Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

UNDANG UNDANG BAB I PASAL 1

TENTANG BENTUK DAN KEDAULATAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Khadijah,S.I.Kom., M.Han.

Oleh :

1. Muhammad Yusuf Caesar (1092211024)

2. Lingga Saputra (1092211015)

3. Relita (1092211031)

4. Vivi Febrianti (1092211037)

5. Yoza Danendra (1092211039)

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKHNIK

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG


BAB 1
Bentuk dan Kedaulatan
Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-


Undang Dasar.***)

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)

Definisi dan Deskripsi

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan Berbentuk Republik

Bentuk negara kesatuan (unitary state) dipilih oleh The Founding Fathers
Indonesia melalui proses diskusi dan perdebatan panjang dalam Sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI-PPKI) yakni, antara pihak yang menginginkan
Indonesia merdeka nanti adalah berbentuk kesatuan yang dipelopori oleh M.
Yamin dan kawan-kawan dan dipihak lain yang menginginkan bentuk negara
Indonesia merdeka adalah negara federal yang dipelopori oleh M. Hatta.1 Namun
melalui voting pada Sidang Panitia Perancang Undang-Undang Dasar2 yang
diadakan tanggal 11 Juli 1945 diperoleh hasil, 17 orang setuju negara kesatuan
dan 2 orang setuju negara federal.3 Oleh karena itu diputuskan bahwa bentuk
negara yang dianut oleh Indonesia merdeka nanti adalah Kesatuan, dan semenjak
UUD 1945 disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, istilah Negara
Kesatuan untuk Republik Indonesia resmi dipakai.

Negara kesatuan (unitary state), ada yang bersifat sentralistik (unitary state by
centralization) dan ada pula yang bersifat desentralistik (unitary state by
decentralization). Pada negara kesatuan dengan sistem sentralistik, semua urusan
pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah pusat dan dilaksanakan sendiri
oleh pemerintah pusat. Sedangkan pada negara kesatuan dengan sistem
desentralistik, sebagian urusan pemerintah (yang bersifat tidak pokok) diserahkan
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom. Urusan pemerintahan
yang bersifat pokok tetap menjadi wewenang pemerintah pusat.

Negara kesatuan dengan sistem desentralistik ini memiliki lima macam varian
model yakni; (1), negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang sentralistik.
(2), Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang desentralistik. (3), Negara
kesatuan dengan sistem desentralisasi yang proporsional. (4), Negara kesatuan
dengan sistem desentralisasi yang federalistik dan (5), negara kesatuan dengan
sistem desentralisasi yang konfederalistik.
Pada era reformasi, semenjak otonomi luas diberikan kepada daerah Provinsi dan
daerah Kabupaten/Kota berdasarkan undang-undang (UU) tentang pemerintahan
daerah, Indonesia dikenal dengan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Ciri cirinya adalah segala urusan pemerintahan di NKRI, baik yang absolut
maupun yang konkuren adalah milik pemerintah pusat. Namun, khusus untuk
urusan pemerintahan yang konkuren, pelaksanaannya dibagi-bagi, sebagian
dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan sebagian lagi dilaksanakan, baik oleh
pemerintah daerah provinsi maupun oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
Misalnya urusan pemerintahan di bidang pendidikan, pendidikan tinggi
dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pendidikan menengah atas dilaksanakan oleh
pemerintah daerah provinsi dan pendidikan dasar dan menengah tingkat pertama
dilaksanakan oleh pemerintah daaerah kabupaten/kota.

Dengan demikian terlihat bahwa semua urusan pemerintahan berdasarkan UU No.


23 Tahun 2014 adalah milik pemerintah pusat, namun yang bersifat konkuren,
pelaksanaannya sebagian dilakukan oleh pemerintah pusat dan sebagian lagi oleh
pemerintah daerah. Oleh karena itu, berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 NKRI
dapat disebut dengan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang
sentralistik.

Kedaulatan Berada di Tangan Rakyat dan Dilaksanakan Menurut UUD

Pengertian kedaulatan rakyat berhubungan erat dengan pengertian perjanjian


masyarakat dalam pembentukan asal mula negara. Negara terbentuk karena
adanya perjanjian masyarakat. Perjanjian masyarakat disebut juga dengan istilah
kontrak sosial. Ada beberapa ahli yang telah mempelajari kontrak sosial, antara
lain Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau. Kedaulatan adalah
suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat,
atau atas diri sendiri terdapat penganut dalam dua teori yaitu berdasarkan
pemberian dari Tuhan atau Masyarakat.

Menurut Jean Bodin (1530 - 1596), kedaulatan mempunyai empat sifat pokok
yaitu:
1. Permanen, artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara berdiri.
2. Asli, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
3. Bulat/tidak dapat dibagi-bagi, artinya kedaulatan itu hanya satu-satunya
kekuasaan tertinggi.
4. Tidak terbatas, artinya kedaulatan tidak ada yang membatasi, sebab apabila
terbatas, maka sifat tertinggi akan lenyap.

Menurut John Lock, negara itu terbentuk berdasarkan pactum unionis yang
merupakan perjanjian antar individu untuk membentuk negara. Perjanjian tersebut
melahirkan pactum subjectionis yang merupakan perjanjian antara rakyat dengan
pemerintah. Agar para penguasa tidak memiliki hak atau kekuasaan mutlak, maka
perlu diadakannya pembagian kekuasaan seperti kekuasaan legislatif, eksekutif
dan federative. Didalam kedaulatan rakyat ada prinsip-prinsip demokrasi dalam
kekuasaan negara. Dimana rakyat berfungsi sebagai pemegang kedaulatan negara
3 dan pemerintah sebagai alat yang ditentukan oleh rakyat untuk mengelola
negara bagi kepentingan rakyat.

JJ. Rousseau mengemukakan bahwa negara dibentuk atas dasar kehendak rakyat
melalui kontrak sosial. Dalam kontrak tersebut, setiap individu secara sukarela
dan bebas membuat perjanjian untuk membentuk negara berdasarkan cita-cita,
hasrat, keinginan, dan kepentingan mereka, yang menjadi motivasi terbentuknnya
negara. Tujuan dan cita-cita rakyat dituangkan kedalam kontrak sosial yang
berbentuk konstitusi atau Undang-undang Dasar, yang harus ditaati oleh
Pemerintah dan seluruh elemen dalam Negara. Dengan demikian, pemerintah
mendapatkan wewenang dari rakyat secara langsung untuk menjalakan kekuasaan
demi kepentingan rakyat. Jika penguasa tidak bisa menjalankan kewajibannya,
maka kekuasaan tersebut dapat diambil alih kembali oleh rakyat.

Kedaulatan rakyat muncul sebagai reaksi terhadap kekuasaan yang absolut. Agar
tidak terjadi kekuasaan yang absolut, maka Mountesquieu menyampaian ajaran
Trias Politica, dengan memisahkan kekuasaan menjadi tiga ranah, yaitu: Eksekutif
adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang. Legislatif adalah
kekuasaan untuk membuat dan menetapkan undang-undang. Yudikatif adalah
kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang.

Negara Indonesia Adalah Negara Hukum

Negara hukum ialah negara yang menjalankan pemerintahannya berdasarkan atas


kekuasaan hukum (supermasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan
ketertiban hukum.6 Hal ini memberikan pengertian bahwa Negara, termasuk di
dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lainya dalam melaksanakan tindakan
apapun yang
“Konsep Negara Hukum Indonesia” dikemukakan Scheltema, bahwa asas-asas
dasar negara hukum menurut Scheltema, seperti yang dikutip oleh B. Arief
Sidharta, sebagai berikut
1) Pengakuan, Penghormatan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia yang Berakar
dalam Penghormatan atas Martabat Manusia (Human Dignity);
2) Asas Kepastian Hukum. Negara hukum bertujuan untuk menjamin bahwa
kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk
mewujudkan kepastian dalam hubungan antar-manusia, yakni menjamin
prediktabilitas dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang
berlaku.23 Beberapa asas yang terkandung dalam asas kepastian hukum adalah
(a) Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;
(b) Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat aturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan;
(c) Asas nonretroaktif perundang-undangan sebelum mengikat, undangundang
harus diumumkan secara layak;
(d) Asas peradilan bebas obyektif-imparsial dan adil manusiawi;
(e) Asas nonliquet hakim tidak boleh menolak perkara yang di hadapkan
kepadanya dengan alasan undang-undang tidak jelas atau tidak ada;
(f) Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam
undang-undang atau Undang-Undang Dasar.
3) Asas Similia Similibus atau Asas Persamaan Dalam negara hukum, pemerintah
tidak boleh mengistimewakan orang tertentu, harus non-diskriminatif. Aturan
hukum berlaku sama untuk setiap orang, karena itu harus harus dirumuskan secara
umum dan abstrak. Dua hal penting yang terkandung dalam asas ini adalah a.
Persamaan, kedudukan di hadapan hukum dan pemerintahan; b. Tuntutan
perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
4) Asas Demokrasi Asas demokrasi memberikan suatu cara atau metode
pengambilan keputusan. Asas ini menuntut bahwa setiap orang harus mempunyai
kesempatan yang sama untuk mempengaruhi tindakan pemerintahan. Asas ini
menuntut bahwa setiap orang harus mempunyai kesempatan yang sama untuk
mempengaruhi tindakan pemerintahan. Asas ini diwujudkan lewat sistem
representasi atau perwakilan rakyat yang mempunyai peranan dalam pembentukan
undang-undang dan kontrol terhadap pemerintah.
5) Pemerintah dan Pejabat Mengemban Fungsi Pelayanan Masyarakat.
Pemerintah mengemban Pemerintah tugas untuk memajukan kepentingan warga
negara, semua kegiatan pemerintah harus terarah ke kesejahteraan umum.
Peraturan Pendukung
UU No.27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD, DPRD mengacu pada pasal 1
ayat 2 tentang kedaulatan rakyat.
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengacu pada pasal 1 ayat
2 tentang kedaulatan rakyat
UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman mengacu pada pasal 1 ayat
3 tentang Indonesia berstatus negara hukum.
UU No. 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung mengacu pada pasal 1 ayat 3 tentang
Indonesia berstatus negara hukum.
UU No.11 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
mengacu pada pasal 1 ayat 3 tentang Indonesia berstatus negara hukum.
UU No.7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum mengacu pada pasal 1 ayat 2
tentang kedaulatan rakyat,
Perubahan Pasal 1
Amandemen UUD 1945 sebagai amanat reformasi pada akhirnya dapat
dituntaskan dalam Perubahan keempat dengan nama resmi Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945).
Perubahan empat kali UUD 1945 itu dapat diperinci sebagai berikut.
1) Perubahan Pertama UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 19 Oktober tahun
1999, berhasil diamandemen sebanyak 9 pasal.
2) Perubahan Kedua UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000
telah diamandemen sebayak 25 pasal.
3) Perubahan Ketiga UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 9 November tahun
1999 berhasil diamandemen sebanyak 23 pasal9 . 4) Perubahan Keempat UUD
1945 yang ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002 ini telah berhasil
diamandemen 13 pasal serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan
Tambahan.
Jadi jumlah total pasal UUD 1945 hasil perubahan pertama sampai keempat itu
adalah 75 pasal11, namun demikian jumlah nomor pasalnya tetap sama yaitu 37
(tidak termasuk Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan). Hal ini karena cara
penulisan nomor pasal itu dilakukan dengan menambah huruf (A, B, C dan
seterusnya) setelah nomor angkanya. Kondisi semacam inilah yang menjadikan
sistematika amandemen UUD 1945 tidak teratur.
Dengan perubahan-perubahan tersebut maka jumlah ketentuan atau ayat lama
yang masih tetap dipertahankan sesuai dengan naskah asli UUD 1945 tinggal 23
ayat dari jumlah seluruhnya yaitu 71 ayat asli; atau dengan kata lain, prosentase
ayat yang masih tersisa adalah 16,33 %.
Ketentuan-ketentuan atau ayat-ayat yang masih tetap dipertahankan sesuai naskah
aslinya adalah: Pasal 1 Ayat (1); Pasal 4 Ayat (1) dan (2); Pasal 5 Ayat (2); Pasal
6 Ayat (10); Pasal 12; Pasal 13 (1); Pasal 21 Ayat (2); Pasal 22 Ayat (1), (2), dan
(3); Pasal 26 Ayat (1); Pasal 27 Ayat (1), dan (2); Pasal 28; Pasal 29 Ayat (1) dan
(2); Pasal 33 Ayat (1), (2) dan (3); Pasal 34 Ayat (1); Pasal 35; serta Pasal 36.
Jumlah babnya juga mengalami penambahan dari 16 bab menjadi 21 bab, tetapi
nomor angka bab itu juga tetap sama jumlahnya yaitu 16 bab, karena penambahan
bab itu dilakukan dengan cara menambah huruf (A dan B) setelah nomor angka.
Pasal 1 UUD 1945 Sebelum Amandemen
1. Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
2. Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Berdasarkan pasal 1 ayat 2 tersebut, pasal 1 ayat 2 menempatkan kedaulatan
berada di tangan rakyat, tetapi pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada
MPR.

Dengan begitu, maka sebenarnya kedaulatan tertinggi berada di tangan MPR


selaku penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. Hal itu juga menjadikan MPR
sebagai lembaga tertinggi negara.

Konsekuensinya adalah MPR berwenang untuk mengangkat Presiden dan Wakil


Presiden serta menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), bahkan
bisa meminta pertanggungjawaban Presiden, sehingga tidak akan ada Pemilu
(Pemilihan Umum). Maka dari itu diadakan check and balance terhadap pasal 1
ayat 2.

Pasal 1 UUD 1945 Setelah Amandemen


1. Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
2. Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD.
3. Negara Indonesia adalah negara hukum.

Amendemen ketiga UUD 1945 yang merupakan hasil Sidang Tahunan MPR
Tahun 2001 pada 1-9 November 2001 memperbaharui pasal 1 ayat 2 di dalam
UUD 1945 yang membuat kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan begitu, kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat dan diselenggarakan
berdasarkan UUD 1945, karena jika diselenggarakan tanpa peraturan, maka akan
mengakibatkan kekacauan yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia.
Pelaksanaan kedaulatan rakyat Indonesia berdasarkan UUD 1944 itu
ditindaklanjuti oleh peraturan perundang-undangan yang berada di bawahnya,
termasuk peraruran perundang-undangan yang menyangkut Pemilihan Umum
Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Umum (Pemilu), dan berbagai peraturan
senada lainnya.
Daftar Pustaka

Ali, M. (2020). Perbandingan Konsep Negara Hukum.

Fahmi, K. (2010). Prinsip Kedaulatan Rakyat Dalam Penentuan Sistem Pemilihan Umum
Anggota Legislatif. Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 3, Juni 2010.

Mahmuzar. (2020). Model Negara Kesatuan Republik Indonesia Di Era Reformasi. Jurnal
Hukum & Pembangunan Vol. 50 No. 2 (2020): 302-316.

Prinada, Y. (2020, Desember 18). Isi Pasal 1 UUD 1945 Sebelum & Setelah Amandemen
Muncul di Tes CPNS. Retrieved from Tirto.id: https://tirto.id/isi-pasal-1-uud-
1945-sebelum-setelah-amandemen-muncul-di-tes-cpns-f8hW

Sutoyo. (2016). Konsep Kedaulatan Rakyat Dalam Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945. Focus Group Discussion (FGD).

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (2016). Retrieved from
Dewan Perwakilan Rakyat: https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945

Anda mungkin juga menyukai