disusun oleh
Nama : Desi Duwiyana
NIM : P1337424523051
Hak asasi manusia merupakan hak kodrati yang melekat pada manusia sebagai pemberian
dari Tuhan. Hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu-gugat oleh siapa pun. Oleh
sebab, manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Secara konseptual hak asasi manusia terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, asasi, dan
manusia Hak berarti milik atau kepunyaan. Hak juga didefinisikan sebagai kekuasaan untuk
berbuat sesuatu. Asas berarti pokok, dasar atau utama. Asasi berarti yang dasar atau yang pokok.
Manusia didefinisikan sebagai orang insan atau makhluk yang berakal budi.
Menurut Pasal 1 UU. No 39 Tahun 1999 tentang Landasan Hukum Hak Asasi Manusia,
menyebutkan bahwa Hak Asasi Manusia merupakan seperangkat hak yang melekat yang pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan
tentang HAM, yang terdapat pada:
Konstitusi (UUD Negara)
Ketetapan MPR (TAP MPR)
Undang-undang.Keempat
Peraturan pelaksanaan perundang-undangan, seperti peraturan pemerintah, keputusan
presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena
perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di
Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan
referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan
yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat
global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.
Hak asasi manusia atau HAM mempunyai beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan
dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri-ciri khusus hak asasi manusia:
Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu hak
sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah melekat saat manusia itu
lahir.
Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis kelamin,
atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari berbagai ide hak asasi
yang mendasar.
Rule of law merupakan doktrin hukum yang muncul pada abad ke-19, seiring dengan
negara konstitusi dan demokrasi. The rule of law dikemukakan oleh seorang Albert Venn Dicey
pada tahun 1885 yang dituangkannya dalam sebuah buku berjudul Introduction To The Study Of
The Law Of Constitution. Rule of law adalah konsep tentang common law, yaitu seluruh aspek
negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan
egalitarian. Pada hakekatnya Rule of Law adalah memposisikan hukum sebagai landasan
bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara.
Menurut Friedman (1959) sebagaimana dikutip Hartono (1982), membedakan rule of law
menjadi 2, yaitu pengertian secara formal dan pengertian secara hakiki. Dalam arti formal, rule
of law berarti organised public power atau kekuasaan umum yang terorganisasi, di mana setiap
organisasi hukum (termasuk organisasi yang disebut negara) mempunyai rule of law. Dengan
demikian kita dapat berbicara tentang rule of law di negara mana saja, baik di negara liberalis,
sosialis / komunis ataupun negara Pancasila. Sedangkan, dalam arti hakiki (materiil), rule of law
berarti menyangkut ukuran tentang hukum yang baik dan hukum yang buruk. Tetapi, karena di
sini berbicara masalah keadilan, maka tidak mungkin mencapai suatu perumusan tentang rule of
law yang berlaku universal, karena keadilanpun merupakan suatu pengertian yang relatif.
Sesuatu yang dirasakan adil oleh sesuatu masyarakat atau bangsa, belum tentu dirasakan adil
oleh masyarakat atau bangsa lainnya.
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat hubungannya dengan “ the
enforcement of the rules of law” dalam pelaksanaan pemerintahan terutama dalam hal penegakan
hukum dan penerapan prinsip-prinsip Rule of Law. Berdasarkan pengalaman dari berbagai
negara dan hasil kajian menyatakan bahwa keberhasilan “ the enforcement of the rules of law”
itu tergantung kepada kepribadian nasional masing-masing bangsa. Hal tersebut diperkuat oleh
kenyataan bahwa Rule of Law juga merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis
yang khas dan mempunyai akar budaya yang khas pula. Rule of Law juga merupakan legalisme,
suatu aliran pemikiran hukum yang didalamnya mengandung wawasan sosial, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat, dan negara, dengan demikian berisi nilai-nilai tertentu
yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme mengandung pemikiran bahwa keadilan
dapat dilayani dengan pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif,
tidak personal, otonom dan tidak memihak. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
Rule of Law telah banyak dihasilkan di negara kita secara kuantitatif, akan tetapi penegakannya
belum mencapai hasil yang optimal. Sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan dari
pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Agang, M. I. 2015. HAM Dalam Perkembangan Rule of Law. Humanitas: Jurnal Kajian dan
Pendidikan HAM.
Hartono, Sunarjati. 1982. Apakah the rule of law itu ?. Bandung : Alumni, 1982.
Muabezi, Z. A. 2017. Negara Berdasarkan Hukum (Rechtsstaats) Bukan Kekuasaan
(Machtsstaat). Jurnal Hukum dan Peradilan.
Sarinah. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Undang-Undang Dasar 1945