Anda di halaman 1dari 33

HUKUM ISLAM & HAM

PRINSIP HAM DALAM HUKUM


HAM INTERNASIONAL

SURYO HILAL, SH.MH


PRINSIP-PRINSIP
HAK ASASI MANUSIA

Beberapa prinsip telah menjiwai hak-hak asasi


manusia internasional.
Prinsip-prinsip terdapat di hampir semua perjanjian
internasional dan diaplikasikan ke dalam hak-hak
yang lebih luas. Prinsip kesetaraan, pelarangan
diskriminasi dan kewajiban positif yang dibebankan
kepada setiap negara digunakan untuk melindungi
hak-hak tertentu.
Tiga contoh di antaranya akan
didiskusikan di bawah ini.
3 PRINSIP HAM INTERNASIONAL

PRINSIP PRINSIP Kewajiban Positif


KESETARAAN DISKRIMINASI untuk Melindungi
Hak-Hak Tertentu
PRINSIP KESETARAAN
(EQUALITY)

01 
PRINSIP
KESETARAAN
Prinsip kesetaraan
02
Definisi dan Pengujian
Kesetaraan 03 
Tindakan Afirmatif (atau
Diskriminasi Positif)

mengekpresikan gagasan Kesetaraan mensyaratkan


menghormati martabat yang adanya perlakuan yang
melekat pada seluruh umat setara, di mana pada SLIDE SELANJUTNYA

manusia. situasi sama harus


diperlakukan dengan sama,
Secara spesifik dalam pasal 1 dan dengan perdebatan, di
DUHAM, ini adalah dasar mana pada situasi yang
HAM: “semua manusia berbeda diperlakukan
dilahirkan bebas, setara dalam dengan berbeda pula.
martabat dan hak”.
TINDAKAN AFIRMATIF (DISKRIMINASI POSITIF)
Masalah muncul ketika seseorang berasal dari posisi yang berbeda tetapi diperlakukan secara sama.
Jika perlakuan yang sama ini terus diberikan, maka Tentu saja perbedaan ini akan terjadi terus
menerus walaupun standar hak asasi manusia telah ditingkatkan. Karena itulah penting untuk
mengambil langkah selanjutnya guna mencapai kesetaraan. Tindakan afirmatif mengizinkan negara
untuk memperlakukan secara lebih kepada kelompok tertentu yang tidak terwakili.
Misalnya, jika seorang laki-laki dan perempuan dengan kualifikasi dan pengalaman yang sama
melamar untuk perkerjaan yang sama, tindakan afirmatif dapat dilakukan dengan mengizinkan
perempuan untuk diterima hanya dengan alasan karena lebih banyak laki-laki yang melamar di
lowongan pekerjaan tersebut daripada perempuan.

Contoh lain, beberapa negara mengizinkan masyarakat adat untuk mengakses pendidikan yang lebih
tinggi dengan berbagai kebijakan yang membuat mereka diperlakukan secara lebih (favourable)
dibandingkan dengan orang-orang non adat lainnya dalam rangka untuk mencapai kesetaraan.

Contoh yang lebih detil dapat


dilihat pada Pasal 4 CEDAW dan Pasal 2 CERD. Catatannya adalah bahwa tindakan afirmatif hanya
dapat digunakan dalam suatu ukuran tertentu hingga kesetaraan itu dicapai. Namun ketika
kesetaraan telah tercapai, maka tindakan ini tidak dapat dibenarkan lagi.
PRINSIP DISKRIMINASI
01 PRINSIP
DISKRIMINASI
02 Definisi dan Pengujian
DISKRIMINASI


Pelarangan terhadap
diskriminasi adalah salah satu
bagian dari prinsip kesetaraan.
Diskriminasi adalah
kesenjangan perbedaan
perlakuan dari perlakuan yang
seharusnya sama/setara.
03 
Diskriminasi Langsung
dan Tidak Langsung

Jika semua orang setara, maka


Mengacu pada beberapa faktor SLIDE SELANJUTNYA
seharusnya tidak ada
yang berkontribusi pada diskriminasi
perlakuan yang diskriminatif
termaktub di dalam perjanjian HAM
(selain tindakan afirmatif yang international, diantaranya: ras,
dilakukan untuk mencapai warna kulit, seks, bahasa, agama,
kesetaraan). politik atau pandangan berbeda,
kebangsaan, pemilikan, kelahiran,
atau status lainnya.
DISKRIMINASI
LANGSUNG
Diskriminasi langsung adalah ketika seseorang
baik langsung maupun tidak langsung
diperlakukan dengan berbeda (less favourable)
daripada lainnya.

DISKRIMINASI

DISKRIMINASI TIDAK
LANGSUNG
Diskriminasi tidak langsung muncul ketika dampak dari hukum
atau
dalam praktek hukum merupakan bentuk diskriminasi,
walaupun hal itu tidak ditujukan untuk tujuan diskriminasi.
Misalnya, pembatasan pada hak kehamilan jelas akan
berpengaruh lebih besar kepada perempuan daripada kepada
laki-laki.
ALASAN DISKRIMINASI
Hukum hak asasi manusia internasional telah
memperluas alasan diskriminasi. Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia menyebutkan beberapa asalan
dskriminasi antara lain ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pendapat politik atau opini lainnya,
nasional atau kebangsaan, kepemilikan akan suatu
benda (property), kelahiran atau status lainnya. Semua
hal itu merupakan alasan yang tidak terbatas dan
semakin banyak pula instrumen yang memperluas
alasan diskriminasi termasuk di dalamnya orientasi
seksual, umur dan cacat tubuh
Kewajiban Positif untuk
Melindungi Hak-Hak
Tertentu
Menurut hukum hak asasi manusia internasional,
suatu negara tidak boleh secara sengaja
mengabaikan hak-hak dan kebebasan-kebebasan.
Sebaliknya negara diasumsikan memiliki kewajiban
positif untuk melindungi secara aktif dan
memastikan terpenuhinya hak-hak dan kebebasan-
kebebasan.
Untuk kebebasan berekspresi, sebuah negara boleh
memberikan kebebasan dengan memberikan sedikit
pembatasan. Satu-satunya pembatasan adalah suatu hal
yang secara hukum disebut sebagai pembatasan-
pembatasan .

Untuk hak untuk hidup, negara tidak boleh menerima


pendekatan yang pasif. Negara wajib membuat aturan
hukum dan mengambil langkah-langkah guna
melindungi hak-hak dan kebebasan-kebebasan secara
positif yang dapat diterima oleh negara.

Karena alasan inilah, maka negara berkewajiban


membuat aturan hukum yang melarang pembunuhan
untuk mencegah aktor non negara (non state
actor)melanggar hak untuk hidup. Penekanannya adalah
bahwa negara harus bersifat proaktif dalam menghormati
hak untuk hidup dan bukan bersikap pasif.
Sifat Mengikat Instrumen HAM
1. Derogasi
adalah pengecualian,dimana negara menyimpangi tanggung jawab secara hukum karena
situasi darurat, sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian internasional.

2. Reservasi adalah pernyataan sepihak suatu negara untuk tidak menerima berlakunya
ketentuan-ketentuan dari perjanjian internasional.

3. Deklarasi
pernyataan suatu negara untuk meniadakan atau memodifikasi akibat hukum dari suatu
perjanjian internasional.

4. Hak-hak terbatas
pembatasan dilkukan untuk menghormati hak dan reputasi orang lain atau demi keamanan
nas,ketertiban , kesehatan dan moral.

5. Hak yang tak dapat diderogasi


Tidak semua hak dapat diderogasi,kovenan tentangg hak-hak sipil dan politik menyebutkan
bahwa tak ada derogasi tentang hak hidup ,pelarangan penyiksaan, larangan perbudakan.

6. Hirarki hak
Pada hakekatnya HAM saling bergantung dan universal,meski ada yg berpendapat bahwa
terdapat hirarki hak
TUGAS RIVIEW FILM

FREDOOM WRITERS
ANALISA FILM tersebut dengan menggunakan teori maupun
prinsip Ham dalam hukum HAM internasional
Pelanggaran HAM apa saja yang telah
 dilanggar dalam film tersebut ?

Bagaimana seharusnya peran negara


 untuk dapat menjamin Hak Asasi
Manusia ? (terutama di Indonesia)

Apa pesan Edukatif dalam film tersebut, apakah


 metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan di
indonesia terhadap pelaku kejahatan yang belum
dewasa ?
KEBIJAKAN

 SILAHKAN MEMBUAT KELOMPOK


YANG BERANGGOTAKAN 3 ORANG

 INGAT GUNAKAN FOOTNOTE /


REFERENSI

 MAX 10 HALAMAN
HUKUM ISLAM DAN HAM
PERTEMUAN KE 7

SUBJEK DAN SUMBER


HAM INTERNASIONAL
AKTOR NEGARA-
Pemangku Kewajiban
SUBYEK HUKUM HAM
A. Negara Non Negara-pemangku
mrp subjek hkm internasional kewajiban, meliputi :
sekaligus subjek hkm HAM.Negara
dianggap melanggar HAM jika tak a.korporasi multinasional
melindungi hak WN, membiarkan
terjadinya pelanggaran HAM melalui b.Kelompok bersenjata
aparat2nya,baik kejahatan
genosida,kemanusiaan maupun
c.Individu.
kjhtn perang.

B. ORGANISASI
INTERNASIONAL

PBB, NATO, Komisi Eropa, ASEAN, dan


lainnya, dalam perkembangan
kontemporer hukum internasional juga Non Negara-pemangku hak.
seringkali dianggap sebagai subyek a. Individu
hukum internasional dan hukum hak asasi
manusia internasional, dan diletakkan b. kelompok lain.
sebagai aktor negara (state-actors)
SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

SUBJEK HUKUM
 “pihak yang dapat dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh
hukum”

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL


 sebuah entitas (seorang individu secara fisik, sekelompok orang, sebuah
perusahaan atau organisasi) yang memiliki hak dan kewajiban berdasarkan
hukum internasional.

NEGARA
 Negara merupakan subyek utama hukum internasional dan dengan
demikian juga merupakan subyek hukum hak asasi manusia
NEGARA SEBAGAI SUBYEK HK. INTERNASIONAL

Penduduk yg Tetap

Wilayah yg Pasti

NEGARA Pasal 1 Konvensi


Montevideo 1933
Pemerintah

Kemampuan utk
Berhubungan dg Negara
Lain
Subjek Hukum Internasional
1. Negara
Negara merupakan subjek Hukum UTAMA dalam Intemasional..
Negara sebagai subjek hukum intemasional harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
• penduduk tetap
• wilayah tertentu
• pemerintahan
• merdeka dan berdaulat penuh (kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain).
Negara sebagai subjek hukum internasional mempunyai kewajiban sebagai berikut:
o Tidak menjaiankan kedaulatan dalam wilayah negara lain.
o Tidak mengijinkan warga negaranya melakukan perbuatan yang melanggar kebebasan atau supremasi teritotial negara lain.
o Setiap negara wajib menghalangi aktivitas teroris yang dilakukan di dalam wilayahnya terhadap negara lain.
o Tidak campur tangan urusan dalam negeri negara lain.
Dalam hukum kebiasaan internasional, sebuah negara
dianggap melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia
(gross violation of human rights), ketika :

1 Negara tidak berupaya melindungi atau justru meniadakan hak-


hak warganya yang digolongkan sebagai non-derogable rights

2 Negara yang bersangkutan membiarkan terjadinya atau justru melakukan


melalui aparat-aparatnya tindak kejahatan internasional (international
crimes) atau kejahatan serius (serious crimes) yaitu kejahatan genosida,
kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang

3 Negara tersebut gagal atau tidak mau menuntut


pertanggungjawaban dari para aparat negara pelaku tindak
kejahatan tersebut
Persekutuan

Antar Pemerintah Inter-Governmental


Organization

Didirikan dg
Konstitusi
Perjanjian
Organisasi
ORGANISASI Internasional
INTERNASIONAL
PUBLIK
Memiliki Alat Charter/Piagam
Perlengkapan
(Organ)
Piagam PBB
Piagam ASEAN
Hukum yg Berlaku
adl Hukum
Internasional
ORGANISASI INTERNASIONAL SBG SUBYEK
HUKUM INTERNASIONAL

Kemampuan
Mengadakan
NEGARA
Hubungan dg
Subyek HI lain

International KONSTITUSI
Legal ORGANISASI
Personality

Kemampuan
Membuat International
Perjanjian Legal Capacity
Internasional
AKTOR NON NEGARA

1. Korporasi Multinasional (Multinational


Corporations)
2. KELOMPOK BERSENJATA
3. INDIVIDU
Korporasi Multinasional (Multinational
Corporations)
Perkembangan institusi internasional pasca Perang
Dunia II sangat luar biasa pesatnya, terutama di Dalam konteks relasi kekuasaan,
bidang yang berkaitan dengan ekonomi. beberapa perusahaan multinasional
Perkembangan ini mencakup pembentukan World dianggap mempunyai “kekuasaan”
Bank, IMF, GATT/WTO Yang merupakan
pengganti bagi kegagalan sewaktu mencoba
yang melebihi negara, sehingga
mendirikan Organisasi Perdagangan Internasional, mempunyai potensi sebagai pelanggar
dan organisasi internasional lainnya Serta ide hak asasi manusia secara 56 Prinsip-
seperti Marshall Plan. Periode yang ini juga Prinsip Hak Asasi Manusia dalam
mencakup pembentukan PBB dan sejumlah
organisasi internasional lainnya dan
Hukum Hak Asasi Manusia
pengembangan sejumlah perjanjian mengenai hak Internasional langsung (karena
asasi manusia yang keseluruhannya merupakan seringkali mereka juga mempunyai
suatu paradigma subyek hukum internasional. Di kekuatan keamanan setara kekuatan
negara-negara asing, sebagian Orang berpendapat
bahwa perusahaan transnasional juga merupakan
militer), maupun secara tidak langsung
subyek ukum internasional, dan dasar utamanya melalui kebijakan suatu negara yang
adalah ketentuan dalam Code of Conduct for mengupayakan kepentingan investasi
Transnational Corporations. dari perusahaan multinasional tersebut.
KELOMPOK BERSENJATA:
1. Maraknya konflik baik internasional maupun domestik yang
tidak hanya melibatkan aktor negara juga meletakkan aktor-
aktor non-negara yang terlibat konflik bersenjata sebagai
subyek dalam hukum hak asasi manusia internasional
mengingat potensi mereka sebagai pelindung sekaligus
sebagai pelanggar hak asasi manusia.

2. Gerakan perlawanan atau pembebasan yang bersenjata seperti Tamil Elam,


MNLF, atau Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dianggap sebagai subyek Hukum.
Pengakuan ini dipertegas dengan dilibatkannya mereka sebagai kelompok
secara langsung dalam upaya-upaya dialog perdamaian dengan negara
berdaulat yang mereka “gugat”. DAN banyak ahli hukum internasional berarti
secara implisit, kelompok-kelompok bersenjata ini diakui sebagai international
personality.
Terorganisir
& Ada Pemimpin

Menggunakan Tanda
Pengenal/Uniform sbg
Identitas

Menaati Hukum &


Kebiasaan Perang
PEMBERONTAK

Membawa Senjata
BELLIGERENT
scr Terbuka

Menguasai Wilayah
scr Efektif

Mendapat
Dukungan dr Rakyat
mapan

Politik

Kaum
Belligerency Pemberontak Entitas Mandiri
Ekonomi

Militer Ex : Palestine
Liberation
Organization
Belum
mapan
Kaum
Insurgency
3. Individu
Perjanjian Perdamaian Versailles Tahun 1919 yang mengakhiri Perang Dunia I
antara Jerman dengan Inggris dan Perancis telah menetapkan individu dapat
mengajukan perkara atau dituntut ke Mahkamah Internasional.
Perbuatan individu yang dapat dituntut ke Mahkamah Internasional, antara
lain:
1. Kejahatan terhadap perdamaian (mengobarkan perang).
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan (pelanggaran HAM beraf).
3. Kejahatan terhadap perang (melanggar Hukum Perang).
4. Kesepakatan jahat bertaraf internasional.

hukum hak asasi internasional juga meletakkan individu sebagai subyek hukum, tidak hanya
sebagai pemilik hak tapi juga pemikul tanggung jawab, melalui sebuah konsep yang disebut
sebagai individual criminal responsibility, serta konsep command responsibility. Kedua
konsep ini pertama kali diperkenalkan pada Pangadilan Internasional di Nuremberg dan Tokyo
yang mengadili para penjahat Perang Dunia Kedua. Selanjutnya Statuta ICTY (International
Criminal Tribunal for former Yugoslavia) memberikan sumbangan besar terhadap
pengembangan. konsep individual criminal responsibility dan command responsibility yang
menegaskan mereka yang dianggap bertanggung jawab pidana secara Individu tidak hanya
orang yang melakukan tapi juga yang memerintahkan melakukan tindak kejahatan.ICTY
(International Criminal Tribunal for ormer Yugoslavia) pula yang memperkenalkan praktek
penerapan command
responsibility dalam pengadilan pidana
AKTOR NON NEGARA- PEMANGKU HAK
1.INDIVIDU

Dalam perkembangan wacana mengenai subyek hukum internasional dewasa ini, terdapat
kecenderungan untuk bergeser dari hukum internasional yang berorientasi pada negara. Negara-
negara telah mulai menciptakan norma-norma yang lebih ditujukan bagi kesatuan dan individu
lainnya untuk mengatur pola hubungannya: legal person, termasuk perusahaan pada umumnya,
organisasi non-pemerintah internasional, individu-individu yang bertanggungjawab dalam suatu
organisasi internasional dan individu itu Sendiri. Beberapa perjanjian hak asasi manusia memberi
kesempatan kepada individu untuk mengajukan pengaduan secara langsung ke hadapan badan-badan
internasional,66 beberapa perjanjian lain, seperti Konvensi Genosida
AKTOR NON NEGARA- PEMANGKU HAK
2. KELOMPOK LAIN
Generasi ketiga hak asasi manusia juga memperkenalkan apa yang disebut sebagai
hak kelompok, yang pada awalnya hanya bersifat afirmatif terhadap pemenuhan hak
ekonomi sosial dan budaya, namun pada perkembangannya juga meliputi hak sipil
dan politik karena kedua “jenis” hak tersebut memang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Yang dimaksud sebagai kelompok di sini memang bersifat progresif,
mengikuti perkembangan wacana hukum hak asasi manusia internasional. Tetapi
setidaknya ada tiga kelompok utama yang diakui sebagai subyek hukum hak asasi
manusia Internasional, yaitu indigenous people, refugees, dan minorities. Berbagai
perjanjian internasional hak asasi manusia, serta keputusan-keputusan penting
pengadilan, juga adanya mekanisme khusus dalam PBB baik yang berupa komite,
special rapporteur, working groups, maupun independent experts menguatkan
keberadaan tiga kelompok ini sebagai subyek dalam hukum hak asasi manusia
internasional
SUMBER HUKUM & SIFAT
DASAR HAM
Menurut pasal 38 Piagam mahkamah
Internasional, sumber hukum formal terdiri
dari :
1. Perjanjian Internasional, (traktat/Treaty)
2. Kebiasaan-kebiasaan internasional yang
terbukti dalam praktek umum dan
diterima sebagai hukum
3. Asas-asas umum hukum yang diakui oleh
negara-negara beradab
4. Yurisprudency, yaitu keputusan hakim
hukum internasional yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap
5. Doktrin, yaitu pendapat para ahli hukum
internasional.
SUMBER-SUMBER HUKUM HAM

Hukum kebiasaan internasional yaitu Hkm Perjanjian Internasional (Treaty) Kesepakatan Bilateral dan
norma hkm yg dibentuk melalui Dibuat oleh para pelaku Hkm Internasional
dan organisasi internasional. regional
pertukaran kebiasaan antar negara2 dlm
kurun waktu tertentu
Sumber-sumber yang tidak mengikat secara hukum

Deklarasi organisasi
1 internasional dan
regional

Kebijakan dan praktrek


2 internasional

Kebijakan dan
3 praktrek nasional.
Sumber HI ada dalam Statuta Mahkamah International (ICJ)
Pasal 38 ayat (1)
1. Perjanjian internasional, baik bersifat umum maupun khusus berisi ketentuan
hukum yang diakui oleh pihak yang bersengketa;
2. Kebiasaan-kebiasaan intl, sbg bukti dari satu kebiasaan umu diterima sbg
hukum;
3. Prinsip-prinsip hukum umum diakui oleh bangsa-bangsa beradab;
4. Keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran para sarjana yang paling terkemuka
dari berbagai negara sebagai sumber tambahan dalam menetapkan kaidah-
kaidah hukum.

Anda mungkin juga menyukai