Anda di halaman 1dari 16

Diskriminasi Sistematis Terhadap Kelompok Rentan

Menuai Pelanggaran HAM di Indonesia

(Studi Kasus : Diskriminasi terhadap Kelompok Jemaat Ahmadiyah)

Usulan Penelitian untuk Tesis

Program Studi Magister Hukum Litigasi

Diajukan oleh :

A.A. Ngurah Made Pandu Prabawa

19/450883/PHK/10872

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multi ras, etnis, agama, dan

bahasa. Hasil sensus penduduk Tahun 2010 menunjukan jumlah suku bangsa yang

ada di Indonesia secara keseluruhan mencapai lebih dari 1.300 suku bangsa, 6

jenis agama yang diakui pemerintah ditambah aliran kepercayaan, dan terdapat

2.500 jenis bahasa daerah (Hasil Sensus Penduduk 2010, 2011: 5-6).

Keberagaman tersebut dipersatukan dengan simpul Pancasila yang menunjukan

Indonesia sebagai Negara yang plural dan multikultural. Prinsip-prinsip yang

tertuang di dalam Pancasila sebagai simpul pemersatu Bangsa Indonesia

kemudian dipertegas dengan berbagai peraturan perundangan yang menjamin Hak

Asasi Manusia Indonesia.

Indonesia berkomitmen dalam menegakan prinsip kebebasan, kesetaraan,

persaudaraan, dan anti diskriminasi sebagaimana ciri khas Hak Asasi Manusia.

Prinsip-prinsip tersebut juga telah dituangkan di dalam berbagai ketentuan

internasional yang kemudian diratifikasi menjadi peraturan nasional oleh Negara

Indonesia1. Pasal 1 Universal Declaration of Human Rights (UDHR)

menyebutkan bahwa, “All human beings are born free and equal in dignity and

rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one

another in a spirit of brotherhood” 2. Dalam ketentuan Pasal 1 UDHR dapat

dipahami tentang prinsip kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan. Prinsip anti

1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis,
merupakan hasil ratifikasi International Convention on The Elimination of All Forms of Racial
Discrimination 1965 (Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial, 1965)
2
Pasal 1 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) diterjemahkan, “Semua orang dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati
nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
diskriminasi juga dengan tegas dijelaskan pada Pasal 2 Universal Declaration of

Human Rights, “Everyone is entitled to all the rights and freedoms set forth in this

Declaration, without distinction of any kind, such as race, colour, sex, language,

religion, political or other opinion, national or social origin, property, birth or

other status. Furthermore, no distinction shall be made on the basis of the

political, jurisdictional or international status of the country or territory to which

a person belongs, whether it be independent, trust, non-self-governing or under

any other limitation of sovereignty”3.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

memberikan jaminan tentang berbagai hak-hak asasi manusia Indonesia 4, bahkan

secara khusus Pasal 28 I Ayat (2)5 memberikan jaminan perlindungan terhadap

kebebasan dari perlakuan yang diskriminatif. Hal tersebut kemudian dipertegas di

dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-

20256 yang menyebutkan bahwa arah, tahapan, dan prioritas pembangunan jangka

panjang tahun 2005-2025 salah satunya adalah terwujudnya Indonesia yang

demokratis, berlandaskan hukum dan berkeadilan dimana sebagai salah satu

3
Pasal 2 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) diterjemahkan, Setiap orang berhak atas
semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada
pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran
atapun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan
politik, hukum atau kedudukan internasional dari Negara atau daerah dari mana seseorang
berasal, baik dari Negara yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah perwalian, jajahan
atau yang berada di bawah batasan kedaulatan yang lain.
4
Lihat, Pasal 28, 28 A sampai dengan Pasal 28 J, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
5
Pasal 28 I Ayat (2), “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu”.
6
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025.
indikator pemenuhannya adalah dengan memantapkan pelembagaan nilai -nilai

demokrasi yang menitikberatkan pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi,

dan kemitraan (RPJPN 2005-2025 : 42).

Diskriminasi merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Diskriminasi adalah

pembedaan perlakuan. Perbedaan perlakuan tersebut bias disebabkan warna kulit,

golongan atau suku, dan bias pula karena perbedaan jenis kelamin, ekonomi,

agama, dan sebagainya (ILRC, 2009 : 2). Pasal 1 ayat 3 undang-undang nomor 39

tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menjelaskan, “Diskriminasi adalah setiap

pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung

didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,

kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,

keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan

pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar

dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,

hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya”.

Ironinya, masyarakat yang multikultural hingga masa reformasi belum

terwujud. Keanekaragaman Indonesia berpotensi menuai diskriminasi rasial atau

diskriminasi etnis yang mendasarkan pada agama dan kepercayaan yang terjadi di

antara masyarakat, mengingat keanekaragaman tersebut dibarengi dengan tingkat

pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang relatif rendah (disadur dari

Armiwulan, 2015 : 493). Berbagai tindakan yang diskriminatif baik yang

dilakukan oleh pemerintah maupun kelompok masyarakat masih sering terjadi.

Pelanggaran-pelanggaran HAM yang diawali dengan adanya pengelompokan


masyarakat terjadi di Indonesia. Hak konstitusional yang dijamin di dalam

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 untuk terbebas dari perlakuan yang

diskriminatif kemudian seringkali tidak dapat dijamin oleh Negara7, hingga

berujung pada meletusnya beberapa tragedi kemanusiaan di Indonesia.

Penegakan hukum menjadi salah satu instrumen yang diperlukan dalam

menangani persoalan pelanggaran HAM. Melalui penegakan hukum diharapkan

pemenuhan rasa keadilan masyarakat akan dapat terealisasikan dengan baik.

Namun Peraturan yang bersifat diskriminatif seringkali membangun stigma bahwa

kelompok satu dengan lainnya ditengah masyarakat adalah berbeda. Semangat

anti-diskriminasi yang dituangkan dalam berbagai ketentuan internasional yang

telah diratifikasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 di Indonesia seringkali bersifat kontradiktif dengan peraturan dibawahnya.

Perilaku aparat pemerintah seringkali mencerminkan fenomena

diskriminasi telah terjadi secara sistematis dan luas. Payung hukum yang

dibangun sebagai alat untuk menjamin dihormati dan tegaknya hak asasi manusia,

seringkali hanya terbatas pada pencapaian keadilan yang prosedural dan jauh dari

tercapainya keadilan yang substantif. Masalah tersebut kemudian diperparah

dengan tidak adanya kebijakan untuk memerangi impunitas8 terhadap berbagai

kasus diskriminasi. Setara Institute9 dalam Suara.com pada Hari Selasa, 13

Agustus 2019 menjelaskan bahwa telah menemukan 24 produk hukum daerah

7
Lihat, Pasal 28i ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8
Impunitas adalah kegagalan sebuah pemerintah untuk mengambil atau melaksanakan tindakan
hukum kepada pelaku pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (ELSAM, 2014)
9
Setara Institute adalah organisasi yang didirikan oleh beberapa individu (aktivis HAM) yang
didedikasikan untuk ide bahwa setiap orang harus diperlakukan sama sementara menghormati
keberagaman, mengutamakan solidaritas dan menjunjung tinggi martabat manusia.
diskriminatif di Yogyakarta, dan 91 produk hukum daerah di Jawa Barat selama

September 2018 sampai Februari 2019, yang berpengaruh pada akses pelayanan

publik.

Uraian tersebut menjelaskan bahwa di indonesia menunjukan adanya

diskriminasi yang sistematis. Semangat anti diskriminasi yang telah dicanangkan

dan tertuang pada peraturan berbagai peraturan nasional hanya sebatas pada

terwujudnya keadilan yang prosedural dan belum dimaknai sebagai keadilan yang

substantif (Armiwulan, 2015 : 501). Hal tersebut juga diperparah dengan proses

penegakan hukum yang tidak benar-benar mewujudkan keadilan yang substantif

melainkan hanya mewujudkan keadilan yang prosedural.


1. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan tersebut, maka permasalahan yang dapat

dikaji dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah perlindungan hak asasi manusia (HAM) yang dituangkan

dalam dokumen internasional yaitu Deklarasi Universal tentang Hak

Asasi Manusia dan Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan

Politik telah terakomodasi didalam ketentuan peraturan perundang-

undangan?

2) Apakah implementasi ketentuan peraturan perundang-undangan

tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip HAM yang tertuang di

dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia dan Perjanjian

Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik?

3) Bagaimanakah diskriminasi secara sistematis yang terjadi terhadap

kelompok rentan sehingga menuai pelanggaran HAM di Indonesia?

4) Apakah upaya perlindungan yang diberikan pemerintah terhadap

korban diskriminasi dari kelompok rentan telah sesuai dengan prinsip-

prinsip HAM?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian tentang

Diskriminasi sistematis terhadap kelompok rentan menuai pelanggaran

HAM di Indonesia yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis.


1) Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap

Implementasi perlindungan terhadap prinsip-prinsip HAM yang telah

diakui. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi

masukan bagi pemerintah dan aparat penegak hukum khususnya

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penerapan kebijakan dan

pelaksanaan tugas-tugas kepolisian yang berkaitan dengan perlindungan

hak asasi manusia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

masyarakat dalam membangun upaya–upaya pencegahan terhadap

pelanggaran hak asasi manusia dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.

2) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan tambahan

kepustakaan informasi serta bahan ajar di bidang hukum pada umumnya,

dan secara khusus pada hukum dan HAM yang berkaitan dengan

kelompok rentan.

3. Keaslian Penelitian

Penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Gajah Mada dan basis data perpustakaan lain di internet menunjukan

hasil bahwa belum ada penelitian maupun tulisan yang secara spesifik

membahas tentang “diskriminasi sistematis terhadap kelompok rentan

menuai pelanggaran”. Namun sebagai perbandingan, penulis menemukan


beberapa tulisan atau penelitian yang relevan dengan permasalahan yang

akan dibahaas dalam penelitian ini.

1. Tesis dengan judul “aaaaaaaaaaaaaa”. Rumusan masalah yang

diangkat adalah sebagai berikut :

a. Aaaa

b. Bbbb

c. Cccc

2. Tesis dengan judul “bbbbbbbbbbb”. Rumusan masalah yang

diangkat adalah sebagai berikut :

d. Aaaa

e. Bbbb

f. Cccc

3. Tesis dengan judul “ccccccccccccc”. Rumusan masalah yang

diangkat adalah sebagai berikut :

g. Aaaa

h. Bbbb

i. Cccc

Dari rumusan masalah ketiga tesis pembanding tersebut di atas,

maka dapat diketahui perbedaan dengan permasalahan yang

akan dikaji oleh penulis dalam penelitian ini.


B. Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan permasalahan penelitian di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apakah perlindungan hak asasi manusia (HAM) sebagaimana

tertuang di dalam dokumen internasional yaitu Deklarasi Universal tentang

Hak Asasi Manusia dan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak sipil dan

Politik telah terakomodasi di dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2. Mengetahui apakah implementasi peraturan perundang-undangan

tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip M yang tertuang di dalam

Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia dan Perjanjian

Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

3. Mengetahui bagaimana Diskriminasi secara sistematis yang terjadi

terhadap kelompok rentan menuai pelanggaran HAM di Indonesia.

4. Mengetahui Apakah upaya perlindungan yang diberikan pemerintah

terhadap korban diskriminasi dari kelompok rentan telah sesuai dengan

prinsip-prinsip HAM.

C. Hipotesis
D. Metode Penelitian

1. Bahan Penelitian, lokasi, dan responden.

2. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data.

Yuridis normatif

3. Penyajian, Analisis dan Interpretasi Data.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). (2014). Hak

Asasi Diakui tapi Tidak Dilindungi : Catatan Hak Asasi Manusia dimasa

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014).

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). (2011). Negara

Tak Kunjung Terusik : Laporan Hak Asasi Manusia Peristiwa Penyerangan

Jama’ah Ahmadiyah Cikeusik 6 Februari 2011. Jakarta.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). (2019). Panduan

Pemolisian dan Hak Berkeyakinan, Beragama, dan Beribadah. Jakarta.

Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (2013). Terali Besi untuk Korban: Legal Proceeding

Advokasi Kasus-Kasus Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan. Jakarta :

Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

The Indonesian Legal Resource Center (ILRC). (2009). Buku Saku untuk Kebebasan

Beragama. Jakarta.

The Wahid Institute. (2013). Lampu Merah Kebebasan Beragama : Laporan Kebebasan

Beragama dan Toleransi di Indonesia. Jakarta.

International NGO Forum on Indonesian Development (infid). (2019). Kelompok

warga rentan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa

Sehari-Hari Penduduk Indonesia : Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta.


Republic Indonesia. (2000). Consolidated Report of The Republic of Indonesia on The

Implementation of the International Convention on The Elimination of All Forms

of Racial Discrimination (ICERD).

Committee on the on Economic, Social, and Cultural Rights (ICECR). (2014).

Alternative Report on Indonesia.

Alternative Report on ICERD. (2007). Breaking the Smoke-Screen of Racial

Discrimination and Impunity in Indonesia.

Peraturan Perundang-undangan

United Nations (UN). 1948. United Nations Universal Declaration of Human Rights.

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

tentang Dasar Negara.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak

Asasi Manusia.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan

International Covenant On Civil and Political Rights (Kovenan Internasional

tentang Hak Sipil dan Politik).

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.


Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008

tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.

Republik Indonesia, Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008, Nomor

KEP-033/A/JA/6/2008, Nomor 199 Tahun 2008 tentang Peringatah dan Perintah

Kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah

Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat.

Jurnal

Armiwulan, Hesti. (2015). Diskriminasi Rasial dan Etnis sebagai Persoalan Hukum

dan Hak Asasi Manusia. Jurnal masalah-masalah hukum volume 44, hal 493-531

Internet

Ali, Surya Dharma. (2011). Menteri Agama: Perda pelarangan Ahmadiyah sesuai aturan.

Dalam Beritasatu.com, diambil dari link :

https://www.beritasatu.com/nasional/9160/menteri-agama-perda-pelarangan-ahmadiyah-

sesuai-aturan

Wardah, Fathiyah. (2012). Setahun Insiden Cikeusik, Warga Ahmadiyah Belum Bisa Pulang.

Dalam voaindonesia.com, diambil dari link : https://www.voaindonesia.com/a/warga-

ahmadiyah-cikeusik-belum-bisa-pulang-138771039/104503.html

ELSAM. (2014). Impunitas. Dalam referensi HAM ELSAM, diambil dari link :

https://referensi.elsam.or.id/2014/09/impunitas/
Tuasikal, Rio. (2019). Jabar Punya 91 Perda Diskriminatif tapi Perlahan Berbenah. Dalam

voaindonesia.com, diambil dari link : https://www.voaindonesia.com/a/jabar-punya-91-

perda-diskriminatif-tapi-perlahan-berbenah/5014758.html

Nirkomala. (2019). Mataram Enggan Menambah Pengungsi Ahmadiyah. Dalam

antaranews.com, diambil dari link : https://www.antaranews.com/berita/926536/mataram-

enggan-menambah-pengungsi-ahmadiyah

Setara Institute. (2005). Profil Setara Institute. Dalam Setara Institute for Democracy and

Peace, diambil dari link : http://setara-institute.org/profile/

Fahmi, Yusron. (8 Februari 2019). Minggu Berdarah Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik 8

Tahun Silam. diambil dari link :

https://www.liputan6.com/news/read/3888133/minggu-berdarah-Jemaat-ahmadiyah-di-

cikeusik-8-tahun-silam
1. Judul

Konstruksi hukum dalam menangkal penyebaran paham radikal melalui

media social.

Rumusan masalah :

1) Bagaimanakah formulasi penangkalan penyebaran paham radikal

melalui media social saat ini ?

2) Apakah UU 19 Tahun 2016 tentang ITE dikonstruksikan guna

menangkal penyebaran paham radikal melalui media social?

3) Apakah pembatasan akses internet dan pembolkiran situs yang

mengandung penyebaran paham radikal melanggar ketentuan

demokrasi?

4)

2. Judul

Diskriminasi Sistematis Menuai Pelanggaran HAM di Indonesia

(Studi Kasus : Diskriminasi terhadap Kelompok Jemaat Ahmadiyah)

Anda mungkin juga menyukai