Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia


untuk menggunakan akalfikiran/rasional mereka sebagai jawaban dalam
menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang. Salah
satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti
perkembangan zaman di masa yang akan datang. Sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental
tingkah laku anak didik. Hal ini merupakan proses yang secara alami
munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia pendidikan. Sehingga
dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan
dengan kondisi anak sekarang. Perlu diketahui bahwa pendidikan kemarin,
sekarang dan yang akan datang banyak perubahan. Guru yang selalu
menggunakan metode monoton, artinya dari tahun ke tahun tidak pernah
mengalami perubahan karena adanya perubahan kondisi, mereka akan
mengalami permasalahan yang yang tidak mereka sadari. Oleh karena itu
sebagai seorang pendidik harus mau tahu akan kebutuhan anak didik,
terutama dalam pelayanandan penyampaian materi pelajaran. Sehingga sangat
perlulah sebagai pendidik mengadakan variasi metode pengajarannya.
Manakah yang lebih tepat untuk menyampaikan materi supaya hasil proses
belajar mengajar berhasil maksimal.Perubahan pengajaran tidak harus disertai
dengan pemakaian perlengkapan uang serba hebat, tetapi lebih menekankan
pada pengembangan cara-cara baru belajar yang lebih efektif dan sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Pembelajaran akan efektif bila guru dapat
mengidentifikasi masalah yang dihadapi di kelasnya, kemudian menganalisa
dan menentukan factor-faktor yang diduga menjadi penyebab utama, yang

1
selanjutnya menentukan tindakan pemecahannya.Tuntutan peningkatan
kualitas professional guru belum memenuhi syarat yang diinginkan atau
diharapkan, karena antara petunjuk perlaksanaan yan sudah ada banyak
terdapat kendala bagi para pelaksana pendidikan utamanya guru terbukti
dengan dampak yang dilapangan antara lain:
1. Keterampilan anak didik masih sangat rendah, terutama tentang
keterampilan
2. Tingkat pengetahuan dan prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika
lebih rendah dari mata pelajaran yang lain.
3. Suasana belajar kurang dinamis.
Permasalahan di atas disebabkan oleh dominasi guru masih tinggi,
peran guru dalam proses belajar mengajar sebagai penyebar ilmu krang
berperan sebagai fasilitator,guru masih banyak bergantung pada buku, guru
masih dominan menggunakan ceramah dan mencatat, guru kurang
mengoptimalkan bekerja bersaman-sama dan siswa dianggap lulus tes atau
dapat mengerjakan tes tanpa memperhatikan aspek lain seperti kejujuran,
pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, dan kemampuan bekerja
sama. Demikian gambaran situasi pembelajaran saat ini yang terjadi di
lapangan khususnya pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses pembelajaran dari segi
hasil.
Dari segi peoses pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya
atau setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif
baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran di samping
menunjukkan kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa
percaya diri yang tinggi. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif
dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar metode
mengajar banyak sekali jenisnya, disebabkan oleh karena metode ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya : tujuan yang berbagai jenis dan
fungsinya, tingkat kematangan siswa yang berbeda, situasi yang berbagai

2
keadaan, pribadi guru dan kemampuan professional yang berbeda-beda.
Karena itu sulit untuk memberikan satu klasifikasi yang jelas mengenai
metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran. Namun demikian ada sifat
umum yang menjadi mungkin untuk mengadakan klasifikasi yang jelas tetapi
fleksibel. Di dalam kenyataan banyak factor yang menyebabkan tidak selalu
dapat dipergunakan metode yang paling sesuai dengan tujuan, situasi dan lain-
lain. Guru sering kali terpaksa menggunakan metode pilihan. Agar usaha
pendidikan tidak sia-sia. Berdasarkan hasil ulangan harian ke I mata pelajaran
matematika dengan kompetensi dasar Menentukan nilai tempat satuan,
puluhan dan ratusan, menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi.
Dari 28 siswa di kelas II hanya 11 siswa yang mencapai tingkat penguasaaan
materi sebesar 75% ke atas. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan kepada
teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran. Dari
hasil diskusi tersebut, maka terungkap masalah yang terjadi dalam
pembelajaran, yaitu Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi.
Setelah penulis menganalisa dengan melakukan diskusi dan tukar pendapat
dengan teman sejawat selaku pengamat, maka diketahui bahwa faktor
penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan adalah:
1. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi
2. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
Mengingat permasalahan tersebut adalah masalah yang bermuara dari
dan dirasakan oleh guru kelas, maka peneliti berupaya mencoba cara yang
paling efektif dalam memperkenalkan konsep kepada anak didik mencari yang
paling mudah, dekat dengan diri siswa sehingga pelajaran Matematika
menjadi menyenangkan, maka dari itu penulis mengajukan penelitian dengan
judul Meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai tempat melalui metode
demonstrasi pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh
Kecamatan Surade.

B. Rumusan Masalah

3
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang
memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat
berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan
pemahaman tentang nilai tempat pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Tegalkepuh?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui apakah
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman tentang nilai
tempat pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh?
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
a. Manfaat bagi guru
1. Dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar, serta dapat
memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan
soal yang tak terbatas dalam waktu yang relatife singkat.
2. Hasil perbaikan ini dapat dijadikan bahan masukan dan perbandingan
dalam melaksanakan proses pemahaman nilai tempat pada siswanya,
sehingga pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah
dalam pengelolaan situasi dan kondisi siswa.
3. Untuk bahan pertimbangan dalam peningkatan prestasi siswa di masa
yang akan datang.
4. Untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan proses/hasil
pembelajaran dengan manfaat metode yang tepat.
5. Membantu guru berkembang secara professional.
6. Meningkatkan rasa percaya diri guru.

b. Bagi Kepala Sekolah


1. Sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam

4
2. mengambil kebijaksanaan untuk membina guru dalam menentukan
keberhasilan
3. pengelolaan pembelajaran di madrasah.
4. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade
Kabupaten Sukabumi

c. Bagi Peneliti Lain


Ini diharapkan bisa ditindak lanjuti dengan perbaikan pengembangan.
Perbaikan ini juga bisa digunakan sebagai bahan referensi dan sumber
infomasi mengenai penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Mengajar

Matematikan merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek


anstrak dan dibangun melalui proses penalaran dedukatif, yaitu kebenaran
suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah
diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat
kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dipahami oleh
siswa, prosespenalaran induksi dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan
kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran dedukatif untuk menguatkan
pemahaman yang sudah dimiliki Matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan bernalar melalui kegiatan penyeledikan, eksplorasi dan
eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah malalui pola pikir dan model
matematika serta sebagai alat komunikasi melalui symbol, tabel, grafik,
diagram, dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran matematika adalah
melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam
belajar matematika mulai SD/MI sampai SMA/MAN, adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan
masalah.
2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel,
grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan

6
4. Menunjukkan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan),
menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam penyelesaian
masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
6. Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini
dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan
memperhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang
ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika
dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta
sifat esensial materi, dan terpakainya dalam kehidupan sehari-hari secara
rinci, standar kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: Melakukan
penjumlahan dan pengurangan sampai 500.

B. Geometri dan Pengukuran


Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan
masalah.Keberhasilan siswa dalam belajar matematika dipengaruhi banyak
faktor, baik itu dalam diri siswa sendiri (intern) maupun dari luar
(ekstern).Salah satu factor yang berasal dari luar adalah metode yang
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Ditinjau dari fungsinya, metode mengajar matematika merupakan suatu
cara tersendiri yang dipergunakan oleh guru dalam menyapaikan materi
pelajaran tertentu kepada siswa. Apalagi materi pelajaran matematika
merupakan perpaduan antara materi yang bersifat abstrak dan konkrit atau
benda nyata. Ketepatan atau efektifitas penggunaan metode mengajar
disamping dipengaruhi oleh karakter pribadi seorang guru itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh jenis materi yang diajarkan. Jadi penggunaan metode
mengajar, harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diberikan
kepada siswa. Dan metode yang baik dipergunakan oleh guru A, belum tentu
baik pula dipergunakan oleh guru B, oleh karena itu, penggunaan metode harus
disesuaikan pula dengan karakter pribadi guru itu Semua metode mengajar,
mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri, sehingga guru harus pandai-

7
pandai memilih dan menggunakannya.Jika memang diperlukan seorang guru
dapat mengkombinasikan beberapa metode yang memang diperlukan.
Seorang guru hanya menggunakan metode yang monoton (tida
bervariasi) tanpa memperhatikan jenis materi yang sedang diajarkannya,
biasanya akan membosankan,sehingga dapat mengurangi kegairahan belajar
siswanya. Dengan sendirinya akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajarnya. Seorang guru yang mau memperhatikan perubahan jaman dewasa
ini, dia akan mengembangkan dirinya dengan menyesuaikan metode
mengajarnya dengan keberadaan siswa pada jamannya dia akan dianggap
sosok guru idola, hal ini memang penting.
Macam-macam metode menurut Ruseffendi, (1990:34) adalah: macam-
macam metode pembelajaran metamatika meliputi metode (1) ceramah (2)
expositori (3) demonstrasi (4) latihan dan praktek (5) Tanya jawab (6) diskusi
(7) permainan (8) karya wisata (9) laboratorium (10) kegiatan lapangan (11)
inkuiri (12) pemecahan masalah (13) pemberian tugas/pekerjaan rumah (14)
metode proyek (15) pengajaran beregu (16) Keterampilan Dasar Mengajar
Matematika Dalam kegiatan belajar mengajar matematika, seorang guru
dituntut memiliki seperangkat keterampilan dasar mengajar matematika.
Menurut Hasibuan dan Mujiono (1986) bahwa keterampilan mengajar dapat
berupa: (1) keterampilan member penguatan (Reinforcement) (2)
keterampilan bertanya (3) keterampilan menggunakan variasi (4) keterampilan
menjelaskan (50 keterampilan membuka dan menutup pelajaran

C. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti
untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan yaitu sebuah tindakan atau
posedur yang
digunakan.Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan
lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat 9 dalam Canei, 1986:38).
Dari batasan ini, Nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesengajaan

8
untuk mempertunjukkan tindakan atau penggunaan prosesur yang disertai
penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan Winarno mengemukakan
bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang
diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas
(Winarno, 1980:87). Batasan yang dikemukakan Winarno memberikan
kepada kita,bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak
harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu
proses.
Dengan memperdulikan batasan metode demonstrais seperti dikemukakan
oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa metode
demonstrasi merupakan format interaksi belajar-mengajar yang sengajar
mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang
dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian
siswa. Dengan batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya
tuntutan kepada guru untuk merencanakan penerapannya, memperjelas
demonstrasi oral maupun visual, dan menyediakan peralatan yang
diperlukan.

2. Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi


Metode demonstrasi barangkali lebih sesuai untuk mengajarkaan
keterampilan tangan ini dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-
gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari, ataupun untuk
mengajar hal-hal yang bersifat rutin (Staton,1978:91). Dengan kata lain,
metode demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan keterampilan-
keterampilan fisik daripada keterampilan-keterampilan intelektual. Cardille
mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk:
1. Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau
menggunakan suatu prosedur atau produk baru.
2. Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi
siswa.

9
3. Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur.
(Canei, 1986:38)

Sedangkan Winarno mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode


demonstrasi Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses
pembuatan, proses kerja.Proses mengerjakan dan menggunakan.
Menginformasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat produk
tertentu.Mengetengahkan cara kerja. (Winarno, 1980:87-88).
Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan penerapan metode demonstrasi
yang dikemukakan oleh Staton, Cardille, dan Winarno, dapat diidentifikasi
tujuan penerapan metode demonstrasi yang mencakup:
1. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses atau prosedur
keterampilan-keterampilan.
2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan
penglihatan para siswa secara bersama-sama.
3. Mengkonkretkan infomasi yang disajikan kepada para siswa.

3. Keunggulan Metode Demonstrasi.


Dengan mempertunjukkan atau memperagakan suatu tindakan, proses, atau
prosedur, maka metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan
sebagai berikut:
1. Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya
membaca atau mendengar penjelasan saja, karena demonstrasi
memberikan gambaran konkret yang memperjelas perolehan belajar
siswa dari hasil pengamatannya.
2. Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan
demonstrasi,sehingga memberi kemungkinan yang besar bagi para
siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang
keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan
kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan.

10
3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap
penting,sehingga para siswa akan benar-benar memberikan perhatian
khusus kepda hal tersebut.
Dengan kata lain, perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses
belajar dan tidak tertuju kepada yang lain.Memungkinkan para siswa
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui selama
demonstrasi berjalan, jawaban dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru
ada saat itu pula.

D. Penerapan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Pemahaman


Siswa
Sebelum mengajar atau pembelajaran dilaksanakan, seorang guru harus
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan konsep
materi yang akan dipelajari siswa, mencari dan merumuskan masalah yang
sesuai dengan konsep tersebut, serta merencanakan strategi pembelajaran
yang cocok.Mengacu dari metode yang dipergunakan, maka selama proses
kegiatan belajar mengajar siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok
bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang
dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam
mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat
dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila
terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru,
kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena langsung
diberikan contoh konkretnya.
Menurut Basyirudin Usman (2002:46) menyatakan bahwa keunggulan dari
metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya
pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman
praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam
berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu
kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi
yang dilakukan.

11
Adapun menurut Syaiful Bahri Djamara (2000:56) menyatakan bahwa
keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami
dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran,
memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dari
hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret
dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan metode demonstrasi diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan nilai tempat
ratusan, puluhan.Adapun prosedur demonstrasi yang harus dilakukan dalam
pembelajaran, dalam hal ini untuk meningkatkan pemahaman pada pelajaran
matematika pada pokok bahasan nilai tempat adalah:
1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran.
2. Memberikan penjelasan tentang topic yang akan didemonstrasikan.
3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan perniruan dari
siswa.
4. Penguatan (diskusi, Tanya jawab, dan latihan) terhadap demonstrasi.

12
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
Lokasi Penelitian yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah
Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade
Kabupaten sukabumi. Waktu yang digunakan peneliti dalam melakasanakan
penelitian tindakan kelas ini selama 2 siklus, yaitu pada tanggal 13 Mei 2014
(Siklus 1) dan 20 Mei 2014 Mata pelajaran yang diteliti adalah Matematika
dengan materi pembelajaran nilai tempat, Kelas II Semester II Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa
Kelas IIC Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh 28 siswa, terdiri dari 12
siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Karakteristik siswa adalah meliputi
latar belakang ekonomi yang sebagian besar siswa berasal dari keluarga
kurang mampu, pendidikan orang tua pada umumnya hanya sebatas lulus
Sekolah Dasar (SD).

B. Deskripsi Per Siklus


Penelitian ini mengenai peningkatak pemahaman nilai dengan menggunakan
metode demonstrasi dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang
dimaksud adalah perencanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan tersebut
dilaksanakan dalam dua siklus sebagaimana dijelaskan berikut ini:
1. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pada siklus pertama ini
adalah:
a. Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP)
b. Menyiapkan media pembelajaran
c. Menyiapkan LKS

13
2. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan pada siklus pertama ini
adalah:
a. Guru menjelaskan materi tentang nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan.
b. Siswa mencatat penjelasan guru.
c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
d. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
e. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.
3. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengamatan pada siklus pertama ini
adalah:
a. Mengamati aktifitas siswa dalam menjawab soal.
b. Mengamati aktifitas siswa dalam kerja kelompok mengerjakan LKS.
c. Mengamati aktifitas siswa dalam menyampaikan hasil kerja kelompok.
d. Mengamati aktifitas guru dalam proses pembelajaran.
4. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi siklus 1 ini adalah:
a. Mancatat hasil pengamatan ;
b. Mengevaluasi hasil pengamatan;
c. Menganalisis hasil pembelajaran; dan
d. Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya.

Adapun yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :


1. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pada siklus 2
adalah:
a. Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP)
b. Memadukan hasil refleksi siklus 1 agar siklus 2 lebih efektif
c. Menyiapkan media pembelajaran
d. Menyiapkan tes tulis

2. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan pada siklus kedua ini
adalah:

14
a. Guru menjelaskan materi tentang nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan.
b. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mengajukan pertanyaan.
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
d. Secara berkelompok, siswa diminta mengerjakan LKS (menyebutkan
nilai tempat)
e. Melalui perwakilan, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas.
f. Guru memberikan soal tes akhir siklus 2.
3. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengamatan pada siklus 2 ini
adalah:
a. Mengamati aktifitas siswa dalam menjawab soal.
b. Mengamati aktifitas siswa dalam kerja kelompok mengerjakan LKS.
c. Mengamati aktifitas siswa dalam menyampaikan hasil kerja kelompok.
d. Mengamati aktifitas guru dalam proses pembelajaran.
e. Mengamati perkembangan materi
4. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi siklus kedua ini adalah:
a. Mancatat hasil pengamatan ;
b. Mengevaluasi hasil pengamatan;

15
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

Dari tindakan yang telah dilaksanakan dapat dilaporkan adanya


peningkatan kemampuan mengajar pada guru dan peningkatan pemahaman
nilai tempat melalui metode demonstrasi pada siswa kelas II Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.
Peningkatan kemampuan mengajar tersebut antara lain:
1. Kebiasaan mengajar yang membiasakan guru aktif menjelaskan dan
menerangkan mulai berkurang, dan berubah menjadi bimbnag dan
mengembangkan inisiatif siswa.
2. Kebiasaan siswa yang biasa pasif, berubah menjadi aktif dalam
mengidentifikasi
3. Setiap akhir pelajaran, siswa memperoleh hasil belajar (produk) selama
proses belajar berlangsung melalui diskusi kelompok maupun individu.
4. Pada saat pembelajaran guru, mulai selalu memeprhatikan:
a. Perbedaan individu
b. Pengorganisasian kelas
c. Variasi pembelajaran
5. Guru lebih banyak mendorong siswa berkreatif dan menciptakan iklim
belajar yang kondisif.
6. Hasil penelitian dalam proses analisis data berupa peningkatan
pemahaman nilai tempat melalui metode demonstrasi pada siswa kelas II
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade Kabupaten
Sukabumi berupa tes tulis. Proses analisis data tersebut disajikan dalam 2
siklus sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis data tersebut terhadap pemahaman nilai tempat,
maka dapat ditentukan jumlah siswa yang mendapat nilai sama.

16
Secara lengkap hasil analisis data terhadap pemahaman nilai tempat siswa
kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade
Kabupaten Sukabumi diuraiakan berikut ini:
1. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 3 anak
2. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 5 anak
3. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 9 anak
4. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 4 anak
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data pemahaman nilai tempat pada siklus
1, dipaparkan berikut ini.

Tabel 4.1 : Hasil Tes Akhir Pada Siklus 1

No Nama Siswa Nilai

Jumlah
Rata-rata
Prosentase
Hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas II
dalam memahami materi nilai tempat masih belum maksimal.Oleh karena itu,
penelitian dilanjutkan pada siklus 2.Daftar nilai tersebut jika disajikan dalam
bentuk grafik sebagai berikut:
Dalam proses pembelajaran siklus 2, siswa kelas II melanjutkan menjawab soal
melalui tes tulis. Berdasrkan hasil analisis data terhadap pemahaman nilai tempat,
maka ditentukan jumlah siswa yang mendapat nilai yang sama. Secara lengkap
hasil analisis data nilai siswa kelas II SDN Ringinsari Kecamatan Tempurejo Kota
Pasirian diuraiakan sebagai berikut :
a. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 0 anak
b. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 anak
c. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 3 anak
d. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 8 anak
e. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 4 anak

17
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data pemahaman nilai tempat pada siklus
2,dipaparkan berikut ini.

Tabel 4.2 : Hasil Tes Akhir Pada Siklus 2

No Nama Siswa Nilai

Jumlah
Rata-rata
Prosentase

Hasil penelitian pada siklus 2 menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas II


dalam memahami materi nilai tempat sudah banyak mengalami pengingkatan
yang bermakna atau signifikan.
Daftar nilai tersebut jika disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

B. Pembahasan Setiap Siklus


Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dalam siklus 1 dan
2,terlihat jelas ada peningkatan pemahaman materi nilai tempat melalui metode
demonstrasi pada siswa kelas II SDN Ringinsari Kecamatan Tempurejo Kota
Pasirian.Peningkatan tersebut disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini.

18
Tabel 4.3 : Perbandingan hasil tes Akhir pada Siklus 1 dan 2
No Nama Siswa Nilai

Jumlah
Rata-rata
Prosentase

Berdasarkan tabel di atas Nampak 18 siswa telah mampu memahami materi nilai
tempat melalui metode demonstrasi dan hampir seluruh siswa mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dari siklus 1 ke siklus 2.Hal tersebut
membuktikan bahwa penggunaan metode demonstrasi sangat tepat untuk
meningkatkan kemampuan siswa khususnya tentang nilai tempat.Untuk lebih
jelasnya adanya peningkatan tersebut lihat gambar dalam grafik di bawah ini.

Tabel hasil tes akhir siklus I dan II

No Nama Siswa Siklus I Siklus II Ketuntasan


Tuntas

Jumlah
Rata-rata
Prosentase

Berdasarkan grafik di atas terlihat peningkatan yang signifikan mulai dari pra
siklus (55%), kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 65% dan siklus 2
meningkat menjadi 90%.

BAB V

KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

19
A. Kesimpulan
Setelah adanya kegiatan perbaikan pembelajaran dapat ditarik kesimpulan sebagai
1. Dengan menggunakan metode demonstrasi, ternyata mampu meningkatkan
pemahaman tentang nilai tempat pada siswa kelas II SDN Ringinsari.
2. Dengan meningkatnya pemahaman siswa kelas II SDN Ringinsari pada
materi tentang nilai tempat, maka prestasi siswa pun juga ikut meningkat.
B. Saran Tindak Lanjut
Agar penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat untuk sesame, maka
dikemukakan saran-saran berikut ini:
1. Diharapkan agar pembaca, khususnya rekan-rekan guru melakukan penelitian
lanjutan.Misalnya melakukan timdakan kelas mengenai peningkatan
pemahaman siswa melalui media atau metode pembelajaran yang lain.
2. Walaupun hasil penelitian tindakan kelas ini belum tentu cocok diterapkan di
lembaga pendidikan lain, peneliti tetap berharap agar hasil penelitian ini tetap
dapat dilaksanakan yaitu penggunaan metode yang tepat untuk meningkatkan
pemahaman nilai tempat pada siswa. Hal yang demikian perlu dilakukan,
karena dengan penggunaan metode yang tepat dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat
bagi banyak pihak.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Jamara Syaiful. (2000). Keunggulan Metode Demonstrasi. Jakarta: Bina


Aksara.

Cenei (1986).Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi. Boston: Allyn & Bacon.

Mujiono.(1986). Keterampilan Dasar Mengajar Matematika. Jakarta: Intan


Pariwara.

Reuseffendi (1990).Macam-macam Metode. Jakarta: Bina Aksara.

Usman, Basyirudin. (2002). Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran.

Jakarta: Pustaka Jaya.

21
Staton (1978).Penerapan Metode Demonstrasi. Boston: Allyn & Bacon.

Winarno (1980).Pengertian Metode Demonstrasi. Jakarta: Rineka Cipta.

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1

Hari / Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2011


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/I
Alokasi Waktu: 2 x 35 menit

STANDAR KOMPETENSI
Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500
KOMPETENSI DASAR
Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan.

22
INDIKATOR
Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menentukan nilai tempat sampai ratusan.
B. TUJUAN PERBAIKAN
1. Mengaktifkan siswa dengan memberi atau menjawab pertanyaan.
2. Meningkatkan pemahaman siswa kelas II pada pelajaran matematika
tentang nilai tempat.
C. MATERI POKOK
Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan
D. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Penugasan
c. Demonstrasi
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal (15 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
3. Memotivasi siswa untuk dapat menentukan nilai tempat bilangan
sampai dengan ratusan.
4. Apersepsi
b. Kegiatan Inti (45 menit)
1. Guru menjelaskan materi tentang nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan.
2. Siswa mencatat penjelasan guru.
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
4. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
5. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Kegiatan reflesksi tentang proses dan hasil kegiatan pembelajaran.
2. Guru menarik kesimpulan tentang menentukan nilai tempat.
3. Tindak lanjut (pemberian PR).

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


a. Sumber
Buku paket matematika kelas
Buku lain yang relevan dengan
Kurikulum KTSP.
b. Media Pembelajaran
Gambar nilai tempat ratusan,
puluhan dan satuan.

G. PENILAIAN

23
Tes Awal : Mengamati keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan
memberikan tanggapan.

Tes tulis (terlampir)

Peseng, 2011
Kepala Sekolah Guru PKP

________________________ ____________________

BAB I
PENDAHULUAN
PTK Matematika SD

1.1 Latar Belakang Masalah

24
Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak
disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV SDN Kludan
yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan
merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata
pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling
bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur
dari kecerdasan siswa.

Kalau kita kaji lebih dalam hal tersebut bukan merupakan kesalahan siswa semata
tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor guru itu sendiri sebagai pendidik
.Kekurangan guru yang biasa dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar adalah
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, memberi hukuman tanpa melihat
lataar belakang kesalahan, menunggu siswa berbuat salah, mengabaikan
perbedaan siswa, merasa paling pandai, tidak adil, memaksa hak siswa, (Mulyasa,
2005:20). Namun menurut hasil pengamatan peneliti kesalahan yang biasa
dilakukan guru dalam membelajarkan matematika di tempat peneliti hingga siswa
cepat menjadi bosan adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya
berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-
hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan
keterampilan prasarat.

Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal


tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa
setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar (learning prerequisites). Dalam
hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang
harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian .Sebaik apapun konsep matematika yang
disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak
menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil
pembelajaran kurang memuaskan. PTK Matematika SD

Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Kludan tahun pelajaran
2005-2006 smester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa
menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai
pada hal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan
secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal
latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk
bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan
pertanyaan. Ketika guru balik bertanya hanya beberapa siswa yang dapat
menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut memang
pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.

25
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar
dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam
pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit,
sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkan siswa
mengalami kesulitan.

Berdasarkan masalah di atas peneliti akan berupaya meningkatkan kemampuan


menghitung perkalai dengan media benda-benda sekitar yang dekat dengan siswa
antara lain dengan jari tangan dan kartu bilangan. Dengan menggunakan media
tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian,
lebih baktif, kreatif sehingga lebih banyak siswa yang mencapai ketuntasan dalan
hafalan perkalian sampai bilangan 100, perkalian bersusun dan operasi perkalian

1.2 Perumusan Masalah


Berdasar uraian di atas maka penelitian ini ditekankan pada peningkatan
kemampuan menghitung perkalian dengan media benda-benda terdekat pada
pelajaran matematikan sisqa kelas IV SDN Kludan. Dengan demikian dapat
dirumuskan permasalahan sebagaai berikut:
Bagaimana menggunakan media benda-benda terdekat dapat meningkatkan
kemampuan menghitung siswa kelas IV SDN Kludan?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan pernyataan peneliti yang telah dirumuskan , tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menghitung
perkalian siswa kelas IV SDN Kludan, dengan menggunakan media benda-benda
terdekat.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah:
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas belajar Kerja
sama , dan kemampuan menghitung perkalian.
Bagi guru sebagai peneliti untuk meningkatkan profesionalisme dan
mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian serupa lebih lanjut.
Bagi guru sejawat untuk memberikan motivasi serta referensi model-model
pembelajaran yang positif.
Dengan adanya guru-guru mengadakan penelitian tindakan kelas berarti
pembelajaran di kelas lebih berkualitas sehingga terjadi perubahan positif. PTK
Matematika SD

1.5 Batasan Istilah


Adapun batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau
Kecakapan untuk melakukan sesuatu, Kemisa (1997).
Menghitung perkalian adalah hitung perkalian dan Pembagian yang di ajarkan
pada kelas IV SD yang meliputi: Menghafal perkalian dan pembagian sampai
bilangan 100, hitung perkalian bersusun, dan operasi perkalian.

26
Media benda-benda terdekat adalah alat Bantu pembelajaran dengan
menggunakan benda-benda terdekat seperti kartu bilangan dan jari tangan.

Bab II
KAJIAN PUSTAKA
PTK Matematika SD

2.1 Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran didevinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa Degeng


(1997:1). Bertolak dari devinisi tersebut pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu kegatan yang memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga terjadi proses
belajar. Pemberian fasilitas belajar bagi siswa memerlukan suatu strategi, yaitu
strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran matematika adalah kegiaatan yang
dipilih oleh pengajar (guru) dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
fasilitas belajara sehingga memperlanacar tujuan belajar matematika Hudoyo
(dalam Harmini: 2003:9)

Pendidikan matematika di sekolah dasar merupakan basis pendidikan dalam


membentuk insan Indonesia seutuhnya, seperti diisyaratkan dalam kebijakan-
kebijakan pemerintah dari tahun ketahun. Lulusan sekolah dasar diharap dapat
membekali dirinyaa dengan kemampuan-kemampuan yang memungkinkan
mereka mau dan mampu menata kehidupan yang lebih layak baik dalam proses
pendidikan formal selanjutnya maupun dalam kehidupan di tengah-tengah
masyarakat. Sasaran tersebut dapat terjangkau jika program pembelajaran di
sekolah memenuhi basis pendidikan bermutu.

Dalam Depdikbut (1993) disebutkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah


dasar berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan - bilangan smbol-simabol serta ketajaman penalaran yang
dapat membantu memperjelas dan mempermuda menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut pada jenjang sekolah dasar diutamakan
agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam
kaitannya dengan praktek kehidpupan seharai-hari.

Sejalan dengan fungsi pembelajaran matematika di sekolah dasar disebutkan


tujuan umum pendidikan matematika di sekolah dasar adalah belajar bernalar
,pembentukan sikap siswa, dan keterampilan dalam dalam menerapkan
matematika.

Jadi dalam setiap pembelajaran matematika di sekolah dasar guru tidak cukup
hanya memahami konsep hafalan-hafalan, tetapi lebih dari itu guru harus lebih
dapat membuat bagaimana nalar serta sikap siswa terbentuk.untuk itu guru wajib
berupaya mengembangkan diri dalam profesinya.

2.2 Peranan Media Pembelajaran

27
Pengertian media pendidikan menurut Aqip (2003:79) adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menimbulkan kegiatan belajar mengajar yang memungkinklan
siswa untuk memperoleh atau mencapai pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan sikap.

Penertian ini bukan merupakan satu-satunya pengertian yang paling tepat


melainkan hanya merupakan salah satu jalan untuk mengambil consensus dari
adanya bermacam-macam istilah dan batasan. Disamping itu pengertian ini perlu
dirumuskan dengan maksud terdapatnya suatu landasan berpijak yang menjadi
titik berangkat guna pembahasan lebih lanjut. PTK Matematika SD

Media pendidikan mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi sosial, fungsi


edukafif, fungsi ekonomi, fungsi politik, dan fungsi budaya, Hamalik (1980).
Dalam hubungannya dengan fungsi edukatif media pendidikan mempunyai
beberapa ciri yaitu:
Media pendidikan identik artinya dengan alat peraga yang berarti alat yang bisa
diraba, dilihat, didengar, dan diamati oleh panca indra.
Tekanan utama terdapat pada benda atau hal yang dapat didengar atau di lihat.
Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam
pengajaran antara guru dan murid.
Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas
maupun di luar kelas.
Media pendidikan mengandung aspekaspek sebagai alat dan teknik yang
sangat erat hubungannya dengan metode mengajar.

Media merupakan alat Bantu belajar dan mengajar. Alat ini hendaknya ada ketika
dibutuhkan ubntuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang menggunakannya.
Agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individu dapat
terpenuhi, maka suatu variasi yang luas dan berjumlah besar memang diperlukan.
Jika guru mengajar tanpa menggunakan atau dilengkapi dengan peralatan yang
diperlukan (media) untuk melaksanakan tugasnya maka hasilnya akan kurang
memuaskan dan tak dapat dipertanggungjawabkan.

Media pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi siswadan citra diri
mereka, jika media tersebut dipilih secara tepat dan ceramat dengan
mempertimbangkan cirri-ciri media dan karakteristik siswa. Media pendidikan
akan lebih efektif dan efisien penggunaannya jika guru sudah terlatih dan terbiasa
menggunakannya.

Mengingat betapa penting peran media pendidikan dalam kegiaatan belajar


mengajar maka dalam setiap pembelajaran hendaknya menggunakan media
pendidikan. Media pendidikan yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakter
siswa dan juga dikenal oleh siswa. Media yang dikenal siswa adalah benda-benda
terdekat atau di lingkungan sekitar siswa.

28
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
PTK Matematika SD

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Berdasar pada latar belakang penelitian , maka pendekatan penelitian ini adalah

Pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik


sebagaimana dilakukan oleh Sugiano, (dalam Harmini:2004:21) antara lain (1)
kondisi objek alamiah,(2) peneliti sebagai objek utama,(3) kaya akan data yang
bersifat deskriptif keadaan, (4) analisis dilakukan secara induktif (dari contoh ke
kesimpulan atau dari khusus ke umum) dan berlangsung sejak dimulai sampai
pengumpulan data selesai, (5) pengumpulan data dilakukan secara simultan atau
berkesinambungan, baik dalam hal metode, sumber, dan pengumpulan data.

Pendekata kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan


mendapatkan gambaran secara jelas tentang fenomena yang tampak selama
pembelajaran berlangsung. Fenomena yang dimaksud adalah situasi kelas dan
tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3.2 Model Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach) karena
penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah di kelasdan dilakukan sesuai
dengan langkah langkah pada penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara
sistematis. Hasil kajian digunakan sebagai dasar untuk mengatasi masalah .Dalam
proses perencanaan yang telah disusun dilakukan observasi dan evaluasi dan
hasilnya difahami sebagaai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang
terjadi pada tahapan perencanaan. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-
ulang dan bersinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat
tercapai, Wibawa (2004:4).

Dalam penelitian ini guru bekerjasama dengan mitra kalaborasi yaitu guru kelas
IV dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi guru dalam mengajar
tidak terbelah oleh hal-hal lain. Dengan cara ini diharapkan akan didapatkan data
yang seobjetif mungkin demi kefalidan data yang diperlukan.

3.3 Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SDN Kludan Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo. Alasan pemilihan lokasi ini adalah peneliti mengajara di SD tersebut dan
lokasi SD ini berada di tengah kota Kecamatan Tanggulangin. Penelitian ini
dilaksanakan mulai September sampai bulan November tahun 2006 smester I,
pada kelas IV SDN Kludan Tanggulangin dengan jumlah siswa 49 anak yang
terdiri atas 24 siswa putra dan 25 siswa putrid. PTK Matematika SD

3.4 Data dan Sumber Data

29
Data yang diperoleh diambil dari hasil kegiatan yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika hitung perkalian dan pembagian pada siswa kelas IV
SDN kludan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) data
dari angket siswa, pengamatan peneliti terhadap hasil pembelajaran matematika,
dan dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV, (2) Dari hasil catatan
perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) dari hasil belajar siswa
melalui tes yang dilakukan selama proses pembelajaran perkalian dan pembagian.

PTK Matematika SD ini memeng belum lengkap, nah untuk mendapat ptk yang
lengkap silahkan klik tombol download dibawah ini

30
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENDESKRIPSIKAN BINATANG
DENGAN BAHASA TULIS MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
BINATANG PADA SISWA KELAS II SDN 02 PEDAWANG PEKALONGAN
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

B. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Bidang kajian : Pembelajaran inovatif

C. PENDAHULUAN

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan


emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan benar, maka
diperlukan pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia. Pendidikan dan
pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu
diajarkan kepada siswa di sekolah. Oleh karena itu pemerintah membuat
kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan kepada siswa pada setiap
jenjang pendidikan, yakni dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Perguruan Tinggi (PT).

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu tantangan tersendiri bagi


seorang guru, mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah merupakan bahasa
pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain.
Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi membantu peserta didik untuk
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006).

Sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran bahasa

31
Indonesia sering diremehkan oleh sebagian besar siswa, bahkan dianggap sebagai
mata pelajaran yang membosankan, khususnya dalam aspek menulis. Menurut
Johana Pantow dkk (2002) yang tersedia dalam http://digilib.itb.ac.id pada tanggal
26 Januari 2008, menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, menulis merupakan
suatu tuntutan keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia sebagai bahasa
tulis. Oleh karena itu, sejak dini pengajaran bahasa selalu harus didasarkan pada
keterampilan bahasa dimana salah satunya adalah writing.

Kesulitan siswa dalam menulis biasanya terlihat ketika siswa diminta untuk
menulis sebuah karangan sederhana, mendeskripsikan suatu benda ataupun ketika
menulis puisi, mereka sering mengeluh dan terlihat bingung dengan apa yang
ingin mereka tulis. Kebosanan, kejenuhan, serta kebingungan siswa dalam hal
menulis yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran menulis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kurangnya minat siswa terhadap kegiatan menulis.
2. Kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka maupun dari
lingkungan belajar.
3. Pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya
imajinasi siswa dan kreativitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra.
4. Media yang digunakan dalam pembelajaran yang kurang sesuai sehingga
siswa kurang bersemangat dalam belajar.

Menurunnya prestasi belajar siswa dapat dibuktikan dengan hasil tes pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia aspek menulis pada tanggal 15 Januari 2008, dengan
tujuan pembelajaran mendeskripsikan binatang dengan bahasa tulis menggunakan
media gambar yang dilaksanakan pada siswa kelas II SDN 02 Pedawang
kabupaten Pekalongan. Dari tes tersebut diperoleh hasil tulisan siswa belum
sempurna, karena penggunaan katanya belum tepat dan kalimatnya cenderung
diulang-ulang sehingga tidak mudah untuk dipahami. Perolehan nilai rata-rata
kelas yang seharusnya mencapai angka di atas 70, pada kenyatannya hanya
mencapai angka 65, sehingga hanya 27% siswa yang memenuhi Kriteria

32
Ketuntasan Minimal (KKM) bahasa Indonesia dalam aspek menulis untuk kelas II
semester II SDN 02 Pedawang Pekalongan. Dengan permasalahan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka guru harus mengambil tindakan, yakni dengan
mencari dan menggunakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang
efektif, inovatif, dan berpotensi memperbaiki pembelajaran menulis, sehingga
meningkatkan minat, motivasi, dan sikap siswa terhadap pembelajaran menulis
yang berakibat pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Dengan demikian guru
dapat merancang suatu bentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan melalui pendekatan kontekstual dengan media gambar sebagai
media alternatif dalam pemecahan masalah tersebut.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Dikdasmen Diknas, 2002:1). Media
gambar dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam mendeskripsikan seekor
binatang dengan bahasa tulis. Media gambar digunakan dalam penelitian ini
karena pola berpikir siswa kelas II yang masih memerlukan media pembelajaran
yang konkrit. Dengan kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan siswa kelas II SDN 02 Pedawang kabupaten Pekalongan dalam
mendeskripsikan bintang dengan bahasa tulis.

D. RUMUSAN MASALAH DAN RENCANA PEMECAHAN MASALAH


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pokok dalam
penelitian ini adalah :
Apakah melalui pendekatan kontekstual dengan menggunakan media
gambar binatang dapat meningkatkan keterampilan kelas II SDN 02
Pedawang kabupaten Pekalongan dalam mendeskripsikan binatang yang
ada di sekitar dengan bahasa tulis?

33
Apakah melalui pendekatan kontekstual dengan media gambar dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas II SDN 02 Pedawang kabupaten
Pekalongan dalam pembelajaran?
Bagaimana keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual?

2. Rencana Pemecahan Masalah


Masalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas II SDN 02 Pedawang kabupaten
Pekalongan dalam mendeskripsikan binatang di sekitar dengan bahasa tulis pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia ditindaklanjuti oleh guru dengan mengadakan
penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat mencapai
tujuan pembelajaran dalam mendeskripsikan binatang dengan bahasa tulis
menggunakan media gambar binatang. Penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut
dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari perencaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut, dilakukan dengan suatu


pembelajaran yang inovatif dan diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas II SDN 02 Pedawang Pekalongan. Pembelajaran inovatif dalam
penelitian ini menggunkan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning), dengan media berupa gambar binatang sebagai media dalam
pembelajaran individu (siklus I), puzzle (potongan gambar) seekor binatang
sebagai media dalam pembelajaran berbasis kelompok (siklus II), puzzle
(potongan gambar) beberapa binatang dalam satu lingkugan tempat hidupnya
sebagai media untuk pembelajaran berbasis kelompok (siklus III). Ketiga media
yang digunakan dalam PTK tersebut untuk merangsang keaktifan siswa dalam
bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar, serta untuk
meningkatkan kreatifitas siswa dalam menyusun puzzle. Selain itu juga sebagai
alat bantu dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam medeskripsikan binatang
dalam bentuk tulisan. Dengan penelitian tindakan tersebut, diharapkan dapat

34
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dalam pencapaian
tujuan tersebut di atas 70 dan dalam pembelajaran menulis setiap siswa
diharapkan dapat memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
bahasa Indonesia aspek menulis kelas II semester II yang telah dibuat dan
ditentukan oleh SDN 02 Pedawang kabupaten Pekalongan, yakni 70.

E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengungkap suatu pendekatan atau model serta media pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas II SDN 02 Pedawang
kabupaten Pekalongan dalam mendeskripsikan binatang dengan bahasa
tulis.
Mengungkap suatu pendekatan atau model pembelajaran serta media yang
dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas II SDN 02 Pedawang kabupaten
Pekalongan dalam pembelajaran.
Mengetahui peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning).

F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan dan
memperbaiki mutu pembelajaran menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa kelas II semester II dengan menggunakan media gambar binatang
melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam
pembelajaran, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia,
khususnya dalam aspek menulis. Dengan demikian, siswa dapat menyukai
kegiatan menulis dan dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam menuangkan

35
berbagai ide, gagasan, serta pengalamannya dalam sebuah tulisan imajinatif yang
dapat dinikmati oleh orang lain.

b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat memberikan
pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam membelajarkan bahasa
Indonesia pada aspek menulis, khususnya bagi siswa kelas rendah yang
membutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan
rasa nyaman dan rasa senang pada siswa pada saat pembelajaran. Dengan
demikian siswa dapat termotivasi dalam belajar dan akan berakibat pada
pencapaian prestasi belajar yang maksimal dan sesuai dengan harapan.

c. Bagi Sekolah
Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai tolok ukur dalam peningkatan dan
perbaikan mutu pembelajaran menulis di sekolah.

G. KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
2. Hipotesis Tindakan

H. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
2. Perencanaan Tahap Penelitian
3. Tempat Penelitian
4. Subjek Penelitian
5. Data dan Sumber data
6. Teknik Pengumpulan data
7. Teknik Analisis data
8. Indikator Keberhasilan

36
I. JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
J. TIM PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP LISTRIK DENGAN METODE

DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI SUKOSARI 01 KECAMATAN KASEMBON

KABUPATEN MALANG TAHUN 2006 / 2007

BAB I

PENDAHULUAN

PTK IPA SD

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilaksanakan

guru dan siswa secara bersama-sama. Inti dari pembelajaran tersebut adalah terjadi proses

memberi dan menerima, diakhiri evaluasi yang sengaja dilakukan guru untuk mengetahui seberapa

jauh tingkat pemahaman siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan guru dalam proses belajar mengajar, mata pelajaran IPA, kurang

diminati siswa sebab dianggap sulit sehingga prestasi belajar siswa pada umumnya rendah. (Dyah

H. 2002).

Salah satu indikator rendahnya hasil belajar siswa pemanfaatan KIT IPA pada kegiatan belajar

pada mata pelajaran tersebut belum maksimal. Pada umumnya metode yang digunakan dalam

proses belajar mengajar IPA masih didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab dan pemberian

tugas. Sebaliknya strategi pembelajaran praktik dan demonstrasi oleh KIT IPA sering diabaikan,

khususnya pada kegiatan pembelajaran konsep listrik.

37
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru perlu memanfaatkan KIT IPA. Dengan menggunakan

metode demonstrasi diharapkan siswa dapat berpartisipasi dan prestasi siswa dapat meningkat.

B. Indentifikasi Masalah

Mata pelajaran IPA di sekolah kurang diminati siswa karena dianggap menjenuhkan. Oleh karena

itu perlu upaya perbaikan managemen proses pembelajaran dengan metode dan pendekatan yang

tepat.

Dalam rangka membangkitkan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar, demonstrasi

merupakan metode yang sesuai untuk meningkatkan prestasi siswa, khususnya pada

pembelajaran konsep listrik.

C. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas VI Sekolah Dasar tentang konsep listrik

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar tentang konsep listrik.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru : meningkatkan proses dan hasil pembelajaran guru.

2. Bagi Murid : Pelajaran IPA lebih menarik dan menyenangkan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

PTK IPA SD

38
1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar yang tinggi yang dicapai

menurut anak dalam mengejar sesuatu pada waktu tertentu. Sumartono (1992 : 18) dengan

demikian hasil belajar IPA dapat diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan hasil belajar yang

telah dicapai oleh siswa setelah mempelajari IPA.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Wasty Sumanto, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi

tiga kelompok yaitu :

Faktor stimulus.

Faktor metode mengajar.

Faktor individu.

Berikut ini akan dijelaskan secara garis besar mengenai ketiga faktor tersebut :

1. Faktor Stimulus

Yang dimaksud dengan faktor stimulus adalah segala hal di luar individu yang merangsang untuk

mengadakan reaksi atau perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang

diterima.

2. Faktor Metode Mengajar

Metode mengajar guru sangat mempengaruhi terhadap belajar siswa, dengan kata lain metode

yang dipakai guru sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa.

metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. (Winarno

Surachmand, 1980 : 80)

Jadi jelaslah bahwa metode menentukan pencapaian tujuan pengajaran.

3. Faktor Individual

Selain kedua faktor di atas, faktor individual sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan

belajar siswa, bahwa pertumbuhan dan usia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

Semakin dewasa individu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.

39
3. Tinjauan Tentang Metode Mengajar

Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Semua

metode mengajar itu dapat diterapkan.

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu,

cara menyelidiki (mengajar dan sebagainya). (W.J.S Poerwadarminta, 1986 : 646).

Yang dimaksud dengan metode mengajar menurut T. Raka Joni dalam bukunya Strategi Belajar

Belajar adalah sebagai berikut :

Metode mengajar adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan

cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. (T. Raka Joni, 1980 : 783).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat,

bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara terarah, efisien dan sistematis untuk

mencapai tujuan belajar.

Salah satunya adalah metode demonstrasi.

BAB III

METODE PENELITIAN

PTK IPA SD

Kegiatan penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan

harapan agar diperoleh data yang akurat dan diambil tindakan yang tepat.

Identifikasi masalah pembelajaran kelas ditemukan bahwa siswa-siswa kelas VI SD Negeri

Sukosari 01 kurang berminat belajar IPA dan hasil belajar mereka masih rendah, berdasarkan

masalah tersebut disusun perencanaan pembelajaran tentang konsep listrik dengan menggunakan

metode Demonstrasi.

Selama proses pembelajaran dilakukan observasi dan pengukuran hasil pembelajaran sebagai

40
bahan refleksi.

A. Subjek Penelitian

Subjek PTK ini adalah siswa-siswa kelas VI SD Negeri Sukosari 01 Kecamatan Kasembon Tahun

Pelajaran 2006 / 2007 sebanyak 19 anak.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama dan sesudah pembelajaran

berlangsung. Data hasil observasi dicatat sebagai catatan bebas. Data mengenai hasil belajar

siswa disaring melalui hasil tes, soal tersebut dibuat oleh guru sendiri. Data hasil tes ini diperlukan

untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa.

C. Metode Analisa Data

Data hasil observasi pembelajaran dianalisa, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan

pengetahuan guru. Hasil belajar siswa dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar siswa yakni 80%

dari jumlah siswa sudah mencapai 70% taraf penguasaan konsep yang diberikan.

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP LISTRIK DENGAN METODE

DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI SUKOSARI 01 KECAMATAN KASEMBON

KABUPATEN MALANG TAHUN 2006 / 2007

BAB I

PENDAHULUAN

PTK IPA SD

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilaksanakan

guru dan siswa secara bersama-sama. Inti dari pembelajaran tersebut adalah terjadi proses

memberi dan menerima, diakhiri evaluasi yang sengaja dilakukan guru untuk mengetahui seberapa

jauh tingkat pemahaman siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan guru dalam proses belajar mengajar, mata pelajaran IPA, kurang

41
diminati siswa sebab dianggap sulit sehingga prestasi belajar siswa pada umumnya rendah. (Dyah

H. 2002).

Salah satu indikator rendahnya hasil belajar siswa pemanfaatan KIT IPA pada kegiatan belajar

pada mata pelajaran tersebut belum maksimal. Pada umumnya metode yang digunakan dalam

proses belajar mengajar IPA masih didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab dan pemberian

tugas. Sebaliknya strategi pembelajaran praktik dan demonstrasi oleh KIT IPA sering diabaikan,

khususnya pada kegiatan pembelajaran konsep listrik.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru perlu memanfaatkan KIT IPA. Dengan menggunakan

metode demonstrasi diharapkan siswa dapat berpartisipasi dan prestasi siswa dapat meningkat.

B. Indentifikasi Masalah

Mata pelajaran IPA di sekolah kurang diminati siswa karena dianggap menjenuhkan. Oleh karena

itu perlu upaya perbaikan managemen proses pembelajaran dengan metode dan pendekatan yang

tepat.

Dalam rangka membangkitkan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar, demonstrasi

merupakan metode yang sesuai untuk meningkatkan prestasi siswa, khususnya pada

pembelajaran konsep listrik.

C. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas VI Sekolah Dasar tentang konsep listrik

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar tentang konsep listrik.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Bagi Guru : meningkatkan proses dan hasil pembelajaran guru.

42
2. Bagi Murid : Pelajaran IPA lebih menarik dan menyenangkan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

PTK IPA SD

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar yang tinggi yang dicapai

menurut anak dalam mengejar sesuatu pada waktu tertentu. Sumartono (1992 : 18) dengan

demikian hasil belajar IPA dapat diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan hasil belajar yang

telah dicapai oleh siswa setelah mempelajari IPA.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Wasty Sumanto, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi

tiga kelompok yaitu :

Faktor stimulus.

Faktor metode mengajar.

Faktor individu.

Berikut ini akan dijelaskan secara garis besar mengenai ketiga faktor tersebut :

1. Faktor Stimulus

Yang dimaksud dengan faktor stimulus adalah segala hal di luar individu yang merangsang untuk

mengadakan reaksi atau perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang

diterima.

2. Faktor Metode Mengajar

Metode mengajar guru sangat mempengaruhi terhadap belajar siswa, dengan kata lain metode

yang dipakai guru sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa.

metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. (Winarno

43
Surachmand, 1980 : 80)

Jadi jelaslah bahwa metode menentukan pencapaian tujuan pengajaran.

3. Faktor Individual

Selain kedua faktor di atas, faktor individual sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan

belajar siswa, bahwa pertumbuhan dan usia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

Semakin dewasa individu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.

3. Tinjauan Tentang Metode Mengajar

Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Semua

metode mengajar itu dapat diterapkan.

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu,

cara menyelidiki (mengajar dan sebagainya). (W.J.S Poerwadarminta, 1986 : 646).

Yang dimaksud dengan metode mengajar menurut T. Raka Joni dalam bukunya Strategi Belajar

Belajar adalah sebagai berikut :

Metode mengajar adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan

cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. (T. Raka Joni, 1980 : 783).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat,

bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara terarah, efisien dan sistematis untuk

mencapai tujuan belajar.

Salah satunya adalah metode demonstrasi.

BAB III

METODE PENELITIAN

PTK IPA SD

Kegiatan penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan

harapan agar diperoleh data yang akurat dan diambil tindakan yang tepat.

44
Identifikasi masalah pembelajaran kelas ditemukan bahwa siswa-siswa kelas VI SD Negeri

Sukosari 01 kurang berminat belajar IPA dan hasil belajar mereka masih rendah, berdasarkan

masalah tersebut disusun perencanaan pembelajaran tentang konsep listrik dengan menggunakan

metode Demonstrasi.

Selama proses pembelajaran dilakukan observasi dan pengukuran hasil pembelajaran sebagai

bahan refleksi.

A. Subjek Penelitian

Subjek PTK ini adalah siswa-siswa kelas VI SD Negeri Sukosari 01 Kecamatan Kasembon Tahun

Pelajaran 2006 / 2007 sebanyak 19 anak.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama dan sesudah pembelajaran

berlangsung. Data hasil observasi dicatat sebagai catatan bebas. Data mengenai hasil belajar

siswa disaring melalui hasil tes, soal tersebut dibuat oleh guru sendiri. Data hasil tes ini diperlukan

untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa.

C. Metode Analisa Data

Data hasil observasi pembelajaran dianalisa, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan

pengetahuan guru. Hasil belajar siswa dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar siswa yakni 80%

dari jumlah siswa sudah mencapai 70% taraf penguasaan konsep yang diberikan.

45

Anda mungkin juga menyukai