Anda di halaman 1dari 15

JURNAL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI POKOK ELASTISITAS


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) SISWA KELAS XI MIPA5 SMA NEGERI 21 BANDUNG

Oleh:
NUR WIDJAJANTI, S.Pd.
Guru Fisika SMA Negeri 21 Bandung
Email : widjajantinur@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Team Assisted Individualization
(TAI) pada materi pokok peluang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI
MIPA5 SMA Negeri 21 Bandung. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) pada siswa kelas XI MIPA5 semester satu di SMA Negeri 21
Bandung Tahun Pelajaran 2015-2016, dengan jumlah 36 siswa. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dokumen, observasi, dan tes evaluasi. Sedangkan indikator keberhasilan
dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar yaitu nilai rata-rata 70 dengan
ketuntasan klasikal 75%, keaktifan 70%.
Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam 2 (dua) siklus, setiap siklus ada 4 tahap yaitu
perencanaan (planning), tindakan (action), Pengamatan(observation), dan refleksi (reflection),
dan masing-masing siklus dilaksanakan dengan dua kali pertemuan, satu pertemuan diantaranya
untuk evaluasi siklus.Berdasarkan hasil penelitian bahwa Melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) materi pokok elastisitas
siswa kelas XI MIPA 5 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Fisika.Nilai keaktifan
siswa dari siklus 1 ke siklus II dalam pembelajaran semakin baik dan mengalami peningkatan.
Pada siklus 1 sebesar 68,87 % dan pada siklus II sebesar 81,02%, Pada siklus II nilai keaktifan
melebihi indikator keaktifan yang sudah di tetapkan yaitu sebesar 75%. Hasil nilai rata-rata
siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus 1 dengan nilai rata-rata
70,64 dan ketuntasan klasikal 66,67 %. Pada siklus 1 nilai rata-rata melebihi indikator yaitu 70
tetapi ketuntasan klasikal dibawah indikator, sehingga dilanjutkan ke siklus II. Hasil nilai rata-
rata siswa di siklus II sebesar 75,64 dan ketuntasan klasikal 91,67%. Pada siklus II nilai
ketuntasan klasikal melebihi dari indikator yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 75%. Dari dua
siklus tersebut terdapat ada peningkatan keaktifan siswa maupun hasil belajar setelah
diterapkannya model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Keberhasilan
penggunaan metode tersebut diharapkan bisa digunakan sebagai alternatif pendekatan
pembelajaran yang inovatif. Selanjutnya para guru dapat lebih berkreasi dalam menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Team Assisted Individualization (TAI), Elastisitas

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan mata pelajaran fisika dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara
lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses
inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

1
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran
fisika menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas 22 tahun 2006)
Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran fisika berdasarkan
pengalaman penulis dalam pengelola pembelajaran antara lain pelajaran fisika masih dianggap
siswa pelajaran yang sulit dan menakutkan, nilai hasil belajar fisika siswa cukup rendah,
motivasi belajar rendah. Cara penyampaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih sering
abstraktif dengan menggunakan metode ceramah, sehingga konsep konsep fisika lebih sulit
dipahami oleh siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa
dan mengakibatkan motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkankembangkan.
Fenomena umum yang dipaparkan diatas juga terjadi dikelas peneliti, berdasarkan
pengalaman peneliti mengajar fisika selama ini setelah dievaluasi khususnya pada materi pokok
Elastisitas, masih banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, belum terbiasa untuk
mengungkapkan pendapat, bahkan masih ada siswa yang tidak tertarik pada pelajaran fisika.
Keadaan ini mengakibatkan pada pelajaran fisika materi pokok Elastisitas masih kurang
maksimal, sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
materi juga masih lemah. Dilihat dari dokumen kelas XI MIPA5 SMA Negeri 21 Bandung
selama dua tahun terakhir, tahun 2014/2015 dan 2015/2016 pada waktu dilaksanakan evaluasi
materi pokok Elastisitas, nilai yang diperoleh belum tuntas dengan nilai rata rata 61 dan 57,17,
nilai tersebut masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi pokok Elastisitas
yaitu 70. Agar proses pembelajaran berhasil dan tercapainya tujuan pembelajaran maka seorang
guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang berbasis aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah guru harus menciptakan
suasana sehingga siswa aktif untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Inovatif
dimaksudkan dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide baru yang lebih baik. Kreatif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan kegiatan yang
beragam serta mampu membuat alat bantu yang sederhana yang dapat memudahkan pemahaman
siswa. Efektif yaitu selama pembelajaran berlangsung mewujudkan ketercapaian tujuan
pembelajaran, siswa menguasai kompetensi serta ketrampilan yang diharapkan. Menyenangkan
adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan nyaman. Bentuk pembelajaran tersebut
salah satunya menggunakan metode Team Assisted Individualization (TAI).
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di SMA Negeri 21 Bandung dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi
Pokok Elastisitas dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI) Siswa Kelas XI MIPA5 SMA Negeri 21 Bandung”

B. Rumusan Masalah
Bagaimana keaktifan siswa dengan penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada materi pokok Elastisitas? Apakah dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pokok Elastisitas? Bagaimana repon siswa setelah mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui keaktifan siswa dengan penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada materi pokok Elastisitas, mengetahui apakah dengan model

2
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil
prestasi belajar siswa dan mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI)

D. Manfaat Penelitian
Bagi Sekolah, dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran fisikadan bagi siswa,
memberikan pengalaman belajar agar lebih memahami konsep peluang.

TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur
belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan
siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus membangun
dalam pikirannya juga. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan langsung
dalam menerapkan ide mereka. Pembelajaran kooperatif atau cooperatif learning mengacu pada
metode pembelajaran, dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu
dalam belajar. Anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan tugas kelompok dan untuk
mempelajari materi itu sendiri. Slavin mengatakan bahwa
Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), merupakan kombinasi pembelajaran
kelompok dan individual. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-
kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian
bantuan dari guru secara individu bagi yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok
diharapkan pasa siswa dapat meningkatkan pikiran kritis, kreatif dan menunbuhkan rasa sosial
yang tinggi.
Langkah-langkah model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).
Model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization), kombinasi pembelajaran kelompok
yang dikembangkan oleh Slavin pada 1985 mempunyai langkah-langkah sebagai berikut.
Disampaikan tujuan pembelajaran, Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota kelompok
menggunakan lembar yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman satu
kelompok.Semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai
tanggung jawab bersama. Validasi kelas hasil diskusi kelompok.Guru memberikan
penilaian.Kesimpulan dan Penutup
Konsep Elastisitas dan Hukum Hooke

3
Materi yang dipelajari siswa dikelas XI MIPA5 semester 1 dengan Kompetensi Dasar : 3.2
Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari hari.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dalam bahasa Inggris disebut Classrom Action Research (CAR) dipakai untuk
memperbaiki pembelajaran dikelas tentang praktek praktek kependidikan mereka, pemahaman
mereka tentang praktek praktek tersebut dan situasi dimana praktek praktek tersebut
dilaksanakan (Kardiawarman, 2006).
Desain penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini merujuk pada model Kemmis dan
Taggart (dalam Arikunto 2010: 32), yang meliputi dua siklus dan dalam setiap siklusnya masing
masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu Merumuskan masalah dan merencanakan
tindakan Melaksanakan tindakan dan pengamatan/ monitoring Refleksi hasil
pengamatanPerubahan/ revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya ( penelitian
tindakan/ Action Research Depdikbud 1999:60).Desain tersebut jika divisualisasikan dalam
bentuk gambar penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart tampak pada gambar 3.1

Gambar Proses Penelitian Tindakan


C. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini kegiatan yang
berbentuk siklus dengan mengacu pada model Kemiss dan Mc Taggart (1999:56). Setiap siklus
terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu : perncanaan, tindakan pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Siklus I
a. Tahap perencanaan
Identifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru.Membuat RPP.Membuat Lembar Kerja
Siswa (LKS).Membuat soal tes siklus I beserta kuncinya.Menyiapkan lembar observasi aktivitas
siswa. Menyiapkan soal-soal untuk evaluasi siklus I
b. Tahap pelaksanaan tindakan
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran., guru menjelaskan materi elastisitas sesuai dengan
rencana pembelajaran.Guru membentuk kelompok yang beranggota 4 - 5 siswa secara acak.
Siswa diberikan LKS dan melakukan percobaan yang dibimbing guru.Setelah siswa mencatat
semua hasil pengamatan pada percobaan Guru berkeliling untuk membimbing siswa jika
masih ada siswa yang kesulitan dalam melakukan percobaan ataupun mengerjakan. Siswa
menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS secara individu, Siswa mengoreksi jawaban
teman sekelompoknya yang telah dijawab secara individu.Siswa berdiskusi dari jawaban

4
yang telah dikoreksi bersama teman sekelompoknya.Melalui diskusi kelompok, sesama
anggota kelompok membuat jawaban akhir kelompok.Sebagian kelompok mempresentasikan
hasil kelompoknya di depan kelas melalui perwakilan kelompok.
2) Siswa membuat kesimpulan dengan bantuan dan arahan guru.Siswa diberi kuis soal peluang
untuk dikerjakan secara individu.Sebagian siswa mengerjakan soal didepan kelas. Siswa dan
guru bersama-sama mengoreksi jawaban yang di tulis di depan kelas. Siswa diberikan
beberapa soal untuk diselesaikan di rumah secara individu.Pada akhir siklus I diadakan
evaluasi.
c. Tahap Observasi
Observasi atau pengamatan dilaksanakan saat proses belajar mengajar berlangsung. Aspek
yang diamati adalah sebagai berikut: Pengamatan tentang keaktifan siswa dalam
pembelajaran.Pengamatan siswa dalam melakukan percobaan.Pengematan siswa dalam
menyelesaikan tugas individu maupun kelompok.Keaktifan guru dalam membimbing siswa.
Keberhasikan guru dalam pengelolaan kelas. Ketepatan perencanaan pembelajaran dengan
tindakan kelas.
d. Tahap Refleksi
Hasil pada tahap pengamatan yaitu tentang siswa dalam menerima materi dan hasil evaluasi
setelah siklus I, juga tentang cara guru membimbing siswa, data yang sudah dikumpulkan
untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti. Kemudian peneliti dapat merefleksikan tentang
berhasil tidaknya siklus I yang telah dilakukan. Hasil siklus I digunakan untuk perbaikan-
perbaikan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Identifikasi dan klarifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam
kegiatan belajar mengajar. Memperbaiki kekurangan-kekurangan hasil refleksi siklus I.
Membuat RPP Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS). Membuat soal tes siklus I beserta
kuncinya.Menyiapkan lembar observasi untuk guru Menyiapkan lembar observasi aktivitas
siswa untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran. Menyiapkan soal-soal untuk
evaluasi siklus II
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan materi elastisitas. Guru membentuk
kelompok beranggota 4-5 siswa secara acak. Siswa diberikan LKS.Guru berkeliling untuk
membimbing siswa jika masih ada siswa yang kesulitan dalam melakukan percobaan
ataupun mengerjakan. Siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS secara individu,
Siswa mengoreksi jawaban teman sekelompoknya yang telah dijawab secara individu. Siswa
berdiskusi dari jawaban yang telah dikoreksi bersama teman sekelompoknya. Melalui diskusi
kelompok, sesama anggota kelompok membuat jawaban akhir kelompok. Sebagian kelompok
mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas melalui perwakilan kelompok. Siswa
membuat kesimpulan dengan bantuan dan arahan guru. Siswa diberi kuis soal elastisitas
untuk dikerjakan secara individu.Sebagian siswa mengerjakan soal didepan kelas. Siswa dan
guru bersama-sama mengoreksi jawaban yang di tulis di depan kelas. Siswa diberikan
beberapa soal untuk diselesaikan di rumah secara individu. Pada akhir siklus II diadakan
evaluasi.
c. Tahap Observasi
Aspek yang diamati adalah pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran, melakukan
percobaan, menyelesaikan tugas individu maupun kelompok. Keaktifan guru dalam
membimbing siswa. Keberhasikan guru dalam pengelolaan kelas. Ketepatan perencanaan

5
pembelajaran dengan tindakan kelas.
d. Tahap Refleksi
Hasil tahap pengamatan yaitu tentang siswa dalam menerima materi dan hasil evaluasi
setelah siklus II, juga tentang cara guru membimbing siswa, data yang sudah dikumpulkan
untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti. Kemudian peneliti dapat merefleksikan tentang
berhasil tidaknya siklus II yang telah dilakukan.
D. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 21 Bandung, yang beralamat di
Jalan Manjahlega No 29 Rancasawo Ciwastra Bandung. Direncanakan dilakukan pada
semester 1 bulan Juli sampai bulan Nopember 2016. Dilaksanakan melalui dua siklus untuk
melihat peningkatan hasil siswa dalam mengikuti mata pelajaran fisika materi elastisitas.
Subjek penelitian ini adalah kelas XI MIPA5 SMA Negeri 21 Bandung tahun pelajaran
2016/2017 jumlah siswa adalah 36 siswa. Laki laki 19 siswa dan perempuan 17 siswa.

E. Tehnik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data hasil belajar dan keaktifan siswa kelas
XI MIPA 5, diambil melalui lembar pengamatan.Tes hasil belajar atau achievement test ialah tes
yang dipergunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa.
Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran, pada siklus I dan siklus II

F. Tehnik Analisa Data


Data keaktifan siswa,Dengan menggunakan teknik deskriptif presentase
N
Persentase ( % )= ×100 %
n
% = presentase keaktifan siswa n = skor yang dicapai N = skor maksimal Kriteria penilaian.
<60% = keaktifan siswa kurang
60%-75% = keaktifan siswa cukup
> 75% = keaktifan siswa baik
Data hasil belajar siswa, untuk mengetahui hasil belajar siswa yang berupa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal menggunakan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal dengan
analisis kualitatif deskriptif . Adapun rumus yang digunakan adalah :
Ketuntasan individu dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu :
Jumlah skor yang diperoleh
persentase ( % )= ×100 %
Jumlah skor maksimal
Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif prosentase, yaitu
Jumlah siswa yang tuntas
: persentase= × 100 %
Jumlah seluruh siswa
H. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan acuan yang dapat
dirumuskan sebagai indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut : Keaktifan siswa ≥ 75%
Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 70 dan Ketuntasan klasikal ≥ 75 %.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Secara ringkas penulis gambarkan pelaksanaan penelitian dari
tiap siklus.
1) Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 September 2016 dan Selasa tanggal 13

6
September 2016, 2 kali pertemuan. Langkah-langkah dalam siklus I mulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Perencanaan tindakan
2) Meninjau kembali rancangan pembelajaran RPP yang telah disiapkan
3) Menyiapkan LKS siswa, soal kuis, soal evaluasi.
4) Menyiapkan alat bantu yang diperlukan
5) Menyiapkan lembar observasi aktifitas siswa dan guru
6) Membentuk kelompok dalam kelas.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru memotivasi dengan contoh kontekstual materi elastisitas yaitu orang yang menaruh
batu kecil pada karet ketapel dan menarik karet tersebut sehingga bentuk karet berubah. Ketika
orang tersebut melepaskan tarikannya, karet melontarkan batu ke depan dan karet ketapel segera
kembali ke bentuk awalnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran elasititas. Guru
menginstruksikan agar masing-masing peserta mengamati apa yang terjadi jika tarikan ketapel
dilepaskan, setelah itu guru bertanya apakah itu elastisitas. Kemudian Guru menjelaskan lagi
kepada seluruh siswa tentang hal tersebut diatas, sehingga seluruh siswa menjadi lebih jelas dan
semakin paham definisi dari elastisitas. Guru membagi siswa menjadi 6 (enam) kelompok
dengan anggota 5 - 6. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada masing-masing
kelompok. Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan kegiatan yang sudah dipandu di LKS.
Dengan mencatat semua hasil kejadian yang dilakukan setiap peserta. Hasil pengamatan dari
masing masing siswa di diskusikan dengan kelompoknya. Pada tahap konfirmasi beberapa siswa
yang merupakan perwakilan dari kelompoknya, mencatat hasil kesimpulan kelompok yang
terdapat di LKS di depan kelas. Guru mengklarifikasi langkah-langkah yang sudah ditunjukkan
oleh siswa di depan kelas.Dengan tanya jawab, guru dan siswa bersama-sama membuat suatu
kesimpulan untuk menjelaskan apa yang dimaksud stress dan strain. Di akhir pertemuan
diadakan kuis, untuk menambah pemahaman konsep tentang elastisitas. Melalui tanya jawab
guru memperkuat materi yaitu “elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke
bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan”. Kegiatan
penutup memberikan soal untuk dikerjakan di rumah. Adapun perincian hasil penilaian keaktifan
dan hasil belajar pada siklus I dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini :
Tabel 4.1 Perolehan Skor Keaktifan Siswa Siklus I
Jumlah Siswa Rata-rata Keaktifan Kriteria
36 68,87% Cukup

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Test dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus I
Jumlah Nilai Rata Jumlah Ketuntasan Belajar
Siswa rata Tuntas % Tidak Tuntas %
36 70,64 24 66,67 12 33,33%
%
Berdasarkan pada tabel 4.1, dapat dideskripsikan bahwa : kategori penilaian keaktifan
siswa dalam pembelajaran elastisitas dengan model TAI adalah cukup, dengan persentase
68,87% . Dan berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat kita deskripsikan bahwa peningkatan hasil
belajar fisika materi pokok elastisitas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) rata-ratanya mencapai nilai 70,64,dengan nilai KKM 70.

c. Hasil pengamatan observer

7
Pada siklus 1, observer melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Dari pengamatan
selama proses pembelajaran siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Observer mengamati aktivitas siswa ketika mengerjakan tugas individu dalam kelompoknya,
masih ada siswa main sendiri dan berbicara dengan teman, hal ini disebabkan LKS yang
diberikan oleh peneliti tidak semua anggota menerima.
2) Observer mencatat sebagian kelompok hanya seorang saja yang melakukan percobaan dan
mengisi LKS, sedang anggota yang lain tidak aktif hanya menonton, hal ini diakibatkan
media yang diberikan tidak mencukupi setiap anggota.
3) Sebagian kelompok terutama yang bertempat di belakang kurang aktif dalam melakukan
diskusi, dikarenakan peneliti kurang memperhatikan kelompok yang tempatnya agak jauh.
4) Kelompok untuk presentasi di depan kelas masih malu-malu dan enggan maju di depan kelas.
Kejadian ini dikarenakan tidak ada reword.
5) Siswa sebagian masih kesulitan menjawab dari pertanyaan yang disediakan, karena belum
menguasai cara menentukan titik sampel, ruang sampel ataupun nilai elastisitas kejadian.
6) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran kurang jelas.
7) Waktu yang diperlukan guru tidak cukup.
8) Adanya kerjasama dalam evaluasi.

d. Hasil Refleksi
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat kita deskripsikan bahwa peningkatan hasil belajar fisika
materi pokok elastisitasdengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) sebagian besar rata-ratanya mencapai nilai 70,64, Jika kita melihat
persentase ketuntasan belajar dengan nilai KKM 70. Maka kitapun dapat mendeskripsikan bahwa
sebagian besar (66,67% = 24 siswa) dapat membantu ketuntasan belajar siswa, biarpun hampir
setengahnya (33,33% = 12 siswa) merasa tidak terbantu untuk menuntaskannya.
Nilai keaktifan siswa kelas XI MIPA5 sebesar 68,87%. Kategori keaktifan siswa dalam
pembelajaran elastisitas adalah cukup. Melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat melakukan
sendiri percobaan yang dilakukan, dilanjutkan mengoreksi hasil percobaan dari teman
kelompok yang sudah mereka dapatkan. Dari bentuk seperti ini siswa dapat menghargai
pendapat antar teman. Dengan melalui diskusi kelompok maka akan ditemukan simpulan yang
diperoleh sebagai hasil kesuksesan kelompoknya yang mereka sepakati bersama kelompoknya.
Walaupun belum mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 75 %, namun kalau dibandingkan
dengan pembelajaran pada pra siklus sudah mengalami perubahan dan peningkatan aktifitas
belajar siswa kelas XI MIPA5.
Siswa sebagian sudah mulai mampu mengerjakan soal elastisitas dengan menggunakan
rumus modulus elastisitas. Hal ini ditandai dengan siswa sebagian besar sudah mampu
menentukan tahapan mengerjakan soal elastisitas dengan menuliskan diketahui, ditanyakan
dalam soal meskipun hasilnya belum optimal, serta beberapa anak yang sudah berani
mengerjakan soal di depan (papan tulis) dari perwakilan kelompok. Pemahaman ini dapat
ditunjukkan dari nilai rata-rata siklus I sebesar 70,64. Namun jika dilihat dari nilai yang
memperoleh nilai lebih atau sama dengan KKM, nilai persentasenya 66,67%, artinya siswa yang
mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 70 belum memenuhi indikator yang ditentukan yaitu
75%. Pada siklus I ini yang tuntas belajar 24 siswa dan yang belum tuntas belajar 12 siswa.
Untuk lebih jelasnya hasil keaktifan belajar, nilai rata - rata dan ketuntasan klasikal siswa pada
pelaksanaan siklus I dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2. Perbandingan Nilai Siklus 1 dengan Indikator

8
Instrumen Siklus 1 Indikator
Keaktifan belajar 68,87% 75%
Nilai rata-rata 70,64 70
Ketuntasan klasikal 66,67% 75%
Refleksi dilaksanakan setelah test evaluasi pada siklus I selesai, dan telah diketahui aktivitas
dan hasil belajar siswa. Guru mendiskusikan hasil pengamatan dan melakukan refleksi dengan
observer untuk menyimpulkan pelaksanaan siklus I. Dari hasil diskusi tesebut disimpulkan
bahwa perlu dilakukan siklus II karena yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan KKM
dalam hal ini disebut ketuntasan klasikal belum mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan
pada indikator, serta merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk perbaikan siklus
II. Adapun rancangan tindakan siklus II untuk memperbaiki siklus I adalah:
1) Setiap siswa sebagai anggota kelompok mendapatkan Lembar Kerja (LKS)
2) Siswa dapat melakukan percobaan dengan menggunakan alat/media sedemikian hingga
cukup untuk setiap anggota kelompok.
3) Guru berkeliling untuk memfasilitasi serta mengarahkan pada anggota maupun kelompok
yang kesulitan.
4) Reword pada semua siswa yang melaksanakan presentasi di depan kelas.
5) Guru membimbing dan mengarahkan anggota kelompok dalam menentukan cara dan
langkah-langkah untuk menentukan modulus elastisitas.
6) Guru hadir di kelas untuk proses pembelajaran tepat waktu.
7) Suara saat guru menjelaskan, mengarahkan, ataupun pembimbingan yang bersifat klasikal
harus mampu didengar dengan jelas pada setiap siswa.
8) RPP harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia serta memanfaatkan waktu
secara maksimal dan efisien.
2. Siklus II
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada`siklus II adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Mempersiapkan RPP, Menyusun Lembar Kerja Siswa, Menyiapkan kelompok siswa, Menyusun
serta membuat soal kuis siklus II,Menyusun dan membuat kunci serta penskoran evaluasi,
Mempersiapkan lembar pengamatan siswa, pengamatan guru, tata cara pelaksanaan evaluasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan berdasarkan hasil reflesi pada siklus I, Siklus I
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 September 2016 dan Selasa tanggal 27 September
2016. Guru melakukan apersepsi sebagai pra syarat dimulai pelajaran dengan menanyakan
materi sebelumnya tentang tegangan, regangan dan modulus elastisitas. Guru memberikan
motivasi dengan mengkontektualkan materi, yaitu dengan mengingat kembali pertanyaan pada
siklus I, hubungan tegangan dan regangan. Pertanyaan yang muncul adalah hubungan antara
tegangan, regangan dan modulus elastisitas .. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu
dibuktikan dengan percobaan elastisitas, yang akan dilaksanakan. Langkah berikutnya adalah
menyampaikan tujuan pembelajaran siklus II yaitu hukum Hooke dan pembentukan kelompok
sama pada siklus I, siswa membentuk formasi tempat duduk.
Guru membagikan LKS pada setiap siswa dalam satu kelompok, dan menyiapkan alat
percobaan elastisitas. Guru menginstruksikan agar masing-masing siswa melakukan pecobaan
sesuai dengan langkah langkah yang diberikan. Guru meminta masing-masing anggota peserta
mengerjakan LKS yang telah disediakan. Guru membimbing dan mengarahkan bagi
siswa/peserta kelompok yang masih kesulitan dalam melaksanakan percobaan atau menjawab

9
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Setelah masing-masing anggota kelompok
mengerjakan LKS, maka antar anggota kelompok saling mengoreksi jawaban untuk didiskusikan
kelompok. Pada konfirmasi beberapa siswa yang merupakan perwakilan dari kelompoknya,
mempresentasikan hasil percobaan yang terdapat di LKS di depan kelas. Selesai presentasi guru
menguatkan melalui pendapat kelompok lain. Guru mengklarifikasi dengan jawaban kelompok
lain, guru bertanya kepada salah satu peserta kelompok dan menyatakan kalau sudah paham.
Dengan tanya jawab, guru dan siswa bersama-sama membuat suatu kesimpulan tentang cara
menyelesaikan soal hukum hooke. Pada akhir pertemuan diadakan test akhir, untuk menambah
pemahaman konsep tentang hukum hooke. Adapun hasil penilaian keaktifan belajar siswa dan
hasil tes belajar dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5
Tabel 4.4 Perolehan Skor Keaktifan Siswa Siklus II
Jumlah Siswa Rata-rata Keaktifan Kriteria
36 81,02% Baik

Tabel 4.5 Perolehan Nilai Test dan Ketuntasan Belajar Pada Siklus II
umlah Nilai Jumlah Ketuntasan Belajar
Siswa Rata rata Tuntas % Tidak Tuntas %
36 75,64 33 91,67 3 8,33%
%
b. Hasil observasi
Dari pengamatan Guru selama proses pembelajaran siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Siswa terlihat antusias dan aktif dalam mengikuti Kegiatan pembelajaran.
2) Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok.
3) Siswa sudah tidak malu-malu atau canggung dalam mengerjakan atau mempresentasikan di
depan kelas.
4) Siswa dapat mengerjakan soal dengan lengkap dan benar.
5) Siswa terlihat begitu aktif dalam bertanya.
6) Guru masuk tepat waktu dengan kondisi kelas sudah rapi dan bersih.
7) Adanya perhatian secara merata pada semua siswa.
8) Pemberian reword kepada siswa yang hasilnya tertinggi dan sangat aktif.
9) Suara guru di kelas cukup jelas didengar oleh semua siswa di kelas.
Berdasarkan tabel 4.3, dapat disimpulkan siswa sudah dapat menguasai konsep elastisitas, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang dapat mengerjakan soal, serta sebagian besar sudah
berani mengerjakan soal di depan (papan tulis). Keberhasilan menguasai konsep ini dapat
ditunjukkan dari nilai rata-rata siklus II sebesar 75,64 indikator yang ditetapkan yaitu 70.
Sedangkan prosentase ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 91,67 %. Jika diukur dengan
indikator yang ditentukan yaitu 75%, maka ketuntasan klasikal pada siklus II ini sudah melebihi
indikator. Jika dibandingkan dengan ketuntasan klasikal pada siklus I sudah mengalami kenaikan
yang signifikan. Pada siklus II ini siswa tuntas 33 siswa dan yang belum tuntas 3 siswa. Secara
keseluruhan pelaksanaan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar, nilai rata-
rata dan ketuntasan klasikal dalam materi elastisitas, pada siklus II semua indikator yang
ditentukan sudah dipenuhi bahkan diatasnya, oleh karena itu penelitian cukup sampai pada siklus
II. Untuk lebih jelasnya hasil keaktifan belajar, nilai rata- rata dan ketuntasan klasikal siswa pada
pelaksanaan siklus II dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Siklus II dengan Indikator

10
Instrumen Siklus II Indikator
Keaktifan belajar 81,02% 75%
Nilai rata-rata 75,64 70
Ketuntasan klasikal 91,67% 75%

Hasil refleksi pada siklus II hasilnya sebagai berikut:


Guru mampu menerapkan model pembelajaran (TAI) Team Assisted Individualization dalam
meningkatkan kemampuan siswa pada materi elastisitas, Keaktifan siswa meningkat secara
maksimal dan nilai rata-rata siswa meningkat melebihi indikator keberhasilan.
B. Respon Keaktifan Siswa
Tabel 4.5 Rekapitulasi Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
N Ya Ya Tidak Tidak
Pernyataan
O Siklus II Siklus II Siklus I Siklus II
1. Senang Pembelajaran TAI 23 (63,89%) 34(94,44%) 13(36,11%) 2(5,56%)
2. Mudah Paham 21(58,33%) 33 (91,67%) 15(41,67%) 3(8,33%)
3. Mudah menemukan Jawaban 25(69,44%) 32(88,89%) 11(30,56%) 4(11,11%)
4. Senang saat diskusi 27 (75%) 34 (94,44%) 9 (25%) 2 (5,56%)
5. Mudah mengerjakan Soal 21 (58,33%) 33 (91,67%) 15 41,67%) 3 (8,33%)
Dari tabel 4.5 di atas dapat di deskripsikan pada siklus I
1. Dari pernyataan pertama terdapat 23 siswa (63.89%) yang senang kegiatan pembelajaran
Elastisitas dengan model Pembelajaran (Team Assisted Individualization) TAI , dan masih
ada 13 siswa (36.11%) yang tidak senang kegiatan pembelajaran Elastisitas dengan model
Pembelajaran (Team Assisted Individualization) TAI. Tindakan yang akan dilakukan pada
siklus II adalah meningkatkan bimbingan dan motivasi siswa.
2. Dari pernyataan kedua terdapat 21 siswa (58,33%) yang menyatakan mudah paham materi
pokok elastisitas dengan model Pembelajaran (Team Assisted Individualization) TAI, dan 15
siswa (41,67%) yang menyatakan tidak paham materi pokok elastisitas dengan model
Pembelajaran(Team Assisted Individualization) TAI.
Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah meningkatkan motivasi siswa,
memberikan bimbingan individual kepada siswa yang membutuhkan.
3. Dari pernyataan ketiga terdapat 25 siswa (69,44%) yang menyatakan mudah dalam
menemukan jawaban soal Elastisitas dengan model Pembelajaran (Team Assisted
Individualization) TAI, dan 11 Siswa (30,56%) yang menyatakan tidak mudah dalam
menemukan jawaban pada soal elastisitas dengan model Pembelajaran TAI. Tindakan yang
akan dilakukan pada siklus II adalah mengoptimalkan bimbingan kepada setiap kelompok,
dan memberikan bimbingan individual kepada siswa yang membutuhkan.
4. Dari pernyataan keempat terdapat 27 siswa (75,00%) yang merasa senang melakukan
diskusi kelompok, dan 9 siswa (25%) yang merasa tidak senang melakukan percobaan dan
diskusi. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah mengoptimalkan bimbingan
kepada setiap kelompok, dan memberikan bimbingan individual kepada siswa yang
membutuhkan.
5. Dari pernyataan kelima terdapat 21 siswa (58,33%) yang menyataan mudah mengerjakan
soal yang berhubungan dengan materi pokok elastisitas, dan 15 siswa (41,67%) tidak dapat
mengerjakan soal setelah kegiatan dengan model Pembelajaran (Team Assisted
Individualization) TAI. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah

11
mengoptimalkan bimbingan kepada setiap kelompok, dan mengoptimalkan tutor sebaya.
Dari tabel 4.4 di atas dapat di deskripsikan pada siklus II
1. Dari pernyataan pertama terdapat 34 siswa (94,44%) senang dengan pembelajaran model
(Team Assisted Individualization) TAI, dan 2 siswa (5,55%) yang tidak senang kegiatan
pembelajaran model Pembelajaran TAI.
2. Dari pernyataan kedua terdapat 33 siswa (91,67%) yang menyatakan mudah paham materi
pokok elastisitas dengan model Pembelajaran TAI, dan 3 siswa (8,33%) yang menyatakan
tidak mudah memahami materi pokok elastisitas dengan model Pembelajaran (Team
Assisted Individualization) TAI.
3. Dari pernyataan ketiga terdapat 32 siswa (88,89%) yang menyatakan mudah dalam
menemukan jawaban soal elastisitas dengan model Pembelajaran TAI, dan 4 Siswa
(11,11%) yang menyatakan mudah dalam menemukan jawaban soal Elastisitas dengan
model Pembelajaran TAI.
4. Dari pernyataan keempat terdapat 34 siswa (94,44%) yang merasa senang melakukan
diskusi kelompok dan 2 siswa (5,55%) yang merasa tidak senang melakukan diskusi
kelompok.
5. Dari pernyataan kelima terdapat 33 siswa (91,67%) yang menyataan mudah mengerjakan
soal yang berhubungan dengan materi pokok elastisitas, dan 3 siswa (8,33%) tidak mudah
mengerjakan soal yang berhubungan dengan materi pokok elastisitas setelah kegiatan
pembelajaran dengan model Pembelajaran TAI.
Berdasarkan hasil respon keaktifan siswa pada siklus II, maka dapat disimpulkan :
1. Pada umumnya 34 siswa (94,44%) senang dengan pembelajaran model (Team Assisted
Individualization) TAI.
2. Pada umumnya 33 siswa (91,67%) mudah paham materi pokok elastisitas dengan model
Pembelajaran (Team Assisted Individualization) TAI.
3. Pada umumnya 32 siswa (88,89%) mudah dalam menemukan jawaban soal Elastisitas
dengan model Pembelajaran (Team Assisted Individualization) TAI.
4. Pada umumnya 34 siswa (94,44%) merasa senang melakukan diskusi kelompok, yang
merupakan tahapan dari model Pembelajaran TAI.
5. Pada umumnya 33 siswa (91,67%) menyataan mudah mengerjakan soal yang berhubungan
dengan materi pokok elastisitas .
Refleksi siklus II
Dari pengamatan dan catatan observer pada siklus II
1. Guru sudah melakukan KBM sesuai dengan skenario.
2. Guru sudah memperhatikan siswa secara menyeluruh, sehingga semua kelompok melakukan
kegiatan diskusi dan melaporkan hasil diskusi sesuai dengan waktu yang dijadwalkan
3. Guru sudah optimal memberikan bimbingan kepada siswa serta memperbanyak latihan soal
dan tugas, sehingga ketuntasan belajar meningkat.
4. Guru sudah memperhatikan semua kelompok dan bimbingan secara optimal sehingga pada
umumnya semua kelompok merasa senang melakukan diskusi.
5. Guru sudah mengarahkan/ membimbing siswa untuk memperbanyak latihan soal sehingga
pada umumnya bisa menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan materi pokok
elastisitas.

C. Pembahasan
Nilai rata-rata siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus 1 dengan

12
nilai rata-rata 70,64 dan ketuntasan klasikal 66,67 %. Pada siklus 1 nilai rata-rata melebihi
indikator yaitu 70 tetapi ketuntasan klasikal dibawah indikator, sehingga dilanjutkan ke siklus
II. Nilai rata-rata siswa di siklus II sebesar 75,64 dan ketuntasan klasikal 91,67%. Pada siklus II
nilai ketuntasan klasikal melebihi dari indikator yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 75%.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I siswa kurang terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Masih ada siswa yang bermain sendiri, berbicara dengan teman
sebelahnya dan masih ada yang tidak bertanya dan belum memahami bagaimana cara
menentukan hal- hal yang berhubungan dengan cara menentukan nilai elastisitas suatu kejadian
meskipun hasilnya belum optimal dan banyak siswa yang tuntas, serta beberapa siswa sudah
berani mengerjakan soal di depan (papan tulis). Hal ini juga ditunjukkan dengan persentase
keaktifan sebesar 68,87%, nilai rata-rata 70,64 dan ketuntasan klasikal 66,67%. Siswa yang
tuntas 24 siswa dan yang belum tuntas 12 siswa.
Pada siklus II siswa sudah semuanya terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hampir semua
peserta relatif aktif, tidak bermain sendiri dan berbicara dengan teman sebelahnya. Siswa secara
individu hampir keseluruhan terlihat aktif bertanya dan menguasai konsep bagaimana cara
menentukan nilai elastisitas suatu kejadian, serta sebagian besar siswa sudah berani
mengerjakan soal di depan (papan tulis). Hal itu dapat dilihat dari persentase keaktifan sebesar
81,02%, nilai rata-rata sebesar 75,64 dan ketuntasan klasikal sebesar 91,67%. Pada siklus II ini
yang tuntas belajar 33 siswa dan yang belum tuntas belajar 3 siswa.
Jadi secara keseluruhan dari siklus I dan siklus II, pelaksanaan proses pembelajaran materi
pokok elastisitas menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar, nilai rata- rata dan
ketuntasan klasikal, sehingga pada siklus II semua indikator yang ditentukan sudah dipenuhi
bahkan diatasnya, oleh karena itu penelitian cukup sampai di siklus II. Untuk lebih jelasnya hasil
keaktifan belajar, nilai rata- rata dan ketuntasan klasikal siswa pada siklus I dan siklus II dapat
dilihat dalam table 4.7 dan grafik 4.3 berikut:
Tabel 4.7. Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan Siklus II
Instrumen Siklus I Siklus II Indikator
Keaktifan belajar 68,87% 81,02% 75%
Nilai rata-rata 70,64 75,64 70
Ketuntasan klasikal 66,67% 91,67% 75%
Grafik 4.1 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan Siklus II
Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II

100
90
80
70
Persentase

60
50
40
30
20
10
0
Keaktifan belajar Nilai rata-rata Ketuntasan
klasikal
Tabel 4.8 Perbandingan Jumlah Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan Siklus II dan Indikator

13
Instrumen Siklus I Siklus II Indikator
Jumlah Tuntas 24 33
Jumlah tidak Tuntas 12 3
Jumlah Siswa 36 36
Ketuntasan Klasikal 66,67% 91,67% 75%
Grafik 4.3 Perbandingan Jumlah Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan Siklus II dan Indikator
91.67
100
75
80 66.67

60
33
40 24
12
20 3
0
Siklus I Siklus II Indikator

Jml Tuntas Jml Tdk Tuntas Ketuntasan


SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Fisika siswa kelas XI MIPA5.
2. Nilai keaktifan siswa dari siklus 1 ke siklus II dalam pembelajaran semakin baik dan
mengalami peningkatan. Pada siklus 1 sebesar 68,87 % dan pada siklus II sebesar 81,02%,
Pada siklus II nilai keaktifan melebihi indikator keaktifan yang sudah di tetapkan yaitu
sebesar 75%.
3. Hasil nilai rata-rata siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus 1
dengan nilai rata-rata 70,64 dan ketuntasan klasikal 66,67 %. Pada siklus 1 nilai rata-rata
melebihi indikator yaitu 70 tetapi ketuntasan klasikal dibawah indikator, sehingga dilanjutkan
ke siklus II. Hasil nilai rata-rata siswa di siklus II sebesar 75,64 dan ketuntasan klasikal
91,67%. Pada siklus II nilai ketuntasan klasikal melebihi dari indikator yang sudah ditetapkan
yaitu sebesar 75%.
4. Meningkatkan respon siswa, terutama sikap terhadap pembelajaran fisika yang meliputi rasa
senang belajar, rasa suka kegiatan pembelajaran, pengetahuan, kemudahan dalam
pembelajaran dan kenyamanan dalam pembelajaran. Namun demikian masih terdapat siswa
(8,33%) yang merasa tidak nyaman dalam belajar.
Saran
Bagi guru, pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat menjadi pertimbangan
dalam pembelajaran untuk menjadikan motivasi, inovasi dan variasi pada proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Aziz, Saleh Abdul dan Abdul Aziz abdul Majid, Tarbiyah wa Turuqu Tadris, jilid I, Mesir:
Darul Ma’arif, 1968
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Djubaedi, Dedi, Lesson Study untuk Madrasah Panduan Implementasi, Jakarta : Training on

14
Lesson Study, 2011.
Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013 .
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Slavin, Robert E., Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice, London: Allym and
Bacon, 1995.

15

Anda mungkin juga menyukai