Anda di halaman 1dari 13

Hak Atas Perlindungan dari Kekerasan dan Diskriminasi Pasal

28 B (2) dan Pasal 28 I (2)

Nama

: Yusrinda Nurhajizah

NIM

: 12023231

Kelas

: VC

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan dan UU. Kesehatan dapat
terselesaikan. Adapun karya tulis yang disusun ini berjudul
Hak Atas Perlindungan dari Kekerasan dan Diskriminasi Pasal 28 B (2) dan Pasal 28 I (2)
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa izin dan
rahmatNya. Saya juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangankekurangan, baik berupa penulisan maupun dalam penyelesaiannya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran para pembaca makalah ini, guna mencapai kesempurnaan pada tugastugas yang akan datang. Saya juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Yogyakarta, 10 Januari 2015
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................1
Rumusan Masalah...................................................................................................2
Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian dari Diskriminasi....................................................................................3
Pengertian dari Anak...............................................................................................4
Pasal-pasal..............................................................................................................5
Solusi......................................................................................................................7
BAB II : PENUTUP KESIMPULAN........................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini
memperjuangkan hak asasinya, yaitu: kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh
penjajah.Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena
hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil
mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi
RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus
dilaksanakan dan dicapai. Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan
HAM, termasuk menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di
Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir
yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Oleh karena itu
sebagai warga negara yang baik kita seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Makalah ini akan
memperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan Negara Hukum.
Anak dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah merupakan masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga Negara berkewajiban untuk memenuhi hak setiap anak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi, memberikan perlindungan dari
tindak kekerasan dan diskriminasi.
Pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, karena anak dari sisi perkembangan fisik dan psikis
manusia merupakan pribadi yang lemah, belum dewasa dan masih membutuhkan perlindungan
Sekjend. Komnas Perlindungan Anak, Aris Merdeka Sirait sebagai pemateri dalam sosialisasi tersebut
mengatakan bahwa posisi Anak dalam Konstitusi UUD 1945, terdapat dalam pasal 28 B ayat 2 yaitu :
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Hak-hak Anak dalam berbagai Undang-Undang, antara lain UU No. 39/1999 tentang HAM
maupun UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak, dengan jelas mengatakan bahwa Akta
Kelahiran menjadi hak anak dan merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya. Dalam
UU tersebut dikatakan juga bahwa anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus yang menjamin
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Diskriminasi?
2. Apakah pengertian dari Anak?
3. Apakah sebab-sebab dari tindak diskriminasi terhadap anak usia dini?
4. Apakah akibat dari tindak diskriminasi terhadap anak usia dini?

C.TUJUAN PENULISAN
Tujuan saya dalam menulis makalah ini adalah untuk belajar. Melatih diri saya agar terbiasa
dengan tugas yang banyak. Serta memperkuat saya dalam berusaha disiplin. Dan untuk para pembaca
saya berharap bisa memahami apa isi yang saya sampaikan. Karena setiap manusia itu pastilah
memiliki kekeliruan. Walaupun demikian, manusia masih bisa berusaha menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya. Semoga bermanfaat dan bisa diamalkan.

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Diskriminasi
Pengertian diskriminasi dalam ruang lingkup hukum hak asasi manusia Indonesia (human
rights law) dapat dilihat dalam Pasal 1 Ayat (3) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
yang berbunyi, Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung
atau tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
Ketentuan mengenai larangan diskriminasi di atas juga diatur dalam International Covenant
on Civil and Political Rights (ICCPR) yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2005. Article 2 ICCPR berbunyi, Each State Party to the present Covenant
undertakes to respect and ensure to all individuals within its territory and subject to its jurisdiction the
rights recognized in the present Covenant, without distinction of any kind, such as race, color, sex,
language, religion, political or other opinion, national or social origin, property, birth or other status.
Mengacu pada kedua pemaknaan tersebut, Mahkamah Konstitusi dalam Putusan 028-029/PUUIV/2006 menyatakan bahwa diskriminasi harus diartikan sebagai setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama (religion), ras (race), warna
(color), jenis kelamin (sex), bahasa (language), kesatuan politik (political opinion).
Selain itu, telah dikenal pula konsep diskriminasi yang dapat dimaknai positif (positive
discrimination/affirmative action) apabila perlakuan khusus yang disepakati tersebut bertujuan untuk
mengoreksi praktek diskriminasi di masa lalu dan sekarang bagi kelompok-kelompok yang tertinggal
atau termarjinalkan melalui tindakan-tindakan aktif untuk menjamin persamaan hak. Hal tersebut
ditegaskan oleh Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, Setiap orang berhak mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
Diskriminasi positif dapat dibenarkan, tetapi memang hanya bersifat temporer (sementara)
apabila kedudukan antarkelompok telah sama dan setara. Konsep tersebut, misalnya, terdapat dalam
Pasal 4 ayat 1 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention
on The Elimination of All Forms of Discrimination Against WomenCEDAW) yang berbunyi,
Adoption by States Parties of temporary special measures aimed at accelerating de facto equality
between men and women shall not be considered discrimination as defined in the present Convention,
but shall in no way entail as a consequence the maintenance of unequal or separate standards; these
measures shall be discontinued when the objectives of equality of opportunity and treatment have
been achieved. Penggunaan langkah sementara yang dilakukan pemerintah untuk memacu kesetaraan
laki-laki dan perempuan secara de facto tidak dianggap sebagai diskriminasi. Tetapi hal itu tidak boleh

dilanggengkan karena sama dengan memelihara ketidaksetaraan dan standar yang berbeda. Langkah
itu harus segera dihentikan ketika tujuan dari kesetaraan, kesempatan dan tindakan telah tercapai.
Pengertian Anak
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan anatar seorang
perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh
wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak
Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus citacita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional.Anak adalah asset
bangsa.Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak
sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan
bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula
kehidupan bangsa yang akan datang.
Pengertian Anak dari Aspek Hukum. Dalam hukum kita terdapat pluralisme mengenai
pengertian anak.Hal ini adalah sebagai akibat tiap-tiap peraturan perundang-undangan yang mengatur
secara tersendiri mengenai peraturan anak itu sendiri.Pengertian anak dalam kedudukan hukum
meliputi pengertian anak dari pandangan system hukum atau disebut kedudukan dalam arti khusus
sebagai objek hukum.Kedudukan anak dalam artian dimaksud meliputi pengelompokan kedalam
subsistem sebagai berikut:
Pengertian anak berdasarkan UUD 1945. Pengertian anak dalam UUD 1945 terdapat di dalam
pasal 34 yang berbunyi: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara Hal ini
mengandung makna bahwa anak adalah subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi,
dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. Dengan kata lain anak tersebut merupakan
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat Terhadap pengertian anak menurut UUD 1945 ini, Irma
Setyowati Soemitri, SH menjabarkan sebagai berikut. ketentuan UUD 1945, ditegaskan
pengaturanya dengan dikeluarkanya UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang berarti
makna anak (pengertian tentang anak) yaitu seseorang yang harus memproleh hak-hak yang kemudian
hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rahasia,
jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berahak atas pelayanan untuk mengembangkan
kemampuan dan kehidupan sosial.Anak juga berhak atas pemelihraan dan perlindungan baik semasa
dalam kandungan maupun sesuadah ia dilahirkan .
Pengertian anak berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997
tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang
telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (deklapan belas) tahun
dan belum pernah menikah . Jadi dalam hal ini pengertian anak dibatsi dengan syarat sebagai
berikut: pertama, anak dibatsi dengan umur antara 8 (delapan) sampai dengan 18 (delapan belas)
tahun.Sedangkan syarat kediua si anak belum pernah kawin.Maksudnya tidak sedang terikat dalam
perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian cerai. Apabila si anak sedang terikat dalam

perkawinan atau perkawinanya putus karena perceraian, maka sianak dianggap sudah dewasa
walaupun umurnya belum genap 18 (delapan belas) tahun.

PASAL PASAL
Pasal 28 B ayat 2
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Setiap anak sejak dia lahir, memiliki hak untuk hidup,tumbuh, berkembang dan berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Maka, sejak lahir anak tersebut harus di asuh dan
diperlakukan selayaknya manusia. tidak boleh ada yang melakukan kekerasan atau pun diskriminasi,
walaupun hal tersebut dilakukan oleh keluarganya sendiri. Jika terjadi kekerasan atau diskriminasi
atas anak tersebut oleh keluarga sendiri, apalagi orang lain, maka orang yang melakukan kekerasaan
atas anak tersebut harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku di negara Indonesia.
Tindakan Eksploitasi Anak
Tindakan yang dilakukan oleh orang tua, teman atau orang yang berkepentingan yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan pribadi, keluarga atau golongan tidak dibenarkan. Dengan cara memperalat,
memanfaatkan atau memeras anak tidaklah sangat manusiawi, Eksploitasi seksual terhadap anak
mempunyai dampak yang sangat besar dalam kehidupan selanjutnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mereka terjerumus dalam dunia pelacuran, antara lain ratarata anak-anak mengaliami tekanan di dalam rumah:
1. Tekanan ekonomi, orangtua memaksa anaknya untuk menghidupi sendiri dan
memenuhi kebutuhan sekolah sendiri.
2. Tekanan psikologis, beberapa mengalami stres karena kurang kasih sayang, diacuhkan
orang tua dan merasa orang tua mereka terlalu banyak aturan yang menekan perasaan
mereka sama sekali tidak ada kebebasan.
3. Kekerasan fisik, kebanyakan dilakukan oleh bapak mereka ketika anak melakukan
pelanggaran terhadap aturan rumah.
4. Penyalahgunaan seksual, dialamai oleh salah seorang anak dampingan yang dilakukan
oleh kakak kandung sendiri.
Sedangkan tekanan dari luar yang mendukung mereka ketika mendapatkan tekanan dari rumah:
1. Pengaruh teman-teman sekolah yang mulai mengenalkannya dengan diskotik.
2. Pengaruh teman-teman kerja (pabrik, pub, billyard) yang mengenalkan pada kerja
tambahan untuk mendapatkan uang lebih dengan menemani para tamu untuk minum
atau ngedrug.
3. Hubungan sex pra nikah dengan pacar kemudian putus.
4. Dijebak baik oleh teman sendiri atau germo yang mengaku sebagai sahabat baru bagi
mereka untuk memakai salah satu jenis drug, kemudian merasa enjoy dan addic
kemudian mereka terpaksa melacur untuk bisa mendapatkan drug.

Pasal 28 I ayat 2
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu

Pasal ini sering dilanggar oleh masyarakat Indonesia baik secara sengaja maupun tidak.
Dewasa ini, di sekitar kita banyak terjadi kasus bullying. Contohnya yang baru-baru ini terjadi di
suatu sekolah di Tanggerang. Pelajar berusia 16 tahun itu dibullying dengan cara dilepas kancing
bajunya serta seragamnya dicoret-coret dengan kata-kata kotor.
Dalam kasus itu, korban melaporkan IAS selaku kakak kelas dengan Pasal 82 UU
Perlindungan Anak Junto Pasal 291 KUHP tentang pencabulan terhadap anak. Salah seorang pelaku
membantah melakukan aksi bullying terhadap yuniornya. Dia mengaku hanya memberi saran kepada
adik kelasnya agar tidak memakai seragam sekolah terlalu ketat. Karena korban melawan, akhirnya 2
buah kancing baju terlepas.
Meski membantah pelecehan, pihak SMAN9 tetap menjatuhi hukuman berupa sanksi teguran.
Sanksi memang telah dikeluarkan, namun yang terpenting adalah peran sekolah untuk menghilangkan
tradisi bullying senior terhadap junior yang selalu berulang tiap tahun ajaran baru tiba.
Seperti kasus bullying di atas, kasus-kasus sederhana juga sering terjadi di lingkungan sekitar.
Banyak yang tidak menyadari bahwa jika seseorang melakukan bullying itu sama saja orang tersebut
telah melakukan pelanggaran HAM.
Pasal-pasal dalam UUD 1945 yang mengatur tentang HAM, terutama pasal-pasal yang sering
dilanggar yaitu pasal 28I ayat 2 harus dijamin perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan
pemenuhannya agar tidak banyak terjadi pelanggaran HAM yang berat maupun ringan.
Selain itu agar tidak terjadi tindakan yang mendiskriminasi seseorang baik diskriminasi secara
fisik maupun non fisik.

SOLUSI
Pasal 28 B ayat 2
Ada beberapa solusi terhadap anak yang bekerja di tempat atau bersama orang dewasa, ada beberapa
hal yang bisa dilakukan antara lain:
1. Pelayanan pendidikan perlu dipastikan dan sifatnya harus gratis, wajib, relevan dan
menarik. Semua anak berhak atas pendidikan. Anak-anak dan orang tua harus melihat
sekolah sebagai pilihan yang lebih baik daripada bekerja.
2. Pemerintah harus memastikan agar semua anak punya akses terhadap pendidikan yang
wajib sebagai upaya pertama mengatasi masalah pekerja anak. Pemerintah harus
memiliki komitmen terhadap standar internasional, misalnya Konvensi International
Labour Organization (ILO) Convention No.182 mengenai bentuk-bentuk terburuk
pekerja anak yang telah diratifikasi 132 negara. Pemerintah harus memastikan agar ada
hukum yang bisa menjadi dasar untuk menindak pengusaha yang mengeksploitir anak.
3. Tersedianya sumber daya untuk upaya ini. Masalah pekerja anak harus menjadi agenda
penting bagi Departemen Keuangan maupun Depsos dan instansi terkait lainnya.
4. Sikap dan perilaku keluarga harus berubah. Sering kali keluarga dan masyarakat tidak
keberatan bila anak bekerja. Bahkan seringkali bekerja dianggap lebih tepat bagi anak
perempuan dari pada bersekolah. Sikap seperti ini harus diubah karena tidak akan
memberikan perlindungan bagi anak.
5. Hukum dan peraturan yang melarang pekerja anak harus diterapkan. Yang lebih
penting tentu saja penegakannya secara konsisten.
6. Pemerintah dan pihak lain harus mengetahui berapa banyak anak bekerja dalam
berbagai bidang. Pemerintah juga harus mengetahui gender, usia dan etnis anak untuk
memahami mengapa mereka menjadi rentan pada awalnya dan untuk menentukan t
tindakan yang tepat.
7. Anak-anak harus segera diangkat dari jenis pekerjaan terburuk bagi pekerja anak dan
diberi perawatan dan pendidikan. Pendapat anak perlu diperhitungkan dalam programprogram yang bertujuan untuk membantu pekerja anak. Jika anak-anak akan diberi
alternatif agar tidak lagi terlibat dalam pekerjaan berbahaya, maka mereka harus
menjadi mitra dalam menentukan jenis alternatif tersebut.
Pasal 28 I ayat 2
Agar HAM dapat di tegakkan di Indonesia, ada beberapa solusi yang dapat penulis
sarankan,antara lain:
1. Pemerintah melalui komnas HAM harus berusaha menegakkan pasal 28I ayat 2, dengan cara
seperti memperberat hukuman untuk pelanggar HAM.

2. Memberikan penyuluhan tentang HAM, pasal-pasal di dalam UUD 1945 yang mengikatnya, dan
jenis-jenis pelanggaran HAM kepada masyarakat.
3. Mengajarkan dan menerapkan HAM sejak dini agar generasi penerus bangsa tidak tercemari oleh
tindakan yang melanggar HAM.
Hanya itu yang dapat disampaikan oleh penulis. Alangkah lebih baik jika kita mengawali dengan halhal yang kecil dari diri kita sendiri seperti belajar menghargai satu sama lain. Hal tersebut akan
mengurangi pelanggaran HAM yang sering terjadi.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN
Perilaku diskriminalisasi terhadap anak usia dini, sangatlah merugikan, dan berakibat fatal.
Karena dikriminalisasi memiliki pengertian yaitu penindasan terhadap hak asasi manusia. Anak itu
butuh kasih sayang dan perlindungan, bukan sebagai korban kekerasan. Solusi agar pelaku jera dan
sadar atas perbuatannya yaitu :
a. Diperingati agar orang tersebut tidak terlalu keras dalam mendidik anaknya. Tidak dengan langsung
tetapi melalui orang terdekat pelaku.
b. Apabila masih berlanjut, kemudian tambah parah, maka orang tersebut harus dilaporkan kepada
pihak yang berwajib. Semoga pelaku dapat jera dan sadar terhadap perilakunya yang keterlaluan itu.
Anak dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah merupakan masa depan bangsa dan
generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga Negara berkewajiban untuk memenuhi hak setiap anak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi, memberikan perlindungan dari
tindak kekerasan dan diskriminasi.
Pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak, karena anak dari sisi perkembangan fisik dan psikis manusia
merupakan pribadi yang lemah, belum dewasa dan masih membutuhkan perlindungan
Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapatkan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial dan berakhlak mulia. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya perlindungan untuk
mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta
adanya perlakuan tanpa diskriminasi.

DAFTAR PUSTAKA
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
http://irfancikal.blogspot.com/2010/03/pasal-28-b-ayat-2-setiap-anak-berhak.html
https://liasetianingsih.wordpress.com/2010/03/05/pasal-28b-ayat-2/
http://vially20.wordpress.com/pembahasan-uud-1945-pasal-28/
Jakarta Timur : Bumi Aksara. 2012. file:///D:/Stop Diskriminasi Dan Stigma Lindungi Perempuan
Dan Anak Dari HIV Aids.htm (Rabu, 21 Agustus 2013. 07:19). file:///D:/Undang-undang
Perlindungan Anak.htm

Anda mungkin juga menyukai