Anda di halaman 1dari 10

MINI RISET

BEBERAPA BENTUK DELIK DALAM KUHP

KELOMPOK 6

DISUSUN OLEH :

M SATRIA PUTRA ARIGA ( 1906200187 )

SHERLY SAHARA ( 1906200035 )

M SYAFII ( 1906200171 )

ISMAL HAFID MARBUN ( 1906200343 )

DICKY RAMADHAN SEMBIRING ( 1906200061 )

HUSNI BADAR KARIBAN ( 1906200311 )

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA


FAKULTAS ILMU HUKUM2019/2020

ii
KATA PENGHANTAR

Assalamu`alaikum WR. WB

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini

bisa selesai pada waktunya.erima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah

berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik

dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................................ ii

BAB I – Pendahuluan............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Metode Penelitian...................................................................................................... 1
D. Tujuan Penelitian....................................................................................................... 1

BAB II – Pembahasan............................................................................................................ 2
A. Detik – Detik Kekerasan (Kekerasan Seksual Dalam Rumah Tangga)..................... 2
B. Delik Nyawa.............................................................................................................. 3
C. Delik Kekayaan.......................................................................................................... 4

BAB III – Penutup................................................................................................................. 5


A. Kesimpulan................................................................................................................ 5
B. Saran.......................................................................................................................... 5

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara tentunya mempunyai hukum masing-masing untuk menanganin khasus
kejahatan yang terjadi di negaranya. Setiap terjadi kasus kejahatan tentunya berbeda-beda
hukum yang yang akan berlaku, contohnya di indonesia tindak kejahan terbagi-bagi ada
kejahatan yang di pandang ringan seperti mencuri adalah adalah kejahatan berat seperti
mutilasi atau pembunuhan.Oleh sebabtu, untuk mengetahui hukum yang berlaku bagi setiap
tindakan kejahat itu, harus mempelajari tentang hukum pidana yang membahas mengenai
tindak pidana atau seiring di sebut dengan Delik.
Dalam delik (tindak pidana) akan berlaku hukuman yang telah di nilainya, dalam hal
ini, KUHP terdiri dari pasal-pasalnya, dalam pasal tersebut terdapat hukuman yang berlaku
dalam siapapun dalam melanggarnya atau bertentangan dengan aturan itu. Jika perbuatan
yang dilakukan tidak diatur atau tidak terdapat dalam KUHP dalam undang-undang maka
perbuatan itu dinilai dinilai bukan tindakan pidana.
Untuk mempelajari delik kiranya akan lebih mudah memperoleh kejelasan apa bila
terlebih dahulu di pelajari hukum pidana yang membahas tentang delik lebih luas maupun
khusus. Tentunya sebagai warga negara indonesia kita diharapkan untuk mengetahui
bagaimana hukum di idonesia sehingga dapat membangun hukum yang ada di negara ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Delik-Delik Kekerasan ?
2. Apa yang Dimaksud Terhadap Delik Nyawa ?
3. Apa Yang Dimaksud Delik Kekayaan ?

C. METODE PENELITIAN
Setiap negara tentunya mempunyai hukum masing-masing untuk menanganin khasus
kejahatan yang terjadi di negaranya. Setiap terjadi kasus kejahatan tentunya berbeda-beda
hukum yang yang akan berlaku.

D. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mempelajari delik kiranya akan lebih mudah memperoleh kejelasan apa bila terlebih
dahulu di pelajari hukum pidana yang membahas tentang delik lebih luas maupun khusus.
Tentunya sebagai warga negara indonesia kita diharapkan untuk mengetahui bagaimana
hukum di idonesia sehingga dapat membangun hukum yang ada di negara ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Delik-Delik Kekerasan ( Kekerasan Seksual Dalam Rumah Tangga )

Tindakan kekerasan merupakan wujud penindasan dan pelanggaran hak asasi yang
dilakukan seseorang kepada orang lain, kelompok tertentu kepada kelompok lain, orang
dewasa, anak-anak, majikan kepada pembantunya dan laki-laki kepada perempuan.Tindakan
ini mencerminkan pihak yang kuat cenderung superior dan menempatkan pihak yang lemah
sebagai korbannya.1

Hubungan seksual yang dipaksakan merupakan bentuk kekerasan yang


mengakibatkan kerugian bagi korban. Kekerasan ini mencerminkan bahwa kekuatan fisik
laki-laki merupakan faktor alamiah yang lebih hebat dibandingkan perempuan.Laki-laki telah
tampil menjadi semacam kekuatan yang bercorak represif yang menempatkan perempuan
sebagai korban.Kekuatan laki-laki yang lebih unggul secara fisik dibandingkan dengan
perempuan telah salah digunakan untuk melecehkan, menindas dan menodai hakhak asasi
perempuan.Perempuan akhirnya menempati posisi sebagai subordinasi kebutuhan seksual
laki-laki.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pasal 5: Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam
rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:

a. kekerasan fisik.
b. kekerasan psikis.
c. kekerasan seksual.
d. penelantaran rumah tangga.

Larang (Ind); melarang; memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu, tidak


memperbolehkan berbuat sesuatu.

Pasal 8: Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf (c) meliputi:

1
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, Cetakan Kedua, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011,
hal. 54.
2
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut.
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

Penjelasan Pasal 8: Yang dimaksud dengan “kekerasan seksual” dalam ketentuan ini adalah
setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual
dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang
lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.2

B. Delik Nyawa

Sebagai sebuah kejahatan yang di anggap paling kuno dan paling awal dilakukan oleh
manusia , kejahatan terhadap nyawa ataunpembunuhan kemudian di atur dengan ancaman
bagi si pembunuh dalam sejara hukum yang dikenal manusia di dunia, terhadap aturan
tentang larangan kejahatan tentang nyawa ini. Hal ini menunjukan bahwa naluri kemanusiaan
semua bangsa di indonesia bahwa menghilangkan nyawa orang lain adalah perbuatan yang di
anggar nilai keadilan dalam diri manusia itu sendiri.

Namun demikian aturan hukum pertama kali di dunia ternyata sama sekali tidak
menyebut hukuman bagi sipembunuh,walaupun pidana mati sering kali jatuhkan hukuman.3

Dalam kode penal tersebut kejahatan pembunuhan terdiri dari bebrapa jenis, yaitu :

a. Pembunuhan Berencana.
b. Pembunuhan Terhadap Orang Tua (Ayah/Ibu).
c. Pembunuhan Bayi.
d. Pembunuhan Dengan Peracunan Dan Pengyisaan/Kebiadapan.

Sanksi pidana bagi pembunuh diatur dalam pasal 304, Jenis sansi pidana lain bagi
kejahatan pembunuhan yaitu penjara dan denda ( lengkap dengan ancaman maksimum dan
minimum), serta sansi pidana pengawasan. Sedangkan dalam tradisi hukum di nusantara,

2
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
(Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan). PT. Refika Aditama. Bandung. 2011, hal. 46.
7Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 242
3
Claude Herman Walter Johns, 29 Agustus 2012
3
pengaturan tentang kejahatan terhadap nyawa telah di atur dalam perundang-undangan
kerjaan majapahit.4

Menurut W.J.S. Poerwadarmita, pembunuhan secara testimologi adalah perkara


pembunuhan, sedangkan dalam isltilah KUHP pembunuhan adalah kesengajaan
menghilangkan menyawa orang lain. Berdasarkan definisi tersebut maka tindakan pidana
tersebut di anggap sebagai delik materil bila delik tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya
dengan timbulnya akibat yang dilarang atau yang di kehendaki oleh undang-undang.

Menurut pasal 338 KUHP ini merupakan tindakan pidana dalam bentuk yang pokok
yaitu delik yang telah merumuskan secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya.5

C. Delik Kekayaan.

Kejahatan terhadap kekayaan adalah kejahatan-kejahatan dan pelanggaran mengenai


harta kekayaan orang adalah tindak pidana yang termuat seperti pencurian dan pemerasan,
pengancaman, penipuan, penggelapan barang merugikan orang utang piutang.

Kejahatan terhadap harta benda adalah penyerangan terhadap kepentingan hukum


orang atas harta benda milik orang. Dan kejahatan harta kekayaan beruba pemerkosaan atau
penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain (Bukan
milik bertindak), persamaan kejahatan dan satu macam adalah pelanggar bahwa dengan
tindakan hukum pidana ini, merugikan kekayaan seseorang atau badan hukum.Oleh karna itu
semua tindakan pidana ini merupakan pelanggaran hukum dalam hukum perdata berupa
pergantian dari kerugian oleh si pelaku kepada korban.6

4
Kitap Perundang-undangan Yang Dipakai Jaman Kerajaan Majapahit.
5
W.J.S. Poerdarmita , Kamus Umum Bahasa Indonesia , Cet 5 ( Jakarta: Balai Pustaka,
1982), p. 169.
6
Hermin Hadiati Koeswadji , Delik Harta Kekayaan , Azaz-Azaz Khasus Dan
Permasalahannya , ( Surabaya 1983 )
4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Terhadap kekerasan seksual dalam rumah tangga, baik yang dilakukan oleh suami
terhadap istri atau sebaliknya. Yang merupakan kejahatan yang hanya dapat dituntut
apa bila ada pengaduan dari pihak menjadi korban kekerasan seksual yang di rugikan ,
delik semacam ini memang delik mutlak atau harus ada aduan.
2. Tindak pidana pembunuhan biasa dalam bentuk pokok dalam hukum pidana Islam
adalah tindak pidana yang dikategorikan kedalam tindak pidana pembunuhan yang
dilakukan dengan sengaja sama halnya dengan pembunhan biasa yang terdapat dalam
konsep KUHP nasional. Dasar hukum tindak pidana pembunuhan dalam tindak
pidana Islam diperoleh dari Al-Qur‟an. Hadits, dan Ijtihad para ulama. Unsur-unsur
khusus dalam tindak pidana pembunuhan terdiri dari tiga bagian pula yaitu, yang
diibunuh adalah manusia yang diharamkan oleh Allah swt. untuk membunuhnya,
perbuatan itu membawa kematian, dan bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang
lain. Sanksi pembunuhan sengaja dalam hukum pidana Islam ada 2 (dua) yaitu,
jarimah qishash dan jarimah diyat.
3. Kejahatan terhadap harta kekayaan adalah kejahatan-kejahatan dan pelanggaran dan
pelanggaran mengenai harta kekayaan orang adalah tindakan pidana.

B. SARAN

Memuat kesimpulan yang telah dikemukaan tersebut diatas adalah terdapat beberpa
saran yang yang tertulis ini, saran-saran tersebut adalah sebagi berikut :

Sebaiknya dalam dalam tindakan pidana hak cipta dimasukan dalam delik biasa agar
mempermuda penegak hukum oleh pihak kepolisian , kejakasaan maupun kepengadilan
sebagai mana sebelumnya dalam UU hak cipta yang pertama tahun 1982 dimasukan dalam
delik biasa.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, Cetakan Kedua, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2011, hal. 54.

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
(Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan). PT. Refika Aditama. Bandung. 2011, hal.
46. 7Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009,
hal. 242

Claude Herman Walter Johns, 29 Agustus 2012.

Kitap Perundang-undangan Yang Dipakai Jaman Kerajaan Majapahit.

W.J.S. Poerdarmita , Kamus Umum Bahasa Indonesia , Cet 5 ( Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
p. 169.

Hermin Hadiati Koeswadji , Delik Harta Kekayaan , Azaz-Azaz Khasus Dan


Permasalahannya , ( Surabaya 1983 ).

Anda mungkin juga menyukai