Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

PELANGARAN HAM (Hak Asasi Manusia)

Dosen Pengampu: Hodriani, S.Sos., M.AP. dan Cici Fitri Bety, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Blasius Erik Sibarani 7172142011

REGULER C STAMBUK 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini dengan baik.
Adapun dalam penyelesaian Mini Riset ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Terima kasih Kami ucapkan kepada Dosen yang mengajarkan mata kuliah
Pendidikan Kewarga Negaraan Ibu yang telah mengajari Kami dalam
penyusunan Mini Riset ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang turut serta membantu Kami dalam penyelesaian Mini Riset ini.
Mini Riset ini bersikan tentang yang satu dengan jurnal yang lain. Kiranya
Mini Riset ini dapat diterima dengan baik, walaupun di dalamnya masih banyak
kekurangan. Tiada gading yang tak retak, demikianlah dalam penyusunan Mini
Riset ini yang jauh dari sempurna. Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan kata, bahasa, isi maupun segi lainnya.
Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki Mini Riset ini
menjadi lebih baik. Kami berharap, semoga Mini Riset ini dapat membantu dan
menambah wawasan pembaca tentang Aktiva Tetap Tidak Berwujud. Akhir kata
Kami ucapkan terima kasih.

Medan, April 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I : Pendahuluan............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................1
BAB II: Kajian Teori.............................................................................................2
A. Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)...............................2
B. Macam Pelanggaran HAM.......................................................................2
C. Upaya Pemerintah Dlam Penegakan HAM..............................................3
D. Penyebab Terjadinya Pelangaran HAM...................................................4
BAB III: Metode Penelitian...................................................................................5
A. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................5
B. Metode Penelitian.....................................................................................5
C. Jenis Data.................................................................................................5
D. Instrumen Pengumpulan Data..................................................................5
BAB IV: Pembahasan............................................................................................6
BAB V: Penutup....................................................................................................11
A. Simpulan...................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri sendiri setiap manusia
sejak manusia masih dalam kandungan yang melekat pada setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandunga sampai kahir kematiannya. Di dalamnya tidak
jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan
HAM pada diri sendiri.
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penegakan HAM di Indonesia?
2. Sejauh mana HAM DI Indonesia ditegakkan?
3. Apa peran pemerintah dalam menegakkan HAM di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang penegakkan hak asasi manusia
di Indonesia yaitu:
1.      Untuk mengetahui bagaimana penegakkan HAM di Indonesia
2.      Untuk mengetahui sejauh mana HAM di Indonesia itu ditegakkan.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam menegakkan
HAM di Indonesia.

1
BAB II
KAJIAN TEORI
A.     Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM
adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara
baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.Dengan demikian pelanggaran
HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu
maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain
tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.
B.     Macam Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a.      Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1)      Pembunuhan masal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan (UUD No.26/2000
Tentang Pengadilan HAM)
2)      Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan
yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti pengusiran
penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.

b.      Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :


1.      Pemukulan
2.      Penganiayaan
3.      Pencemaran nama baik
4.      Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5.      Menghilangkan nyawa orang lain

2
C. Upayah Pemerintah Dalam Penegakan HAM
Hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan
faham individualisme dan liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami secara
humanistis sebagai hak-hak yang inheren dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin
dan pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan yang berasumsi negatif
terhadap pemerintah dalam menegakkan HAM. Sangat perlu diketahui bahwa
pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM. Hal ini dapat
kita lihat dari upaya pemerintah sebagai berikut;
a)      Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya
menegakkan HAM di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat
merespons terhadap pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan
dengan kecaman Presiden atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-
akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga memaksa
PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan
menimbulkan banyak korban sipil, wanita dan anak-anak.
b)      Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM,
antara lain telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-
2004 (Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM.
Dalam hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan
terhadap perempuan.
c)      Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia , Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta
masih banyak UU yang lain yang belum tersebutkan menyangkut penegakan hak
asasi manusia.
D. Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM
Masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep hak asasi manusia
antara paham yang memandang HAM bersifat universal (universalisme) dan
paham yang memandang setiap bangsa memiliki paham HAM tersendiri berbeda
dengan bangsa yang lain terutama dalam pelaksanaannya (partikularisme);

3
-          Adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan mengancam
kepentingan umum (dikhotomi antara individualisme dan kolektivisme);
-          Kurang berfungsinya lembaga – lembaga penegak hukum (polisi, jaksa dan
pengadilan); dan
-          Pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil maupun
militer.

4
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Adapun
desain penelitian memberikan prosedur untuk dapat memberikan informasi yang
diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam penelitian. Desain
penelitian merupakan suatu dasar dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu
desain penelitian yang baik akan menghasilkan penelitian yang efektif dan efisien.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan desain deskriptif.
Desain penelitian ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang ini.
B. Metode Penelitian
Metode deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik penelitian yang
bertujuan untuk memeperoleh gambaran yang jelas dan sistematis mengenai data
dan fakta di lapangan. Penulis juga memilih analisis deskriptif kualitatif karena
pendekatan ini dianggap tepat untuk melihat bagaimana kasus pelanggaran HAM
di Indonesia.
C. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data sekunder, karena data yang
diperoleh mengani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia ini
diperoleh dari internet bukan didapat dari hasil wawancara atau lain
sebagainya. Data yang kami peroleh ini berasal dari sumber lain.
D. Instrumen Pengumpulan Data
` Dalam penelitian ini instrumen atau alat-alat yang digunakan untuk
memperoleh data yaitu handphone, kertas, buku, pulpen dan sebagainya.
Selain itu dalam penelitian ini instrumen yang digunakan juga seperti paket
data, karena kamki mencari data ini dari internet sehinga memerlukan oaket
data untuk mengakses web kasus pelanggaran HAM ini.

5
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembantaian Terhadap  Tengku Bantaqiyah Dan Muridnya Di Aceh Tahun 1999
Beutong Ateuh, dalam terjemahan bahasa Indonesia berarti Betung atas,
memiliki sejarah yang cukup panjang, dimana daeraha ini dibangun sejak zaman
belanda-begitu orang beutong bersaksi – dan melihat letak geografisnya sangat
nyaman untuk istirahat beberapa bulan lamanya. Daerah yang terletak diantara
dua gunung ini mengalir sungi betung yang jernih dan sejuk. Sedangkan
pegunungan yang termasuk dari gususan bukit barisan ini, memang sangat
potensial untuk dijadikan markas pertanan pejuang Aceh semasa penjajahan
belanda. Di daerah inilah Cut Nyak Dien dan Tengku Cik Citiro pernah bertahan
dari kejaran belanda, walau keduanya tertangkap oleh belanda di daerah ini.
Lebatnya hutan dan suburnya tanah membuat warga yang bermukim enggan
meninggalkan lembah ini, mengingat di daerah ini adalah daerh yang cocok untuk
bercocok tanam. Sebelum daerah ini dibuka pada tahun 1996, untuk kendaraan
roda empat, warga yang ingin kedalam dan keluar desa ini harus berjalan kaki dua
sampai empat hari lamanya. Menelusuri hutan lembah berliku guna mencapai
daerah yang berbatasan dengan Takengon Aceh Tengah. Sedangkan Beutong
Ateuh sendiri masuk dalam kabupaten Aceh Barat, Meulaboh sebagai kota
kabupaten.
Pada daerah inilah brdiri sebuah pesantren pada tahun 1982 yang dipimpin
oleh seorang Kyai bernama Tengku Bantaqiah. Abu Bantaqiyah – begitu para
mudirnya memanggil – aladalah seorang alim ulama yang segani dan dihormati
keberadaanya. Tak heran bila dikalangan masyarakat Aceh sendiri beliau
ditokohkan, mengingat begitu banyak masyarakat Aceh yang belajar agama di
pesanteren yang ia pimpin. Mudir-muridnya yang berasal dari pelosok daerah
Aceh ini, diajrkan pendidikan agama langsung dari beliau dan dibantu oleh
seorang kepercayaannya. Aktivitas belajar mengajar dilakukan pada areal yang ia
miliki yang berada ditepi sungai beutong. Murid-murid yang berjumlah ratusan
ini, selain beljar mereka bercocok tanam seperti nila dan lain sebaginya. Dari hasil
pertanian ini mereka bahu membantu untuk menghidupkan aktivitas sehari-
harinya. Selin murid-murid menetap di pesantern ini, masih ada lagi murid-murid

6
yang tinggal hanya pada saat mereka beribur dari kerja atau sekolah dan jumlah
lebih banyak daripada yang menetap (jumlahnya dalah gitungan ribuan). Tak
heran bila banyak murid-murid beliau yang tersebar di segenap penjuru Aceh.
Tengku Bantaqiah yang pernah menolak untuk bergabung dengan Majelis
Ulama Indonesia cabang Aceh ini, sekali waktu turung gunung untuk
mempersoalkan kemaksiatan di Aceh, dan akhirnya ia dituduh sebagai orang yang
memiliki ajaran sesat. Hal ini beliau lakukan pada tahun 1988 dengan beberapa
anak muridnya dengan menamakan dirinya Anggota Jubah Putih. Untuk
melunakkan hatinya pemerintah daerah Aceh melalui gubernur memberikan
bantuan guna membangun sebuah pesantren. Namun rumah pesantren ini, gedung
yang sudah terbangun di kecamatan beutong bawah ulu Ulee Jalan, mereka tolak
karena lokasinya jauh dari tempat pesantren mereka. Dengan menolak pemberian
ini, Tengku Bantaqiah menjadi orang yang sangat tidak sekuler dikalangan
birokrat Aceh pada waktu itu. Sehingga pada tahun 1992 dengan suruhan sebagai
Mentri Urusan Pangan Cerakan Aceh Merdeka, beliau dijebloskan dalam tahanan
dengan masa tahanan 20 tahun lamanya. Namun saat presiden ke tiga Indonesia
(BJ Habibie) hadir di Banda Aceh, atas permintaan warga masyarakat Aceh,
Habibie melepaskan Tengku Bantaqiah.
 Aktivitas Pesantren
Sebagaimana layaknya kehidupan sebuah pesantren, aktivitas di pesantren
Tengku Bantaqiah sangat diwarnai dengan suasana Religius yang sangat
mendalam. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas sehari-hari mulai dari ibadah sholat
Shubuh dipgi hari dilanjutkan degan Szikir kemudian para santri bermujahadah
sambil melakukan kegiatan-kegiatan lainnya seperti bertani, bercocok tanam,
kerja baktimeperbaiki lingkungan sekitarnya. Kegiatan bermujahadah bagi
pesantern Tengku Bantaqiah adalah merupakan satu kekuatan religius yang sangat
vital dalam upaya pembentukan tingkat ketaqwaan para muridnya.
Kalaupun ada yang berbeda dari pesantren ini yaitu terlihat bahwa sebagian
besar murid-muridnya adalah mereka yang pernah melakukan tindakan-tindakan
amoral di masyarakat seperti mabuk-mabukan, mencuri dan tindakan-tindakan
kriminalisasi lainnya. Menurut Tengku Bataqiah, untuk apa mengajaka orang
yang sudah ada didalam mesjid, justru mereka yang masih di luar mesjidlah yang

7
harus kita ajak. Jumlah santri yang pernah menuntut ilmu di pesantren Tengku
Bantaqiah ini tercatat lebih kurang 30.000 orang yang tersebar di berbagai tempat,
bukan hanya di Aceh, tapi juga Medan , Jakarta , bahwakan sampai ke Malaysia .
Lulusan Pesantren Bntaqiah hdup dan bekrja dalam aktivitas-aktivitas yang
beragam, mulai petani, pedagang, pegawai swasta dan pegawai negeri, bahkan
anggota TNI. Hal ini menunjukkan bahwa Tengku Bantaqiah tidak pandang bulu
dalam menerima murid.
Kini setelah ulama kharismatik tersebut telah tiada, pesantren yang diharapkan
dapat melahirkan pemimpin umat, untuk sementara ini kesulitan untuk
melanjutkan aktivitas sehari-harinya, karena alat-alat Bantu pengajaran seperti, al-
qur'an, kitab kuning, surat – surat yassin habis dibakar oleh pasukan tersebut.
Hal ini tentara lakukan ersamaan dengan dibakarnya pakian, KTP, dan barang-
barang lain milik Tengku dan muridnya yang tewas pada saat itu. Kini tempat
yang jauh dari keramaian ini memubat masyarakat Aceh untuk saat ini enggang
untjk bergurau kembali di lebah yang hijau ini, mengingat peristiwa tersebut
adalah peristiwa yang cukup membuat mereka terluka untuk selama-lamanya.
 Kronologi Pembantaian
Kamis 22 Juli 99 : Pasukan TNI yang terdiri dari Kostrad, brimob, dan lain
sebaginya mendirikan tenda-tenda diseputar pegunungan beutong Ateuh. Saat itu
warga desa telah mengetahui akan keberadaan mereka, namun warga tidak
mengetahui tujuan dari didirikannya tenda-tenda tersebut. Pada saat itu juga telah
terjadi penembakan terhadap warga yang sedang mencari udang. Peristiwa ini
mengakibat satu orang terluka sedangkan yang melarikan diri ke hutan sekitarnya.
-          Jum'at 23 Juli 99 : pukul 08.00 pasukan TNI mengamati pesantren Tengku
Bantaqiah dari seberang sungai.
-          Pukul 09.00 pasukan TNI melakukan pembakaran ruma penduduk yang
letaknkya kira2 100 meter disebelah Timur pesantren Tengku bantaqiah.
-          Pukul 11.00 Pasukan TNI yang berseragam dan mengenakan senjata
lengkap dan sebagian dari mereka menutupi wajahnya dengan cat hitam dan hijau.
Mulai memasuki wilayah pesantren.
-          Pukul 11.30 Pasukan tersebut dengan mencaci maki dan menghujat
Tengku Bantaqiah agar Tengku Bantaqiah mau segera menemui mereka.

8
Dikarenakan pada waktu itu hari Jum'at dan sudah menjadi kebiasaan di
pesantren, para santri - berkumpul di pesantren yang memiliki dua lantai yang
terbuat dari papan dan kayu balok tetap melakukan seperti biasanya. Setelah
cukup lama tengku Bantaqiah turun bersama dengan seorang muridnya untuk
menemui pasukan tersebut. Setelah berbincang-bincang, semua murid/santri laki-
laki disuruh turun sedangkan yang wanita diatas pesantren, dikumpulkan ditanah
lapang dengan duduk jongkok dan menghadap kesungai.
-          Pukul 12.00 setelah santri laki-laki berkumpul, pimpinan pasukan tersebut
meminta kepada Tengku Bantaqiah untuk menyerahkan senjata yang ia miliki.
Karena Tengku Bantaqiah merasa tidak pernah memiliki senjata yang mereka
maksud, maka Tengku Bantaqiah hanya membantah tuduhan tersebut. Namun
dengan pengakuan Tengku Bantaqiah tentara tidak puas dan lalu mereka
mempersoalkan sebuah antenna radio pemancar yang terpasang pada atap
pesantren. Lalu pompinan pasukan tersebut memerintahkan agar segerap
melepaskan antenna tersebut dengah menyuruh putra Tengku Bantaqiah yang
bernama Usman untuk menaiki atap pesantren. Sebelum Usman menaiki atap
pesantren tersebut ia menuju rumah untuk mengambil peralatan, namun sebelum
mencapai rumah yang jaraknya hanya 7 meter dari tempat berkumpul para santri,
seorang pasukan memukul Usman dengan senjata api. Melihat perlakuan ini,
Tengku Bantaqiah mencoba untuk mendekati putranya tersebut. Bersamaan
dengan mendekatnya tengku Bantaqiah ke tempat pemukulan tersebut, dengan
aba-aba tentara menembak Tengku Bantaqiah dengan menggunakan senjata
pelontar BOM sehingga tersungkurlah Tengku Bantaqiah, setelah itu tembakan
beruntun ditujukan ke arah kumpulan Santri. Tanpa perlawanan sama sekali
pasukan ini menembak dengan membabi buta sehingga santri yang jumlahnya
mencapi puluhan orang itu tewas dan terluka.
Setelah penembakan yag dilakukan berulang ulang ini, pasukan
mengumpulkan santri yang masih hidup untuk dibariskan disebelah rumah tengku
Bantaqiah. Beberapa saat kemudian dengan dalih akan membawa mereka berobat,
santri yang mengalami luka atau tidak sama sekali diangkut dengan menggunakan
truk menuju Takengon Aceh Tengah. Hanya beberapa orang saja yang sengaja
ditinggalkan. Ditengah perjalanan menuju takengon tersebut, santri-santri ini pada

9
kilometer 7 diturunkan dan diperintahkan untuk duduk jongkok ditepi jurang.
Setelah jongkok satu orang dari para santri ini terjun ke dalam jurang masuk
kedalam hutan yang lebat. Mengetwhui salah santri terjun ke jurang santri yang
langsung di tembak beruntun oleh pasukan pengalawalan ini.
Pukul 16.00 pasukan dengan memerintahkan warga setempat untuk
menguburkan Tengku Bantaqiah dan murid. Sedangkan santri wanita dan istri-
istri almarhum dibawa menujua Mushola yang berada diseberang sungai. Setelah
penguburan usai, wanita tersebut disuruh kembali ke pesantren.
Keadaan terakhir: pesantren ini sulit untuk dapat melanjutkan aktivitas
keshariannya mengingat saran dan prasarana antara lain kitab-kitab berserta Al-
qur'an yang tersedia telah habis terbakar bersamaan dengan tewasnya Tengku
Bantaqiah beserta sebagian muridnya.Sebagai akibat penembakan oleh pasukan
TNI terhadap warga pesantren tersebut.
Hasil dari operasi yang dilakukan oleh TNI terhadap pesantren Tengku
Bantaqiah ini masih menyisakan berbagai pertanyaan yang sampai saat ini belum
terjawab. Sehingga warga Meulaboh atau Aceh Barat menjadi resah. Keresahan
ini sangat beralasan sebab bagaimana mungkin seorang ulama ternama dapat
dicabut nyawanya oleh TNI tanpa prosedur, apalagi mereka rakyat biasa, tentunya
lebih gampang lagi melakukannya. Begitu kira-kira alasan mereka. Dari hasil
penelitian warga setempat, masih belum jelas jumlah yang tewas, sebab menurut
saksi, masih banyak dari murid-murid Bantaqiah sampai saat ini belum ditemukan
makamnya atau keberaaanya.

10
BAB V
PENUTUP
A.    Simpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara
akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
B.     Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain 

11
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, 2010, PENDIDIKAN PANCASILA. Edisi reformasi, PARADIGMA,
2010
Buku LKS PPKN kelas X Tahun Pelajaran 2013/2014
http://nasional.news.viva*co.id/news/read/367132-lagi--tki-diperkosa-di-malaysia
http://id.wikipedia*org/wiki/Hak_asasi_manusia
http://deniphantom.blogspot*com/2012/11/mengenai-pasal-31-uud45.html

12

Anda mungkin juga menyukai