Anda di halaman 1dari 10

HAK UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM KONSTITUSI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
(2022)
Pendahuluan

Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang mempunyai dasar Pancasila


sebagai asas berngera dan berbangsa. Dalam sila ke-5 berbunyi: “keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Sila ini menekankan tentang hak dari setiap
masyarakat Indonesia. Artinya, setiap warga negara mempunyai hak bebas untuk
bertindak, dilindungi, dibela, dan hidup. Unsur-unsur dari hak ini, menjadi dasar
bahwa dalam suatu perbuatan jangan menilai dari tujuan tetapi menilai dari makna
suatu perbuatan. Penilaian ini dalam hidup bernegara, badan konstitusi mempunyai
hak dan kewajiban untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang
melakukan suatu perbuatan.

Setiap orang mempunyai hak bebas bertindak. Hak dilihat sebagai suatu
Tindakan alamiah. Artinya, setiap orang dapat berbuat apa saja sesuai dengan apa
yang diinginkan. Bukan hanya itu, tetapi setiap orang juga mempunyai hak untuk
mendapatkan perlindungan, hidup, bebas bertindak. Bentuk-bentuk dari hak ini,
menjadi dasar bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk dilindungi oleh
pihak pemerintah. Hak dan kewajiban selalu berhubungan dan saling melengkapi,
sebab di mana ada hak, di situ juga ada kewajiban.

Hak dan kewajiban selalu berhubungan. Dalam hidup berbangsa dan


benegara, siapa yang mempunyai hak dan siapa yang mempunyai kewajiban?
Masyarakat mempunyai kewajiban untuk mengikuti segala aturan dan hukum yang
ditetapkan oleh badan pemerintah. Sedangkan pemerintah mempunyai hak untuk
melindungi dan menjaga kesosilaan masyarakat dan bernegara. Contohnya badan
eksekutif yaitu DPR. DPR mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hak
kepada masyarakat. Artinya, badan eksekutif mempunyai kewajiban untuk
mambantu dan menetapkan suatu aturan atau keputusan sesuai dengan tindakan dan
perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam proses ini, badan konstitusi
mempunyai hak untuk memutuskan dan menetapkan aturan yang sesuai dengan
perbuatan masyarakat.

PEMBAHASAN

1.1 Apa itu Hak?

Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan,
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-
undang, aturan dan sebagainya). Kekuasaan yang benar atas sesuatu yang untuk
menuntut sesuatu, derajat atau martabat dan wewenang menurut hukum. Seperti hak
untuk hidup, hak memperoleh Pendidikan, hak mengeluarkan pendapat baik secara
lisan dan tertulis, hak memiliki kedudukan yang sama di depan hukum, dan lain-lain.

Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda antara lain
jabatan, atau kedudukan dalam masyarakat. Hukum melihat hak sebagai keseluruhan
undang-undang, aturan-aturan dan Lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan
masyarakat demi kepentingan umum. Seseorang mempunyai hak untuk menguasai
suatu benda dan hak bebas untuk melakukan sesuatu. Untuk itu, hak bersifat
subyektif yang merupakan pantulan dari hukum yaitu obyektif. Kewajiban
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hak. Kewajiban sempurna yang
berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna tidak terkait dengan
hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan
kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral. Hak merupakan sesuatu yang urgen
dalam kehidupan manusia. Maka, setiap orang berhak mendapatkan hak setelah
memenuhi kewajiban.

1.2 Pengertian Konstitusi

Konstitusi Pada umumnya dikemukakan pendapat bahwa konstitusi


mempunyai pengertian yang lebih luas daripada Undang-Undang Dasar. Hal itu
disebabkan, karena konstitusi mempunyai bagian yang tertulis yang dinamakan
Undang-Undang Dasar dan bagian yang tidak tertulis yang disebut konvensi.
Beberapa ahli hukum tata negara juga memiliki pengertian konstitusi sama dengan
undang-undang dasar.

Para ahli hukum tata negara yang berpendapat, bahwa pengertian konstitusi
adalah sama dengan undang- undang dasar, diantaranya adalah G.J. Wolhaff, Sri
Soemantri M., Jimly Asshiddiqie, J.C.T. Simorangkir; Sedangkan para ahli hukum
tata negara yang membedakan pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar
diantaranya adalah Herman Heller, M. Solly Lubis, Moh. Kusnardi dan Harmaily
Ibrahim. Pengertian konstitusi dapat dibedakan dengan undang-undang dasar.
Pertimbangan pokoknya adalah dalam praktik ketatanegaraan Indonesia, istilah
undang-undang dasar itu ternyata dipakai bersama-sama oleh para penyelenggara
negara saat itu, dan digunakan dengan makna atau pengertian yang sama pula.
Indonesia pernah memiliki UUD 1945 yang dibuat oleh Badan Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pernah memiliki Konstitusi Republik Indonesia
Serikat atau disingkat Konstitusi RIS 1949, juga pernah memiliki Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 atau disingkat UUD 1950, dan UUD 1945 hasil perubahan
(amandemen).

Atas dasar pertimbangan praktik ketatanegaraan Indonesia itulah, maka


penulis tidak membedakan pengertian antara konstitusi dengan undang-undang dasar
dalam tulisan ini. Dalam pandangan penganut paham modern, pengertian konstitusi
dengan Undang Undang Dasar sebenarnya tidak dibedakan. Diantara penganut paham
tersebut adalah C.F. Strong dan James Bryce. Pendapat James Bryce sebagaimana
dikutip C.F. Strong dalam bukunya Modern Political Constitutions menyatakan,
bahwa: “Constitution is a frame of political society, organised through and by law,
one in which law has established permanent institutions which recognised function
and definite rights.”.
Berdasarkan definisi di atas, pengertian konstitusi dapat disederhana- kan
rumusannya sebagai kerangka negara yang diorganisir dengan dan melalui hukum,
dalam hal mana hukum menetapkan:

1. pengaturan mengenai pendirian lembaga-lembaga yang permanen;

2. fungsi dari alat-alat kelengkapan;

3. hak-hak tertentu yang telah ditetapkan.

Konstitusi negara Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sebagai


sumber hukum formil, selama ia merupakan hukum dasar tertulis yang mengatur
masalah kenegaraan, ia juga merupakan dasar bagi ketentuan lainnya. Melalui UUD
1945 ini mengalir peraturan-peraturan pelaksana yang menurut tingkatannya masing-
masing merupakan sumber hukum formil. Menurut Sri Soemantri M., tidak ada satu
negara pun di dunia ini yang tidak mempunyai konstitusi atau undang-undang dasar.
Konstitusi atau undang-undang dasar adalah hukum tertinggi (supreme law) yang
harus ditaati baik oleh rakyat maupun oleh alat-alat perlengkapan negara.

1.3 Bantuan Hukum dalam Konstitusi


a. Hukum konstitusi tersusun sistematis
Sistematika yang sekaligus menunjukkan batang tubuh pengetahuan
suatu ilmu termasuk sistematika yang sekaligus menunjukkan batang tubuh
pengetahuan hukum konstitusi. Dalam pembidangan ilmu hukum konstitusi
dapat dikembangkan hukum pembentukan negara, hukum Lembaga-Lembaga
negara, hukum bagian negara, hukum substansi konstitusi negara, dan hukum
relugasi negara.
b. Hukum Konstitusi universal
Hukum konstitusi bersifat universal, dapat dilihat dari ungkapan R.Sri
Soemantri Martosoewignjo yang mengatakan apabila dilakukan penyeledikan
nyatalah pada kita,tidak ada satu negara pun di dunia sekarang ini yang tidak
mempunyai konstitusi. Dengan demikian, dapat dikatakan negara dan
konstitusi merupakan dua Lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain. Ditetapkannya konstitusi kemudian setelah adanya negara tidak
berarti dapat dipisahkannya kedua Lembaga tersebut.Max Boli sabon
mengatakan dikenal dua fungsi utama konstitusi, yaitu : (1) fungsionalisasi
konstitusi sebelum suatu negara di bentuk (fungsi a-priori) dan (2)
fungsionalisasi konstitusi setelah suatu negara dibentuk (fungsi a-posteriori).
Dalam fungsinya yang pertama
1.4 Semua orang mempunyai Hak

Setiap manusia yang lahir didunia ini telah diberi hak oleh Tuhan, hak
merupakan sebuah anugrah dari Tuhan YME. Hak adalah seperangkat kewenangan
yang dimiliki oleh setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

a. Fungsi hak
Hak sendiri mempunyai peranan yang sangat penting yang berfungsi
sebagai landasan untuk melakukan sesuatu. Hak berfungsi untuk menjamin
kewenangan atau sesuatu yang wajib apa yang menjadi miliknya, menjamin
kelangsungan hidup manusia, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh
siapapun.
b. Karakteristik hak
 Tidak dapat di cabut atau tidak dapat di hilangkan oleh siapapun.
 Tidak dapat di bagi karena setiap orang sudah mempunyai hak sendiri.
 Hakiki artinya sudah di bawa sejak lahir.

Universal, yaitu berlaku untuk semua orang tanpa memandang apapun.


Seperti tidak memandang jabatan, warga negara, wilayah, tingkat pendidikan, dan
sebagainya. Jadi, dapat kita ketahui bahwa hak merupakan sebuah kewenangan yang
melekat yang diberikan oleh Tuhan YME untuk menjamin kelangsungan hidup
manusia.
1.5 Peran Konstitusi dalam memberikan bantuan hak kepada masyarakat

Negara demokrasi terlihat dari diberlakukannya pemilihan umum (pemilu)


dalam setiap lima tahun, mulai dari tingkat kabupaten dan kota sampai tingkat pusat.
Pemilu tersebut dapat berupa pileg (pemilihan legislatif), pilgub (pemilihan
gubernur), pilpres (pemilihan presiden) dan sebagainya. Selain itu, keberadaan
lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
dan lembaga Kepresidenan dengan dilengkapi kementerian-kementerian semakin
mempertegas kenyataan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Walaupun itu
semua dalam standar minimal atau procedural sebagai negara demokrasi.

1.6 Bagaimana masyarakat menjalankan haknya

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain
manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang
layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah
dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal
menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka
berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak
ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan
kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang
berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan
pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal
ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan
rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh
karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi
kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa
melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang
menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat
akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia
bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara
dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih
baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang.
Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat
kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

1.7 Dampak bantuan hak dari konstitusi bagi masyarakat

Menurut Cappeletti dan Gordley, bantuan hukum yuridis-individual merupakan hak


yang diberikan kepada warga masyarakat untuk melindungi kepentingan-kepentingan
individualnya. Pelaksanaan bantuan hukum ini tergantung dari peran aktif masyarakat
yang membutuhkan di mana mereka yang memerlukan bantuan hukum dapat
meminta bantuan pengacara dan kemudian jasa pengacara tersebut nantinya akan
dibayar oleh negara. Bantuan hukum individual merupakan pemberian bantuan
hukum kepada masyarakat yang tidak mampu dalam bantuk pendampingan oleh
Advokat atau pengacara dalam proses penyelesaian sengketa yang dihadapi oleh
advokat atau pengacara dalam proses penyelesaian sengketa yang dihadapi, baik di
muka pengadilan maupun melalui mekanisme penyelesaian sengketa lain seperti
arbitrase, dalam rangka menjamin pemerataan pelayanan hukum kepada seluruh
lapisan masyarakat.

Kesimpulan

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak

Anda mungkin juga menyukai