Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
DAIMATUL HADI SETYO NIKMAH (03)

ELINA WIDYANATA (06)

FIKAR FERDIAN (09)

KIRANA TRITA OKTAVIA (13)

NURMA AGUSTINA PUTRI (22)

VIOLA GIRES NUR SHOLIHAH (30)

KELAS XI MIPA 1
SMAN 1 SUGIHWARAS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bojonegoro, 13 Agustus 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI .......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelanggaran HAM............................................................................3
B. Jenis Pelanggaran HAM.....................................................................................3
C. Pelaku pelanggaran HAM..................................................................................5
D. Kasus pelanggaran HAM...................................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................24
B. Saran ................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan
hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era
reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang
lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak
manusia itu dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat
dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil
kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata
karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara.
Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi.
Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu,
bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak
dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi
diri da n martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral
dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pelanggaran HAM?
2. Sebutkan jenis-jenis pelanggaran HAM
3. Pelaku pelanggaran HAM

1
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
C. Tujuan
Memberikan pemahaman dan kesadaran kepada kami dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan pembelajaran untuk mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih pelanggaran HAM berat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelanggaran HAM


Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM
adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara
baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan
yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.
B. Jenis pelanggaran HAM
Jenis pelanggaran HAM pada umumnya dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Pelanggaran HAM ringan, yang biasanya cukup disebut sebagai
pelanggaran HAM.
2. Pelanggaran HAM berat, yaitu meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
kemanusiaan.
Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya mengenai jenis pelanggaran HAM
yang dimaksud:
1. Jenis Pelanggaran HAM Ringan

3
Jenis pelanggaran HAM Ringan adalah pelanggaran yang tidak mengancam
nyawa seseorang namun merugikan orang tersebut. Dewasa ini, banyak sekali
terjadi bentuk-bentuk pelanggaran HAM ringan di tengah masyarakat, khususnya
keluarga. Banyak sekali contoh-contoh pelanggaran HAM ringan yang dapat
dijumpai di tengah kehidupan berkeluarga ataupun bermasyarakat, di antaranya
adalah sebagai berikut:

 Orang tua yang memaksakan kehendaknya kepada anak. Seperti misalnya,


memaksa anak untuk mengambil jurusan tertentu dalam perkuliahan
padahal itu bukan keinginan si anak.
 Perlakuan tidak adil dalam persidangan.
 Tidak mendapat layanan pendidikan dan kesehatan yang sejajar.
 Tidak mendapatkan keadilan sosial di tengah masyarakat.
2. Jenis Pelanggaran HAM Berat
Terdapat empat jenis pelanggaran HAM berat dan serius yang menjadi perhatian
internasional, masing-masing memiliki indikasi dan ciri-ciri tersendiri. Keempat
jenis pelanggaran HAM berat berdasarkan Statuta Roma dan Undang-Undang RI
No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah:
 Kejahatan Genosida (Genocide)
 Kejahatan Terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity)
 Kejahatan Perang (War Crimes)
 Kejahatan Agresi (Aggression)
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memusnahkan atau menghancurkan seluruh atau sebagian dari kelompok bangsa,
kelompok etnis, kelompok agama, dan ras.
Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan atau kehancuran secara fisik baik seluruh maupun sebagiannya,
memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
Sementara itu, kejahatan kemanusiaan seringkali diartikan sebagai suatu
perbuatan yang dilakukan dengan serangan yang meluas dan sistematis. Adapun

4
serangan yang dimaksud ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
berupa:

 Pembunuhan
 Pemusnahan
 Perbudakan
 Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
 Penyiksaan
 Pemerkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan kehamilan, pelacuran
secara paksa, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara
 Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, kebangsaan, ras, budaya, etnis, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai
hal yang dilarang menurut hukum internasional
 Penghilangan orang secara paksa
 Kejahatan apartheid, penindasan dan dominasi suatu kelompok ras atau
kelompok ras lain untuk mempertahankan dominasi dan kekuasaannya.
C. Pelaku pelanggaran HAM
Berdasarkan hukum HAM Nasional, secara tegas telah dinyatakan bahwa
pelanggaran HAM dapat dilakukan oleh perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja, maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi
dan mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-
undang. Dengan demikian, pelaku pelanggaran dapat dilakukan individu,
kelompok orang, dan negara.
Pelanggaran HAM pada dasarnya adalah salah satu bentuk pelanggaran hukum.
Dalam terminologi hukum, maka ada yang disebut dengan pelanggaran hukum
pidana, hukum perdata, hukum tata usaha negara (TUN), hukum administrasi
negara, termasuk juga termasuk pelanggaran hukum hak asasi manusia. Adapun
pelaku pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. Pelaku Negara (State Actor)
2. Pelaku Non-Negara (Non-State Actor)
1. Pelaku Negara (State Actor)

5
Sebagaimana diatur dalam hukum Internasional HAM, state actor mencakup
negara atau seluruh penyelenggara negara baik organ negara, lembaga negara,
lembaga pemerintahan, termasuk lembaga pemerintahan non-Kementerian.
Penggolongan lembaga negara di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Lembaga Negara yang keberadaannya disebut dalam UUD NKRI Tahun
1945 dan kewenangannya ditentukan juga dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Lembaga Negara yang keberadaannya disebut dalam UUD NKRI Tahun
1945, namun kewenangannya tidak ditentukan di dalamnya.
3. Lembaga Negara yang keberadaannya tidak disebut dalam UUD NKRI
Tahun 1945 dan kewenangannya tidak ditentukan di dalam UUD NKRI
Tahun 1945, tetapi keberadaannya mempunyai apa yang disebut sebagai
constitutional importance, sebagiaman Komisi Perlindungan Persaingan
Usaha (KPPU), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Negara dianggap sebagai pelaku pelanggaran HAM merupakan konsekuensi dari
tanggung jawab yang diembannya yaitu untuk menghormati (to respect),
melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil) HAM sehingga ketika suatu
negara baik sengaja maupun karena kelalaiannya melakukan tindakan yang
melanggar ketiga kewajiban tersebut, maka negara telah dianggap melakukan
pelanggaran HAM.

2. Pelaku Non-Negara (Non-State Actor)


Awalnya, isu utama dalam permasalahan hak asasi manusia hanya menyoroti
perilaku negara sebagai pemangku kewajiban atau entitas legal dalam hukum
HAM Internasional. Pasca-Perang Dingin, permasalahan HAM meluas pada
perilaku aktor-aktor non negara (non state actor).
Salah satu elemen atau unsur penting yang harus diperhatikan dalam hal ini
adalah adanya sekelompok massa yang terorganisir, perusahaan multinasional
atau perusahaan transnasional. Perusahaan-perusahaan itu memiliki aset
ekonomi dan kekuasaan yang mampu menekan dan mempengaruhi
pemerintahan bahkan kebijakan negara.

6
Dampak dari kegiatan mempengaruhi pemerintahan atau kebijakan negara inilah
yang berdampak negatif terhadap hak asasi manusia.

D. Contoh Pelanggaran Ham Di Indonesia


1. Pembunuhan Massal 1965
Pada 2012 silam, Komnas HAM menyatakan adanya indikasi
pelanggaran HAM berat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Kasus pelanggaran HAM yang ditemukan meliputi pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, penghilangan paksa, hingga perbudakan.
Dari dugaan-dugaan itu, Komnas HAM menemukan sebagian besar
korban adalah anggota PKI dan organisasi lain yang masih bekaitan.
Korban lainnya adalah masyarakat umum.

2. Peristiwa Talangsari Lampung 1989


Peristiwa Talangsari yang terjadi pada 7 Februari 1989 ini termasuk ke
dalam kasus pelanggaran HAM berat. Peristiwa Talangsari pecah karena
ada penerapan asas tunggal Pancasila di masa Orde Baru. Saat itu,
pemerintah, polisi, dan militer menyerbu masyarakat sipil di Talangsari.
Peristiwa ini terjadi di dusun Talangsari, Desa Rajabasa Lama, Way Jepara,
Lampung Timur. Berdasarkan catatan Komnas HAM, peristiwa Talangsari
setidaknya merenggut 130 nyawa, 77 diusir, 53 orang haknya dirampas
secara sewenang wenang, dan 46 orang mengalami penyiksaan. Jumlah
korban secara pasti tidak diketahui hingga saat ini.

7
3. Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa 1997-1998
Peristiwa ini terjadi ketika masa pemilihan Presiden Republik Indonesia
(Pilpres) untuk periode 1998-2003. Komisi Untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan atau KontraS menyebut saat itu ada dua agenda
politik besar, yakni Pemilihan Umum (Pemilu) 1997 dan Sidang Umum
(SU) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Maret 1998 untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Tindak penculikan itu terjadi pada sejumlah aktivis, pemuda, dan


mahasiswa. Gagasan-gagasan mereka dianggap sebagai bahaya yang
dapat menghambat jalannya roda pemerintahan rezim Soeharto.
Merujuk laporan KontraS pada 2017 lalu, 9 orang korban penculikan
berhasil ditemukan. Namun 13 orang korban lainnya masih dinyatakan
hilang sampai saat ini. Pada 1 Oktober 2005, Komnas HAM membuat
timat menghambat jalannya roda pemerintahan rezim Soeharto. Merujuk
laporan KontraS pada 2017 lalu, 9 orang korban penculikan berhasil
ditemukan. Namun 13 orang korban lainnya masih dinyatakan hilang
sampai saat ini. Pada 1 Oktober 2005, Komnas HAM membuat tim Ad Hoc
Penyelidikan Pelanggaran HAM berat pada peristiwa tersebut. Hasilnya.
Komnas HAM menemukan adanya dugaan pelanggaran HAM berat dalam
peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa 1997-1998.

4. Peristiwa Rumoh Geudong Aceh 1998

8
Tragedi Rumah Geudong merupakan peristiwa penyiksaan terhadap
masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI selama masa konflik
Aceh (1989-1998). Peristiwa ini berlangsung ketika wilayah Aceh tengah
dalam status Daerah Operasi Militer (DOM) pada 1989-1998. Pada saat
itu pemerintah melalui panglima ABRI memutuskan untuk melancarkan
operasi jaring merah. Dalam operasi tersebut, Korem 011/Lilawangsa
menjadi pusat komando lapangan.

Hasil penyelidikan Komnas HAM menunjukan bahwa dalam peristiwa


tersebut terendus indikasi pelanggaran HAM berupa kekerasan seksual,
penyiksaan, pembunuhan, hingga penghilangan secara paksa. Berkas hasil
penyelidikan itu telah diserahkan ke Kejagung pada 28 Agustus 2018.
Namun, sampai saat ini tindak lanjut dari Kejagung belum juga selesai.

5. Kerusuhan Mei 1998


Kerusuhan Mei 1998 terjadi pada 13 - 15 Mei 1998 di Jakarta dan
sejumlah kota lain akibat krisis moneter. Peristiwa ini adalah peristiwa
kerusuhan yang melibatkan isu SARA. Selain penjarahan besar-besaran,
disebut terdapat pula tindak kejahatan seksual terhadap perempuan.
Korban dari kerusuhan tersebut didominasi oleh etnis Tionghoa. Komnas
HAM menyebut peristiwa tersebut sebagai pelanggaran HAM berat masa
lalu. Sampai saat ini, penyelesaian kasus tersebut tidak kunjung menemui
titik terang.

6. Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II


Tragedi Trisakti dikenang sebagai peristiwa mematikan yang terjadi
pada Mei 1998 jelang lengsernya Soeharto. Pada saat itu terjadi
penembakan terhadap warga sipil, terutama mahasiswa. Tragedi ini
menewaskan 4 mahasiswa.

9
Usai kasus Trisaksi, pada 13 November 1998, peristiwa penembakan
oleh aparat kembali terjadi kepada mahasiswa yang berdemonstrasi
memprotes Sidang Istimewa DPR/MPR dan menolak Dwifungsi ABRI di
kawasan Semanggi. Tragedi ini dikenal dengan peristiwa Semanggi I.
Menurut data Tim Relawan untuk Kemanusiaan, jumlah korban tewas
mencapai 17 orang warga sipil terdiri dari berbagai kalangan, dan ratusan
korban luka tembak, dan terkena benda tumpul.

Pada 24 September 1999, rencana pemberlakukan UU Penanggulangan


Keadaan Bahaya (PKB) kembali memicu demonstrasi besar dari
mahasiswa karena dianggap bersifat otoriter. Penembakan terhadap
mahasiswa pun kembali dilakukan dan dikenang sebagai peristiwa
Semanggi II. Merujuk catatan KontraS menyebutkan 11 orang meninggal
di seluruh Jakarta dan sekitar 217 orang mengalami luka.
Komnas HAM telah melakukan investigasi yang selesai pada Maret
2002. Hasil penyelidikan itu telah dikirim ke Kejagung untuk dilakukan
penyidikan. Namun, Kejagung beberapa kali mengembalikan berkas hasil
penyidikan tersebut. Anehnya, pada 13 Maret 2008 berkas tersebut
sempat dinyatakan hilang.

7. Peristiwa Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999


Pembunuhan dukun santet adalah peristiwa yang diawali dengan
perburuan dan pembunuhan terhadap orang yang diduga melakukan
santet atau praktik ilmu hitam. Hal ini dipicu oleh keresahan masyarakat
terhadap isu tertentu di Banyuwangi, Jawa Timur. Sejarah kelam ini
memakan korban jiwa hingga ratusan orang dan saat ini masih belum
menemui titik akhir. Komnas HAM telah selesai melakukan penyelidikan
terhadap kasus tersebut. Hasil penyidikan juga telah dikirim ke Kejagung
dan Presiden pada 2019.

10
8. Peristiwa Simpang KKA Aceh 3 Mei 1999
Peristiwa Simpang KKA bermula dari kekerasan aparat TNI pada 3 Mei
1999 yang terjadi di Aceh Utara. Saat itu, tentara militer menembaki
warga sipil yang berunjuk rasa lantaran ada penganiayaan terhadap
warga. Peristiwa ini juga terjadi saat Aceh berstatus DOM. Peristiwa ini
mengakibat 23 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-luka.

Pada 26 Juni 2016 lalu, Komnas HAM telah selesai melakukan


penyelidikan dan menyatakan adanya dugaan pelanggaran HAM berat.
Namun, sampai sekarang belum ada pelaku yang ditangkap dan diadili
atas peristiwa ini. Bolak-balik berkas antara Kejaksaan Agung dan Komnas
HAM masih terjadi, hingga 28 Desember 2018 lalu, Komnas HAM
menyerahkan kembali 9 berkas penyelidikan setelah sebelumnya
dikembalikan.

9. Peristiwa Wasior 2001 dan Wamena 2003


Peristiwa di Wasior, Manokwari, Papua, dipicu oleh terbunuhnya lima
anggota Brimob dan satu orang sipil di perusahaan CV Vatika Papuana
Perkasa di Desa Wondiboi, Distrik Wasior. Mengutip laman KontraS
(Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), sejumlah
pasukan polisi dikerahkan untuk menangkap pelaku yang juga diduga
mengambil enam pucuk senjata dari Anggota Brimob yang tewas.
Namun pengejaran pelaku oleh aparat disertai tindak kekerasan
terhadap penduduk sipil yang tidak bersalah pada 13 Juni 2001 lalu.

11
Berdasarkan laporan Kontras, tercatat empat orang tewas, satu orang
mengalami kekerasan seksual, lima hilang, dan 39 disiksa.

kasus di Wamena terjadi pada 4 April 2003 yang bertepatan dengan


Hari Raya Paskah. Pada saat itu, sekelompok massa tidak dikenal
melakukan penyisiran ke 25 kampung di Wamena. Mereka mencoba
membobol gudang senjata Markas Kodim 1702/Wamena. Dampak dari
peristiwa itu, Komnas HAM mencatat 9 orang tewas dan 38 orang lainnya
luka berat.Tim Ad Hoc telah melakukan penyelidikan pro justisia terhadap
dua kasus tersebut pada 17 Desember 2003 hingga 31 Juli 2004. Namun
Kejagung sempat menolak hasil laporan Komnas HAM dengan alasan
laporan tidak lengkap.

10. Peristiwa Jambo Keupok Aceh 2003


Peristiwa ini berawal saat Desa Jambo Keupok diduga menjadi poros
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dalam operasinya, anggota TNI Para
Komando (PARAKO) bersama dengan Satuan Gabungan Intelijen (SGI)
melakukan tindak kekerasan terhadap penduduk sipil, seperti
penangkapan, penghilangan orang secara paksa, penyiksaan dan
perampasan harta benda.

12
Puncaknya terjadi pada 17 Mei 2003 sekitar pukul 7 pagi. Ratusan
pasukan militer membawa senjata laras panjang dan beberapa pucuk
senapan mesin mendatangi desa Jambo Keupok. Mereka diinterogasi
sembari dipukuli dan dipopor senjata. Tidak jarang warga dipaksa
mengaku sebagai anggota GAM. Akibat peristiwa itu, KontraS mencatat
16 orang penduduk sipil meninggal dan 5 orang lainnya turut mengalami
kekerasan oleh aparat.

11. Pembunuhan Munir


Pembunuhan Munir Said Thalib, seorang aktivis HAM, terjadi pada 7
September 2004. Munir dinyatakan meninggal ketika dalam perjalanan
ke Belanda di dalam pesawat Garuda Indonesia. Berdasarkan hasil
autopsi, dalam tubuh Munir terdapat racun arsenik.Dalam kasus ini,
setidaknya baru tiga orang yang berhasil

diseret ke meja hijau, yakni mantan pilot Garuda Indonesia, Pollycarpus


Budihari Priyanto, yang divonis 14 tahun penjara; mantan Direktur
Utama Garuda Indonesia, Indra Setiawan, yang divonis satu tahun
penjara; dan mantan Deputi V BIN, Muchdi Purwopranjono, yang
dinyatakan bebas.
Berdasarkan Pasal 78 ayat (1) butir 3 KUHP, penuntutan pidana hapus
setelah 18 tahun untuk kejahatan yang diancam pidana mati atau
seumur hidup, seperti pembunuhan berencana. Kasus ini pun terancam
kedaluwarsa pada tahun ini.Sampai saat ini kasus pembunuhan Munir
masih diproses di Komnas HAM. Kasus Munir belum juga diputuskan

13
sebagai kasus pelanggaran HAM berat dan dalang utama kasus
pembunuhan Munir belum juga terkuak

12. Peristiwa Paniai


Kasus Paniai merupakan kasus kekerasan sipil yang melibatkan
anggota TNI dan mengakibatkan 4 orang meninggal dan 21 orang
mengalami luka berat akibat penganiayaan. Komnas HAM resmi
menetapkan yang terjadi pada 7-8 Desember 2014 ini sebagai

pelanggaran HAM berat pada 2020 lalu. Seperti kasus pelanggaran HAM
berat yang sudah-sudah, laporan Komnas HAM yang dikirim ke Kejagun,
berkali-kali dikembalikan. Komnas HAM mencatat pengembalian itu
terjadi pada 19 Maret dan 20 Mei 2020.

13. Kasus Marsinah


Marsinah (10 April 1969 – 8 Mei 1993 ) adalah seorang aktivis dan
buruh pabrik pada masa Orde Baru, bekerja pada PT. Catur Putra Surya
(CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan
terbunuh pada 8 Mei 1993, setelah menghilang selama tiga hari.
Mayatnya ditemukan di hutan yang berada di dusun Jegong, desa
Wilangan dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.

14
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah
Marsinah, Haryono (pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr.
Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik RSUD Dr. Soetomo
Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan
berat.Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun
yang sama.Kasus ini menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO),
dikenal sebagai kasus 1773.

14. Konflik Sampit


Konflik Sampit atau Perang Sampit atau Tragedi Sampit adalah sebuah
peristiwa Kerusuhan antar-etnis yang terjadi di pulau Kalimantan pada
tahun 2001. bermula sejak 18 Februari 2001, Konflik ini berlangsung
sepanjang tahun tersebut. Konflik ini pecah di kota Sampit, Kalimantan
Tengah sebelum pada akhirnya meluas ke seluruh provinsi di Kalimantan,
termasuk ibu kota Palangka Raya

Konflik ini melibatkan dua buah etnis antara suku Dayak asli dan warga
Imigran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18
Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga
Dayak. Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih
dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan. Dari
laporan data, tidak sedikit warga Madura yang juga ditemukan dipenggal
kepalanya oleh masyarakat Dayak dalam konflik ini.

15
15. Bom Bali I & II (2002 & 2005)
Bom Bali merupakan aksi terorisme yang termasuk dalam salah satu
kasus pelanggaran HAM berat.Aksi pengeboman ini terjadi dua kali, Bom
Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002 dan Bom Bali II terjadi pada 1 Oktober
2005.Bom Bali I meledak di Kuta dan menyebabkan 202

orang tewas serta 209 luka-luka.Pada Bom Bali II, terdapat tiga buah
bom yang meledak, yakni satu di Kuta dan dua di Jimbaran.Tragedi ke-2
ini menewaskan 23 orang (4 wisatawan asing dan tiga pelaku) serta 196
orang luka-luka.

16. G30S/PKI
Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa
berlatarbelakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30
September hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam
jenderal serta satu orang perwira pertama militer Indonesia dan
jenazahnya dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area
Lubang Buaya, Jakarta Timur. Penyebutan persitiwa ini memiliki ragam
jenis, Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK
(Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebutnya
dengan istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde
Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI
(Gerakan 30 September PKI).

16
17. Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung Priok adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada
12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia yang
mengakibatkan sejumlah korban tewas dan luka-luka serta sejumlah
gedung rusak terbakar. Sekelompok massa melakukan defile sambil
merusak sejumlah gedung dan akhirnya bentrok dengan aparat yang
kemudian menembaki mereka. Sedikitnya, 9 orang tewas terbakar dalam
kerusuhan tersebut dan 24 orang tewas oleh tindakan aparat.

18. Kasus penembakan misterius (Petrus) tahun 1982- 1985


Penembakan misterius atau sering disingkat Petrus alias operasi clurit
adalah operasi rahasia yang digelar mantan Presiden Soeharto dengan
dalih mengatasi tingkat kejahatan yang begitu tinggi.
Operasi ini secara umum meliputi operasi penangkapan dan
pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu
keamanan dan ketentraman masyarakat, khususnya di Jakarta dan Jawa
Tengah.
Pelakunya tak jelas, tak pernah tertangkap, dan tak pernah diadili.Hasil
dari operasi clurit ini, sebanyak 532 orang tewas pada tahun 1983. Dari
jumlah itu, 367 orang antaranya tewas akibat luka tembakan. Kemudian
pada tahun 1984, tercatat 107 orang tewas, di an--taranya 15 orang
tewas ditembak. Setahun kemudian, pada 1985, tercatat 74 orang tewas,
28 di an-taranya tewas ditembak.

17
'Korban ‘Tembakan Misterius’ ini selalu ditemukan dalam kondisi tangan
dan lehernya te-ri-kat. Sebagian besar korban juga dimasukkan ke dalam
karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, atau dibuang ke
sungai, laut, hutan, dan kebun.'

19. Pembunuhan Angeline


Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap anak
perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di Kota Denpasar, Bali pada
tanggal 16 Mei 2015. Peristiwa ini menjadi populer dalam berbagai media
di Indonesia diawali dengan pengumuman kehilangan anak tersebut
(semula disebut Angeline)
dari keluarga angkatnya melalui sebuah laman di Facebook berjudul "Find
Angeline-Bali's Missing Child".Besarnya perhatian dari berbagai pihak
membuat terungkapnya kenyataan bahwa Engeline selama ini tinggal di
rumah yang tidak layak huni dan mendapat pengasuhan yang kurang baik
dari orang tua angkatnya bahkan mendapatkan penyiksaan baik fisik
maupun mental. Akibat sikap yang sangat tertutup dan tidak kooperatif
dari ibu angkatnya, Margriet Christina Megawe (67 tahun), muncul dugaan

18
bahwa Engeline hilang bukan karena diculik melainkan karena dibunuh,
bahkan sebelum jenazahnya ditemukan.

Jasad Engeline kemudian ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya


di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015
dalam keadaan membusuk tertutup sampah di bawah pohon pisang
setelah polisi mencium bau menyengat dan melihat ada gundukan tanah di
sana. Selanjutnya polisi menyelidiki lebih mendalam dan menetapkan dua
orang tersangka pembunuh, yaitu Agus Tay Hamba May, pembantu rumah
tangga, dan Margriet Christina Megawe, ibu angkatnya.

20. Pengeboman Surabaya 2018


Pengeboman Surabaya 2018 adalah rangkaian peristiwa meledaknya
bom di berbagai tempat di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur pada 13–14
Mei 2018. Tiga tempat di antaranya tempat ibadah di Gereja Santa Maria
Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya
(GPPS) Jemaat Sawahan. Dua tempat lainnya masing-masing kompleks
Rumah Susun Wonocolo di Taman, Sidoarjo dan Markas Polrestabes
Surabaya.

19
Kronologi bom :
1. Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela
Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi saat suatu sepeda motor yang
ditumpangi oleh 2 orang kakak beradik memasuki kompleks gereja dan nyaris
menabrak seorang jemaat sebelum akhirnya meledak persis di antara para jemaat
yang sedang berjalan kaki.
2. GKI Diponegoro
Menurut saksi mata Tardianto, sebelum terjadi pengeboman, tiga orang
perempuan bercadar, satu orang dewasa, satu anak kecil, dan satu lagi anak
remaja, masuk ke area parkiran GKI Surabaya. Saksi mata lain, juruparkir
Mulyanto, melihat ketiganya mengenakkan rompi dan satpam Antonius melihat
ketiganya berjalan berjajar di pinggir jalan depan GKI, masuk ke pintu halaman
gereja, dihadang oleh seorang satpam yang kemudian ia peluk sebelum akhirnya
terjadi ledakan.
3. GPPS Jemaat Sawahan
Menurut Kepala Rumah Tangga Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Suhendro,
peristiwa terjadi saat suatu mobil merangsek masuk ke halaman gereja dan
kemudian melemparkan sebuah bom.

Dalam keterangan yang berbeda, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar


(Kapolrestabes) Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan menyebutkan bahwa bom
di GPPS Jemaat Sawahan merupakan bom mobil. Diketahui bahwa bom dibawa
menggunakan mobil Avanza menerobos masuk dengan kecepatan tinggi,

20
menabrak pintu, merangsek ke teras dan lobi gereja kemudian meledak dan
membakar gereja.
4. Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo
Pada malam pada hari yang sama pada pukul 20:00 WIB, terjadi ledakan di
sebuah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, kawasan
Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Ledakan tersebut terjadi pada Blok B di lantai 5
dan terdengar hingga lima kali dan dikonfirmasi merupakan sebuah ledakan bom
rakitan yang dibuat oleh penghuni rusunawa. Setelah ledakan pertama, polisi
langsung mendatangi tempat kejadian dan menemukan Anton Febrianto sedang
memegang alat pemicu bom. Dalam insiden ini setidaknya tiga orang tewas, dua
di antaranya tewas akibat ledakan bom, yakni istri Anton, Puspitasari, beserta
anak tertuanya, Hilta Aulia Rahman, serta Anton yang tewas tertembak polisi
akibat perlawanan. Tiga anak lainnya terluka dibawa ke Rumah Sakit Siti
Kodijah.
Kapolri Tito Karnavian telah menkonfirmasi kepada salah seorang anak pelaku
yang selamat bahwa ledakan yang terjadi di Rusunawa Wonocolo adalah sebuah
kecelakaan saat perakitan bom.
5. Polrestabes Surabaya
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung menyatakan
bahwa pada Senin, 14 Mei 2018 pukul 08:50 WIB, sebuah ledakan terdengar di
depan Polrestabes Surabaya. Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi di pintu
gerbang Polrestabes Surabaya ketika sebuah mobil mini-bus dan dua buah sepeda
motor akan diperiksa petugas. Ledakan berasal dari sepeda motor bernomor polisi
L 6629 NN dan L 3559 G yang setidaknya membuat empat pelaku tewas dan
sepuluh warga dan polisi terluka. Petugas polisi juga menyelamatkan seorang
anak perempuan pelaku dari lokasi kejadian

BAB III
PENUTUP

21
A. Kesimpulan
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku. Pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu
pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM dapat
dilakukan oleh pihak Negara dan bukan Negara.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://m.merdeka.com/jatim/berikut-jenis-pelanggaran-ham-serta-pengertian-
dan-contohnya-wajib-tahu-kln.html?
page=4&page=3&page=5&page=2&page=7
https://nasional.tempo.co/read/1616237/12-kasus-pelanggaran-ham-berat-yang-
pernah-ditangani-komnas-ham
https://id.wikipedia.org/wiki/Marsinah?wprov=sfla1
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit?wprov=sfla1
https://www.99.co/blog/indonesia/kasus-pelanggaran-ham-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September?wprov=sfla1
https://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/77617-
lima-kasus-besar-pelanggaran-ham-di-indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Engeline?wprov=sfla1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya_%282018%29?wprov=sfla1

23

Anda mungkin juga menyukai