Kelompok 5 :
1. Angghi Ari Widiyanti – 041711133195
2. Dewi Noviani Asmoro Putri – 041711233256
3. Fitriana Anggraeni Sekar Ayu – 041711233264
4. Candra Andianto – 041711233286
5. Febrinia Rizky Adita – 041711233292
6. Dian Karimah Wildani – 041711233294
Universitas Airlangga
Mata Kuliah Wajib Umum
Kewarganegaraan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar
1945. Hal ini berarti Indonesia menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan menjamin warga
negaranya mendapat perlakuan yang sama di mata hukum dan pemerintahan. NKRI sebagai
negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 bertujuan
untuk mewujudkan kehidupan negara yang aman, damai dan tertib dimana kedudukan hukum
setiap warga negaranya dijamin sehingga dapat tercapai keseimbangan dan keselarasan antar
kelompok masyarakat. Negara hukum harus memenuhi beberapa unsur antara lain
pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan hukum dan
peraturan perundang – undangan, adanay jaminan terhadap Hak Asasi Manusia, adanya
pembagian kekuasaan dalam negara, adanya pengawasan dari badan peradilan.
Hak Asasi Manusia merupakan nilai – nilai universal yang telah diakui secara universal.
Berbagai instrumen internasional mewajibkan negara – negara untuk memberikan jaminan
perlindungan dan pemenuhan hak warga negara. Indonesia merupakan negara hukum yang
memiliki sejarah panjang dalam perjuangan perlindungan Hak Asasi Manusia.. perlindungan
konstitusi terhadap Hak Asasi Manusia tersebut, salah satunya adalah perlindungan terhadap
nyawa warga negaranya seperti yang tercantum dalam Pasal 28A Undang – Undang Dasar
1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak untuuk hidup serta mempertahankan hidup dan
kehidupannya”. Nyawa adalah Hak Asasi Manusia yang diberikan oleh Tuhan dan tidak ada
seorangpun yang dapat merampasnya.
Jaminan perlindungan dan pemenuhan hak warga negara tersebut perlu didukung oleh
kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan norma-norma dasar dalam UUD 1945.
Selain kewajiban dan tugas pemerintah, sebagai negara hukum yang demokratis, warga
negara Indonesia harus diberikan ruang yang luas untuk berpartisipasi guna mempertahankan
dan pemenuhan hak – haknya. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Negara
Hukam dan Hak Asasi Manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Definsi negara hukum ?
2. Bagaimana ciri – ciri negara hukum ?
3. Apa makna Indonesia sebagai negara hukum ?
4. Apakah yang dimaksud dengan negara hukum dan hak asasi manusia ?
5. Definisi hak asasi manusia ?
6. Bagaimana sejarah pengakuan hak asasi manusia ?
7. Bagaimana sejarah hak asasi manusia di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan dimana makalah
ini membahas tentang Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia dan memberikan pengetahuan
bagi pembaca tentang Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika dalam negara hukum formil negara bersifat pasif dan semua tindakan harus
berdasarkan hukum, maka dalam konsep negara hukum materiil negara bersifat aktif, yaitu
pemerintah dapat melakukan tindakan yang menyimpang dari undang-undang (asas
opportunitas) dalam hal mendesak demi kepentingan warga negara.
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian ditinjau
ulang oleh International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di
Bangkok tahun 1965, yang memberikan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi
harus pula menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamin;
b) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
c) Pemilihan Umum yang bebas;
d) Kebebasan menyatakan pendapat;
e) Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
f) Pendidikan Kewarganegaraan
Hak-hak yang dirumuskan pada abad ke-17 dan ke-18 sangat dipengaruhi oleh
gagasan mengenai Hukum Alam, seperti yang dirumuskan oleh John Locke (1632-1714)
dan Jean Jaques Rousseau (1712-1778) dan hanya terbatas pada hak-hak yang bersifat
politik saja, seperti kesamaan hak, hak atas kebebasan, hak untuk memilih dan
sebagainya. Pada abad ke-20 hak-hak politik itu dianggap kurang sempurna, dan mulailah
dicetuskan beberapa hak lain yang lebih luas ruang lingkupnya. Yang sangat terkenal
adalah empat hak yang dirumuskan Presiden Amerika Franklin D. Roosevelt yang
terkenal dengan The Four Freedoms (empat kebebasan), yaitu:
Komisi Hak-hak Asasi (Commission on Human Rights) pada tahun 1946 didirikan
oleh PBB, menetapkan secara rinci beberapa hak ekonomi dan sosial, di samping hak-
hak politik. Pada tahun 1948 hasil pekerjaan komisi ini, Pernyataan Sedunia tentang Hak-
hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) diterima secara aklamasi oleh
negara-negara yang tegabung dalam PBB. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak terlalu
sulit untuk mencapai kesepakatan mengenai pernyataan hak asasi,yang memang sejak
semula dianggap langkah pertama saja. Ternyata jauh lebih sukar untuk melaksanakan
tindak lanjutnya, yaitu menyusun suatu perjanjian (covenant) yang mengikat secara yuridis,
sehingga diperlukan waktu 18 tahun sesudah diterimanya pernyataan. Baru pada tahun 1966
Sidang Umum PBB menyetujui secara aklamasi Perjanjian tentang Hak-Hak ekonomi, Sosial
dan Budaya (Covenant on Economic, Social and Cultural Rights) serta Perjanjian tentang Hak-
Hak Sipil dan Politik (Covenant on Civil and Political Rights). Selanjutnya diperlukan 10
tahun lagi sebelum dua perjanjian itu dinyatakan berlaku. Perjanjian tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya mulai berlaku 1976, setelah diratifikasi oleh 35 negara,
sedangkan Perjanjian tentang Hak-Hak Sipil dan Politik juga telah diratifikasi. Hak -hak sipil
dan politik agak mudah dirumuskan.Untuk melaksanakannya tidak cukup membuat undang-
undang, akan tetapi pemerintah harus secara aktif menggali semua sumber kekayaan
masyarakat dan mengatur kegiatan ekonomi sedemikian rupa sehingga tercipta iklim di
mana hak-hak ekonomi, seperti hak atas pekerjaan, hak atas penghidupan yang layak,
betul-betul dapat dilaksanakan. Kegiatan yang menyeluruh itu akan mendorong
pemerintah untuk mengatur dan mengadakan campur tangan yang luas dalam banyak
aspek kehidupan masyarakat, dengan segala konsekuensinya.
Harus disadari bahwa pelaksanaan hak-hak ekonomi bagi banyak negara merupakan
tugas yang sukar diselenggarakan secara sempurna, oleh karena itu dalam perjanjian Hak-hak
ekonomi ditentukan bahwa setiap negara yang mengikat diri cukup memberi laporan kepada
PBB mengenai kemajuan yang telah dicapai.Pada hakekatnya perjanjian ini hanya
menetapkan kewajiban bagi negara-negara yang bersangkutan untuk mengusahakan
kemajuan dalam bidang-bidang itu, tetapi tidak bermaksud untuk mengadakan pengawasan
secara efektif. Sebaliknya hak-hak politik harus dapat
dilaksanakan secara efektif, pemikiran ini tercermin dalam dalam Perjanjian tentang Hak-
Hak Sipil dan Politik, bahwa didirikan suatu Panitia Hak-Hak Asasi (Human Rights
Committee) yang berhak menerima serta menyelidiki pengaduan dari suatu negara
terhadap negara lain dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap sesuatu ketentuan dalam
perjanjian itu. Disamping Perjanjian tentang Hak-hak Sipil dan Politik juga disusun
Optional Protocol yang menetapkan bahwa Panitia Hak-Hak Asasi juga dapat menerima
pengaduan dari perseorangan terhadap negara yang telah menanda tangani Optional
Protocol itu jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Perjanjian Hak-Hak Sipil
dan Politik.
3.1 Kesimpulan
Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Ciri negara hukum diantaranya yaitu HAM
terjamin oleh undang-undang, supremasi hukum, pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi
kepastian hukum, kesamaan kedudukan di depan hukum, peradilan administrasi dalam
perselisihan, kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi, pemilihan umum
yang bebas, dan badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
Negara Indonesia adalah negara hukum dinamis. Makna negara Indonesia sebagai negara
hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif
dan progresif. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat
yang dinamis.
Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak asasi manusia dan
menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan suatu negara hukum
menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak asasi manusia dan kehidupan demokratis.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah anugerah dari Tuhan terhadap makhluknya yang tidak
boleh dijauhkan atau dipisahkandari eksistensi pribadi individu atau manusia tersebut.
Pengakuan dan penghargaan HAM tidak diperoleh secara tiba-tiba, tetapi melalui sejarah
yang panjang. Pengakuan HAM dimulai dari Inggris dengan dikeluarkanya Magna Charta
pada tahun 1215, Perancis pada tahun 1789 dimana terjadi revolusi untuk menurunkan
kekuasaan Raja Louis XVI yang sewenang-wenang, Amerika Serikat pada 4 Juli 1776
dengan lahirnya The Declaration of American Independence atau naskah pernyataan
kemerdekaan rakyat Amerika Serikat dari koloni Inggris, dan Rusia pada tahun 1937 yang
mulai mencantumkan hak untuk mendapat pekerjaan, hak untuk beristirahat serta hak untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran bagi warga negara.
Hak asasi yang tercantum dalam UUD 1945 tidak termuat dalam suatu piagam yang
terpisah, tetapi tersebar dalam beberapa pasal, terutama pasal 27 hingga 31. Hak-hak asasi
yang dimuat terbatas jumlahnya dan dirumuskan secara singkat. Akhirnya bisa dimengerti
mengapa hak-hak asasi manusia tidak lengkap dimuat dalam UUD 1945, karena UUD
tersebut dibuat beberapa tahun sebelum pernyataan hak-hak asasi diterima oleh PBB.