Anda di halaman 1dari 20

REVIEW FILM FREEDOM WRITERS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Islam & HAM.

Dosen Pengampu : Suryo Hilal, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

Salsabila Dwi Saputri 2021508001

Laila Karomatul Ilmi 2021508040

Dea Amelia Karina 2021508047

Ramiatul Noviana 2021508021

Muhammad Zaini Zohan 2021508018

Muhammad Rizky Surya B. 2021508052

Alfiyan Norhuda 2021508007


KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’Ala yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Review Film Freedom Writers” untuk mata
kuliah Hukum Islam dan HAM.

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah banyak membantu kami dalam penyusunan makalah ini, terkhusus kepada :

1. Kepada bapak Suryo Hilal, S.H., M.H. selaku dosen pengampu mata
kuliah Hukum Adat.
2. Kepada kawan-kawan yang terlibat dalam pembuatan makalah kali ini.
3. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moral dalam
pembuatan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi ridho atas segala yang kita usahakan.
Aamiin. Sekian dan terima kasih.

Samarinda, 4 Oktober 2022

Penyusun Makalah
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 3

A. Latar Belakang .............................................................................. 3


B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 5


A. Pelanggaran HAM Yang Terjadi Pada Film.................................. 5
B. Cara Indonesia Menjamin 6
HAM.................................................... 12
C. Pesan Moral & Analisis................................................................. 13
BAB III PENUTUP.................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................... 20
Daftar Pustaka...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.1 Bahwa pelanggaran HAM juga dapat
diartikan sebagai pelaku dalam pelanggaran tersebut tidaklah di proses
atau proses hukum sudah dilaksanakan namun tidak adil.
Hak Asasi Manusia (HAM) sudah lama diutarakan dalam kehidupan
peradabam manusia. Beberapa literatur ada yang mengatakan bahwa
konsep HAM hadir pada abad ke-20 sebelum masehi yaitu dengan Code
Of Law, oleh Babylonia King Hammurabi.2 Pemikiran Barat mengenai
HAM diilhami oleh Revolusi Prancis yang pecah pada tanggal 15 Mei
1789 di kota Versailes, slogan revolusi tersebut yaitu liberte, egalite et
fraternity (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan).3 HAM merupakan
suatu perlindungan terhadap diri manusia sebagai manusia yang
merupakan konsep pengakuan terhadap hak manusia. Dalam hal ini
paham HAM berakar dari keyakinan bahwa Hak-hak Asasi Manusia
merincikan apa yang menjadi kepentingan hakiki manusia. Buka manusia
secara abstrak melainkan manusia dalam arti setiap orang atau setiap
kelompok orang.4
Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration
of Human Rights atau selanjutnya di singkat DUHAM) yang diterima dan
diumumkan oleh Majelis Umum PBB 217 A (III) pada tanggal 10
Desember 1948 merupakan sebuah tonggak sejarah perkembangan hak
asasi manusia di dunia internasional yang bertujuan akhir untuk
1
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
2
2E. Shobirib Nadj & Naning Mardiniah (ed), Diseminasi HakAsasi Manusia
(Yogyakarta:CESDA-LP3ES, 2000), hal.3
3
Muhammad Alim, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Madinah dan
Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: UII Pres, 2001), hal 49
4
Franz Magnis-Suseno, Hak Asasi Manusia: inti etika Politik Pasca-Tradisional, dalam Jurnal
Hak Asasi Manusia, “H A M dan Konstitusionalisme”, Elsam, Volume VI No. I Tahun 2010 ISSN
1693-3559, hal. 13
memartabatkan manusia dan perikemanusiaan, dengan menitikberatkan
pada berbagai prinsip-prinsip dasar Hak Asasi Manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pelanggaran HAM yang ada dalam film tersebut?
2. Bagaimana seharusnya Indonesia agar dapat menjamin Hak Asasi
Manusia?
3. Apa pesan edukatif dalam film tersebut, apakah metode pembelajaran
tersebut dapat diterapkan di Indonesia terhadap pelaku kejahatan yang
belum dewasa?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja pelanggaran HAM yang ada dalam film tersebut
dan apa konsekuensinya.
2. Mengetahui bagaimana cara Indonesia bisa menjamin Hak Asasi
Manusia pada rakyatnya.
3. Mengetahui nilai moral dalam film dan korelasinya dengan sistem
pembelajaran yang ada di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelanggaran HAM Yang Terjadi Pada Film

Dalam film Freedom Writers ini terdapat beberapa pelanggaran HAM


yang terjadi, yaitu :

1. Tindak pidana pembunuhan di sengaja, jika pembunuhan itu terjadi di


Indonesia maka akan dikenakan pasal 338 KUHP, yaitu barang siapa
sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
2. Rasisme, orang Amerika yang berkulit putih lebih diprioritaskan dan
diunggulkan dari pada orang berkulit hitam. UU tentang rasisme di
Indonesia terdapat dalam UU nomor 40 tahun 2008, 5 setiap warga negara
berhak memperoleh perlakuan yang sama untuk mendapatkan hak-hak
sipil, politik, ekonomi, social, dan budaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, tanpa pembedaan ras dan etnis. Rasisme
juga dapat dikenakan sanksi pada pasal 156 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana yang berbunyi, barang siapa di muka umum menyatakan
perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadapa suatu atau
beberapa golongan rakyat Indonesia, dengan ancaman pidana berupa
penjara selama-lamanya 4(empat) tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp 4,500.000,- (empat juta lima ratus ribu).6
3. Kekerasan/perkelahian di sekolah : di Indonesia pelaku perkelahian akan
terkena pasa; 458 KUHP mengancam perbuatan yang ikut serta dalam

5
https://heylawedu.id/blog/apa-saja-unsur-unsur-tindak-pidana-pembunuhan-dan-sanksi-bagi-pelaku-
tindak-pidana-pembunuhan
6
https://www.mkri.id/index.php?page=download.Putusan&id=2929
penyerangan atau perkelahian dimana terlibat beberapa orang, setiap
orangnya bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan olehnya.7
4. Penembakan yang salah sasaran di sebuah toko yang mana seorang
berkulit putih ingin menembak seseorang yang berkulit hitam lalu orang
berkulit hitam tersebut menghindar dan tembakan itu mengenai orang
yang berada di belakangnya. Jika di Indonesia itu termasuk dalam
pembunuhan tidak disengaja dalam pasal 359 hukuman terhadap
pembunuhan tidak sengaja yaitu berupa hukuman pidana kurungan paling
sedikit satu tahun dan paling lama lima tahun.8
5. Kekerasan dalam rumah tangga, pada masa lalu Brandy ketika sang ibu
dan dirinya kerap kali dianiaya oleh ayahnya sendiri. Di Indonesia hukum
yang dikenakan oleh ayah Brandy adalah UU Nomor 23 tahun 2004,
setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap
orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara :
Kekerasan fisik, perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau luka berat. Ancaman hukuman bagi pelaku kekerasan fisik dalam
rumah tangga meliputi : pidana paling lama lima tahun atau denda paling
banyak Rp 15.000.000 bagi setiap orang yang melakukan kekerasan fisik
dalam rumah tangga; pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau denda
paling banyak Rp 30.000.000 jika kekerasan fisik tersebut menyebabkan
korban jatuh sakit atau luka berat; pidana penjara paling lama 15 tahun
atau denda paling banyak Rp 45.000.000 jika kekerasan fisik tersebut
menyebabkan korban meninggal; pidana penjara paling lama empat bulan
atau denda paling banyak Rp 5.000.000 jika kekerasan fisik tersebut
dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak

7
https://www.hukumonline.com/berita/a/tindak-pidana-tawuran-pelajar-lt62875710f12c8
8
https://heylawedu.id/blog/apa-saja-unsur-unsur-tindak-pidana-pembunuhan-dan-sanksi-bagi-pelaku-
tindak-pidana-pembunuhan
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau
kegiatan sehari-hari.9

B. Cara Indonesia Menjamin HAM

Sebagai suatu Negara hukum maka sudah selayaknya Indonesia


menghormati dan menerapkan prinsip-prinsip Negara hukum dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia
merupakan salah satu ciri dari negara hukum. Negara Indonesia merupakan
negara yang berlandaskan atas hukum sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat 3 UUD
1945 “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Hak Asasi manusia adalah hak
dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak ia lahir secara
kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat
dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
dan perlindungan harkat dan martabat manusia.

Selain dari pada itu, Indonesia wajib melaksanakan perlindungan dan


penegakan HAM untuk warga negaranya karena Indonesia telah pelakukan
perjanjian-perjanjian Internasional dalam masalah penegakan HAM. Karena
sebelum Indonesia melakukan perjanjian tersebut, Indonesia pernah mendapat
embargo dalam segala bidang dari negara lain. Karena mereka menilai, jika
pemerintah Indonesia sering melakukan pelanggaran HAM kepada
masyarakatnya. Persoalan yang timbul dalam negara hukum Indonesia yaitu,
belum terimplementasikan secara menyeluruh dan komperhensif perlindungan
Hak Asasi Manusia untuk masyarakat Indonesia.

Terbukti masih banyaknya pelanggaran-pelanggaran HAM berat maupun


ringan yang terjadi di Indonesia. Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata, jika
pada era reformasi ini penegakan HAM di Indonesia sudah menunjukan
peningkatan .Tuntutan terhadap penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi
manusia telah mendorong lahirnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia yang kemudian diikuti oleh UndangUndang Nomor

9
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/06/15/03150091/uu-kdrt-larangan-dan-sanksinya
26 tahun 2000 mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dimaksudkan untuk
menjawab berbagai persoalan pelanggaran hak asasi manusia khususnya
pelanggaran hak asasi manusia berat. Banyak perkara yang telah masuk ke
pengadilan hak asasi manusia, yang terdiri atas Dua belas (12) perkara
pelanggaran hak asasi manusia berat di Timor-Timur, empat (4) Perkara peristiwa
Tanjung Priok dan dua (2) Perkara pelanggaran hak asasi manusia berat di
Abepura ,Papua tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan rasa keadalan
khususnya bagi para korban pelanggaran hak asasi manusia berat tersebut.

Seperti telah uraikan di atas, Indonesia merupakan negara yang


berlandaskan atas hukum. Sehingga Negara Indonesia wajib memberi perlidungan
Hak Asasi Manusia kepada setiap masyarakatnya, hal itu merupakan konsekuensi
dari negara hukum.10

Adapun dalam UU Nomor 40 tahun 2008 telah dijelaskan bahwa :

Pasal 2

1. Penghapusan diskriminasi ras dan etnis dilaksanakan berdasarkan asas


persamaan, kebebasan, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan yang
universal.
2. Asas persamaan, kebebasan, keadilan dan nilai-nilaikemanusiaan yang
universal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
dengan tetap memerhatikan nilai-nilai agama, sosial, budaya,
danhukum yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pasal 3

Penghapusan diskriminasi ras dan etnis bertujuan mewujudkan


kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, perdamaian, keserasian, keamanan,
dan kehidupan bermata pencaharian di antara warga negara yang pada
dasarnya selalu hidup berdampingan

Dalam pencegahan diskriminasi atau rasisme yang dapat mengakibatkan


pelanggaran HAM, maka setiap warga negara juga memiliki Hak, Kewajiban,
dan Perannya masing-masing.
10
Chainur Arrasjid, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, 2000, h. 14
Hak dan kewajiban warga negara :

- Pasal 9, Setiap warga negara berhak memperoleh perlakuan yang sama


untuk mendapatkan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tanpa pembedaan
ras dan etnis.
- Pasal 10, Setiap warga negara wajib :
a. Membantu mencegah terjadinya diskriminasi ras dan etnis
b. Memberikan informasi yang benar dan bertanggung jawab kepada
pihak yang berwenang jika mengetahui terjadinya diskriminasi ras dan
etnis.

Peran serta warga negara :

- Pasal 11, setiap warga negara berperan serta dalam upaya


penyelenggaraan perlindungan dan pencegahan terhadap diskriminasi ras
dan etnis
- Pasal 12, Peran serta warga negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dilaksanakan dengan cara :
a. Meningkatkan keutuhan, kemandirian, dan pemberdayaan anggota
masyarakat,
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan serta kepeloporan
masyarakat,
c. Menumbuhkan sikap tanggap anggota masyarakat untuk melakukan
pengawasan social,
d. Memberikan saran, pendapat, dan menyampaikan informasi yang
benar dan bertanggung jawab.11
Ada pun beberapa poin lagi, Pasal 1 angka 15a Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
11
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU40-2008PenghapusanDiskriminasi.pdf
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menyebutkan, bahwa Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap
Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum.

Penelantaran; merupakan tindakan kekerasan yang dialami anak baik


disengaja atau tidak sengaja yang mengakibatkan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan spiritual dari orang yang memiliki kewenangan
atas anak tersebut. Adapun bentuk penelantaran tersebut antara lain
pengabaian terhadap kebutuhan dan keinginan anak, membiarkan anak
melakukan hal-hal yang akan membahayakan anak, lalai dalam
pemberian asupan gizi atau layanan kesehatan, pengabaian pemberian
pendidikan yang tepat bagi anak, pengabaian pemberian perhatian dan
kasih sayang dan tindakan pengabaian lainnya.

Kekerasan Fisik; merupakan tindakan kekerasan yang diarahkan


secara fisik kepada anak dan anak merasa tidak nyaman dengan
tindakan tersebut. Adapun beberapa bentuk kekerasan fisik yang
dialami anak antara lain tendangan, pukulan, mendorong, mencekik,
menjambak rambut, meracuni, membenturkan fisik ke tembok,
mengguncang, menyiram dengan air panas, menenggelamkan,
melempar dengan barang, dll. Kekerasan lainnya seperti: perlakuan
kejam, yaitu tindakan secara zalim, keji, bengis atau tidak belas
kasihan (Pasal 80 UUPA); abuse atau perlakuan salah lainnya yaitu
tindakan pelecehan dan tidak senonoh (Pasal 81 UUPA);
ketidakadilan, yaitu keberpihakan antara anak satu dan lainnya;
ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum
berupa ucapan, tulisan, gambar simbol atau gerakan tubuh baik dengan
atau tanpa sarana yang menimbulkan rasa takut atau mengekang
kebebasan hakiki anak (Pasal 1 butir 2 UU PTPPO); pemaksaan,
adalah keadaan dimana anak disuruh melakukan sesuatu sedemikian
rupa sehingga anak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
kehendak sendiri (Pasal 18 UU PTPPO).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penanganan Anak Korban Kekerasan

Sumber Berdasarkan:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penanganan Anak Korban Kekerasan12

Pertanggungjawaban Hukum Orang Tua Yang Tidak


Melaksanakan Kesepakatan Diversi Terhadap Anak Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Legal Responsibility

12
https://www.neliti.com/id/publications/3022/perlindungan-hukum-terhadap-saksi-dan-
korban-oleh-lembaga-perlindungan-saksi-dan
Sejak awal kehidupan, anak-anak bergantung kepada orang tuanya
untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan mereka. Ya, setiap orang
tua memiliki tugas untuk merawat anak mereka. Lebih lanjut, di
Indonesia, tanggung jawab orang tua terhadap anak ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Undang-undang tersebut
menyatakan bahwa ada empat hal yang menjadi kewajiban setiap
orang tua, yaitu:

1. Mengasuh, memelihara, dan melindungi anak


2. Menumbuhkembangan anak sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minatnya
3. Mencegah terjadinya pernikahan anak usia dini
4. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi
pekerti pada anak

Poin-poin di atas mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945, yang


menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang. Bebas dari kekerasan dan diskriminasi.
Mereka juga berhak mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal—baik fisik, mental, maupun
sosial.13

Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi


dan Korban

dibentuk untuk memberikan rasa aman terhadap setiap saksi dan/atau


korban dalam memberikan keterangan pada setiap proses peradilan
13
https://www.cussonskids.co.id/tanggung-jawab-orang-tua-terhadap-anak/
pidana. Skripsi tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Saksi dan
Korban Oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban” ini bertujuan
untuk memberikan penjelasan secara lebih jelas tentang mekanisme
dan kinerja LPSK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
Perlindungan dalam UU No. 13 Tahun 2006 diartikan sebagai segala
upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa
aman kepada saksi dan/atau korban yang wajib dilaksanakan oleh
LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
ini. Melihat pentingnya peranan saksi dan/atau korban dalam membuat
terang suatu perkara pidana maka pentinglah juga pemberian
perlindungan terhadap saksi dan korban tersebut. Tata cara pemberian
perlindungan terhadap saksi dan korban diatur dalam pasal 28-32 UU
No. 13 Tahun 2006 yang mencakup berbagai prosedur dan
persayaratan yang harus dipenuhi oleh saksi dan/atau korban untuk
bisa mendapatkan perlindungan dari LPSK yang terkadang sulit
dilakukan oleh saksi dan/atau korban tersebut. Kinerja LPSK dalam
menjalankan tugasnya pun dipandang kurang efektif. Hal ini
disebabkan karena Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban
yang masih memiliki kelemahan disana-sini. Saksi dan/atau korban
haruslah mengajukan permohonan kepada LPSK agar mereka bisa
mendapatkan perlindungan dari LPSK, disamping mereka juga harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh LPSK. Namun dari
persyaratan tersebut terdapat beberapa ketentuan yang dipandang sulit
untuk dilakukan oleh saksi dan/atau korban. Kelemahan UU
Perlindungan Saksi dan Korban menjadi salah satu penyebab
menurunnya kinerja LPSK dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.14

14
http://misaelandpartners.com/perlindungan-terhadap-kekerasan-pada-anak/
C. Pesan Moral
Banyak pesan moral yang dapat diambil dari film ini, terutama untuk
tokoh Guru Erin Gruwell. Beliau yang sangat antusias dan bahagia
ketika pertama kali diterima oleh pihak sekolah untuk mengajar
pelajaran Bahasa Inggris. Akan tetapi semangatnya terpatahkan ketika
melihat kelakuan para murid-muridnya yang sangat sulit diatur, saling
ejek-mengejek, dan bahkan tidak menghormati dirinya sebagai
seorang guru. Akan tetapi, Erin Gruwell tidak menyerah dan selalu
tersenyum setiap saat dia mengajar murid-muridnya itu. Dengan
caranya sendiri yang diiringi rasa sabar dan kasih sayang terhadap
murid-muridnya karena dia sadar ada yang salah dalam kelas tersebut,
Erin dapat menghapuskan ketimpangan sosial yang terjadi di kelasnya
karena adanya diskriminasi antara kulit putih dan kulit hitam. Perlahan
tapi pasti, berawal ketika Erin sama sekali tidak dihormati oleh para
siswanya hingga sampai mereka menyebut kelas Erin itu sebagai
tempat mereka pulang dan menyebut Erin sebagai "Ibu" mereka.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas, pokok


permasalahan pada kelas multukultur yang ditampilkan pada film
Freedom Writer adalah adalah tidak adanya rasa persamaan dan
toleransi di antara murid-murid yang menumbuhkan rasa bahwa
golongan mereka masing-masing lebih baik dari golongan yang lain.
Pride atau rasa bangga akan golongan mereka masing-masing itu kerap
menimbulkan perselisihan karena mereka tidak mau berinteraksi lintas
golongan atau ras lain yang mereka anggap lebih rendah. Berakar dari
permasalahan tersebut, permasalahan pada film Freedom Writer dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa poin yaitu permasalahan ras, gang,
diskriminasi pendidikan, dan kurangnya dana pendidikan. Erin,
sebagai guru yang menghadapi permasalahan tersebut di atas, berusaha
memecahkan masalah proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Suggestopedia dan Participatory. Kedua metode
tersebut efektif mengatasi permasalahan yang terjadi di kelasnya.
Suggestopedia memberikan solusi pendekatan yang efektif terhadap
murid-murid sehingga mereka termotivasi untuk belajar dan percaya
serta yakin akan kemampuan mereka. Participatory menawarkan
pembelajaran yang sesuai dengan konteks kehidupan para murid. Pada
metode ini, masalah kehidupan murid-murid dapat diangkat menjadi
topik pembelajaran sehingga selain mendapatkan pembelajaran,
masalah mereka juga dapat diselesaikan bersama.
Metode Suggestopedia dan Participatory dicoba untuk diaplikasikan
pada salah satu kelas jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UST yaitu
kelas Entrepreneurship. Pada kelas ini, guru memberikan motivasi
murid-murid untuk membuka usaha (bisnis), dan permasalahan
mereka dalam membuka usaha (bisnis) menjadi topik bahasan di
dalam kelas. Hasil yang diperoleh terbukti sangat efektif. Murid-murid
sangat termotivasi untuk membesarkan usaha. Mereka juga memiliki
pengalaman berusaha serta memiliki pengalaman dalam menghadapi
masalah pada usaha mereka. Dan menurut hasil diskusi kami, jika
terjadi di Indonesia dan juga menggunakan metode itu yaitu dengan
cara pendekatan, menurut kami tidak bisa di terapkan sepenuhnya,
karena Indonesia tidak terjadi hal seperti itu, mungkin sebagian ada
tapi tidak sampai menimbulkan hilang nya nyawa seseorang bahkan
lebih. Jikalau pun bisa, Indonesia akan menggunakan metode yang
sesuai dengan aturan sekolah punya.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan dan hasil analisis data pada Film
Freedom Writers adalah suatu pemaknaan akan pesan sosial dengan
menggunakan sebuah pendekatan semiotika merupakan upaya penggalian
secara lebih mendalam perihal pesan-pesan yang terjadi dalam konteks
bersosial dewasa ini.

1. Makna Konotasi (Makna dibalik teks Film Freedom Writers)

a. Nilai Vital. Erin Gruwell yang adalah guru kelas 203 membelikan
murid-muridnya buku tulis karena tidak diberikan bantuan fasilitas
dari sekolah untuk dipakai belajar menulis. Menulis pengalaman
pribadi, puisi, lagu, dll. Asalkan murid-muridnya bisa praktek
menulis dengan lebih baik.
b. Nilai Estetika. Ruang kelas 203 terdiri dari 5 ras berbeda yang
tidak jarang konflik antara satu dengan yang lainnya. Erin Gruwell
yang adalah seorang anti rasisme mencoba melunturkan tembok
pemisah diantara mereka. Berkat perjuangan keras dan sikap
ramah Erin, murid-muridnya akhirnya bersatu seperti keluarga
tanpa memandang perbedaan yang ada.
c. Nilai Religius. Seorang saksi hidup dari kekerasan di jaman.
pemusnahan kaum yahudi, Miep Gies, memberikan penanaman
kepercayaan akan arti seorang Hero. Tidak peduli apa latar
belakang, ras/suku, agama, warna kulit, pekerjaan, dan bahasa,
seorang heroik adalah mereka yang menyalakan penerangan di
tengah kegelapan sekitar.
d. Nilai Moral. Sikap Jujur adalah mengatakan yang sejujurnya. Tapi
bagi eva, berkata sejujurnya adalah bentuk pengkhianatan bagi
ayahnya dan saudara satu ras-nya. Tidak peduli apakah keluarga
atau saudara satu ras kita salah, tetap harus dibela. Namun berkat
pelajaran sosial dan moral yang didapatnya di kelas 203, dia
mengutamakan kejujuran.
e. Nilai Kebenaran Ilmu Pengetahuan. Sebagai seorang guru yang
baru ras/suku, agama, warna kulit, pekerjaan, dan bahasa, seorang
heroik adalah mereka yang menyalakan penerangan di tengah
kegelapan sekitar.
f. Nilai Moral. Sikap Jujur adalah mengatakan yang sejujurnya. Tapi
bagi eva, berkata sejujurnya adalah bentuk pengkhianatan bagi
ayahnya dan saudara satu ras-nya. Tidak peduli apakah keluarga
atau saudara satu ras kita salah, tetap harus dibela. Namun berkat
pelajaran sosial dan moral yang didapatnya di kelas 203, dia
mengutamakan kejujuran.
g. Nilai Kebenaran Ilmu Pengetahuan. Sebagai seorang guru yang
baru pertama kali mengajar, Erin Gruwell melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab. Tidak sedetikpun ia pernah
berpikir untuk tidak melaksanakan tugasnya. Ia mendedikasikan
dirinya untuk murid muridnya agar berhasil. Oleh karenanya tidak
perduli malam, dapat halangan dari siapa, dia pasti akan tetap ada
untuk murid-muridnya.
2. Makna Denotatif (Representasi Pesan Sosial dalam Film)

a. Sikap tolong-menolong yang dilakukan dengan penuh keikhlasan


tanpa perlu diminta dan tanpa mengharpkan imbalan.
b. Sikap kebersamaan yang diwujudkan dalam bentuk toleransi, rasa
persaudaraan dan saling menjaga satu sama lain diciptakan dengan
modal saling mengerti satu sama lain. Bahwa tidak ada yang lebih
daripada yang lain, semuanya memiliki keinginan saling
membantu dan dibantu. Rasa memerlukan dan diperlukan.
c. Sikap menghargai dan memegang teguh rasa kekerabatan antara
ras adalah hal yang mutlak dimiliki setiap orang. Tidak boleh
melupakan asal usul leluhur yang mengalir dalam darah kita,
namun yang terpenting dari semuanya itu kebenaran harus
diutamakan.
d. Sikap memaafkan tanpa memandang siapa yang lebih tinggi dan
siapa yang lebih rendah, adalah nilai dasar manusia. Ketika
kesalahan. adalah miliki kita, sudah sebaiknya kita yang meminta
maaf duluan, dan ketika kesalahan adalah milik orang lain, sudah
sebaiknya kita memaafkan. Karena dari kesemuannya tidak ada
yang sempurna.
e. Pemenuhan akan ilmu pengetahuan secara baik menjadi titik kunci
dari Freedom Writers.. Usaha memberikan pendidikan dan
mendapatkan pendidikan, sebaiknya dimiliki masing-masing
pribadi. Sebab pada akhirnya ilmu pengetahuan itu bersifat kekal.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mkri.id/index.php?page=download.Putusan&id=2929
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU40-2008PenghapusanDiskriminasi.pdf
http://bpsdmbox.kemenkumham.go.id/index.php/publikasi/pojok-penyuluhan-
hukum/200-mengatakan-orang-betawi-bodo
https://www.neliti.com/id/publications/3022/perlindungan-hukum-terhadap-saksi-
dan-korban-oleh-lembaga-perlindungan-saksi-dan
/https://www.cussonskids.co.id/tanggung-jawab-orang-tua-terhadap-anak
/http://misaelandpartners.com/perlindungan-terhadap-kekerasan-pada-anak

Anda mungkin juga menyukai