Anda di halaman 1dari 26

PELANGGARAN HAM DI PALESTINA

Disusun oleh :
1. WAHYU SAPUTRA
2. AYU
3. AGUS RIWANTO
4. LIA MELDAWATI
5. RETNO MUGI ASTONO
KELAS X IPS 1

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BANYUMAS


KABUPATEN PRINGSEWU
2014

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwr. wb.

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

hasil karya tulis ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda yang telah mendukung dan mendidik dengan penuh kasih

sayang

2. Bapak Edi Purnomo, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Banyumas

3. Bapak Eko Wahyudi, S.Pd selaku Wali Kelas X IPS 1

4. Ibu Putri Pertiwi, S.Pd. selaku Guru Pembimbing

5. Bapak Ibu Dewan Guru SMAN 1 Banyumas

6. Teman-teman dan sahabatku khususnya X IPS 1

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Banyumas, 23 September 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ..................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

Bab II Isi

2.

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 5

B. Pembahasan Masalah..................................................................................... 11

Bab III Kesimpulan dan Saran

3.

A. Kesimpulan ................................................................................................... 20

B. Saran ............................................................................................................. 20

Daftar Pustaka

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak asasi manusia adalah suatu konsepsi mengenai pengakuan atas harkat

dan martabat manusia yang dimiliki secara alamiah yang melekat pada setiap

manusia tanpa perbedaan bangsa, ras, agama dan jenis kelamin. Dalam pengertian

universal hak asasi manusia diartikan sebagai hak dan kebebasan dasar manusia

yang secara alamiah melekat pada diri manusia dan tanpa itu manusia tidak dapat

hidup secara wajar sebagai manusia.

Dalam buku ABC Teaching of Human Rights yang dikeluarkan oleh PBB

didefinisikan sebagai “Those rights which are inherent in our nature and without

which we can not live as human being” (Hak-hak yang melekat secara kodrati pada

manusia yang tanpa itu tidak dapat hidup sebagai layaknya seorang manusia).

Sementara itu, dalam Preambule Perjanjian Internasional Hak Sipil dan

Politik dirumuskan sebagai “These rights derive from the inheren dignity of the

human person” (Hak-hak yang berasal dari martabat yang melekat pada manusia).

Dewan Pertahanan Keamanan Nasional mengajukan tiga tolak ukur untuk

menentukan hak dasar manusia yang fundamental ialah, pertama hak yang bersifat

sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, kedua hak yang terkait dengan

kelangsungan eksistensi manusia, dan ketiga hak yang bersifat universal.

1
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada jati diri manusia

secara kodrati dan secara universal, dan berfungsi menjaga integritas

keberadaannya, berkaitan dengan hak atas hidup dan kehidupan, keselamatan,

keamanan, kemerdekaan, keadilan, kebersamaan dan kesejahteraan sosial sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh

siapapun.

Dalam Vienna Declaration and Programme of Action hak asasi

manusia diartikan sebagai :“ that all human rights derive from the dignity and worth

inherent in the human person, and that the person is the central subject of human

rights and fundamental freedom, and consequently should be the principal

beneficiary and should participate actively in the realization of these rights and

freedom.” (Bahwa semua hak asasi manusia berasal dari martabat dan pantas

melekat dalam manusia, dan bahwa manusia adalah sentral subjek dari hak asasi

manusia dan kemerdekaan dasar, secara konsekwen harus menjadi pewaris

terpenting dan harus berpartisipasi secara aktif dalam merealisasikan dari hak-hak

dan kebebasan).

Pasal 1 Universal Declaration of Human Rights merupakan suatu

pernyataan umum mengenai martabat yang melekat dan kebebasan serta persamaan

manusia yang menunjukkan nilai normatif konsep hak asasi manusia. Pasal 1

Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa setiap manusia

dilahirkan merdeka dan setara dalam martabat dan hak mereka.

2
Mereka di karuniai akal serta nurani dan harus saling bergaul dalam

semangat persaudaraan.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

memberi pengertian tentang hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang

melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum ,pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.

Perang antara Israel dan Palestina telah berlangsung lama, dimulai tahun

1955 ketika Israel pertama kali menduduki tanah Palestina. Selama itu pula

kekerasan, penindasan, pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi. Untuk itulah

kami menyusun makalah yang berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di

Palestina”,untuk memberikan informasi tentang berbagai bentuk pelanggaran HAM

yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka tulisan ini bermaksud

untuk membahas permasalahan sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk Pelanggaran HAM apa saja yang telah dilakukan Israel terhadap

warga Palestina.

2. Adakah upaya dunia internasional untuk menghentikan dan meyelesaikan

3
konflik antara Israel dan Palestina ?

4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan dilakukannya penulisan ini

adalah:

1. Menjelaskan bentuk-bentuk pelanggaran HAM yang telah dilakukan oleh Israel

kepada penduduk sipil Palestina.

2. Upaya-upaya dunia internasional dalam mengupayakan perdamaian antara Israel

dan Palestina.

Adapun manfaat dari penulisan ini terdiri dari dua hal, yaitu :

1. Penulisan makalah ini diharap dapat memberikan gambaran atas bentuk-bentuk

pelanggaran hak asasi manusia yang dialami warga sipil Palestina dan

bagaimana upaya dunia internasional untuk memberikan perlindungan terhadap

hak asasi manusia warga sipil Palestina dengan mengacu pada pengaturan dalam

hukum internasional .

2. Penulisan ini bermanfaat untuk menjadi suatu bahan referensi bagi pembaca

pada umumnya dalam menambah pengetahuan terutama di bidang hukum

internasional.

5
BAB II

ISI

A. Tinjauan Pustaka

Manusia sebagaimana diakui hukum merupakan subjek hukum pada saat itu

sebenarnya hukum secara formal mengakui hak asasi manusia, sehingga persoalan

hukum dan hak asasi manusia adalah satu, dalam arti hukum yang memberi

pengayoman, kedamaian serta ketenteraman manusia bermasyarakat dan

bernegara. Hal ini berarti ada hukum yang sekedar ada untuk menunjuk bahwa

aturan hukum yang dipakai dalam suatu negara.

Kita menyadari sepenuhnya bahwa persoalan hukum dan menegakkan

hukum, saat ini dalam proses, baik dalam arti nasional maupun hukum internasional,

hal ini sama persoalannya dengan hak asasi manusia, yang juga dalam proses atau

dalam perjuangan. Sejauh mana perjuangan menegakkan hukum dan menegakkan

hak asasi manusia berhasil, kiranya sangat tergantung dengan kesadaran umat

manusia sendiri, terutama para negarawan nasional dan internasional.

Persoalan hak asasi manusia kalau dikaji lebih jauh akan sampai pada satu

area bidang politik tiap-tiap negara yang kadang-kadang sudut pandangan masing-

masing negara berbeda dengan aplikasi yang berbeda pula. Hal ini disadari sekali

oleh para ahli hukum internasional, karena itulah dengan cara yang sabar dan

perundingan terus menerus diusahakan adanya satu konsensus Internasional dalam

6
menegakkan hak asasi manusia di seluruh dunia.

Konsensus Internasional tersebut sudah dituangkan dalam satu konvensi

internasional yaitu dalam Vienna Convention on The Law of Treaties tanggal 23

Mei 1969 yang diharapkan merupakan sarana semua anggota Perserikatan PBB

untuk mengadakan komunikasi dengan dasar etiket baik (good faith and pacta sunt

servanda), sehingga setiap pihak yang menghadapi persoalan dapat

menyelesaikannya melalui perjanjian.

Hak asasi manusia adalah hak yang sangat esensial dalam kehidupan

manusia, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hak asasi manusia harus dihargai

dalam segala aspek kehidupan, baik dalam lapangan hukum, sosial, budaya, politik,

ekonomi dan lain sebagainya.

Hukum humaniter yang merupakan cabang dari hukum internasional,

sekarang dapat diartikan sebagai komponen hak asasi manusia di dalam hukum

perang. Hukum ini lebih tua usianya dibandingkan dengan hukum hak asasi

manusia. Perkembangannya yang modern dapat ditelusuri dari serangkaian gagasan

yang dikemukakan oleh Swiss pada abad ke-19 yang kemudian melahirkan

perjanjian internasional mengenai aturan-aturan kemanusiaan yang diterapkan

dalam melakukan peperangan.

Gagasan ini telah melahirkan Konvensi Jenewa 1864 yang ditujukan untuk

melindungi tenaga-tenaga medis dan rumah sakit serta mengharuskan

penampungan dan perawatan kombatan yang luka dan sakit. Konvensi ini

7
kemudian diikuti oleh Konvensi Hague III tahun 1899 yang berisikan aturan-aturan

kemanusiaan bagi peperangan di laut. Konvensi-konvensi ini kemudian diperbaiki

dan disempurnakan beberapa kali, yang kemudian sekarang merupakan suatu hukum

yang secara lengkap mencakup hampir semua aspek sengketa bersenjata yang

modern. Kesemuanya itu dituangkan ke dalam Konvensi Jenewa 1949 dengan dua

protokolnya.

Walaupun hukum humaniter modern lebih dahulu lahir dibandingkan dengan

hukum hak asasi manusia internasional, namun pengaruh hukum HAM dapat

ditemukan di dalam hukum humaniter. Sebagai contoh, protokol-protokol yang lahir

kemudian mencerminkan asas-asas hukum hak asasi manusia modern. Perlu dicatat

bahwa degoration clauses dari hukum hak asasi manusia internasional diambil dari

hukum humaniter, termasuk juga kewajiban-kewajiban para negara peserta. Dengan

demikian, hukum HAM internasional modern mencakup juga hukum humaniter,

yang berupaya untuk memberikan perlindungan terhadap manusia baik dalam

keadaan damai maupun perang.

Doktrin intervensi humaniter yang dikemukakan oleh Grotius pada abad

ke-17 dan diikuti oleh banyak pendukungnya, diartikan sebagai penggunaan

kekuatan yang sah yang dilakukan oleh suatu atau beberapa negara terhadap

negara lainnya guna menghentikan perlakuan yang menyimpang terhadap warga

negaranya, khususnya terhadap perlakuan brutal dan berskala besar yang

bertentangan dengan keyakinan masyarakat bangsa-bangsa. Doktrin ini pada

8
kenyataannya sering disalahgunakan oleh negara-negara besar tertentu untuk

menginvasi atau mengokupasi negara-negara yang lebih lemah. Namun demikian,

doktrin ini merupakan pernyataan pertama yang membatasi kebebasan negara

berdasarkan hukum internasional dalam memperlakukan warga negaranya.

Berdasarkan doktrin ini pula, suatu organisasi internasional atau kelompok negara-

negara menggunakan kekuatannya untuk mengakhiri suatu pelanggaran berat

terhadap hak asasi manusia di suatu negara.

Dewasa ini, Dewan Keamanan PBB sering mengambil tindakan terhadap

negara-negara yang dianggap telah melakukan pelanggaran berat terhadap hak

asasi manusia dengan memperkenankan penggunaan tindakan pemaksaan

berdasarkan Bab VII Piagam PBB.

Ketentuan ini hanya berlaku terhadap keadaan yang mengancam

atau membahayakan perdamaian dan terhadap tindakan agresi. Karena resolusi-

resolusi yang mengesahkan tindakan Dewan Keamanan tersebut secara hukum

dan secara factual masih dianggap mendua (ambiguous), maka tindakan

tersebut masih sulit untuk dikatakan sebagai suatu versi modern dari doktrin

intervensi humaniter secara kolektif. Namun demikian, dapatlah dikatakan bahwa

peran Dewan Keamanan tersebut telah mengarah ke sana. Pendirian Pengadilan

Internasional untuk Bekas Yugoslavia oleh Dewan Keamanan yang dimaksudkan

untuk mengadili orang- orang yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap

kemanusiaan, pembunuhan massal, dan kejahatan perang di wilayah tersebut, dapat

9
pula dianggap sebagai suatu bentuk modern dari intervensi humaniter secara kolektif

terhadap pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia.

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan

pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok

orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian

yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak

asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang

dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan

hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran

HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara

baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang

yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn

tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku.

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran

kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau

institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis

dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

10
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

1. Pembunuhan masal (genosida)

Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud

untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok

bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan

(UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM)

2. Kejahatan Kemanusiaan

Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan

berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil

seperti pengusiran penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan,

perbudakkan dll.

b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

1. Pemukulan

2. Penganiayaan

3. Pencemaran nama baik

4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

5. Menghilangkan nyawa orang lain

11
B. Pembahasan Masalah

Kita tidak akan pernah tahu kapan konflik berkepanjangan antara israel

dengan palestina itu bisa berakhir. Sejak tahun 1955, Israel sudah menduduki tanah

palestina. Selama itu pula, mereka melakukan perang dengan palestina, gencatan

senjata, perang, dan begitu seterusnya. Kita ingat kembali satu peristiwa di tahun

1967, tepatnya tanggal 5 - 10 Juni di mana terjadinya perang enam hari antara Arab

– Israel akibat komunitas pemukim Israel sisa dari pembantaian “holocaust” Nazi

Jerman memproklamirkan kemerdekaannya dan disetujui oleh Amerika Serikat dan

Uni Soviet, namun bagi Arab hal itu adalah ilegal karena didirikan sebelum

sengketa wilayah antara Israel dan Arab Palestina benar-benar selesai.

Banyak yang terjadi seusai Perang Enam Hari tersebut yang mengubah nasib

bangsa Palestina. Berbagai konflik bersenjata semakin memanas mewarnai

"hubungan" Palestina dan Israel. Namun, perlu juga dicatat bahwa berbagai upaya

untuk mendamaikan kedua bangsa ini juga terus diupayakan meski kerap berakhir

dengan kegagalan.

1. Perjanjian Camp David

Salah satu proses perdamaian yang cukup signifikan adalah perjanjian Camp

David pada 17 September 1978. Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri

Israel Menachem Begin menandatangani perjanjian damai yang digelar di rumah

peristirahatan Presiden AS, Camp David.

Berdasarkan perjanjian Camp David inilah akhirnya pada Maret 1979, Mesir

12
dan Israel menandatangani pakta perdamaian. Berdasarkan perjanjian damai ini,

Israel mengembalikan Semenanjung Sinai yang direbut dalam Perang Enam Hari

1967 kepada Mesir.

Selain itu, perjanjian damai ini juga membahas pembentukan pemerintahan

otonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, upaya pembicaraan masa depan

Palestina ini gagal. Sebab, Palestina tidak menerima proposal otonomi terbatas

untuk Tepi Barat dan Jalur Gaza seperti diajukan Israel.

Sementara itu, Israel juga menolak melakukan negosiasi dengan PLO, meski

PLO sudah diakui PBB sebagai entitas perwakilan bangsa Palestina. Kebuntuan ini

berujung dengan berbagai kekerasan, misalnya Perang Lebanon 1982 dan

pembantaian di kamp pengungsi Sabra dan Shatila pada 16-18 September 1982.

Pada 1987, pecahlah apa yang disebut dengan Intifada Pertama. Intifada ini

adalah perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel di Jalur Gaza, Tepi

Barat, dan Jerusalem Timur. Intifada ini berlangsung hingga 1993, saat perjanjian

Oslo ditandatangani.

2. Perjanjian Oslo

Pada awal 1990-an, PLO mengubah taktik perjuangannya. PLO mulai

meninggalkan cara-cara keras menggunakan senjata dan mulai mencoba cara-cara

diplomasi. Pada awal 1993, para perunding Israel dan PLO melakukan serangkaian

pembicaraan rahasia di Oslo, Norwegia.

Pada 9 September 1993, Pemimpin PLO Yasser Arafat mengirim surat

13
kepada PM Israel Yitzhak Rabin. Isi surat itu adalah PLO mengakui hak hidup Israel

dan secara resmi meninggalkan cara-cara perjuangan bersenjata.

Pada 13 September 1993, Arafat dan Rabin menandatangani perjanjian di

Washington DC yang kemudian menjadi dasar negosiasi yang berlangsung di Oslo,

Norwegia. Setelah melalui jalan panjang, proses perdamaian Oslo dimulai.

Selama proses perdamaian Oslo, kedua pihak diwajibkan merundingkan

solusi dua negara. Namun, pembicaraan menuju solusi dua negara gagal dan PLO-

Israel mencoba mencari kesepakatan yang saling menguntungkan. Proses

pembicaraan ini akhirnya selesai pada 20 Agustus 1993.

Meskipun namanya adalah perjanjian Oslo, tetapi kesepakatan antara PLO

dan Israel ini ditandatangani Yasser Arafat dan Yitzhak Rabin di Washington DC

dengan disaksikan Presiden AS Bill Clinton. Saat itulah terjadi jabat tangan

bersejarah Yasser Arafat dan Yitzhak Rabin.

Salah satu bagian penting Perjanjian Oslo ini adalah terbentuknya

pemerintahan Otoritas Palestina yang membawahi Jalur Gaza dan Tepi Barat. Di

bawah perjanjian ini Palestina mulai mendapat wewenang memerintah di Tepi Barat

dan Jalur Gaza. Palestina bahkan sudah bisa membentuk perangkat pemerintahan,

kepolisian, parlemen, dan institusi pemerintahan lain. Balasannya, Otorita Palestina

harus mempromosikan toleransi terhadap Israel dan mengakui hak Israel untuk tetap

eksis.

Pada 28 September 1995, Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat menandatangani

14
Kesepakatan Interim Israel-Palestina atau perjanjian Oslo 2. Di bawah kesepakatan

ini, para pemimpin PLO bisa kembali ke daerah pendudukan dan memberikan

otonomi kepada bangsa Palestina. Imbalannya tetap sama, yaitu mengakui

keberadaan Israel dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam perjuangan. Namun

hal ini tetap belum efektif dalam menengahi konflik Palestina - Israel karena

banyaknya pelanggaran yang dilakukan Israel, sebagai contohnya serangan Israel

terhadap Palestina yang dimulai 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009.

Serangan ini menewaskan setidaknya 1300 orang Palestina dan 13 orang Israel,

5300 orang Palestina terluka parah yang kebanyakan adalah warga sipil sedangkan

hanya 317 orang dari Israel. Serangan ini juga menghancurkan banyak tempat-

tempat publik seperti masjid, sekolah dan rumah sakit.

Pada tanggal 8 Januari 2009 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan DK PBB

1860 namun tidak digubris oleh Israel hingga tanggal 18 Januari 2009 10 hari

setelahnya. Tidak ditanggapinya Resolusi 1860 DK PBB hampir 10 hari

menunjukkan wibawa PBB perlu dikaji kembali. PBB yang beranggota lebih 160

negara, takluk dengan suara Paman Sam. Ini dikarenakan Israel baru menghentikan

serangan setelah Amerika dan Mesir membujuk Israel dan menjamin bahwa tidak

ada penyelundupan senjata Hamas lagi ke Jalur Gaza.

Coba jika Resolusi keras DK PBB diperuntukkan untuk Indonesia. Amerika

akan langsung menghantam ataupun menghukum negara Indonesia. Hal ini terjadi

ketika Amerika menyerang Irak, meskipun resolusi menyerang Irak ditentang keras

15
oleh China dan Rusia.

Seperti nasihat Bung Karno, yaitu jika dunia ingin lebih aman dan damai,

sudah saatnya United Nation (PBB) direformasi. PBB harus memiliki kekuatan

mengikat bagi setiap negara dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia, tidak

terkecuali negeri Paman Sam (yang saat ini masih 'memiliki' PBB)

3. Pengakuan Dari Sebagian Besar Negara di Dunia

Hari Kamis 29 November 2012 menjadi hari bersejarah bagi Palestina.

Mendapat pengakuan dunia sebagai sebuah negara, meski belum mendapatkan

status penuh di PBB. Setelah perjuangan panjang tanpa henti dan kucuran darah

para korban.

Walaupun Amerika dan Israel dengan terang-terangan tidak setuju dengan

hal tersebut dan mengatakan bahwa hal tersebut akan membuat mandatnya proses

perdamaian, namun kedua negara ini kalah jumlah. Bahkan Prancis sekutu terlama

dari Amerika menyetujui permohonan Palestina tersebut. Sedangkan Rusia dan

Inggris mengambil jalan tengah atau abstain dan China sependapat dengan Prancis

dengan sangat mendukung permintaan Palestina.

Seperti dimuat Sky News, Jumat (30/11/2012), relosusi Majelis Umum PBB

meningkatkan status Palestina menjadi negara pengamat non-anggota yang tadinya

hanya sebagai entitas pengamat. Didukung 138 negara, 41 menyatakan abstain, dan

hanya 9 negara yang menentang.

16
Menyambut hasil voting ini, bendera Palestina dikibarkan di ruang majelis

Umum PBB, di belakang para delegasi yang bersorak dan menangis haru.

Kemenangan diplomatik ini juga dirayakan di seantero Palestina, Ramallah juga

Gaza. Rakyat meneriakkan "Allahuakbar", membunyikan klakson, menembakkan

senjata ke udara, menari di jalanan.

Meski perjuangan belum berakhir, sampai Palestina diakui sebagai sebuah

negara merdeka dan berdaulat yang sampai saat ini masih bisa dikatakan mustahil,

karena untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat Palestina harus menghadapi

sidang DK PBB yang sudah tentu akan diveto Amerika. Namun ini adalah langkah

maju untuk mendirikan negara Palestina yang meliputi Tepi Barat, Jalur Gaza, dan

Yerusalem timur -- sebuah wilayah yang dikooptasi Israel dalam Perang Timur

Tengah 1967.

Status ini membuka kesempatan bagi Palestina untuk bergabung di badan-

badan PBB, termasuk International Criminal Court (ICC), yang bisa digunakan

untuk memperkarakan Israel dalam kasus kejahatan perang. "Jika Palestina sukses

bergabung dengan ICC, maka akan jadi masalah besar bagi Israel yang melakukan

operasi militer di Tepi Barat dan Gaza. Jika ICC mengeluarkan perintah

penangkapan, maka warga Israel yang keluar dari negara itu bisa ditangkap," kata

Scobbie Profesor di Universitas London fakultas Studi Oriental dan Afrika.

Hal ini membuat Amerika dan Israel kalang kabut. Hingga Israel

mengeluarkan ancaman lewat Perdana Menterinya, Benjamin Netanyahu yang

17
menilai Palestina telah melanggar perjanjian dengan Israel karena mencari

dukungan ke PBB. "Kami akan mengambil tindakan yang sesuai." ancamnya.

4. Dikaji Dalam Segi Hukum Internasional

Masalah antara palestina dengan Israel ini sebagian besarnya adalah terkait

masalah hak asasi manusia (HAM). Dimana hukum internasional juga

membawahinya. Artinya, ketika ada pelanggaran HAM, maka hukum internasional

tersebut berlaku. Dan ini yang dalam konteks piagam PBB pernah disinggung,”PBB

akan memajukan penghormatan dan kepatuhan terhadap HAM dan kebebasan-

kebebasan dasar bagi semua bangsa tanpa membedakan suku, bangsa, kelamin,

bahasa atau agama.”(pasal 55 c paigam PBB). Tapi apa yang terjadi di lapangan ?

50 resolusi yang dibuat PBB untuk menghentikan konflik yang terjadi di palestina

dan israel tidak pernah digubris oleh israel. Maka disini, kita akan bertanya,”Apa

PBB tidak bisa menyelesaikan konflik antara palestina dengan israel ?”. PBB itu

sebenarnya bukan tidak bisa, dalam arti sebenarnya PBB itu bisa menyelesaikan

konflik tersebut, lihat saja konflik di afrika mampu diselesaikan oleh PBB. Akan

tetapi, ada pihak ketiga yang senatiasa menggagalkan penyelesaian konflik tersebut.

Masalah antara palestina dengan israel ini yang menurut Todung Mulya

Loebis adalah sebuah kejahatan perang (war crime) dan kejahatan atas kemanusiaan

(crime against humanity). Kenapa kejahatan perang dan kenapa kejahatan atas

kemanusiaan ? Dalam hukum internasional, hukum perang (laws of war) diatur

18
sedemikian rinci. Semua hukum yang berlaku mensyaratkan agar dalam perang

semua tindakan (ius in bello) tunduk kepada hukum perang, dimana penduduk sipil

dan tempat-tempat publik tidak boleh diserang. Tetapi pada kenyataannya, israel

yang seharusnya sudah paham dengan hukum ini tidak sekalipun mau tunduk. Kita

melihat di televisi-televisi; rumah-rumah, sekolah-sekolah, dan rumah sakit-rumah

sakit yang ada di palestina hancur berantakan. Padahal seharusnya hal ini tidak

boleh dilakukan karena melanggar hukum internasional itu tadi.

Lalu, syarat yang kedua adalah alasan untuk perang (ius ad bellum), jadi

suatu perang itu dilakukan bukan karena semata-mata ingin perang atau hanya

sekedar menguasai daerah tertentu. Disinilah ius in bello dan ius ad bellum

berhubungan satu sama yang lainnya, sehingga membatasi perang ini sebagai self

defense dan atau respon terhadap tindakan permusuhan (conduct of hostilities).

Jikalau ditelusuri dengan cermat dari kedua syarat tadi atau bahwasanya

perang itu boleh asalkan sebagaiself defense atau conduct of hostilities, maka israel

tidaklah memasuki kriteria dari kesemuanya. Jadi sesungguhnya konflik ini

direncanakan oleh israel, karena tidak mungkin israel berdalih dengan self defense

dengan persenjataan super canggih melawan persenjataan apa adanya. Kalau secara

psikologis, tidak mungkin persenjataan yang apa adanya berani menantang

persenjataan yang super canggih. Dan Israel tentu juga tidak mungkin berdalih

karena respon terhadap tindakan permusuhan yang dilakukan oleh palestina. Kalau

memang itu adalah respon terhadap tindakan permusuhan, maka sudah barang tentu

19
segala tempat-tempat publik yang ada di israel lebih parah ketimbang dari milik

palestina. Tetapi, realita di dunia berbicara lain.

20
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh bangsa Palestina telah dilanggar oleh

Israel, di antaranya : Hak untuk hidup, Hak mendapatkan keamanan, Hak untuk

berpendapat, Hak untuk mendapat peradilan yang sama di mata hukum, Hak

untuk mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan.

2. Beragam upaya dunia Internasional yang telah dilakukan, namun semua kandas,

karena tidak adanya itikad baik dari Israel dan Amerika sebagai sekutunya untuk

mau menghentikan semua bentuk kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap

Palestina.

B. Saran

1. PBB sebagai dewan tertinggi bangsa-bangsa harus menghentikan semua tindak

kekerasan dan pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap Palestina

2. Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif berpeluang untuk ikut mencari

jalan keluar dalam mewujudkan proses perdamaian dan menghentikan segala

bentuk kekerasan terhadap bangsa Palestina

21
DAFTAR PUSTAKA

A.Masyhur Effendi, Tempat Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Hukum

Internasional/Nasional, Penerbit Alumni, Bandung ,1980

Rudi M. Rizki, Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional

Theo Van Boven, Ifdhal Kasim, Mereka yang Menjadi Korban

http://www.elsam.or.id/pdf/kursusham/Pokok_pokok_HAM_Intl.pdf diakses pada

tanggal 15 September 2014

Anda mungkin juga menyukai