PENDAHULUAN
1
selanjutnya menentukan tindakan pemecahannya.Tuntutan peningkatan
kualitas professional guru belum memenuhi syarat yang diinginkan atau
diharapkan, karena antara petunjuk perlaksanaan yan sudah ada banyak
terdapat kendala bagi para pelaksana pendidikan utamanya guru terbukti
dengan dampak yang dilapangan antara lain:
1. Keterampilan anak didik masih sangat rendah, terutama tentang
keterampilan
2. Tingkat pengetahuan dan prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika
lebih rendah dari mata pelajaran yang lain.
3. Suasana belajar kurang dinamis.
Permasalahan di atas disebabkan oleh dominasi guru masih tinggi,
peran guru dalam proses belajar mengajar sebagai penyebar ilmu krang
berperan sebagai fasilitator,guru masih banyak bergantung pada buku, guru
masih dominan menggunakan ceramah dan mencatat, guru kurang
mengoptimalkan bekerja bersaman-sama dan siswa dianggap lulus tes atau
dapat mengerjakan tes tanpa memperhatikan aspek lain seperti kejujuran,
pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, dan kemampuan bekerja
sama. Demikian gambaran situasi pembelajaran saat ini yang terjadi di
lapangan khususnya pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses pembelajaran dari segi
hasil.
Dari segi peoses pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruhnya
atau setidak-tidaknya sebagaian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif
baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran di samping
menunjukkan kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa
percaya diri yang tinggi. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan-perubahan perilaku yang positif
dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar metode
mengajar banyak sekali jenisnya, disebabkan oleh karena metode ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya : tujuan yang berbagai jenis dan
fungsinya, tingkat kematangan siswa yang berbeda, situasi yang berbagai
2
keadaan, pribadi guru dan kemampuan professional yang berbeda-beda.
Karena itu sulit untuk memberikan satu klasifikasi yang jelas mengenai
metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran. Namun demikian ada sifat
umum yang menjadi mungkin untuk mengadakan klasifikasi yang jelas tetapi
fleksibel. Di dalam kenyataan banyak factor yang menyebabkan tidak selalu
dapat dipergunakan metode yang paling sesuai dengan tujuan, situasi dan lain-
lain. Guru sering kali terpaksa menggunakan metode pilihan. Agar usaha
pendidikan tidak sia-sia. Berdasarkan hasil ulangan harian ke I mata pelajaran
matematika dengan kompetensi dasar Menentukan nilai tempat satuan,
puluhan dan ratusan, menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi.
Dari 28 siswa di kelas II hanya 11 siswa yang mencapai tingkat penguasaaan
materi sebesar 75% ke atas. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan kepada
teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pembelajaran. Dari
hasil diskusi tersebut, maka terungkap masalah yang terjadi dalam
pembelajaran, yaitu Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi.
Setelah penulis menganalisa dengan melakukan diskusi dan tukar pendapat
dengan teman sejawat selaku pengamat, maka diketahui bahwa faktor
penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan adalah:
1. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi
2. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
Mengingat permasalahan tersebut adalah masalah yang bermuara dari
dan dirasakan oleh guru kelas, maka peneliti berupaya mencoba cara yang
paling efektif dalam memperkenalkan konsep kepada anak didik mencari yang
paling mudah, dekat dengan diri siswa sehingga pelajaran Matematika
menjadi menyenangkan, maka dari itu penulis mengajukan penelitian dengan
judul Meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai tempat melalui metode
demonstrasi pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh
Kecamatan Surade.
B. Rumusan Masalah
3
Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang
memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat
berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan
pemahaman tentang nilai tempat pada siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Tegalkepuh?
4
2. mengambil kebijaksanaan untuk membina guru dalam menentukan
keberhasilan
3. pengelolaan pembelajaran di madrasah.
4. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade
Kabupaten Sukabumi
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Mengajar
6
4. Menunjukkan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan),
menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam penyelesaian
masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
6. Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini
dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan
memperhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang
ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika
dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta
sifat esensial materi, dan terpakainya dalam kehidupan sehari-hari secara
rinci, standar kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: Melakukan
penjumlahan dan pengurangan sampai 500.
7
pandai memilih dan menggunakannya.Jika memang diperlukan seorang guru
dapat mengkombinasikan beberapa metode yang memang diperlukan.
Seorang guru hanya menggunakan metode yang monoton (tida
bervariasi) tanpa memperhatikan jenis materi yang sedang diajarkannya,
biasanya akan membosankan,sehingga dapat mengurangi kegairahan belajar
siswanya. Dengan sendirinya akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajarnya. Seorang guru yang mau memperhatikan perubahan jaman dewasa
ini, dia akan mengembangkan dirinya dengan menyesuaikan metode
mengajarnya dengan keberadaan siswa pada jamannya dia akan dianggap
sosok guru idola, hal ini memang penting.
Macam-macam metode menurut Ruseffendi, (1990:34) adalah: macam-
macam metode pembelajaran metamatika meliputi metode (1) ceramah (2)
expositori (3) demonstrasi (4) latihan dan praktek (5) Tanya jawab (6) diskusi
(7) permainan (8) karya wisata (9) laboratorium (10) kegiatan lapangan (11)
inkuiri (12) pemecahan masalah (13) pemberian tugas/pekerjaan rumah (14)
metode proyek (15) pengajaran beregu (16) Keterampilan Dasar Mengajar
Matematika Dalam kegiatan belajar mengajar matematika, seorang guru
dituntut memiliki seperangkat keterampilan dasar mengajar matematika.
Menurut Hasibuan dan Mujiono (1986) bahwa keterampilan mengajar dapat
berupa: (1) keterampilan member penguatan (Reinforcement) (2)
keterampilan bertanya (3) keterampilan menggunakan variasi (4) keterampilan
menjelaskan (50 keterampilan membuka dan menutup pelajaran
C. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara teliti
untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan yaitu sebuah tindakan atau
posedur yang
digunakan.Metode ini disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan
lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat 9 dalam Canei, 1986:38).
Dari batasan ini, Nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesengajaan
8
untuk mempertunjukkan tindakan atau penggunaan prosesur yang disertai
penjelasan, ilustrasi, atau pernyataan secara lisan Winarno mengemukakan
bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang
diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas
(Winarno, 1980:87). Batasan yang dikemukakan Winarno memberikan
kepada kita,bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak
harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu
proses.
Dengan memperdulikan batasan metode demonstrais seperti dikemukakan
oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa metode
demonstrasi merupakan format interaksi belajar-mengajar yang sengajar
mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang
dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian
siswa. Dengan batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya
tuntutan kepada guru untuk merencanakan penerapannya, memperjelas
demonstrasi oral maupun visual, dan menyediakan peralatan yang
diperlukan.
9
3. Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur.
(Canei, 1986:38)
10
3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap
penting,sehingga para siswa akan benar-benar memberikan perhatian
khusus kepda hal tersebut.
Dengan kata lain, perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses
belajar dan tidak tertuju kepada yang lain.Memungkinkan para siswa
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui selama
demonstrasi berjalan, jawaban dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru
ada saat itu pula.
11
Adapun menurut Syaiful Bahri Djamara (2000:56) menyatakan bahwa
keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami
dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran,
memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dari
hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret
dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan metode demonstrasi diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan nilai tempat
ratusan, puluhan.Adapun prosedur demonstrasi yang harus dilakukan dalam
pembelajaran, dalam hal ini untuk meningkatkan pemahaman pada pelajaran
matematika pada pokok bahasan nilai tempat adalah:
1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran.
2. Memberikan penjelasan tentang topic yang akan didemonstrasikan.
3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan perniruan dari
siswa.
4. Penguatan (diskusi, Tanya jawab, dan latihan) terhadap demonstrasi.
12
BAB III
A. Subjek Penelitian
Lokasi Penelitian yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah
Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade
Kabupaten sukabumi. Waktu yang digunakan peneliti dalam melakasanakan
penelitian tindakan kelas ini selama 2 siklus, yaitu pada tanggal 13 Mei 2014
(Siklus 1) dan 20 Mei 2014 Mata pelajaran yang diteliti adalah Matematika
dengan materi pembelajaran nilai tempat, Kelas II Semester II Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa
Kelas IIC Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh 28 siswa, terdiri dari 12
siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Karakteristik siswa adalah meliputi
latar belakang ekonomi yang sebagian besar siswa berasal dari keluarga
kurang mampu, pendidikan orang tua pada umumnya hanya sebatas lulus
Sekolah Dasar (SD).
13
2. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan pada siklus pertama ini
adalah:
a. Guru menjelaskan materi tentang nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan.
b. Siswa mencatat penjelasan guru.
c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
d. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
e. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.
3. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengamatan pada siklus pertama ini
adalah:
a. Mengamati aktifitas siswa dalam menjawab soal.
b. Mengamati aktifitas siswa dalam kerja kelompok mengerjakan LKS.
c. Mengamati aktifitas siswa dalam menyampaikan hasil kerja kelompok.
d. Mengamati aktifitas guru dalam proses pembelajaran.
4. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi siklus 1 ini adalah:
a. Mancatat hasil pengamatan ;
b. Mengevaluasi hasil pengamatan;
c. Menganalisis hasil pembelajaran; dan
d. Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya.
2. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan pada siklus kedua ini
adalah:
14
a. Guru menjelaskan materi tentang nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan.
b. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mengajukan pertanyaan.
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
d. Secara berkelompok, siswa diminta mengerjakan LKS (menyebutkan
nilai tempat)
e. Melalui perwakilan, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas.
f. Guru memberikan soal tes akhir siklus 2.
3. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengamatan pada siklus 2 ini
adalah:
a. Mengamati aktifitas siswa dalam menjawab soal.
b. Mengamati aktifitas siswa dalam kerja kelompok mengerjakan LKS.
c. Mengamati aktifitas siswa dalam menyampaikan hasil kerja kelompok.
d. Mengamati aktifitas guru dalam proses pembelajaran.
e. Mengamati perkembangan materi
4. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi siklus kedua ini adalah:
a. Mancatat hasil pengamatan ;
b. Mengevaluasi hasil pengamatan;
15
BAB IV
16
Secara lengkap hasil analisis data terhadap pemahaman nilai tempat siswa
kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tegalkepuh Kecamatan Surade
Kabupaten Sukabumi diuraiakan berikut ini:
1. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 3 anak
2. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 5 anak
3. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 9 anak
4. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 4 anak
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data pemahaman nilai tempat pada siklus
1, dipaparkan berikut ini.
Jumlah
Rata-rata
Prosentase
Hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas II
dalam memahami materi nilai tempat masih belum maksimal.Oleh karena itu,
penelitian dilanjutkan pada siklus 2.Daftar nilai tersebut jika disajikan dalam
bentuk grafik sebagai berikut:
Dalam proses pembelajaran siklus 2, siswa kelas II melanjutkan menjawab soal
melalui tes tulis. Berdasrkan hasil analisis data terhadap pemahaman nilai tempat,
maka ditentukan jumlah siswa yang mendapat nilai yang sama. Secara lengkap
hasil analisis data nilai siswa kelas II SDN Ringinsari Kecamatan Tempurejo Kota
Pasirian diuraiakan sebagai berikut :
a. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 0 anak
b. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 anak
c. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 3 anak
d. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 8 anak
e. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 4 anak
17
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data pemahaman nilai tempat pada siklus
2,dipaparkan berikut ini.
Jumlah
Rata-rata
Prosentase
18
Tabel 4.3 : Perbandingan hasil tes Akhir pada Siklus 1 dan 2
No Nama Siswa Nilai
Jumlah
Rata-rata
Prosentase
Berdasarkan tabel di atas Nampak 18 siswa telah mampu memahami materi nilai
tempat melalui metode demonstrasi dan hampir seluruh siswa mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dari siklus 1 ke siklus 2.Hal tersebut
membuktikan bahwa penggunaan metode demonstrasi sangat tepat untuk
meningkatkan kemampuan siswa khususnya tentang nilai tempat.Untuk lebih
jelasnya adanya peningkatan tersebut lihat gambar dalam grafik di bawah ini.
Jumlah
Rata-rata
Prosentase
Berdasarkan grafik di atas terlihat peningkatan yang signifikan mulai dari pra
siklus (55%), kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 65% dan siklus 2
meningkat menjadi 90%.
BAB V
19
A. Kesimpulan
Setelah adanya kegiatan perbaikan pembelajaran dapat ditarik kesimpulan sebagai
1. Dengan menggunakan metode demonstrasi, ternyata mampu meningkatkan
pemahaman tentang nilai tempat pada siswa kelas II SDN Ringinsari.
2. Dengan meningkatnya pemahaman siswa kelas II SDN Ringinsari pada
materi tentang nilai tempat, maka prestasi siswa pun juga ikut meningkat.
B. Saran Tindak Lanjut
Agar penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat untuk sesame, maka
dikemukakan saran-saran berikut ini:
1. Diharapkan agar pembaca, khususnya rekan-rekan guru melakukan penelitian
lanjutan.Misalnya melakukan timdakan kelas mengenai peningkatan
pemahaman siswa melalui media atau metode pembelajaran yang lain.
2. Walaupun hasil penelitian tindakan kelas ini belum tentu cocok diterapkan di
lembaga pendidikan lain, peneliti tetap berharap agar hasil penelitian ini tetap
dapat dilaksanakan yaitu penggunaan metode yang tepat untuk meningkatkan
pemahaman nilai tempat pada siswa. Hal yang demikian perlu dilakukan,
karena dengan penggunaan metode yang tepat dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat
bagi banyak pihak.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Staton (1978).Penerapan Metode Demonstrasi. Boston: Allyn & Bacon.
STANDAR KOMPETENSI
Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500
KOMPETENSI DASAR
Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan.
22
INDIKATOR
Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menentukan nilai tempat sampai ratusan.
B. TUJUAN PERBAIKAN
1. Mengaktifkan siswa dengan memberi atau menjawab pertanyaan.
2. Meningkatkan pemahaman siswa kelas II pada pelajaran matematika
tentang nilai tempat.
C. MATERI POKOK
Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan
D. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Penugasan
c. Demonstrasi
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal (15 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
3. Memotivasi siswa untuk dapat menentukan nilai tempat bilangan
sampai dengan ratusan.
4. Apersepsi
b. Kegiatan Inti (45 menit)
1. Guru menjelaskan materi tentang nilai tempat ratusan, puluhan, dan
satuan.
2. Siswa mencatat penjelasan guru.
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada
kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
4. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
5. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Kegiatan reflesksi tentang proses dan hasil kegiatan pembelajaran.
2. Guru menarik kesimpulan tentang menentukan nilai tempat.
3. Tindak lanjut (pemberian PR).
G. PENILAIAN
23
Tes Awal : Mengamati keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan
memberikan tanggapan.
Peseng, 2011
Kepala Sekolah Guru PKP
________________________ ____________________
BAB I
PENDAHULUAN
PTK Matematika SD
24
Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak
disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV SDN Kludan
yang menyatakan bahwa 45 % siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan
merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata
pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling
bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur
dari kecerdasan siswa.
Kalau kita kaji lebih dalam hal tersebut bukan merupakan kesalahan siswa semata
tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor guru itu sendiri sebagai pendidik
.Kekurangan guru yang biasa dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar adalah
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, memberi hukuman tanpa melihat
lataar belakang kesalahan, menunggu siswa berbuat salah, mengabaikan
perbedaan siswa, merasa paling pandai, tidak adil, memaksa hak siswa, (Mulyasa,
2005:20). Namun menurut hasil pengamatan peneliti kesalahan yang biasa
dilakukan guru dalam membelajarkan matematika di tempat peneliti hingga siswa
cepat menjadi bosan adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya
berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-
hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan
keterampilan prasarat.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV SDN Kludan tahun pelajaran
2005-2006 smester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa
menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai
pada hal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan
secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal
latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk
bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan
pertanyaan. Ketika guru balik bertanya hanya beberapa siswa yang dapat
menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut memang
pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
25
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar
dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam
pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit,
sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkan siswa
mengalami kesulitan.
26
Media benda-benda terdekat adalah alat Bantu pembelajaran dengan
menggunakan benda-benda terdekat seperti kartu bilangan dan jari tangan.
Bab II
KAJIAN PUSTAKA
PTK Matematika SD
Jadi dalam setiap pembelajaran matematika di sekolah dasar guru tidak cukup
hanya memahami konsep hafalan-hafalan, tetapi lebih dari itu guru harus lebih
dapat membuat bagaimana nalar serta sikap siswa terbentuk.untuk itu guru wajib
berupaya mengembangkan diri dalam profesinya.
27
Pengertian media pendidikan menurut Aqip (2003:79) adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menimbulkan kegiatan belajar mengajar yang memungkinklan
siswa untuk memperoleh atau mencapai pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan sikap.
Media merupakan alat Bantu belajar dan mengajar. Alat ini hendaknya ada ketika
dibutuhkan ubntuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang menggunakannya.
Agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individu dapat
terpenuhi, maka suatu variasi yang luas dan berjumlah besar memang diperlukan.
Jika guru mengajar tanpa menggunakan atau dilengkapi dengan peralatan yang
diperlukan (media) untuk melaksanakan tugasnya maka hasilnya akan kurang
memuaskan dan tak dapat dipertanggungjawabkan.
Media pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi siswadan citra diri
mereka, jika media tersebut dipilih secara tepat dan ceramat dengan
mempertimbangkan cirri-ciri media dan karakteristik siswa. Media pendidikan
akan lebih efektif dan efisien penggunaannya jika guru sudah terlatih dan terbiasa
menggunakannya.
28
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
PTK Matematika SD
Dalam penelitian ini guru bekerjasama dengan mitra kalaborasi yaitu guru kelas
IV dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi guru dalam mengajar
tidak terbelah oleh hal-hal lain. Dengan cara ini diharapkan akan didapatkan data
yang seobjetif mungkin demi kefalidan data yang diperlukan.
29
Data yang diperoleh diambil dari hasil kegiatan yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika hitung perkalian dan pembagian pada siswa kelas IV
SDN kludan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) data
dari angket siswa, pengamatan peneliti terhadap hasil pembelajaran matematika,
dan dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV, (2) Dari hasil catatan
perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) dari hasil belajar siswa
melalui tes yang dilakukan selama proses pembelajaran perkalian dan pembagian.
PTK Matematika SD ini memeng belum lengkap, nah untuk mendapat ptk yang
lengkap silahkan klik tombol download dibawah ini
30
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENDESKRIPSIKAN BINATANG
DENGAN BAHASA TULIS MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
BINATANG PADA SISWA KELAS II SDN 02 PEDAWANG PEKALONGAN
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
C. PENDAHULUAN
Sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran bahasa
31
Indonesia sering diremehkan oleh sebagian besar siswa, bahkan dianggap sebagai
mata pelajaran yang membosankan, khususnya dalam aspek menulis. Menurut
Johana Pantow dkk (2002) yang tersedia dalam http://digilib.itb.ac.id pada tanggal
26 Januari 2008, menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, menulis merupakan
suatu tuntutan keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia sebagai bahasa
tulis. Oleh karena itu, sejak dini pengajaran bahasa selalu harus didasarkan pada
keterampilan bahasa dimana salah satunya adalah writing.
Kesulitan siswa dalam menulis biasanya terlihat ketika siswa diminta untuk
menulis sebuah karangan sederhana, mendeskripsikan suatu benda ataupun ketika
menulis puisi, mereka sering mengeluh dan terlihat bingung dengan apa yang
ingin mereka tulis. Kebosanan, kejenuhan, serta kebingungan siswa dalam hal
menulis yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran menulis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kurangnya minat siswa terhadap kegiatan menulis.
2. Kurangnya motivasi siswa, baik dari dalam diri mereka maupun dari
lingkungan belajar.
3. Pengembangan strategi pembelajaran yang kurang membangkitkan daya
imajinasi siswa dan kreativitas siswa dalam berbahasa maupun bersastra.
4. Media yang digunakan dalam pembelajaran yang kurang sesuai sehingga
siswa kurang bersemangat dalam belajar.
Menurunnya prestasi belajar siswa dapat dibuktikan dengan hasil tes pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia aspek menulis pada tanggal 15 Januari 2008, dengan
tujuan pembelajaran mendeskripsikan binatang dengan bahasa tulis menggunakan
media gambar yang dilaksanakan pada siswa kelas II SDN 02 Pedawang
kabupaten Pekalongan. Dari tes tersebut diperoleh hasil tulisan siswa belum
sempurna, karena penggunaan katanya belum tepat dan kalimatnya cenderung
diulang-ulang sehingga tidak mudah untuk dipahami. Perolehan nilai rata-rata
kelas yang seharusnya mencapai angka di atas 70, pada kenyatannya hanya
mencapai angka 65, sehingga hanya 27% siswa yang memenuhi Kriteria
32
Ketuntasan Minimal (KKM) bahasa Indonesia dalam aspek menulis untuk kelas II
semester II SDN 02 Pedawang Pekalongan. Dengan permasalahan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka guru harus mengambil tindakan, yakni dengan
mencari dan menggunakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang
efektif, inovatif, dan berpotensi memperbaiki pembelajaran menulis, sehingga
meningkatkan minat, motivasi, dan sikap siswa terhadap pembelajaran menulis
yang berakibat pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Dengan demikian guru
dapat merancang suatu bentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan melalui pendekatan kontekstual dengan media gambar sebagai
media alternatif dalam pemecahan masalah tersebut.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Dikdasmen Diknas, 2002:1). Media
gambar dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam mendeskripsikan seekor
binatang dengan bahasa tulis. Media gambar digunakan dalam penelitian ini
karena pola berpikir siswa kelas II yang masih memerlukan media pembelajaran
yang konkrit. Dengan kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan siswa kelas II SDN 02 Pedawang kabupaten Pekalongan dalam
mendeskripsikan bintang dengan bahasa tulis.
33
Apakah melalui pendekatan kontekstual dengan media gambar dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas II SDN 02 Pedawang kabupaten
Pekalongan dalam pembelajaran?
Bagaimana keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual?
34
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dalam pencapaian
tujuan tersebut di atas 70 dan dalam pembelajaran menulis setiap siswa
diharapkan dapat memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
bahasa Indonesia aspek menulis kelas II semester II yang telah dibuat dan
ditentukan oleh SDN 02 Pedawang kabupaten Pekalongan, yakni 70.
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengungkap suatu pendekatan atau model serta media pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas II SDN 02 Pedawang
kabupaten Pekalongan dalam mendeskripsikan binatang dengan bahasa
tulis.
Mengungkap suatu pendekatan atau model pembelajaran serta media yang
dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas II SDN 02 Pedawang kabupaten
Pekalongan dalam pembelajaran.
Mengetahui peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning).
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan dan
memperbaiki mutu pembelajaran menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa kelas II semester II dengan menggunakan media gambar binatang
melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam
pembelajaran, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia,
khususnya dalam aspek menulis. Dengan demikian, siswa dapat menyukai
kegiatan menulis dan dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam menuangkan
35
berbagai ide, gagasan, serta pengalamannya dalam sebuah tulisan imajinatif yang
dapat dinikmati oleh orang lain.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat memberikan
pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam membelajarkan bahasa
Indonesia pada aspek menulis, khususnya bagi siswa kelas rendah yang
membutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan
rasa nyaman dan rasa senang pada siswa pada saat pembelajaran. Dengan
demikian siswa dapat termotivasi dalam belajar dan akan berakibat pada
pencapaian prestasi belajar yang maksimal dan sesuai dengan harapan.
c. Bagi Sekolah
Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai tolok ukur dalam peningkatan dan
perbaikan mutu pembelajaran menulis di sekolah.
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
2. Hipotesis Tindakan
H. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
2. Perencanaan Tahap Penelitian
3. Tempat Penelitian
4. Subjek Penelitian
5. Data dan Sumber data
6. Teknik Pengumpulan data
7. Teknik Analisis data
8. Indikator Keberhasilan
36
I. JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
J. TIM PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PTK IPA SD
Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilaksanakan
guru dan siswa secara bersama-sama. Inti dari pembelajaran tersebut adalah terjadi proses
memberi dan menerima, diakhiri evaluasi yang sengaja dilakukan guru untuk mengetahui seberapa
Berdasarkan hasil pengamatan guru dalam proses belajar mengajar, mata pelajaran IPA, kurang
diminati siswa sebab dianggap sulit sehingga prestasi belajar siswa pada umumnya rendah. (Dyah
H. 2002).
Salah satu indikator rendahnya hasil belajar siswa pemanfaatan KIT IPA pada kegiatan belajar
pada mata pelajaran tersebut belum maksimal. Pada umumnya metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar IPA masih didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab dan pemberian
tugas. Sebaliknya strategi pembelajaran praktik dan demonstrasi oleh KIT IPA sering diabaikan,
37
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru perlu memanfaatkan KIT IPA. Dengan menggunakan
metode demonstrasi diharapkan siswa dapat berpartisipasi dan prestasi siswa dapat meningkat.
B. Indentifikasi Masalah
Mata pelajaran IPA di sekolah kurang diminati siswa karena dianggap menjenuhkan. Oleh karena
itu perlu upaya perbaikan managemen proses pembelajaran dengan metode dan pendekatan yang
tepat.
merupakan metode yang sesuai untuk meningkatkan prestasi siswa, khususnya pada
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar tentang konsep listrik.
E. Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PTK IPA SD
38
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar yang tinggi yang dicapai
menurut anak dalam mengejar sesuatu pada waktu tertentu. Sumartono (1992 : 18) dengan
demikian hasil belajar IPA dapat diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan hasil belajar yang
Menurut Wasty Sumanto, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi
Faktor stimulus.
Faktor individu.
Berikut ini akan dijelaskan secara garis besar mengenai ketiga faktor tersebut :
1. Faktor Stimulus
Yang dimaksud dengan faktor stimulus adalah segala hal di luar individu yang merangsang untuk
mengadakan reaksi atau perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang
diterima.
Metode mengajar guru sangat mempengaruhi terhadap belajar siswa, dengan kata lain metode
yang dipakai guru sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa.
metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. (Winarno
3. Faktor Individual
Selain kedua faktor di atas, faktor individual sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan
belajar siswa, bahwa pertumbuhan dan usia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Semakin dewasa individu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.
39
3. Tinjauan Tentang Metode Mengajar
Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Semua
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu,
Yang dimaksud dengan metode mengajar menurut T. Raka Joni dalam bukunya Strategi Belajar
Metode mengajar adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. (T. Raka Joni, 1980 : 783).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat,
bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara terarah, efisien dan sistematis untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
PTK IPA SD
Kegiatan penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan
harapan agar diperoleh data yang akurat dan diambil tindakan yang tepat.
Sukosari 01 kurang berminat belajar IPA dan hasil belajar mereka masih rendah, berdasarkan
masalah tersebut disusun perencanaan pembelajaran tentang konsep listrik dengan menggunakan
metode Demonstrasi.
Selama proses pembelajaran dilakukan observasi dan pengukuran hasil pembelajaran sebagai
40
bahan refleksi.
A. Subjek Penelitian
Subjek PTK ini adalah siswa-siswa kelas VI SD Negeri Sukosari 01 Kecamatan Kasembon Tahun
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama dan sesudah pembelajaran
berlangsung. Data hasil observasi dicatat sebagai catatan bebas. Data mengenai hasil belajar
siswa disaring melalui hasil tes, soal tersebut dibuat oleh guru sendiri. Data hasil tes ini diperlukan
Data hasil observasi pembelajaran dianalisa, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan
pengetahuan guru. Hasil belajar siswa dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar siswa yakni 80%
dari jumlah siswa sudah mencapai 70% taraf penguasaan konsep yang diberikan.
BAB I
PENDAHULUAN
PTK IPA SD
Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilaksanakan
guru dan siswa secara bersama-sama. Inti dari pembelajaran tersebut adalah terjadi proses
memberi dan menerima, diakhiri evaluasi yang sengaja dilakukan guru untuk mengetahui seberapa
Berdasarkan hasil pengamatan guru dalam proses belajar mengajar, mata pelajaran IPA, kurang
41
diminati siswa sebab dianggap sulit sehingga prestasi belajar siswa pada umumnya rendah. (Dyah
H. 2002).
Salah satu indikator rendahnya hasil belajar siswa pemanfaatan KIT IPA pada kegiatan belajar
pada mata pelajaran tersebut belum maksimal. Pada umumnya metode yang digunakan dalam
proses belajar mengajar IPA masih didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab dan pemberian
tugas. Sebaliknya strategi pembelajaran praktik dan demonstrasi oleh KIT IPA sering diabaikan,
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru perlu memanfaatkan KIT IPA. Dengan menggunakan
metode demonstrasi diharapkan siswa dapat berpartisipasi dan prestasi siswa dapat meningkat.
B. Indentifikasi Masalah
Mata pelajaran IPA di sekolah kurang diminati siswa karena dianggap menjenuhkan. Oleh karena
itu perlu upaya perbaikan managemen proses pembelajaran dengan metode dan pendekatan yang
tepat.
merupakan metode yang sesuai untuk meningkatkan prestasi siswa, khususnya pada
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar tentang konsep listrik.
E. Manfaat Penelitian
42
2. Bagi Murid : Pelajaran IPA lebih menarik dan menyenangkan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PTK IPA SD
Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar yang tinggi yang dicapai
menurut anak dalam mengejar sesuatu pada waktu tertentu. Sumartono (1992 : 18) dengan
demikian hasil belajar IPA dapat diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan hasil belajar yang
Menurut Wasty Sumanto, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi
Faktor stimulus.
Faktor individu.
Berikut ini akan dijelaskan secara garis besar mengenai ketiga faktor tersebut :
1. Faktor Stimulus
Yang dimaksud dengan faktor stimulus adalah segala hal di luar individu yang merangsang untuk
mengadakan reaksi atau perubahan, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang
diterima.
Metode mengajar guru sangat mempengaruhi terhadap belajar siswa, dengan kata lain metode
yang dipakai guru sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa.
metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. (Winarno
43
Surachmand, 1980 : 80)
3. Faktor Individual
Selain kedua faktor di atas, faktor individual sangat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan
belajar siswa, bahwa pertumbuhan dan usia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Semakin dewasa individu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.
Banyak metode mengajar digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Semua
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud tertentu,
Yang dimaksud dengan metode mengajar menurut T. Raka Joni dalam bukunya Strategi Belajar
Metode mengajar adalah cara, yang fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. (T. Raka Joni, 1980 : 783).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat,
bagaimana guru mengajar suatu materi pelajaran secara terarah, efisien dan sistematis untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
PTK IPA SD
Kegiatan penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan
harapan agar diperoleh data yang akurat dan diambil tindakan yang tepat.
44
Identifikasi masalah pembelajaran kelas ditemukan bahwa siswa-siswa kelas VI SD Negeri
Sukosari 01 kurang berminat belajar IPA dan hasil belajar mereka masih rendah, berdasarkan
masalah tersebut disusun perencanaan pembelajaran tentang konsep listrik dengan menggunakan
metode Demonstrasi.
Selama proses pembelajaran dilakukan observasi dan pengukuran hasil pembelajaran sebagai
bahan refleksi.
A. Subjek Penelitian
Subjek PTK ini adalah siswa-siswa kelas VI SD Negeri Sukosari 01 Kecamatan Kasembon Tahun
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama dan sesudah pembelajaran
berlangsung. Data hasil observasi dicatat sebagai catatan bebas. Data mengenai hasil belajar
siswa disaring melalui hasil tes, soal tersebut dibuat oleh guru sendiri. Data hasil tes ini diperlukan
Data hasil observasi pembelajaran dianalisa, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan
pengetahuan guru. Hasil belajar siswa dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar siswa yakni 80%
dari jumlah siswa sudah mencapai 70% taraf penguasaan konsep yang diberikan.
45