Anda di halaman 1dari 14

Tugas 2

PKNI4317/ HAK ASASI MANUSIA

Nama : Elisa Therisia Agustin


NIM : 858846256
Prodi : S-1 PGSD
UPBJJ: Malang

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2023.2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tutorial 2 ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari
penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hak Asasi Manusia/PKNI4317. Selain itu,
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penegakan HAM dan Instrumen Hukum serta
Pelanggaran dan Proses Peradilan HAM Internasional.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Widia Nur Jannah, M.Pd selaku Tutor Mata Kuliah
Hak Asasi Manusia / PKNI4317 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya sangat menyadari
bahwa laporan tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Saya mengerjakan tugas
ini dengan mandiri menurut dengan pemahaman saya dengan acuan Modul Hak Asasi Manusia.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan laporan
tugas ini.
Uraian Tugas
1. Membicarakan mengenai peran penting HAM berarti membicarakan kelangsungan hidup
setiap individu, perkembangannya, dan kemerdekaannya. Jelaskan argumen dari pernyataan
tersebut!
Jawab
HAM merupakan alat yang digunakan setiap pemerintahan untuk mengatur segala
kebutuhan manusia, termasuk pendidikan, kebutuhan pangan, tempat tinggal dan lainnya.
Bayangkan apabila HAM dihapuskan, maka mungkin tidak semua lapisan masyarakat dapat
merasakan pendidikan dan kebutuhan primer lainnya dengan layak. Melalui HAM inilah kita juga
mendapatkan perlindungan dari segala tindak kekerasan serta memiliki kebebasan berfikir,
beragama, berekspresi dan lainya. Jadi, secara keseluruhan melalui HAM kita mampu menjadi
diri kita sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak lain, menjadi pribadi yang bebas dan memiliki
kehidupan yang baik. Semuanya tidak terlepas dari peranan HAM.

Hak Asasi Manusia dikatakan paling mendasar apabila ia berkaitan dengan kelangsungan
hidup dan kemerdekaan hidup. Keduanya tak bisa dipisahkan sebab walau seseorang dihargai
hak hidupnya namun apa arti hidup tersebut bila dijalani dengan penindasan, penjajahan dan
kesewenang-wenangan. Dalam kondisi yang tertindas dan terjajah, manusia sudah pasti akan
sulit mengembangkan dirinya. Sulit memenuhi cita-cita dirinya dan menentukan nasibnya
sendiri. Negara dihadirkan pada titik ini untuk melindungi dan menegakkan pelaksanaan HAM
agar setiap individu bisa mendapatkan hak hidupnya, hak untuk hidup bebas merdeka dan
bertanggung jawab serta hak untuk mengembangkan dirinya. HAM berperan penting untuk
mengatur hak kehidupan kita dari yang paling dasar dan utama yakni hak untuk hidup, hak
beragama, hak berpikir dan berpendapat. Selain itu HAM juga mengatur supaya setiap orang
memiliki kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang layak yaitu hak memiliki pekerjaan,
mendapatkan pendidikan, kesehatan dan memiliki kebutuhan primer seperti sandang, pangan
dan papan.
Hak asasi manusia di atas merupakan sebagian kecil dari hak-hak lain yang kita miliki.
Sebagian besar diantaranya sudah diatur ke dalam 30 pasal yang ada dalam DUHAM beserta
dokumen internasional lainnya yang juga mendukung undang-undang dalam HAM.
Peran Penting Penegakan HAM bagi Umat Manusia adalah sebagai berikut.
a. Melindungi Martabat Individu: HAM melindungi martabat setiap individu, sehingga mereka
tidak dapat dihina, dihakimi, atau disiksa.
b. Menjaga Kebebasan: HAM memastikan bahwa individu memiliki hak untuk berpikir, berbicara,
dan berpendapat secara bebas tanpa takut represi atau penindasan dari pihak pemerintah atau
pihak lain.
c. Perlindungan Hukum: HAM mencakup hak individu untuk memiliki akses ke sistem peradilan
yang adil dan berkeadilan. Mereka memiliki hak untuk disanggah atau membela diri jika terlibat
dalam proses hukum.
d. Hak Kepemilikan: HAM mencakup hak individu untuk memiliki properti dan hak-hak lain yang
terkait dengan kepemilikan, serta perlindungan terhadap pengambilalihan aset tanpa izin yang
sah.
e. Kesejahteraan Sosial: HAM juga mencakup hak individu untuk memperoleh kesejahteraan
sosial, termasuk hak atas pendidikan, kesehatan, dan standar hidup yang layak.
f. Perlindungan dari Diskriminasi: HAM melarang diskriminasi berdasarkan berbagai faktor
seperti ras, agama, jenis kelamin, atau orientasi seksual.
Perlindungan terhadap Penganiayaan dan
g. Penyiksaan: HAM melarang penganiayaan fisik atau psikologis serta penyiksaan terhadap
individu.
h. Perlindungan Terhadap Penahanan yang Tidak Sah: HAM melindungi terhadap penahanan
yang tidak sah atau sewenang-wenang oleh pihak berwenang.
i. Perlindungan Terhadap Hukuman Mati dan Perlakuan Kejam: HAM melarang penggunaan
hukuman mati dan perlakuan kejam atau tidak manusiawi.
j. Perlindungan Terhadap Eksploitasi dan Perdagangan Manusia: HAM melindungi terhadap
eksploitasi manusia, termasuk perdagangan manusia dan kerja paksa.
k. Perlindungan Terhadap Hak-hak Anak: HAM mencakup hak-hak anak untuk mendapatkan
perlindungan khusus, pendidikan, dan perkembangan yang sehat.

l. Hak Asasi Manusia ada untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki kehidupan yang layak
dan adil, dengan perlindungan dari pelanggaran yang dapat merugikan mereka. HAM juga
berfungsi sebagai landasan bagi sistem hukum dan tatanan sosial yang adil, serta untuk
mempromosikan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan dalam masyarakat dan di seluruh
dunia.

2. UU No 26 Tahun 2000 merupakan aturan yang mengatur tentang pengadilan HAM yang akan
mengadili tentang pelanggaran HAM berat. Salah satu pelanggaran HAM berat adalah
genosida. Jelaskan pendapat saudara, dan bagaimana Undang-undang ini mengatur?
Jawab
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan/atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang berlaku. Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan
pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan
rasional yang menjadi pijakan.

HAM merupakan hak yang ada dalam diri seseorang sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME,
baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Oleh sebab itu, pelanggaran HAM dapat
dikategorikan merupakan pelanggaran hukum yang sifatnya struktural, artinya pelanggaran itu
bukan merupakan pelanggaran biasa melainkan suatu pelanggaran yang sifatnya mengurangi
eksistensi keberadaan manusia yang memiliki harkat dan martabat.

Dengan kata lain “pelanggaran hukum yang sifatnya struktural” adalah perbuatan yang
secara sistemik dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara yang
sifatnya mengurangi, menghalangi, membatasi dan/atau mencabut HAM dan dengan adanya
tindakan tersebut seseorang atau kelompok orang menjadi insan yang telah kehilangan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME.

Dalam UU No. 39 tahun 1999 tidak membedakan secara tegas antara pengertian pelanggaran
dan kejahatan terhadap HAM. Setiap bentuk perbuatan seorang atau sekelompok orang maupun
aparat negara yang menafikan HAM dimasukkan dalam kategori pelanggaran terhadap HAM.
Berkaitan dengan sifat istimewa ini maka UU ini juga memberikan upaya hukum yang istimewa
yaitu dengan cara class action.

Pasal 90 ayat (1) menyatakan bahwa “setiap orang dan/atau sekelompok orang yang memiliki
alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan
atau tertulis pada Komnas HAM”.
Lebih lanjut pasal 101 menyatakan:

“Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya


masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak menyampaikan laporan atas
terjadinya pelanggaran HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam
rangka perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM”.
Ketentuan Pasal 90 ayat (1) dan Pasal 101 mengandung makna bahwa class action yang
dimaksudkan tidak diarahkan kepada mekanisme penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
melainkan hanya diarahkan kepada aspek pelaporannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Pasal
104 menegaskan:

-Untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat dibentuk Pengadilan HAM di lingkungan
peradilan umum.

-Pengadilan tersebut dibentuk dengan UU dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun.
-Sebelum terbentuk Pengadilan HAM maka kasus-kasus pelanggaran HAM diadili oleh pengadilan
yang berwenang.
Berdasar Pasal 104 itulah, dikeluarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa Pengadilan HAM yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM
adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat. Ketentuan semacam ini
menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap HAM merupakan pelanggaran yang bersifat khusus
bahkan sebagai pelanggaran yang sifatnya struktural.
Pelanggaran HAM di Indonesia, baik yang dilakukan oleh aparat, negara maupun masyarakat,
secara kuantitas terus meningkat. Hal ini disebabkan belum adanya penyelesaian secara tuntas
mengenai kasus-kasus pelanggaran HAM, meskipun kita memiliki UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Padahal apabila ditelaah, UU tentang pengadilan HAM telah memberikan
kewenangan penuh, antara lain berikut ini.
a.Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
yang berat.
b. Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang
berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara RI oleh WNI.

c. Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang
berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada saat kejahatan
dilakukan.
d. Pelanggaran HAM yang berat meliputi kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan.

Negara dan pemerintah dalam rangka menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia maka terhadap
pelanggaran HAM dikenakan sanksi sesuai hukum yang berlaku sedangkan bagi pelanggaran
HAM yang berat dirumuskan dalam UU RI No. 26 Tahun 2000. Yang dimaksud dengan
pelanggaran HAM berat ialah, pertama : kejahatan Genosida, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf A adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan
atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok
agama, dengan cara :
a. Membunuh anggota kelompok;
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok;
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan pemusnahan secara fisik
seluruh atau sebagiannya;
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok;

e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain;


Dengan semakin terbukanya iklim reformasi dan demokratisasi maka terkuak berbagai kasus
dugaan pelanggaran HAM berat yang terjadi di era lalu (orde baru dan bahkan orde lama)
sebelum diundangkannya UU No. 26 Tahun 2000, sebut saja dugaan pembunuhan massal yang
mengikuti peristiwa G30S tahun 1965, penembak misterius (Petrus) di awal 1980-an, peristiwa
Tanjung Priok 1984, peristiwa Talangsari di Lampung, kasus Santa Cruz (Insiden Dilli, 19
November 1991), peristiwa tindak kekerasan di Timor Timur pasca referendum 1999 dan
mungkin masih ada lagi yang lainnya.
Menurut ketentuan UU No. 26 Tahun 2000, pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum
berlakunya UU tersebut dapat diselesaikan melalui Pengadilan HAM Ad hoc yang dibentuk
dengan Keputusan Presiden atas usul DPR (Pasal 43) atau melalui Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi (Pasal 47).
Namun begitu, penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum berlakunya UU
No. 26 Tahun 2000 hendaknya diprioritaskan dengan melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi,
maka DPR harus segera merevisi UU tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sehingga seluruh
kasus dugaan pelanggaran HAM berat di masa lampau dapat diselesaikan secara rekonsiliasi.
Pendapat penulis ini mempunyai latar belakang pemikiran dan alasan sebagai berikut :
Tidak perlu diingkari kenyataan bahwa pembentukan Pengadilan HAM, terutama yang bersifat
ad hoc untuk mengadili “pelanggaran HAM yang berat” yang terjadi sebelum berlakunya UU
26/2000 adalah untuk meredam tuntutan komunitas internasional bagi pembentukan
pengadilan internasional untuk mengadili orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas
terjadinya tindak kekerasan di Timor Timur pada 1999 yang dikategorikan sebagai “kejahtan
terhadap kemanusiaan”, sebagaimana yang dibentuk sebelumnya oleh Dewan Keamanan
(selanjutnya disebut “DK”) PBB pada 1993 untuk bekas Yugoslavia (International Tribunal for the
Prosecution of Persons Responsible for Serious Violations of Humanitarian Law Committed in the
Territory of the Former Yugoslavia) selajnutnya disebut “ICTY” dan pada tahun 1994 untuk
Rwanda (International Tribunal for Rwanda) selanjutnya disebut “ICTR”.
Bahwa untuk melakukan proses hukum secara Pro Yustisia terhadap kasus dugaan pelanggaran
HAM berat di masa lampau memerlukan proses formal yang panjang berliku.
Dalam kasus dugaan pelanggaran HAM berat, Penyidik dan Penuntut Umum adalah Jaksa Agung.
Pasal 10 UU No. 26/2000 menyatakan, dalam proses hukum kasus dugaan pelanggaran HAM
berat, yang berlaku adalah hukum acara pidana, hal ini berarti adalah KUHAP. Dengan demikian
jika Penyidik hendak melakukan tindakan-tindakan Pro Yustisia maka ia mutlak membutuhkan
keberadaan pengadilan yang berwenang terlebih dahulu, yaitu dalam hal ini pengadilan dalam
kasus dugaan pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum berlakunya UU No. 26/2000 ialah
Pengadilan HAM Ad Hoc.
3. War Crimes adalah kejahatan HAM yang sangat berat dalam pergaulan internasional.
Bagaimana Statuta Roma mengaturnya?
Jawab
Menurut Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional, war crimes atau kejahatan
perang merupakan kejahatan yang luar biasa (extraordinary crimes) yaitu sebagai pelanggaran
berat hak asasi manusia (human rights gross violations).
Kejahatan perang adalah pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional (perjanjian
atau hukum adat) yang menimbulkan tanggung jawab pidana individu berdasarkan hukum
internasional. Oleh karena itu, berbeda dengan kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, kejahatan perang harus selalu terjadi dalam konteks konflik bersenjata, baik
internasional maupun non-internasional.
Apa yang dimaksud dengan kejahatan perang mungkin berbeda-beda, tergantung pada
apakah konflik bersenjata tersebut bersifat internasional atau non-internasional. Misalnya, Pasal
8 Statuta Roma mengkategorikan kejahatan perang sebagai berikut:
a. Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa tahun 1949, terkait dengan konflik bersenjata
internasional;
b. Pelanggaran serius lainnya terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam konflik
bersenjata internasional;
c. Pelanggaran serius terhadap Pasal 3 yang umum pada keempat Konvensi Jenewa 1949, terkait
dengan konflik bersenjata yang tidak bersifat internasional;
d. Pelanggaran serius lainnya terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam konflik
bersenjata yang tidak bersifat internasional.

Dari sudut pandang yang lebih substantif, kejahatan perang dapat dibagi menjadi:
a) kejahatan perang terhadap orang-orang yang memerlukan perlindungan khusus;
b) kejahatan perang terhadap mereka yang memberikan bantuan kemanusiaan dan operasi
pemeliharaan perdamaian;
c) kejahatan perang terhadap harta benda dan hak-hak lainnya;

d) metode peperangan yang dilarang; dan


e) sarana peperangan yang dilarang.
Beberapa contoh perbuatan terlarang antara lain: pembunuhan; mutilasi, perlakuan kejam dan
penyiksaan; penyanderaan; dengan sengaja mengarahkan serangan terhadap penduduk sipil;
dengan sengaja mengarahkan serangan terhadap bangunan yang didedikasikan untuk agama,
pendidikan, seni, ilmu pengetahuan atau tujuan amal, monumen bersejarah atau rumah sakit;
perampokan; pemerkosaan, perbudakan seksual, kehamilan paksa atau segala bentuk kekerasan
seksual lainnya; mewajibkan atau memasukkan anak-anak di bawah usia 15 tahun ke dalam
angkatan bersenjata atau kelompok atau menggunakan mereka untuk berpartisipasi secara aktif
dalam permusuhan.

Kejahatan perang mengandung dua unsur utama:

•Elemen kontekstual : “perilaku tersebut terjadi dalam konteks dan dikaitkan dengan konflik
bersenjata internasional/non-internasional”;

•Unsur mental : niat dan pengetahuan baik yang berkaitan dengan tindakan individu maupun
unsur kontekstual.
Berbeda dengan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dapat
dilakukan terhadap beragam korban, baik kombatan maupun non-kombatan, tergantung pada
jenis kejahatannya. Dalam konflik bersenjata internasional, korbannya mencakup anggota
angkatan bersenjata yang terluka dan sakit di lapangan dan di laut, tawanan perang, dan warga
sipil. Dalam kasus konflik bersenjata non-internasional, perlindungan diberikan kepada orang-
orang yang tidak ikut serta secara aktif dalam konflik tersebut, termasuk anggota angkatan
bersenjata yang telah meletakkan senjatanya dan mereka yang ditempatkan dalam posisi 'hors
de tempur' karena sakit, luka, ditahan, atau penyebab lainnya. Dalam kedua jenis konflik
tersebut, perlindungan juga diberikan kepada personel medis dan keagamaan, pekerja
kemanusiaan, dan staf pertahanan sipil.

4. Empat proses (langkah) penyelesaian kasus pelanggaran HAM, diawali dari langkah
pengkajian. Apa saja yang terjadi pada langkah awal ini?
Jawab
Kajian hak asasi manusia mencakup dorongan abadi untuk memperbaiki kondisi manusia,
dan perdebatan mengenai keutamaan individu dalam masyarakat dan pendekatan universal
versus relativis terhadap hak, kebebasan positif dan negatif. Langkah pertama melakukan
pengkajian (studies) terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, baik dalam suatu negara
tertentu maupun secara global. Terhadap kasus-kasus pelanggaran yang terjadi, kegiatan Komisi
terbatas pada himpunan serta persuasi. Kekuatan himbauan dan situasi terletak pada tekanan
opini dunia internasional dari Pemerintah yang bersangkutan. Seluruh temuan Komisi ini dimuat
dalam Yearbook of Human Rights yang disampaikan oleh kepada Sidang Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Pada prinsipnya setiap warga negara dan atau negara anggota PBB berhak mengadu kepada
Komisi ini. Untuk warga negara perseorangan dipersyaratkan agar terlebih dahulu ditempuh
secara musyawarah di negara asalnya, sebelum pengaduannya dibahas. Mahkamah
Internasional sesuai dengan tugasnya, segera menindaklanjuti baik pengaduan oleh anggota
maupun warga negara anggota PBB, serta hasil pengajian dan temuan Komisi Hak Asasi Manusia
PBB untuk diadakan penyidikan, penahanan, dan proses peradilan. Jika dalam proses peradilan
terbukti adanya pelanggaran HAM internasional maka yang bersangkutan akan memperoleh
hasil internasional berupa:

a) Diberlakukannya travel warning terhadap warga negaranya.


b) Pengalihan investasi atau penanaman modal asing.
c) Pemutusan hubungan diplomatik.
d) Pengurangan bantuan ekonomi.
e) Pengurangan tingkat kerjasama.

f) Pemboikotan produk ekspor.


g) Embargo ekonomi.

5. Perlindungan HAM yang terdapat dalam UUD 1945 dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian
satu diantaranya yaitu, kelompok perlindungan terhadap hak-hak sipil. Uraikan pendapat
saudara!
Jawab
Perlindungan hak asasi manusia (HAM) merupakan hal yang sangat penting dalam hukum
Indonesia. Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia harus menjaga keberlangsungan dan
keseimbangan hak antara individu dengan negara. Namun, tidak jarang masih terjadi
pelanggaran HAM di Indonesia yang menjadi sorotan internasional.
Hak sipil adalah hak kebebasan fundamental yang diperoleh sebagai hakikat dari
keberadaan seorang manusia Arti kata sipil adalah kelas yang melindungi hak-hak kebebasan
individu dari pelanggaran yang tidak beralasan oleh pemerintah dan organisasi swasta, dan
memastikan kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam kehidupan sipil dan politik
negara tanpa diskriminasi atau penindasan.
Hak-hak sipil yang ada di setiap negara dijamin secara konstitusional. Hak-hak sipil bervariasi
di setiap negara karena perbedaan dalam demokrasi, namun adalah mungkin untuk
menunjukkan beberapa hak-hak sipil yang sebagian besar tetap umum. Beberapa hak-hak sipil
universal dikenal seseorang adalah kebebasan berbicara, berpikir dan berekspresi, agama serta
pengadilan yang adil dan tidak memihak. Seperti di Amerika Serikat, Gerakan Hak-Hak Sipil
merupakan sebuah perjuangan panjang yang terutama diwarnai gerakan non kekerasan untuk
mewujudkan hak-hak sipil sepenuhnya dan kesetaraan bagi semua warga negara Amerika
Serikat. Gerakan ini memiliki dampak berkelanjutan terhadap masyarakat Amerika Serikat,
meningkatnya penerimaan hak-hak sipil secara hukum dan sosial, dan pada terungkapnya
prevalensi dan biaya yang harus dibayar untuk politik rasisme.
Hak-hak sipil termasuk memastikan integritas fisik masyarakat dan keselamatan,
perlindungan dari diskriminasi atas dasar seperti cacat fisik atau mental, gender, agama, ras, asal-
usul kebangsaan, umur, atau orientasi seksual dan hak-hak individu seperti kebebasan berpikir
dan hati nurani, berbicara dan berekspresi, agama dan pers.
Hak-hak sipil dianggap sebagai hak-hak alami. Thomas Jefferson menulis bahwa orang bebas
[mengklaim] hak-hak mereka sebagai berasal dari hukum alam, dan bukan sebagai karunia hakim
utama mereka. Lebih rincinya, yang termasuk hak-hak sipil (kebebasan-kebebasan fundamental)
meliputi:

a) hak hidup;
b) hak bebas dari siksaan, perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau
merendahkan martabat;
c) hak bebas dari perbudakan;
d) hak bebas dari penangkapan atau penahanan secara sewenang-wenang;
e) hak memilih tempat tinggalnya, untuk meninggalkan negara manapun termasuk negara
sendiri.
f) hak persamaan di depan peradilan dan badan peradilan;
g) hak atas praduga tak bersalah;

h) hak kebebasan berpikir;


i) hak berkeyakinan (consciense) dan beragama;
j) hak untuk mempunyai pendapat tanpa campur tangan pihak lain;
k) hak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat;
l) hak atas perkawinan/membentuk keluarga;

m) hak anak atas perlindungan yang dibutuhkan oleh statusnya sebagai anak dibawah umur,
keharusan segera didaftarkannya setiap anak setelah lahir dan keharusan mempunyai nama, dan
hak anak atas kewarganegaraan;

n) hak persamaan kedudukan semua orang di depan hukum. Dan


o) hak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Modul PKNI4317 Hak Asasi Manusia


https://www.kompas.com/skola/read/2022/05/18/100000069/4-jenis-pelanggaran-ham-berat-
berdasarkan-statuta-roma diakses pada 9 November 2023
Madiun, 6 November 2023

ELISA THERISIA AGUSTIN

Anda mungkin juga menyukai