Oleh :
3. Relita (1092211031)
FAKULTAS TEKHNIK
Bentuk negara kesatuan (unitary state) dipilih oleh The Founding Fathers
Indonesia melalui proses diskusi dan perdebatan panjang dalam Sidang Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI-PPKI) yakni, antara pihak yang menginginkan
Indonesia merdeka nanti adalah berbentuk kesatuan yang dipelopori oleh M.
Yamin dan kawan-kawan dan dipihak lain yang menginginkan bentuk negara
Indonesia merdeka adalah negara federal yang dipelopori oleh M. Hatta.1 Namun
melalui voting pada Sidang Panitia Perancang Undang-Undang Dasar2 yang
diadakan tanggal 11 Juli 1945 diperoleh hasil, 17 orang setuju negara kesatuan
dan 2 orang setuju negara federal.3 Oleh karena itu diputuskan bahwa bentuk
negara yang dianut oleh Indonesia merdeka nanti adalah Kesatuan, dan semenjak
UUD 1945 disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, istilah Negara
Kesatuan untuk Republik Indonesia resmi dipakai.
Negara kesatuan (unitary state), ada yang bersifat sentralistik (unitary state by
centralization) dan ada pula yang bersifat desentralistik (unitary state by
decentralization). Pada negara kesatuan dengan sistem sentralistik, semua urusan
pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah pusat dan dilaksanakan sendiri
oleh pemerintah pusat. Sedangkan pada negara kesatuan dengan sistem
desentralistik, sebagian urusan pemerintah (yang bersifat tidak pokok) diserahkan
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom. Urusan pemerintahan
yang bersifat pokok tetap menjadi wewenang pemerintah pusat.
Negara kesatuan dengan sistem desentralistik ini memiliki lima macam varian
model yakni; (1), negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang sentralistik.
(2), Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang desentralistik. (3), Negara
kesatuan dengan sistem desentralisasi yang proporsional. (4), Negara kesatuan
dengan sistem desentralisasi yang federalistik dan (5), negara kesatuan dengan
sistem desentralisasi yang konfederalistik.
Pada era reformasi, semenjak otonomi luas diberikan kepada daerah Provinsi dan
daerah Kabupaten/Kota berdasarkan undang-undang (UU) tentang pemerintahan
daerah, Indonesia dikenal dengan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Ciri cirinya adalah segala urusan pemerintahan di NKRI, baik yang absolut
maupun yang konkuren adalah milik pemerintah pusat. Namun, khusus untuk
urusan pemerintahan yang konkuren, pelaksanaannya dibagi-bagi, sebagian
dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan sebagian lagi dilaksanakan, baik oleh
pemerintah daerah provinsi maupun oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
Misalnya urusan pemerintahan di bidang pendidikan, pendidikan tinggi
dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pendidikan menengah atas dilaksanakan oleh
pemerintah daerah provinsi dan pendidikan dasar dan menengah tingkat pertama
dilaksanakan oleh pemerintah daaerah kabupaten/kota.
Menurut Jean Bodin (1530 - 1596), kedaulatan mempunyai empat sifat pokok
yaitu:
1. Permanen, artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara berdiri.
2. Asli, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
3. Bulat/tidak dapat dibagi-bagi, artinya kedaulatan itu hanya satu-satunya
kekuasaan tertinggi.
4. Tidak terbatas, artinya kedaulatan tidak ada yang membatasi, sebab apabila
terbatas, maka sifat tertinggi akan lenyap.
Menurut John Lock, negara itu terbentuk berdasarkan pactum unionis yang
merupakan perjanjian antar individu untuk membentuk negara. Perjanjian tersebut
melahirkan pactum subjectionis yang merupakan perjanjian antara rakyat dengan
pemerintah. Agar para penguasa tidak memiliki hak atau kekuasaan mutlak, maka
perlu diadakannya pembagian kekuasaan seperti kekuasaan legislatif, eksekutif
dan federative. Didalam kedaulatan rakyat ada prinsip-prinsip demokrasi dalam
kekuasaan negara. Dimana rakyat berfungsi sebagai pemegang kedaulatan negara
3 dan pemerintah sebagai alat yang ditentukan oleh rakyat untuk mengelola
negara bagi kepentingan rakyat.
JJ. Rousseau mengemukakan bahwa negara dibentuk atas dasar kehendak rakyat
melalui kontrak sosial. Dalam kontrak tersebut, setiap individu secara sukarela
dan bebas membuat perjanjian untuk membentuk negara berdasarkan cita-cita,
hasrat, keinginan, dan kepentingan mereka, yang menjadi motivasi terbentuknnya
negara. Tujuan dan cita-cita rakyat dituangkan kedalam kontrak sosial yang
berbentuk konstitusi atau Undang-undang Dasar, yang harus ditaati oleh
Pemerintah dan seluruh elemen dalam Negara. Dengan demikian, pemerintah
mendapatkan wewenang dari rakyat secara langsung untuk menjalakan kekuasaan
demi kepentingan rakyat. Jika penguasa tidak bisa menjalankan kewajibannya,
maka kekuasaan tersebut dapat diambil alih kembali oleh rakyat.
Kedaulatan rakyat muncul sebagai reaksi terhadap kekuasaan yang absolut. Agar
tidak terjadi kekuasaan yang absolut, maka Mountesquieu menyampaian ajaran
Trias Politica, dengan memisahkan kekuasaan menjadi tiga ranah, yaitu: Eksekutif
adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang. Legislatif adalah
kekuasaan untuk membuat dan menetapkan undang-undang. Yudikatif adalah
kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang.
Amendemen ketiga UUD 1945 yang merupakan hasil Sidang Tahunan MPR
Tahun 2001 pada 1-9 November 2001 memperbaharui pasal 1 ayat 2 di dalam
UUD 1945 yang membuat kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan begitu, kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat dan diselenggarakan
berdasarkan UUD 1945, karena jika diselenggarakan tanpa peraturan, maka akan
mengakibatkan kekacauan yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia.
Pelaksanaan kedaulatan rakyat Indonesia berdasarkan UUD 1944 itu
ditindaklanjuti oleh peraturan perundang-undangan yang berada di bawahnya,
termasuk peraruran perundang-undangan yang menyangkut Pemilihan Umum
Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Umum (Pemilu), dan berbagai peraturan
senada lainnya.
Daftar Pustaka
Fahmi, K. (2010). Prinsip Kedaulatan Rakyat Dalam Penentuan Sistem Pemilihan Umum
Anggota Legislatif. Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 3, Juni 2010.
Mahmuzar. (2020). Model Negara Kesatuan Republik Indonesia Di Era Reformasi. Jurnal
Hukum & Pembangunan Vol. 50 No. 2 (2020): 302-316.
Prinada, Y. (2020, Desember 18). Isi Pasal 1 UUD 1945 Sebelum & Setelah Amandemen
Muncul di Tes CPNS. Retrieved from Tirto.id: https://tirto.id/isi-pasal-1-uud-
1945-sebelum-setelah-amandemen-muncul-di-tes-cpns-f8hW
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (2016). Retrieved from
Dewan Perwakilan Rakyat: https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945