DISUSUN OLEH :
DAIMATUL HADI SETYO NIKMAH (03)
KELAS XI MIPA 1
SMAN 1 SUGIHWARAS
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI .......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelanggaran HAM............................................................................3
B. Jenis Pelanggaran HAM.....................................................................................3
C. Pelaku pelanggaran HAM..................................................................................5
D. Kasus pelanggaran HAM...................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan
hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era
reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang
lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak
manusia itu dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat
dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil
kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata
karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara.
Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi.
Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu,
bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak
dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi
diri da n martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral
dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pelanggaran HAM?
2. Sebutkan jenis-jenis pelanggaran HAM
3. Pelaku pelanggaran HAM
1
4. Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
C. Tujuan
Memberikan pemahaman dan kesadaran kepada kami dan juga pembaca
bagaimana pelangaran-pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia,
sehingga bisa dijadikan pembelajaran untuk mencegah pelanggran HAM
selanjutnya terlebih pelanggaran HAM berat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jenis pelanggaran HAM Ringan adalah pelanggaran yang tidak mengancam
nyawa seseorang namun merugikan orang tersebut. Dewasa ini, banyak sekali
terjadi bentuk-bentuk pelanggaran HAM ringan di tengah masyarakat, khususnya
keluarga. Banyak sekali contoh-contoh pelanggaran HAM ringan yang dapat
dijumpai di tengah kehidupan berkeluarga ataupun bermasyarakat, di antaranya
adalah sebagai berikut:
4
serangan yang dimaksud ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
berupa:
Pembunuhan
Pemusnahan
Perbudakan
Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
Penyiksaan
Pemerkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan kehamilan, pelacuran
secara paksa, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara
Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, kebangsaan, ras, budaya, etnis, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai
hal yang dilarang menurut hukum internasional
Penghilangan orang secara paksa
Kejahatan apartheid, penindasan dan dominasi suatu kelompok ras atau
kelompok ras lain untuk mempertahankan dominasi dan kekuasaannya.
C. Pelaku pelanggaran HAM
Berdasarkan hukum HAM Nasional, secara tegas telah dinyatakan bahwa
pelanggaran HAM dapat dilakukan oleh perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja, maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi
dan mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-
undang. Dengan demikian, pelaku pelanggaran dapat dilakukan individu,
kelompok orang, dan negara.
Pelanggaran HAM pada dasarnya adalah salah satu bentuk pelanggaran hukum.
Dalam terminologi hukum, maka ada yang disebut dengan pelanggaran hukum
pidana, hukum perdata, hukum tata usaha negara (TUN), hukum administrasi
negara, termasuk juga termasuk pelanggaran hukum hak asasi manusia. Adapun
pelaku pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. Pelaku Negara (State Actor)
2. Pelaku Non-Negara (Non-State Actor)
1. Pelaku Negara (State Actor)
5
Sebagaimana diatur dalam hukum Internasional HAM, state actor mencakup
negara atau seluruh penyelenggara negara baik organ negara, lembaga negara,
lembaga pemerintahan, termasuk lembaga pemerintahan non-Kementerian.
Penggolongan lembaga negara di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Lembaga Negara yang keberadaannya disebut dalam UUD NKRI Tahun
1945 dan kewenangannya ditentukan juga dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Lembaga Negara yang keberadaannya disebut dalam UUD NKRI Tahun
1945, namun kewenangannya tidak ditentukan di dalamnya.
3. Lembaga Negara yang keberadaannya tidak disebut dalam UUD NKRI
Tahun 1945 dan kewenangannya tidak ditentukan di dalam UUD NKRI
Tahun 1945, tetapi keberadaannya mempunyai apa yang disebut sebagai
constitutional importance, sebagiaman Komisi Perlindungan Persaingan
Usaha (KPPU), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK).
Negara dianggap sebagai pelaku pelanggaran HAM merupakan konsekuensi dari
tanggung jawab yang diembannya yaitu untuk menghormati (to respect),
melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil) HAM sehingga ketika suatu
negara baik sengaja maupun karena kelalaiannya melakukan tindakan yang
melanggar ketiga kewajiban tersebut, maka negara telah dianggap melakukan
pelanggaran HAM.
6
Dampak dari kegiatan mempengaruhi pemerintahan atau kebijakan negara inilah
yang berdampak negatif terhadap hak asasi manusia.
7
3. Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa 1997-1998
Peristiwa ini terjadi ketika masa pemilihan Presiden Republik Indonesia
(Pilpres) untuk periode 1998-2003. Komisi Untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan atau KontraS menyebut saat itu ada dua agenda
politik besar, yakni Pemilihan Umum (Pemilu) 1997 dan Sidang Umum
(SU) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Maret 1998 untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden.
8
Tragedi Rumah Geudong merupakan peristiwa penyiksaan terhadap
masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI selama masa konflik
Aceh (1989-1998). Peristiwa ini berlangsung ketika wilayah Aceh tengah
dalam status Daerah Operasi Militer (DOM) pada 1989-1998. Pada saat
itu pemerintah melalui panglima ABRI memutuskan untuk melancarkan
operasi jaring merah. Dalam operasi tersebut, Korem 011/Lilawangsa
menjadi pusat komando lapangan.
9
Usai kasus Trisaksi, pada 13 November 1998, peristiwa penembakan
oleh aparat kembali terjadi kepada mahasiswa yang berdemonstrasi
memprotes Sidang Istimewa DPR/MPR dan menolak Dwifungsi ABRI di
kawasan Semanggi. Tragedi ini dikenal dengan peristiwa Semanggi I.
Menurut data Tim Relawan untuk Kemanusiaan, jumlah korban tewas
mencapai 17 orang warga sipil terdiri dari berbagai kalangan, dan ratusan
korban luka tembak, dan terkena benda tumpul.
10
8. Peristiwa Simpang KKA Aceh 3 Mei 1999
Peristiwa Simpang KKA bermula dari kekerasan aparat TNI pada 3 Mei
1999 yang terjadi di Aceh Utara. Saat itu, tentara militer menembaki
warga sipil yang berunjuk rasa lantaran ada penganiayaan terhadap
warga. Peristiwa ini juga terjadi saat Aceh berstatus DOM. Peristiwa ini
mengakibat 23 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-luka.
11
Berdasarkan laporan Kontras, tercatat empat orang tewas, satu orang
mengalami kekerasan seksual, lima hilang, dan 39 disiksa.
12
Puncaknya terjadi pada 17 Mei 2003 sekitar pukul 7 pagi. Ratusan
pasukan militer membawa senjata laras panjang dan beberapa pucuk
senapan mesin mendatangi desa Jambo Keupok. Mereka diinterogasi
sembari dipukuli dan dipopor senjata. Tidak jarang warga dipaksa
mengaku sebagai anggota GAM. Akibat peristiwa itu, KontraS mencatat
16 orang penduduk sipil meninggal dan 5 orang lainnya turut mengalami
kekerasan oleh aparat.
13
sebagai kasus pelanggaran HAM berat dan dalang utama kasus
pembunuhan Munir belum juga terkuak
pelanggaran HAM berat pada 2020 lalu. Seperti kasus pelanggaran HAM
berat yang sudah-sudah, laporan Komnas HAM yang dikirim ke Kejagun,
berkali-kali dikembalikan. Komnas HAM mencatat pengembalian itu
terjadi pada 19 Maret dan 20 Mei 2020.
14
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah
Marsinah, Haryono (pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr.
Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik RSUD Dr. Soetomo
Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan
berat.Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun
yang sama.Kasus ini menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO),
dikenal sebagai kasus 1773.
Konflik ini melibatkan dua buah etnis antara suku Dayak asli dan warga
Imigran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18
Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga
Dayak. Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih
dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan. Dari
laporan data, tidak sedikit warga Madura yang juga ditemukan dipenggal
kepalanya oleh masyarakat Dayak dalam konflik ini.
15
15. Bom Bali I & II (2002 & 2005)
Bom Bali merupakan aksi terorisme yang termasuk dalam salah satu
kasus pelanggaran HAM berat.Aksi pengeboman ini terjadi dua kali, Bom
Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002 dan Bom Bali II terjadi pada 1 Oktober
2005.Bom Bali I meledak di Kuta dan menyebabkan 202
orang tewas serta 209 luka-luka.Pada Bom Bali II, terdapat tiga buah
bom yang meledak, yakni satu di Kuta dan dua di Jimbaran.Tragedi ke-2
ini menewaskan 23 orang (4 wisatawan asing dan tiga pelaku) serta 196
orang luka-luka.
16. G30S/PKI
Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa
berlatarbelakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30
September hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam
jenderal serta satu orang perwira pertama militer Indonesia dan
jenazahnya dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area
Lubang Buaya, Jakarta Timur. Penyebutan persitiwa ini memiliki ragam
jenis, Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK
(Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebutnya
dengan istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde
Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI
(Gerakan 30 September PKI).
16
17. Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung Priok adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada
12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia yang
mengakibatkan sejumlah korban tewas dan luka-luka serta sejumlah
gedung rusak terbakar. Sekelompok massa melakukan defile sambil
merusak sejumlah gedung dan akhirnya bentrok dengan aparat yang
kemudian menembaki mereka. Sedikitnya, 9 orang tewas terbakar dalam
kerusuhan tersebut dan 24 orang tewas oleh tindakan aparat.
17
'Korban ‘Tembakan Misterius’ ini selalu ditemukan dalam kondisi tangan
dan lehernya te-ri-kat. Sebagian besar korban juga dimasukkan ke dalam
karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, atau dibuang ke
sungai, laut, hutan, dan kebun.'
18
bahwa Engeline hilang bukan karena diculik melainkan karena dibunuh,
bahkan sebelum jenazahnya ditemukan.
19
Kronologi bom :
1. Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela
Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi saat suatu sepeda motor yang
ditumpangi oleh 2 orang kakak beradik memasuki kompleks gereja dan nyaris
menabrak seorang jemaat sebelum akhirnya meledak persis di antara para jemaat
yang sedang berjalan kaki.
2. GKI Diponegoro
Menurut saksi mata Tardianto, sebelum terjadi pengeboman, tiga orang
perempuan bercadar, satu orang dewasa, satu anak kecil, dan satu lagi anak
remaja, masuk ke area parkiran GKI Surabaya. Saksi mata lain, juruparkir
Mulyanto, melihat ketiganya mengenakkan rompi dan satpam Antonius melihat
ketiganya berjalan berjajar di pinggir jalan depan GKI, masuk ke pintu halaman
gereja, dihadang oleh seorang satpam yang kemudian ia peluk sebelum akhirnya
terjadi ledakan.
3. GPPS Jemaat Sawahan
Menurut Kepala Rumah Tangga Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Suhendro,
peristiwa terjadi saat suatu mobil merangsek masuk ke halaman gereja dan
kemudian melemparkan sebuah bom.
20
menabrak pintu, merangsek ke teras dan lobi gereja kemudian meledak dan
membakar gereja.
4. Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo
Pada malam pada hari yang sama pada pukul 20:00 WIB, terjadi ledakan di
sebuah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, kawasan
Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Ledakan tersebut terjadi pada Blok B di lantai 5
dan terdengar hingga lima kali dan dikonfirmasi merupakan sebuah ledakan bom
rakitan yang dibuat oleh penghuni rusunawa. Setelah ledakan pertama, polisi
langsung mendatangi tempat kejadian dan menemukan Anton Febrianto sedang
memegang alat pemicu bom. Dalam insiden ini setidaknya tiga orang tewas, dua
di antaranya tewas akibat ledakan bom, yakni istri Anton, Puspitasari, beserta
anak tertuanya, Hilta Aulia Rahman, serta Anton yang tewas tertembak polisi
akibat perlawanan. Tiga anak lainnya terluka dibawa ke Rumah Sakit Siti
Kodijah.
Kapolri Tito Karnavian telah menkonfirmasi kepada salah seorang anak pelaku
yang selamat bahwa ledakan yang terjadi di Rusunawa Wonocolo adalah sebuah
kecelakaan saat perakitan bom.
5. Polrestabes Surabaya
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung menyatakan
bahwa pada Senin, 14 Mei 2018 pukul 08:50 WIB, sebuah ledakan terdengar di
depan Polrestabes Surabaya. Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi di pintu
gerbang Polrestabes Surabaya ketika sebuah mobil mini-bus dan dua buah sepeda
motor akan diperiksa petugas. Ledakan berasal dari sepeda motor bernomor polisi
L 6629 NN dan L 3559 G yang setidaknya membuat empat pelaku tewas dan
sepuluh warga dan polisi terluka. Petugas polisi juga menyelamatkan seorang
anak perempuan pelaku dari lokasi kejadian
BAB III
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku. Pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu
pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM dapat
dilakukan oleh pihak Negara dan bukan Negara.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://m.merdeka.com/jatim/berikut-jenis-pelanggaran-ham-serta-pengertian-
dan-contohnya-wajib-tahu-kln.html?
page=4&page=3&page=5&page=2&page=7
https://nasional.tempo.co/read/1616237/12-kasus-pelanggaran-ham-berat-yang-
pernah-ditangani-komnas-ham
https://id.wikipedia.org/wiki/Marsinah?wprov=sfla1
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit?wprov=sfla1
https://www.99.co/blog/indonesia/kasus-pelanggaran-ham-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September?wprov=sfla1
https://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/77617-
lima-kasus-besar-pelanggaran-ham-di-indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Engeline?wprov=sfla1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya_%282018%29?wprov=sfla1
23