Anda di halaman 1dari 8

KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA DAN RULE OF LAW


Dosen Pengampu : Wahyu Joko Saputra, S.Pd., M.Pd

disusun oleh
Nama : Desi Duwiyana
NIM : P1337424523051

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
A. HAK ASASI MANUSIA
1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia merupakan hak kodrati yang melekat pada manusia sebagai pemberian
dari Tuhan. Hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu-gugat oleh siapa pun. Oleh
sebab, manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.

Secara konseptual hak asasi manusia terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, asasi, dan
manusia Hak berarti milik atau kepunyaan. Hak juga didefinisikan sebagai kekuasaan untuk
berbuat sesuatu. Asas berarti pokok, dasar atau utama. Asasi berarti yang dasar atau yang pokok.
Manusia didefinisikan sebagai orang insan atau makhluk yang berakal budi.

2. HAM Dalam Perundang-undangan Nasional

Menurut Pasal 1 UU. No 39 Tahun 1999 tentang Landasan Hukum Hak Asasi Manusia,
menyebutkan bahwa Hak Asasi Manusia merupakan seperangkat hak yang melekat yang pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan
tentang HAM, yang terdapat pada:
 Konstitusi (UUD Negara)
 Ketetapan MPR (TAP MPR)
 Undang-undang.Keempat
 Peraturan pelaksanaan perundang-undangan, seperti peraturan pemerintah, keputusan
presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena
perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di
Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan
referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan
yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat
global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.

3. Ciri-ciri Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia atau HAM mempunyai beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan
dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri-ciri khusus hak asasi manusia:
 Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
 Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu hak
sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
 Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah melekat saat manusia itu
lahir.
 Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis kelamin,
atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari berbagai ide hak asasi
yang mendasar.

4. Macam-macam Hak Asasi Manusia


Dalam UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, terdapat beberapa macam
HAM, yaitu sebagai berikut:
 Hak Atas Kebebasan Pribadi, meliputi hak untuk tidak diperbudak, keutuhan pribadi,
bebas memeluk agama dan kepercayaannya, keyakinan politik, berserikat,
menyampaikan pendapat, status kewarganegaraan, dan bebas bergerak dan bertempat
tinggal.
 Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan, meliputi hak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan.
 Hak Mengembangkan Diri, meliputi hak memenuhi kebutuhan dasar, perlindungan bagi
pengembangan pribadi, memperoleh manfaat IPTEK, berkomunikasi dan memperoleh
informasi, memperjuangkan hak pengembangan diri dan hak untuk melakukan pekerjaan
sosial.
 Hak Atas Kebebasan Pribadi, meliputi hak untuk tidak diperbudak keutuhan pribadi,
bebas memeluk agama dan kepercayaannya, keyakinan politik, berserikat,
menyampaikan pendapat, status kewarganegaraan dan bebas bergerak dan bertempat
tinggal.
 Hak Memperoleh Keadilan, meliputi hak memperoleh keadilan, dianggap tidak bersalah,
mendapatkan bantuan hukum, tidak dituntut dua kali dalam perkara yang sama, dan hak
tidak dirampas seluruh harta bendanya.
 Hak Atas Rasa Aman, meliputi hak suaka, hak rasa aman, tidak diganggu tempat
kediaman, rahasia surat menyurat, bebas dari penyiksaan, tidak ditangkap sewenang-
wenang, dan hidup damai serta tentram.
 Hak Atas Kesejahteraan meliputi, hak milik, tidak dirampas hak miliknya, pekerjaan
yang layak dan upah yang adil, mendirikan serikat pekerja, tempat tinggal yang layak,
jaminan sosial dan hak perawatan, pendidikan, dan bantuan hukum bagi lansia dan orang
cacat.
 Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan meliputi, hak memilih, dipilih, diangkat dalam
suatu jabatan, dan usul / pendapat untuk pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
 Hak wanita meliputi, hak keterwakilan wanita dalam pemerintahan, kewarganegaraan,
pendidikan, memilih / dipilih, perbuatan hukum sendiri, dan hak tanggung jawab yang
sama dengan suami dalam keluarga.
 Hak Anak meliputi, hak perlindungan, hak untuk hidup, nama dan kewarganegaraan,
perawatan, pendidikan, beribadah, mengetahui orang tuanya, perlindungan hukum, tidak
dipisah dari orang tua, beristirahat dan bermain, mendapatkan kesehatan, perlindungan
eksploitasi ekonomi dan seksual, bebas dari penganiayaan, mendapatkan bantuan hukum
dan tidak dirampas milik dan kebebasannya.
B. RULE OF LAW
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Rule of Law

Rule of law merupakan doktrin hukum yang muncul pada abad ke-19, seiring dengan
negara konstitusi dan demokrasi. The rule of law dikemukakan oleh seorang Albert Venn Dicey
pada tahun 1885 yang dituangkannya dalam sebuah buku berjudul Introduction To The Study Of
The Law Of Constitution. Rule of law adalah konsep tentang common law, yaitu seluruh aspek
negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan
egalitarian. Pada hakekatnya Rule of Law adalah memposisikan hukum sebagai landasan
bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara.
Menurut Friedman (1959) sebagaimana dikutip Hartono (1982), membedakan rule of law
menjadi 2, yaitu pengertian secara formal dan pengertian secara hakiki. Dalam arti formal, rule
of law berarti organised public power atau kekuasaan umum yang terorganisasi, di mana setiap
organisasi hukum (termasuk organisasi yang disebut negara) mempunyai rule of law. Dengan
demikian kita dapat berbicara tentang rule of law di negara mana saja, baik di negara liberalis,
sosialis / komunis ataupun negara Pancasila. Sedangkan, dalam arti hakiki (materiil), rule of law
berarti menyangkut ukuran tentang hukum yang baik dan hukum yang buruk. Tetapi, karena di
sini berbicara masalah keadilan, maka tidak mungkin mencapai suatu perumusan tentang rule of
law yang berlaku universal, karena keadilanpun merupakan suatu pengertian yang relatif.
Sesuatu yang dirasakan adil oleh sesuatu masyarakat atau bangsa, belum tentu dirasakan adil
oleh masyarakat atau bangsa lainnya.

2. Ciri-ciri Rule of Law


Dalam UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan. Di
dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan
konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem
konstitusional yang diatur dalam UUD, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak
yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi
setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh setiap penguasa. Oleh karena
itu, Indonesia menganut prinsip “Rule of Law and not of Man”. Rule of Law tidak dapat
dipisahkan dengan pengertian Negara hukum. Negara yang menganut sistem Rule of Law harus
memiliki prinsip-prinsip yang jelas. Menurut Albert Venn Dicey dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan, terdapat tiga unsur yang fundamental dalam Rule of Law, yaitu :
 Supremasi aturan-aturan hukum,tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang
 Kedudukan yang sama di mata hukum
 Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan-keputusan
pengadilan

3. Prinsip-prinsip Rule of Law


Prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal tertera di dalam pembukaan UUD 1945. Prinsip-
prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara resmi atau formal terhadap “rasa
keadilan” bagi seluruh rakyat Indonesia dan juga “keadilan sosial”. Sehingga Pembukaan UUD
1945 bersifat memerintah dan tetap bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Berdasarkan hal
tersebut, inti dari Rule of Law adalah jaminan adanya keadilan bagi seluruh masyarakat,
terutama keadilan sosial. Prinsip Rule of Law ini tidak dapat dipisahkan dengan negara hukum.
Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di dalam pasal-pasal UUD 1945,
yaitu:

 Pasal 1 ayat 3 : Negara Indonesia adalah negara hukum


 Pasal 24 ayat 1 : Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
 Pasal 27 ayat 1 : Segala warga negara bersamman kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya
 Pasal 28 D ayat 1 : bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (Dalam Bab
X A tentang Hak Asasi Manusia)
 Pasal 28 D ayat 2 : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (Dalam Bab X A tentang Hak
Asasi Manusia)

Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat hubungannya dengan “ the
enforcement of the rules of law” dalam pelaksanaan pemerintahan terutama dalam hal penegakan
hukum dan penerapan prinsip-prinsip Rule of Law. Berdasarkan pengalaman dari berbagai
negara dan hasil kajian menyatakan bahwa keberhasilan “ the enforcement of the rules of law”
itu tergantung kepada kepribadian nasional masing-masing bangsa. Hal tersebut diperkuat oleh
kenyataan bahwa Rule of Law juga merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis
yang khas dan mempunyai akar budaya yang khas pula. Rule of Law juga merupakan legalisme,
suatu aliran pemikiran hukum yang didalamnya mengandung wawasan sosial, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat, dan negara, dengan demikian berisi nilai-nilai tertentu
yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme mengandung pemikiran bahwa keadilan
dapat dilayani dengan pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif,
tidak personal, otonom dan tidak memihak. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
Rule of Law telah banyak dihasilkan di negara kita secara kuantitatif, akan tetapi penegakannya
belum mencapai hasil yang optimal. Sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan dari
pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Agang, M. I. 2015. HAM Dalam Perkembangan Rule of Law. Humanitas: Jurnal Kajian dan
Pendidikan HAM.
Hartono, Sunarjati. 1982. Apakah the rule of law itu ?. Bandung : Alumni, 1982.
Muabezi, Z. A. 2017. Negara Berdasarkan Hukum (Rechtsstaats) Bukan Kekuasaan
(Machtsstaat). Jurnal Hukum dan Peradilan.
Sarinah. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Undang-Undang Dasar 1945

Anda mungkin juga menyukai