yanng dikerjakan

oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal

semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Slavin (Miftahul,2011: 69) mengemukakan bahwa ketiga kendala ini bisa

diatasi jika guru mampu melakukan beberapa faktor sebagai berikut 1)

mengenakan sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswanya,

2) selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap

siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja

kelompok, dan yang paling penting 3) mengintegrasikan metode yang satu

dengan metode yang lain.

5. Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif

Miftahul (2011) memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif

sebagai berikut :

17
a. Tujuan

Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering

kali yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta

untuk 1) mempelajari materi tertentu dan 2) saling memastikan semua

anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.

b. Level kooperatif

Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan

bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi

yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa

semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara

akademik).

c. Pola interaksi

Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama lain. Siswa

mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling

menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling

menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk

bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang

membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara

kelompok-kelompok kooperatif.

d. Evaluasi

Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya

biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap

siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa,

18
ataupun sekolah. Koes (Isjoni, 2009: 20) menyebutkan bahwa belajar

kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan inter

personal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu

memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan.

Nurhadi (Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif memuat elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya,

diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,

akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar

pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan. Keempat

elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif

karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari pembelajaran koperatif

sendiri.

Effandi Zakaria (Isjoni, 2009: 21) berpendapat bahwa pembelajaran

kooperatif dirancang bagi tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif

dalam proses pembelajaran melanjutkan perbincangan dengan teman-

teman dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa bertukar pendapat,

memberi tanya jawab serta mewujudkan serta membina proses

penyelesaian kepada suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif

yang dijalankan mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran

kooperatif dapat memberikan hasil yang positif kepada siswa.

6. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

19
Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif

yaitu sebagai berikut :

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

temanteman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif

sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) yaitu penghargaan

kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama

untuk berhasil.

a. Penghargaan Kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk

memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh

jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.

Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang

saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggung Jawaban Individu

20
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari

semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik

beratkan pada aktivitas anggota kelompok yanng saling membantu

dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga

menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas

lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang

diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode

skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau

tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan

melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Slavin (2005: 36) memaparkan bahwa teori motivasi dalam pembelajaran

kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif

mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-tugas akademik,

teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri

(apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok ataupun

tidak).

Panintz (Agus Suprijono, 2009: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

21
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap

lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

pengembangkan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu

model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi

siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya.

Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan

dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi

kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal

(interaksi antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran

kooperatif bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Inteligensi

ini berupa kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap

perasaan, intensi, motivasi, sifat, temperamen orang lain. Kepekaan akan

ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam

inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan

kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai

orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan

22
kata lain bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill).

Beberapa komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi,

kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.

7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran

kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut :

Tabel 2.1.

Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif Fase Kegiatan Guru

Fase Kegiatan Guru

Fase 1 : Present goals and set


Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
mempersiapkan siswa siap belajar
siswa

Fase 2 : Present information Menyajikan Mempresentasikan informasi kepada

informasi siswa secara verbal

Fase 3 : Organize students into learning Memberikan penjelasan kepada siswa

teams tentang tata cara pembentukan tim

Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar dan membantu kelompok

belajar melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama

studenyMembantu kerja tim dan belajar siswa mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materialsMengevaluasi Menguji pengetahuan siswa mengenai

berbagai materi pembelajaran atau

23
kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognitionMemberikan Mempersiapkan cara untuk mengakui

pengakuan atau penghargaan usaha dan prestasi individu maupun

kelompok

a. Fase Pertama

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru

mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting

untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur

dan aturan dalam pembelajaran.

b. Fase Kedua

Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi

akademik.

c. Fase Ketiga

Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di

dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan

tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas

individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase

ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang

hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

d. Fase Keempat

24
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang

tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada

fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,

pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah

ditunjukkan.

e. Fase Kelima

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang

konsisten dengan tujuan pembelajaran.

f. Fase Keenam

Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada

siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada

apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika

siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan

orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun

anggota tim-timnya saling bersaing.

8. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran

kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif

siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar

lain seperti berikut ini :

a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan

memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

25
b. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan

memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih

besar untuk belajar.

c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli

pada teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa

ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses

belajar mereka nanti.

d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa

terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan

etnik yang berbedabeda.

9. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada

berbagai macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement

Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw

II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team

Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning

Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

1. Pengertian Model Pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization)

26
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005)

tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan

belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya

lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model

pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi

pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual

dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas

oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab

atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Model pembelajaran TAI dimana siswa dikelompokkan ke dalam

kelompok kecil (5 siswa) secara heterogen yang dipimpin oleh seorang

ketua kelompok yang mempunyai lebih dibandingkan anggotanya. Selain

itu guru mempunyai fleksibilitas untuk berpindah dari kelompok ke

kelompok atau dari individu ke individu, kemudian para siswa dapat

saling memeriksa hasil kerja mereka, mengidentifikasi masalah-masalah

yang muncul dalam kelompok dapat ditangani sendiri maupun dengan

bantuan guru apabila diperlukan.

Miftahul (2011) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran TAI,

siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yang beragam.

Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan ditugaskan untuk

menyelesaikan materi pembelajaran atau PR. Dalam model pembelajaran

27
TAI, setiap kelompok diberikan serangkaian tugas tertentu untuk

dikerjakan bersama-sama. Poin-poin dalam tugas dibagikan secara

berurutan kepada setiap anggota (misalnya, untuk materi IPA yang terdiri

dari 8 soal, berarti empat anggota dalam setiap kelompok harus saling

bergantian menjawab soal-soal tersebut). Semua anggota harus saling

mengecek jawaban temanteman satu kelompoknya dan saling memberi

bantuan jika memang dibutuhkan. Setiap kelompok harus memastikan

bahwa semua anggotanya paham dengan materi yang telah didiskusikan.

Masing-masing anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggota

yang lain. Selama menjalani tes individu ini, guru harus memperhatikan

setiap siswa. Skor tidak hanya dinilai oleh sejauh mana siswa mampu

menjalani tes itu, tetapi juga sejauh mana mereka mampu bekerja secara

mandiri (tidak mencontek).

Penghargaan (reward) diberikan kepada kelompok yang mampu

menjawab soal-soal dengan benar lebih banyak dan mampu

menyelesaikan PR dengan baik. Guru memberikan poin tambahan (extra

point) kepada siswa yang mampu memperoleh nilai rata-rata yang

melebihi KKM pada ujian final. Karena dalam model pembelajaran TAI

siswa harus saling mengecek pekerjaannya satu sama lain dan

mengerjakan tugas berdasarkan rangkaian soal tertentu, guru sambil lalu

bisa memberi penjelasan seputar soal-soal yang kebanyakan dianggap

rumit oleh siswa. Pada model pembelajaran TAI ini, akuntabilitas

28
individu, kesempatan yang sama untuk sukses, dan dinamika motivasional

menjadi unsur-unsur utama yang harus ditekankan oleh guru.

2. Komponen-Komponen TAI (Team Assisted Individualization)

Nur asma (2006) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan

model pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan pembelajaran pada

model pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian

materi pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri.

Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 56) model pembelajaran TAI terdiri

dari delapan komponen, yaitu :

a. Tahap 1 : Mempelajari Materi Pelajaran

Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.

b. Tahap 2 : Tes Penempatan (Placement test)

Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan

untuk menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan

pada hasil tes mereka.

c. Tahap 3 : Membagi Siswa ke dalam Kelompok

Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam kelompok-

kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

d. Tahap 4 : Belajar Kelompok (study teams)

Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri

sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi

yang sudah dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok

29
harus memastikan bahwa setiap anggotanya paham tentang materi

yang sudah dipelajari.

e. Tahap 5 : Skor dan Penghargaan kelompok

Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang

hasil dari diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada

jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan

akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil)

kelompok.

f. Tahap 6 : Refleksi

Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari.

Guru menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih

yakin dan mantap terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika

mendapatkan soal siswa bisa menyelesaikannya.

g. Tahap 7 : Tes Akhir

Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan

secara individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap

materi yang sudah dipelajari.

h. Tahap 8 : Unit Keseluruhan

Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang

dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

3. Karakteristik TAI (Team Assisted Individualization)

a. Team

30
Pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.

b. Placement Test

Pemberian pretest kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa

agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tersebut.

c. Student Creative

Melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan

dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.

d. Team Study

Tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan

guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang

membutuhkan.

e. Team Score and Team Recognition

Pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan

kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara

cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam

menyelesaikan tugas.

f. Teaching Group

Pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas

kelompok.

g. Fact Test

Pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

h. Whole-Class Units

31
Pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran

dengan strategi pemecahan masalah.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization)

a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi

pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

b. Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk

mendapatkan skor dasar atau skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–

5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat

kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan

jender.

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.

Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa

jawaban teman satu kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,

dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah

dipelajari.

f. Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis

berikutnya (terkini).

32
E. Konduktor dan Isolator Panas

Konduktor panas adalah benda-enda yang mudah dan cepat dalam

menghantarkan panas. Benda yang bersifat konduktor dapat menghantarkan

panas dengan baik. Oleh karena itu, benda bersifat konduktor dapat

dimanfaatkan untuk menghantarkan panas ke benda lain. Hal ini berarti juga

bahwa benda ini sengaja dibuat menjadi panas, kemudian sifat panas ini

digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panas yang diterima setrika

digunakan untuk menghaluskan baju.

Isolator panas adalah benda-benda yang tidak mudah dan lambat dalam

menghantarkan panas. Benda yang bersifat Isolator tidak dapat

menghantarkan panas. Misalnya sejenis plastik tahan panas.

33
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada tanggal 19 Agustus 2020 untuk siklus I dan

siklus II pada tanggal 08 September 2020.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar

Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi, yang merupakan objek

Penelitian.

3. Alasan Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar

Karena Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar Kecamatan Ciracap

Kabupaten Sukabumi adalah tempat saya bertugas dan sesuai dengan

dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa

penelitian dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran

yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang

dirasakan oleh guru dan siswa. Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada

latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena

siswa kelas VI itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan Materi

Konduktor Dan Isolator Panas.

34
B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah

Cadasngampar Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi sebanyak 17 orang

yang terdiri dari laki-laki sebanyak 12 orang dan perempuan

sebanyak 5 orang.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan keluhan guru dalam

proses Pembelajaran tentang konduktor dan isolator panas dari hasil ulangan

yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 51,76 ketika ditanyakan pada siswa

ternyata hampir 79% siswa menjawab kesulitan.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

2 teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes.

a. Teknik Observasi

Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung

dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan

sebagai perangkat pengumpul data. Adapun hal-hal yang diobservasi

antara lain:

1) Observasi terhadap rencana pembelajaran.

35
2) Observasi terhadap proses pembelajaran.

3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan

tindakan.

b. Teknik Tes

Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan lembar soal.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Butir Soal tes sebanyak 5 nomor

b. Lembar Observasi, yaitu:

1) Observasi terhadap rencana pembelajaran.

2) Observasi terhadap proses pembelajaran.

3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan

tindakan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan

kualitatif. Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan

berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan

sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

36
Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan penulis

disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah dilaksanakan,

adapun prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Seleksi Data

Data yang telah terkumpul dari hasil observasi selama kegiatan penelitian

maka diadakan penyeleksian data yang ada kaitannya dengan tujuan

penelitian.

b. Klasifikasi Data

Data yang terkumpul berdasarkan penyeleksian, diklasifikasikan

berdasarkan urutan logis untuk disajikan secara sistematis berdasarkan

urutan siklus.

c. Prosentase Data

Tahap akhir dari teknik analisis data, dilakukan prosentase data bagi data

yang telah terkumpul beradasarkan klasifikasi.

F. Indikator Kinerja

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil tes formatif yang hanya 25 % siswa

yang tuntas belajar memperoleh nilai diatas KKM Pelajaran IPA Kelas VI

Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar Kecamatan Ciracap yaitu 60. Adapun

hasil penelitian yang diharapkan adalah 80 % siswa memperoleh nilai diatas

KKM.

G. Prosedur Penelitian

37
Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui

empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi

pembelajaran

1. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil orientasi dan

identifikasi masalah pengajaran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

tahap ini adalah :

a. Menelaah kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar Kelas VI

Mata pelajaran IPA

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA

c. Menyusun lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran

d. Membuat LKS

e. Menyusun alat evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Empat tahap kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus tindakan

pembelajaran adalah seperti di bawah ini :

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan meliputi tahapan sebagai berikut :

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan

prioritas masalah yaitu penggunaan model pembelajaran

38
kooperatif tipe TAI pada pembelajaran IPA tentang Materi

Konduktor dan Isolator Panas.

2) Mempersiapkan alat atau media pembelajaran yang akan

digunakan yaitu model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk

setiap kelompok.

3) Membicarakan prosedur pelaksanaan pengajaran IPA tentang

Materi Konduktor Dan Isolator Panas menggunakan model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.

4) Menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melaksanakan

pembelajaran tentang penggunaan model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI dan mencatat berbagai temuan selama kegiatan

pembelajaran sebagai bahan refleksi pada pelaksanaan pada siklus I

khususnya yang berhubungan dengan fokus penelitian.

c. Observasi Pelaksanaan Penelitian

Peneliti dengan berkolaborasi dengan teman sejawat, melakukan

analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran, untuk

keperluan analisis dilakukan pemeriksaan lembar pengamatan dan

catatan-catatan tentang data yang terkumpul. Hasil observasi sebagai

39
temuan dijadikan sebagai rekomendasi hasil penelitian dan rencana

tindakan selanjutnya.

d. Analisis dan Refleksi Pembelajaran

Peneliti bersama-sama dengan rekan sejawat melakukan analisis dan

refleksi data yang terkumpul selama kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dijadikan bahan untuk

melakukan tindakan penelitian.

40
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

1. Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh, keadaan siswa Kelas VI Madrasah

Ibtidaiyah Cadasngampar pada semester I yaitu dari 17 siswa, 12 laki-laki

dan 5 Perempuan., siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran,

hal ini salah satu penyebabnya adalah guru tidak menggunakan Model

pembelajaran yang tepat.

2. Kemampuan Siswa

Dalam kegiatan orientasi dan identivikasi masalah terlebih dahulu

dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal) tentang

materi Konduktor dan Isolator Panas. Adapun hasil yang diperoleh dari

tes awal adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian

N
Nama Siswa KKM NILAI Ket
o

1. Abdul Malik Assaleh 60 80 Tuntas

2. Abidzar Mirza Putra Sejati 60 70 Tuntas

3. Adzkia Taffana Nasa 60 80 Tuntas

41
4. Alea Cipta Kiandra S.M 60 40 Belum Tuntas

5. Alhamdy Nico Yudhistira 60 50 Belum Tuntas

6. Alif Akbar Arasyid 60 40 Belum Tuntas

7. Azmie Ramadhani 60 40 Belum Tuntas

8. Elsha Dwi Agustin 60 60 Tuntas

9. Fatih Abdan Kairi 60 40 Belum Tuntas

10. Fauzan Khairul Anam 60 50 Belum Tuntas

11. Hafiza Khaira Lubna 60 50 Belum Tuntas

12. M. Bara Mahesa 60 50 Belum Tuntas

13. M.Alwi Shihab Gunawan 60 50 Belum Tuntas

14. M.Fakhry Arsyad 60 50 Belum Tuntas

15. Marsya Raisya Maulida 60 40 Belum Tuntas

16. Muhamad Zen 60 50 Belum Tuntas

17. Yella Gusraini 60 70 Tuntas

Jumlah 880

Rata-rata 51,76

B. Deskripsi dan Pembahasan Siklus I

Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, siswa dalam kegiatan belajar akan

dikelompokkan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 dan 5 orang, dengan

tujuan agar siswa dalam kelompok memperoleh kesempatan yang lebih

banyak dalam melaksanakan kegiatan

42
1. Perencanaan

Untuk menjaring data dalam penelitian, maka langkah selanjutnya

membuat lembar observasi, antara lain :

a. Lembar observasi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

b. Lembar observasi Pelaksanaan Pembelajaran

c. Lembar observasi Kemampuan Siswa pada Materi Konduktor dan

Isolator Panas

2. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada Siklus I meliputi kegiatan guru dalam

mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabet 4.2

Proses Pembelajaran Siklus I

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Kegiatan Awal

• Guru mengawali kegiatan • Siswa memperhatikan

mengajar dengan mengkondisikan pembicaraan guru, semula banyak

siswa pada situasi mengajar yang yang ngobrol

kondusif dengan melontarkan • Anak-anak kelihatan

kata-kata "anak-anak, sekarang semakinpenasaran ingin segera

kita akan belajar Ilmu pelajaran dimulai.

Pengetahuan Alam, • Siswa menjawab pertanyaan guru

tentang Konduktor Dan Isolator dengan baik, meski ada beberapa

43
Panas". orang yang kurang memperhatikan

• Guru menyampaikan informasi guru, sehingga ketika diberi

tentang materi yang akan Pertanyaan kebingungan

diajarkan, termasuk

menginformasikan belajar

kelompok

• Guru memberikan apersepsi

dengan memberikan beberapa

pertanyaan yang ada

hubungannya dengan materi yang

akan diajarkan

2 Kegiatan Inti

• Guru menjelaskan tentang Materi • Siswa memperhatikan penjelasan

Konduktor Dan Isolator Panas guru meski ada beberapa orang

• Guru membagi siswa dalam 5 siswa yang kurang memperhatikan,

kelompok, setiap kelompok akan tetapi ketika disuruh

terdiri dari 4 dan 5 orang siswa. menjelaskan hampir semua siswa

• Guru memberikan lembar kerja memperhatikannya.

untuk dikerjakan dan • Siswa berkelompok berdasarkan

dilaksanakan oleh setiap kelompoknya masing-masing

kelompok • Siswa berkumpul masing-masing

• Guru membimbing siswa dalam kelompok

melakukan kegiatan • Setiap siswa sangat antusias

44
• Guru menyuruh masuk keruangan melaksanakan perannya masing-

kelas untuk melaksanakan diskusi masing.

kelompok • Siswa mengerjakan lembar kerja

• Guru menjadi moderator dalam meskipun setiap kelompok hanya

kegiatan diskusi didominasi oleh siswa pandai

• Semua siswa disuruh memasuki

kelas kembali untuk melaksanakan

kerja kelompok dan melaporkan

hasil kerja kelompok

• Setiap kelompok melaporkan hasil

kegiatan kelompoknya dan

kelompok lain mendengarkan untuk

memberikan sanggahan

• Siswa dengan bimbingan guru

menyimpulkan pelajaran

3 Kegiatan Akhir

• Guru memberikan evaluasi • Siswa mengerjakan soal yang

sebanyak 5 nomor diberikan oleh guru

• Guru memberikan tindak lanjut

dengan memberikan Pekerjaan

Rumah

45
3. Hasil Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan

pada Siklus I, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang

diperoleh siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Perolehan Nilai Pada Siklus I

No Nama Siswa KKM Nilai Ket

1. Abdul Malik Assaleh 60 100 Tuntas

2. Abidzar Mirza Putra Sejati 60 100 Tuntas

3. Adzkia Taffana Nasa 60 80 Tuntas

4. Alea Cipta Kiandra S.M 60 50 Belum Tuntas

5. Alhamdy Nico Yudhistira 60 50 Belum Tuntas

6. Alif Akbar Arasyid 60 60 Tuntas

7. Azmie Ramadhani 60 50 Belum Tuntas

8. Elsha Dwi Agustin 60 80 Tuntas

9. Fatih Abdan Kairi 60 50 Belum Tuntas

10. Fauzan Khairul Anam 60 50 Belum Tuntas

11. Hafiza Khaira Lubna 60 70 Tuntas

12. M. Bara Mahesa 60 70 Tuntas

13. M.Alwi Shihab Gunawan 60 70 Tuntas

14. M.Fakhry Arsyad 60 70 Tuntas

15. Marsya Raisya Maulida 60 50 Belum Tuntas

16. Muhamad Zen 60 50 Belum Tuntas

46
17. Yella Gusraini 60 100 Tuntas

Jumlah 1150

Rata-rata 67,64

Tabel 4.4

Lembar Observasi Rencana Pembelajaran Siklus I

Hasil Observasi
No. Aspek yang Diamati Ket
Ya Tidak
1 2 3 4 5
l. Observasi

A. Standar Kompetensi

1. Indikator sesuai dengan yang tercantum √

Kurikulum KTSP 2006

B. Kompetensi Dasar

1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi √

Dasar

2. Indikator terarah pada materi Konduktor √

Dan Isolator Panas

3. Indikator telah mencakup ranah kognitif, √

afektif dan psikomotor

C. Metoda

1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi √

dalam memberikan penjelasan materi

47
2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja

kelompok √

3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk

memahatni materi √

4. Menggunakan model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI untuk kerja √

Kelompok

D. Sumber

1. Menggunakan buku sumber berupa buku √

paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI

2. Menggunakan diktat pengalaman guru √

3. Menggunakan sumber lain yang relevan √

E. Media

1. Media menunjang tujuan pembelajaran √

2. Media sesuai jumlah kebutuhan √

3. Media mudah digunakan √

4. Media menarik minat siswa √

2. Evaluasi

A. Prosedur Evaluasi

1. Diawal √

2. Diakhir √

B. Bentuk Evaluasi

1. Objektif √

48
2. Esey √

C. Jenis Evaluasi

1. Tulisan √

D. Soal

1. Sesuai dengan tujuan √

2. Sesuai kemampuan siswa √

3. Jumlah sesuai kebutuhan √

Tabel 4.5

Lembar Observasi Aktifitas Guru dalam Mengajar Siklus 1

Hasil Observasi
No. Aspek yang Diamati Ket
Ya Tidak

1 Tahap Pelaksanaan

1. Kegiatan Awal

a. Mengkondisikan kelas pada situasi √

pembelajaran yang menyenangkan

b. Memotivasi belajar siswa dengan √

menginformasikan tentang materi

pelajaran yang akan diajarkan

c. Melakukan apersepsi mengarah pada √

materi yang akan diajarkan

2. Kegiatan Inti dengan Tahapan Proses

49
a. Guru memberi penjelasan tentang √

Konduktor dan Isolator Panas dengan

menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI

b. Pembentukan kelompok belajar siswa √

secara merata baik jumlah, kemampuan,

maupun jenis kelamin.

c. Setiap kelompok diberi tugas yang sama √

antara lain Mengidentifikasi Benda-

Benda Konduktor Dan Isolator Panas

d. Setiap kelompok melaporkan hasil √

kerjanya Guru dan siswa membahas hasil

kerja kelompok

e. Guru membimbing siswa menyimpulkan √

materi yang dipelajari

3. Kegiatan Akhir

a. Melaksanakan evaluasi √

b. Memberikan tindak lanjut dengan √

memberikan PR

Tabel 4.6

50
Refleksi Pembelajaran Siklus I

Masalah Pembelajaran Hipotesis Tindakan Selanjutnya

Kegiatan Guru

Guru telah dapat melaksanakan Tiap siswa dalam kelompok diberi

prosedur pengajaran sesuai dengan tugas yang sama antara antara lain

skenario yang ada pada rencana melaksanakan praktek

pembelajaran, meskipun masih ada

keraguan dan siswa yang tidak aktif

kurang mendapat perhatian dari guru.

Kegiatan Siswa

Siswa secara umum tampak memiliki Siswa dibimbing secara intensif secara

minat belajar yang tinggi dalam individu, baik dalam kegiatan

belajar, akan tetapi masih perlu menjelaskan maupun dalam kerja

penjelasan guru dalam Kelompok kelompok

kerja

Hasil refleksi dari siklus I merupakan rekomendasi untuk siklus II agar

pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun

kegiatan perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus II antara lain

merefisi RencanaPelaksanaan pembelajaran terutarna dalam Proses Belajar

Mengajar.

C. Deskripsi Dan Pembahasan Siklus II

51
Tindakan penelitian siklus II berdasarkan repleksi siklus l, dan hasilnya

disusun berdasarkan katagori data dibawah ini :

1. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II meliputi kegiatan guru dalam

mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7

Proses Pembelajaran Siklus II

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Kegiatan Awal

• Guru mengawali kegiatan • Siswa memperhatikan

mengajar dengan mengkondisikan pembicaraan guru dengan

siswa pada situasi mengajar yang antusias

kondusif

• Guru menyampaikan informasi • Anak-anak kelihatan semakin

tentang materi yang akan penasaran ingin segera

diajarkan, termasuk pelajaran dimulai kegiatan

menginformasikan belajar belajar

kelompok

• Guru memberikan apersepsi • Siswa menjawab pertanyaan

dengan memberikan beberapa guru dengan baik, meski ada

pertanyaan yang ada hubungannya beberapa siswa yang kurang

dengan materi yang akan memperhatikan guru, sehingga

diajarkan ketika diberikan pertanyaan

52
kebingunan.

2 Kegiatan Inti

• Guru menjelaskan tentang • Siswa memperhatikan

konsepkonduktor dan Isolator penjelasan guru meski ada

panas beberapa orang siswa yang

kurang memperhatikan, akan

tetapi ketika disuruh

menjelaskan hampir semua

siswa memperhatikannya.

• Guru membagi siswa • Siswa berkelompok berdasarkan

dalam 4kelompok, setiap kelompoknya masing-masing

kelompok terdiri dari 4 sampai

5 orang siswa.

• Guru membagikan LKS untuk • Siswa menerima Lembar Kerja

setiap kelompok Siswa.

• Guru menyuruh setiap kelompok • Siswa berkumpul masing-

untuk mengamati percobaan dan masing kelompok

memberikan lembar kerja untuk • Setiap kelompok melaksanakan

dikerjakan oleh setiap kelompok kegiatan kelompok sesuai

dengan petunjuk yang ada pada

LKS

• Guru membimbing siswa dalam • Setiap siswa sangat diberi

kerja kelompok kesempatan untuk melaporkan

53
hasil kerja kelompoknya dan

kelompok lain sebagai penanya

• Guru membimbing siswa untuk • Siswa dengan bimbingan guru

menyimpulkan materi pelajaran menyimpulkan pelajaran

3 Kegiatan Akhir

• Guru memberikan Lembar • Siswa mengerjakan soal yang

evaluasi diberikan oleh guru

• Guru memberikan tindak lanjut

dengan memberikan Pekerjaan

Rumah

2. Hasil Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan

pada Siklus II, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang

diperoleh siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8

Perolehan Nilai Pos Tes Siklus II

No Nama Siswa KKM Prosentase Ket

1. Abdul Malik Assaleh 60 100 Tuntas

2. Abidzar Mirza Putra Sejati 60 100 Tuntas

3. Adzkia Taffana Nasa 60 100 Tuntas

4. Alea Cipta Kiandra S.M 60 90 Tuntas

5. Alhamdy Nico Yudhistira 60 70 Tuntas

54
6. Alif Akbar Arasyid 60 80 Tuntas

7. Azmie Ramadhani 60 80 Tuntas

8. Elsha Dwi Agustin 60 100 Tuntas

9. Fatih Abdan Kairi 60 50 Tidak Tuntas

10. Fauzan Khairul Anam 60 80 Tuntas

11. Hafiza Khaira Lubna 60 80 Tuntas

12. M. Bara Mahesa 60 100 Tuntas

13. M.Alwi Shihab Gunawan 60 100 Tuntas

14. M.Fakhry Arsyad 60 70 Tuntas

15. Marsya Raisya Maulida 60 50 TidakTuntas

16. Muhamad Zen 60 100 Tuntas

17. Yella Gusraini 60 100 Tuntas

Jumlah 2360

Rata-rata 81,48

Tabe1 4.9

Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklus II

Hasil Observasi
No. Aspek yang Diamati Ket
Ya Tidak
1 2 3 4 5
l. Observasi

A. Standar Kompetensi

1. Sesuai dengan Kurikulum KTSP 2006 √

55
2. Mencantumkan Kompetensi Dasar √

B. Indiktor

1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi √

Dasar

2. Indikator terarah pada konsepKonduktor dan √

Isolator Panas

3. Indikator telah mencakup ranah kognitif, √

afektif dan psikomotor

C. Model dan Metode

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI

1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi √

dalam memberikan penjelasan materi

2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja √

kelompok

3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk √

memahatni materi

4. Menggunakan metoda tugas untuk kerja √

Kelompok

D. Sumber

1. Menggunakan buku sumber berupa buku √

paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI

2. Menggunakan diktat pengalaman guru √

56
3. Menggunakan sumber lain yang relevan √

E. Media

1. Media menunjang tujuan pembelajaran √

2. Media sesuai jumlah kebutuhan √

3. Media mudah digunakan √

4. Media menarik minat siswa √

2. Evaluasi

A. Prosedur Evaluasi

1. Diawal √

2. Diakhir √

B. Bentuk Evaluasi

1. Objektif √

2. Esey √

C. Jenis Evaluasi

1. Tulisan √

D. Soal

1. Sesuai dengan tujuan √

2. Sesuai kemampuan siswa √

3. Jumlah sesuai kebutuhan √

Tabel 4.10

Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II

No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi Ket

57
Ya Tidak
1 Tahap Pelaksanaan

1. Kegiatan Awal

a. Mengkondisikan kelas pada situasi √

pembelajaran yang menyenangkan

b. Memotivasi belajar siswa dengan

menginformasikan tentang materi pelajaran √

yang akan diajarkan

c. Melakukan apersepsi mengarah pada materi √

yang akan diajarkan

2. Kegiatan Inti dengan Tahapan Proses

a. Guru memberi penjelasan tentang √

Konduktor dan Isolator Panas dengan

menggunakan model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI

b. Pembentukan kelompok belajar siswa √

secara merata baik jumlah, kemampuan,

maupun jenis kelamin.

c. Setiap kelompok diberi tugas yang sama √

antara lain konduktor dan isolator panas

d. Setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya √

Guru dan siswa membahas hasil kerja

58
kelompok

e. Guru membimbing siswa menyimpulkan √

materi yang dipelajari

3. Kegiatan Akhir

a. Melaksanakan evaluasi √

b. Memberikan tindak lanjut dengan √

memberikan PR

Tabel 4.11

Refleksi Pembelajaran Siklus II

Masalah Pembelajaran Hipotesis Tindakan Selanjutnya

Kegiatan Guru

Guru telah dapat melaksanakan prosedur Tiap siswa dalam kelompok diberi

pengajaran sesuai dengan skenario yang tugas yang sama antara antara lain

ada pada rencana pembelajaran, meskipun melaksanakan praktek

masih ada keraguan dari siswa yang tidak

aktif dan kurang mendapat perhatian dari

guru.

Kegiatan Siswa

Siswa secara umum tampak memiliki Siswa dibimbing secara intensif

minat belajar yang tinggi dalam belajar, secara individu, baik dalam kegiatan

59
akan tetapi masih perlu penjelasan guru menjelaskan maupun dalam

dalam mengerjakan LKS mengerjakan LKS

Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus II maka hasil refleksi selama

kegiatan pada penelitian yang dimulai dari persiapan sampai pada

pelaksanaan dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan tingkat

kemampuan siswa yang cukup baik.

Tabel 4.12

Aktivitas Belajar Siswa Kelas VI Dalam Pembelajaran IPA

Keterlibatan Peserta Sebelum


Siklus I Siklus II
Didik dalam Perbaikan
No Pembelajaran Jumla
Jumlah Jumlah
% h %
Siswa Siswa
Siswa
1 Terlibat Aktif 3 17,64% 7 41,17% 11

2 Terlibat Pasif 2 11,76% 5 29,41% 4

3 Tidak Terlibat 12 70,58% 5 29,41% 2

Jumlah 17 100% 17 100% 17

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah siswa dan persentase siswa

yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan pembelajaran

menunjukkan adanya kenaikkan, sebelum perbaikan pembelajaran siswa

yang terlibat aktif hanya 3 orang (17,64%) kemudian naik pada siklus I

menjadi 7 orang (41,17 %). Dan pada siklus II naik menjadi 11 orang

60
(64,70% ) . Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran IPA mengalami peningkatan.

Tabel 4.13

Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Sebelum Perbaikan Siklus I Siklus II


Interval
Frekuens Kategori
Nilai Frekuensi Persen Persen Frekuensi Persen
i

80 - 100 2 11,76% 5 29,41% 14 82,35% Tuntas

60 – 79 3 17,65% 5 29,41% 1 3,88% Tuntas

40 – 59 12 70,59% 7 41,17% 2 11,75% Tidak

Tuntas

0 - 39 0 0% 0 0% 0 0% Tidak

Tuntas

Dari data di atas dapat terlihat bahwa hasil belajar siswa cenderung

meningkat. Sebelum pembelajara siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 3

orang siswa (29,41%) pada siklus I bertambah menjadi 10 orang siswa

(58,82%) dan pada siklus II menjadi 15 orang siswa (88,23%).

Tabel 4.14

Lembar Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelompok

No Aspek yang Diamati Siklus I Siklus II


Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Mengajukan Pendapat 5 29,41 % 13 76,47 %

2. Aktif dalam Diskusi 6 35,29 % 14 82,35 %

61
3. Menjawab Pertanyaan 6 35,29 % 15 88,23 %

4. Membantu 11 64,70 % 17 100 %

Mengerjakan Tugas

Dari tabel diatas terlihat adanya peningkatan aktivitas diskusi kelompok

mengerjakan LKS. Dalam mengajukan pendapat pada siklus I sebanyak 5

orang (29,41%), dan pada siklus II meningkat menjadi 13 orang (76,47 %).

Siswa yang aktif dalam diskusi juga meningkat yaitu pada siklus I sebanyak

6 orang (35,29%) dan meningkat pada siklus II meningkat menjadi 14 orang

(82,35%). Kemudian aktivitas menjawab pertanyaan juga meningkat pada

siklus I sebanyak 6 orang (35,29 %) dan pada siklus II meningkat menjadi

15 orang (88,23 %). Kemudian aktivitas membantu mengerjakan tugas juga

meningkat yaitu sebanyak 11 orang pada siklus I kemudian sebanyak 17

orang (100%) pada siklus II.

62
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman siswa

tentang Konduktor dan Isolator Panas dengan menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran IPA di kelas VI

Madrasah Ibtidaiyah Cadasngampar Kecamatan Ciracap Kabupaten

Sukabumi, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Langkah-langkah persiapan yang telah direncanakan untuk pelaksanaan

penelitian berjalan sesuai dengan rencana, dari mulai pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sampai pembuatan instrumen

yaitu lembar observasi untuk rencana pelajaran, lembar observasi untuk

aktivitas guru dalam mengajar dan lembar observasi untuk kegiatan siswa

dalam belajar, telah berhasil menjaring data sebagai hasil penelitian.

2. Pelaksanaan pembelajaran tentang konduktor dan isolator panas dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperati Tipe TAI, berjalan sesuai

dengan skenario yang ada pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan telah berhasil menciptakan situasi belajar yang

kondusif yakni siswa terlibat secara langsung pada proses pembelajaran,

juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar IPA yang semula

dianggap sulit.

63
3. Tingkat pemahaman siswa tentang Konduktor dan Isolator Panas setelah

pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TAI dapat meningkat dengan baik, ini dapat dilihat dari hasil evaluasi

yaitu pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 67,64 dan pada siklus ke II

memperoleh nilai rata-rata 81,48.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan Proses Belajar

Mengajar (PBM), serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam tentang Konduktor dan Isolator Panas, ada beberapa

hal yang perlu disampaikan antara lain :

1. Guru hendaknya dapat mengembangkan Model-model pembelajaran yang

menarik dan memancing minat siswa dalam pembelajaran, disamping

model-model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi guru juga

harus menggunakan alat peraga, karena alat peraga mampu menjembatani

pemahaman siswa

2. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam tentang Konduktor dan Isolator Panas yang telah

dilaksanakan selama kegiatan penelitian sangat baik, hal ini terbukti dari

hasil evaluasi dari siklus ke I dan siklus ke II terjadi peningkatan yang

cukup tinggi, disamping situasi belajar sangat kondusif, karena

pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tie

64
TAI dapat melibatkan siswa secara utuh, artinya terlibat dari awal sampai

akhir pembelajaran.

3. Disamping media pembelajaran yang harus dikuasai, juga alat peraga

yang diperlukan perlu dipersiapkan, karena alat peraga mampu

menjembatani pemahaman siswa.

65
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Depdiknas, (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar, Dirjen Dikdasmen.

Depdikbud, (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI

Sekolah Dasar. Jakarta Dirjen Dikdasmen.

Depdikbud, (1997). Ilmu Pengetahuan Alam Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas

6. Jakarta Dirjen Dikdasmen.

Kasihani Kasbolah, (1998). Penelitian Tindakan Kelas Dirjen Pendidikan. Tinggi

Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan

IlmuLembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru.

Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosda

Karya.

Tim Bina Karya Guru, (2008). IPA SD untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta :

Penerbit Erlangga.

Winataputra, U. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Dapdiknas

Haryanto, (2013), Pengertian Belajar Menurut Para Ahli.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/

66
Erlangga Ferdian, (2013), Strategi Pembelajaran,

http://erlanggaferdian41.wordpress.com/belajar-dan-pembelajaran/strategi-

pembelajaran/

_________, (2013), Pengertian Mengajar (Pengertian Lama dan Pengertian

Baru), http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-mengajar-

pengertian-lama-dan.html,

__________, (2013), Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI,

http://mey20.wordpress.com/edocation/pembelajaran-kooperatif-tipe-tai/,

67
Lampiran 1

LEMBAR KERJA SISWA

(LKS)

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : VI/I

Materi : Konduktor dan Isolator Panas

Tujuan Pembelajaran : Mengidentifikasi Benda

Kelompok :................

Anggota Kelompok : 1. . . . . . . . . . . . . . .

2. . . . . . . . . . . . . . .

3. . . . . . . . . . . . . .

4. . . . . . . . . . . . . . .

5. . . . . . . . . . . . . .

Petunjuk

1. Sediakan alat dan Bahan berupa lilin, korek api, sendok logam, sendok

plastik, batang kayu, paku, peniti, dan benda-benda lainnya.

2. Nyalakan lilin dengan korek api. Lakukan dengan hati-hati. Dekatkan

ujung kayu pada api lebih kurang 15 detik. Rasakan ujung tangan yang

memegang kayu. Jika tangan mulai terasa panas, segera jauhkan ujung

kayu dari api.

3. Dekatkan benda-benda lain yang telah kamu siapkan secara bergantian

seperti pada langkah sebelumnya. Amati dan rasakan yang terjadi.

68
4. Kumudian, tuliskan hasil pengamatanmu ke dalam tabel dengan cara

memberi tanda cek ( √ ) pada kolom Panas jika yang kamu rasakan panas.

5. Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom Tidak Terasa Panas jika

tanganmunyang memegang benda-benda tersebut tidak terasa panas.

Hasil Percobaan

No Nama Benda Panas Tidak Terasa Panas

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Pertanyaan

1. Benda apa saja yang kamu rasakan panas saat ujung benda tersebut didekatkan

ke api?

2. Benda apa yang kamu rasakan tidak panas saat ujung benda didekatkan api?

3. Apa kesimpulanmu?

Diskusikan bersama kelompokmu.

69
Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I

Aspek yang diamati


No Aktif Membantu
Nama Siswa Mengajukan Menjawab
. dalam mengerjakan
Pendapat Pertanyaan
diskusi tugas
1. Abdul Malik Assaleh √ √ √ √

2. Abidzar Mirza Putra √ √ √ √

Sejati

3. Adzkia Taffana Nasa √ √ √ √

4. Alea Cipta Kiandra x x x x

S.M

5. Alhamdy Nico x x x √

Yudhistira

6. Alif Akbar Arasyid x x x x

7. Azmie Ramadhani √ x x √

8. Elsha Dwi Agustin x √ √ √

9. Fatih Abdan Kairi x x x x

10. Fauzan Khairul Anam x x x x

11. Hafiza Khaira Lubna x x x x

12. M. Bara Mahesa x x x √

13. M.Alwi Shihab x √ √ √

Gunawan

14. M.Fakhry Arsyad x x x √

70
15. Marsya Raisya x x x x

Maulida

16. Muhamad Zen x x x √

17. Yella Gusraini √ √ √ √

71
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI SIKLUS II

Aspek yang diamati

No Aktif Membantu
Nama Siswa Mengajukan Menjawab
. dalam mengerjakan
Pendapat Pertanyaan
diskusi tugas

1. Abdul Malik Assaleh √ √ √ √

2. Abidzar Mirza Putra √ √ √ √

Sejati

3. Adzkia Taffana Nasa √ √ √ √

4. Alea Cipta Kiandra S.M X x X √

5. Alhamdy Nico √ √ √ √

Yudhistira

6. Alif Akbar Arasyid √ √ √ √

7. Azmie Ramadhani √ √ √ √

8. Elsha Dwi Agustin √ √ √ √

9. Fatih Abdan Kairi X x √ √

10. Fauzan Khairul Anam X √ √ √

11. Hafiza Khaira Lubna √ √ √ √

12. M. Bara Mahesa √ √ √ √

13. M.Alwi Shihab √ √ √ √

Gunawan

14. M.Fakhry Arsyad √ √ √ √

72
15. Marsya Raisya Maulida X x X √

16. Muhamad Zen √ √ √ √

17. Yella Gusraini √ √ √ √

73
Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : MADRASAH IBTIDAIYAH CADASNGAMPAR

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas : VI / I

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

Memahami hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda.

B. Kompetensi Dasar

Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda.

C. Indikator

 Membedakan arti Konduktor dan Isolator panas.

 Melakukan percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai

Konduktor dan Isolator panas.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan pengertian benda

konduktor panas.

74
2. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelasan arti benda arti benda

Isolator Panas.

3. Melalui penjelasan guru siswa dapat menyebutkan 3 benda konduktor

panas.

4. Melaui penjelasan guru siswa dapat menyebutkan 3 benda isolator panas.

E. Materi Pembelajaran

1. Konduktor dan Isolator panas

a. Konduktor Panas

Konduktor panas adalah benda-benda yang menghantarkan panas

Contoh : Besi, Logam, Alumunium, Paku, Seng dan lain-lain

b. Isolator Panas

Isolator Panas adalah benda-benda yang tidak dapat menghantarkan

panas.

Contoh : Kertas, Plastik, Daun, Kayu dan lain-lain.

F. Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran :

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

G. Langkah – langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (± 10 menit)

75
a. Guru megucapkan salam

b. Guru pengelola kelas

c. Guru mengecek kehadiran pulsa

d. Apersepsi

“Anak-anak sebelum kita memulai pembelajaran kita pada hari ini ada yang

ingin ibu tanyakan, Apa sajakah bahan-bahan yang ada dalam setrika?”

2. Kegiatan Inti (± 35 Menit)

a. Guru menginformasikan materi pelajaran.

b. Siswa memperhatikan penjelasan guru

c. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang dipelajari

d. Siswa dan guru bertanya jawab

e. Siswa dibantu guru menyimpulkan materi pelajaran

3. Kegiatan Akhir (± 25 Menit)

a. Guru memberi evaluasi

b. Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan guru

c. Guru memberi Pekerjaan Rumah (PR)

H. Alat dan Sumber Pembelajaran

1. Alat : Contoh – contoh benda Konduktor dan Isolator panas

2. Sumber :

a. Silabus IPA kelas VI SD

76
b. Buku IPA kelas VI SD Penerbit Erlangga

c. Buku IPA kelas VI SD BSE

I. Penilaian

1. Teknik Penilaian : Tes Proses dan Tes Tertulis

2. Jenis Instrumen : Lembar observasi dan soal

3. Bentuk Tes : Essai

No. Butir Soal Kunci Jawaban Skor / Nilai

1. Apakah yang dimaksud Konduktor panas adalah benda –

dengan Konduktor panas? benda yang mudah dan cepat 3

dalam menghantarkan panas.

Isolator panas adalah benda-


2. Apakah yang dimaksud
benda yang tidak mudah dan/atau
dengan Isolator panas? 3
lambat dalam menghantarkan

panas.

3. Sebutkan empat benda yang


Paku, Peniti, Seng, Besi,
bersifat konduktor panas? 2
Alumunium dan lain-lain

Sebutkan benda yang Kertas, Daun, Plastik, Kayu dan


4. 2
bersifat Isolator panas? lain-lain

Jumlah skor/nilai (skor maksimal) 10

Nilai Akhir = Jumlah Skor x 100

77
Skor Maksimal

Ciracap 02 Agustus 2020

Guru Kelas VI.

SUMARDI, S.Pd.I
NIP. 197301062005011002

78
Lampiran 5

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I

Nama Sekolah : MADRASAH IBTIDAIYAH CADASNGAMPAR

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas : VI / I

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

Memahami hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda.

B. Kompetensi Dasar

Membandingkan sifat kemamuan menghantarkan panas dari berbagai benda.

C. Indikator

1. Membedakan arti Konduktor dan Isolator panas

2. Melakukan percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai

Kondukktor dan Isolator panas.

3. Menggolongkan benda yang bersifat sebagai Konduktor dan Isolator

panas.

D. Tujuan Pembelajaran

79
Melalui penjelasan, tanya – jawab, diskusi dan eksperimen tentang Konduktor

dan Isolator panas siswa dapat :

1. Menjelaskan Konduktor panas dengan benar.

2. Menjelaskan Isolator panas dengan benar.

3. Menyebutkan 3 benda yang tergolong konduktor panas dengan benar.

4. Menyebutkan 3 benda yang tergolong isolator panas dengan benar.

E. Materi Pembelajaran

Konduktor dan Isolator Panas

1. Konduktor panas adalah benda-enda yang mudah dan cepat dalam

menghantarkan panas. Benda yang bersifat konduktor dapat

menghantarkan panas dengan baik. Oleh karena itu, benda bersifat

konduktor dapat dimanfaatkan untuk menghantarkan panas ke benda lain.

Hal ini berarti juga bahwa benda ini sengaja dibuat menjadi panas,

kemudian sifat panas ini digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panas

yang diterima setrika digunakan untuk menghaluskan baju.

2. Isolator panas adalah benda-benda yang tidak mudah dan lambat dalam

menghantarkan panas. Benda yang bersifat Isolator tidak dapat

menghantarkan panas. Misalnya sejenis plastik tahan panas.

F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model pembelajaran : Kooperatif

2. Metode pembelajaran :

80
a. Ceramah

b. Tanya – jawab

c. Eksperimen

d. Diskusi

G. Langkah – langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (± 10 menit)

a. Guru megucapkan salam

b. Guru mengelola kelas

c. Guru mengecek kehadiran pulsa

d. Apersepsi

1) Guru mengingatkan siswa tentang materi yang telah lalu

e. Motivasi

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru menunjukkan alat peraga

3) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran

2. Kegiatan Inti (± 40 Menit)

a. Guru menginformasikan materi pelajaran.

b. Siswa dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok

c. Setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS)

d. Siswa melakukan eksperimen sesuai petunjuk dalam LKS

81
e. Siswa saling bekerjasama dan membantu mengerjakan tugas

kelompoknya

f. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

g. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompoknya

h. Kelompok lain memperhatikan laporan kelompok dan kemudian

menanggapi hasil kelompok lain

i. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya

j. Siswa dan guru bertanya – jawab tentang eksperimen yang telah

mereka lakukan

3. Kegiatan Akhir (± 20 Menit)

a. Dengan dibimbing guru siswa menyimpukan materi pelajaran

b. Siswa mengerjakan evaluasi

c. Siswa diberi PR

H. Alat dan Sumber Belajar

1. Alat : - Benda-benda konduktor panas (Paku, Sendok Logam, Seng

Peniti)

- Benda-benda Isolator panas (Kertas, Plastik, Daun, Kayu)

- Lilin

- Korek api

- LKS

2. 2. Sumber : 1. Silabus IPA SD kelas VI

82
2. Buku IPA SD kelas VI (Penerbit Erlangga)

3. Buku IPA SD kelas VI (BSE)

I. Penilaian

1. Teknik penilaian : Tes Proses dan Tes Tertulis

2. Bentuk Instrumen : Lembar observasi, LKS, Soal.

No. Butir Soal Kunci Jawaban Skor/


Nilai
1. Apakah yang dimaksud Konduktor panas adalah benda – benda

dengan Konduktor panas? yang mudah dan cepat dalam 2

menghantarkan panas.

2. Apakah yang dimaksud Isolator panas adalah benda-benda yang

dengan Isolator panas? tidak mudah dan/atau lambat dalam 2

menghantarkan panas.

3. Sebutkan empat benda yang


Paku, Peniti, Seng, Besi, Alumunium
bersifat konduktor panas? 2
dan lain-lain

Sebutkan benda yang Kertas, Daun, Plastik, Kayu dan lain-


4. 2
bersifat Isolator panas? lain

Sebutkan 2 contoh benda

5. yang memanfaatkan sifat Termos air,Setrika 2

konduktor dan isolator panas

Jumlah skor/nilai (skor maksimal) 10

83
Jumlah Skor
Nilai Akhir = x 100
Skor Maksimal

Ciracap, 19 Agustus 2020

Guru Kelas VI.

SUMARDI, S.Pd.I
NIP. 197301062005011002

84
Lampiran 6

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II

Nama Sekolah : MADRASAH IBTIDAIYAH CADASNGAMPAR

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas : VI / I

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

Memahami hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda.

B. Kompetensi Dasar

Membandingkan sifat kemamuan menghantarkan panas dari berbagai benda.

C. Indikator

1. Membedakan arti Konduktor dan Isolator panas

2. Melakukan percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai

Kondukktor dan Isolator panas.

3. Menggolongkan benda yang bersifat sebagai Konduktor dan Isolator

panas.

D. Tujuan Pembelajaran

85
Melalui penjelasan, tanya – jawab, diskusi dan eksperimen tentang Konduktor

dan Isolator panas siswa dapat :

1. Menjelaskan Konduktor panas dengan benar.

2. Menjelaskan Isolator panas dengan benar.

3. Menyebutkan 3 benda yang tergolong konduktor panas dengan benar.

4. Menyebutkan 3 benda yang tergolong isolator panas dengan benar.

E. Materi Pembelajaran

Konduktor dan Isolator panas

1. Konduktor panas adalah benda-enda yang mudah dan cepat dalam

menghantarkan panas. Benda yang bersifat konduktor dapat

menghantarkan panas dengan baik. Oleh karena itu, benda bersifat

konduktor dapat dimanfaatkan untuk menghantarkan panas ke benda lain.

Hal ini berarti juga bahwa benda ini sengaja dibuat menjadi panas,

kemudian sifat panas ini digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panas

yang diterima setrika digunakan untuk menghaluskan baju.

2. Isolator panas adalah benda-benda yang tidak mudah dan lambat dalam

menghantarkan panas. Benda yang bersifat Isolator tidak dapat

menghantarkan panas. Misalnya sejenis plastik tahan panas.

F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model pembelajaran : Kooperatif

2. Metode pembelajaran :

86
a. Ceramah

b. Tanya – jawab

c. Eksperimen

d. Diskusi

G. Langkah – langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (± 10 menit)

a. Guru megucapkan salam

b. Guru pengelola kelas

c. Guru mengecek kehadiran pulsa

d. Apersepsi

1) Guru mengingatkan siswa tentang materi yang telah lalu

e. Motivasi

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Guru menunjukkan alat peraga

3) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran

2. Kegiatan Inti (± 40 Menit)

a. Guru menginformasikan materi pelajaran.

b. Siswa dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok

c. Setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS)

d. Siswa melakukan eksperimen sesuai petunjuk dalam LKS

87
e. Siswa saling bekerjasama dan membantu mengerjakan tugas

kelompoknya

f. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

g. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompoknya

h. Kelompok lain memperhatikan laporan kelompok dan kemudian

menanggapi hasil kelompok lain

i. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya

j. Siswa dan guru bertanya – jawab tentang eksperimen yang telah

mereka lakukan

3. Kegiatan Akhir (± 20 Menit)

a. Dengan dibimbing guru siswa menyimpukan materi pelajaran

b. Siswa mengerjakan evaluasi

c. Siswa diberi PR

H. Alat dan Sumber Belajar

1. Alat : - Benda-benda konduktor panas (Paku, Sendok Logam, Seng

Peniti)

- Benda-benda Isolator panas (Kertas, Plastik, Daun, Kayu)

- Lilin

- Korek api

- LKS

2. Sumber : 1. Silabus IPA SD kelas VI

88
2. Buku IPA SD kelas VI (Penerbit Erlangga)

3. Buku IPA SD kelas VI (BSE)

I. Penilaian

1. Teknik penilaian : Tes Proses dan Tes Tertulis

2. Bentuk Instrumen : Lembar observasi, LKS, Soal.

No Skor/
Butir Soal Kunci Jawaban
. Nilai
Berdasarkan kemampuannya

1. menghantarkan panas benda-


Benda Konduktor panas dan benda
benda digolongkan menjadi bnda 2
isolator panas
apasajakah?

2. Apakah yang dimaksud Konduktor panas adalah benda –

dengan konduktor panaspanas? benda yang mudah dan cepat dalam 2

menghantarkan panas.

Isolator panas adalah benda-benda


Apakah yang di maksud dengan
3. yang tidak mudah dan/atau lambat 2
isolator panas?
dalam menghantarkan panas.

3. Sebutkan empat benda yang


Paku, Peniti, Seng, Besi, Alumunium
bersifat konduktor panas? 2
dan lain-lain

Sebutkan benda yang bersifat Kertas, Daun, Plastik, Kayu dan lain-
4. 2
Isolator panas? lain

89
Jumlah skor/nilai (skor maksimal) 10

Jumlah Skor
Nilai Akhir = x 100
Skor Maksimal

90

Anda mungkin juga menyukai