Anda di halaman 1dari 13

HAK ASASI MANUSIA

PENGERTIAN HAM

Sumber: http://academia.edu

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah
Tuhan yang dibawa sejak lahir. Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dinyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatannya, serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

MAKNA HAM

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan tentang
beberapa macam hak sebagai berikut.

1. Hak Untuk Hidup

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan taraf kehidupannya,
hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta memperoleh lingkungan
hidup yang baik dan sehat.

2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan

Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah atas kehendak yang bebas.

3. Hak Mengembangkan Diri

Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara pribadi
maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

4. Hak Memperoleh Keadilan

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi
serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara
yang menjamin pemeriksaan secara objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh
putusan adil dan benar.

5. Hak Atas Kebebasan Pribadi

Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di
muka umum, memeluk agama masing-masing, tidak boleh diperbudak, memilih
kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia.

6. Hak Atas Rasa Aman

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, hak milik,
rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.

7. Hak Atas Kesejahteraan

Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain
demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta
mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan. Setiap orang juga berhak atas pekerjaan,
kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan
memperjuangkan kehidupannya.

8. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan

Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau perantaraan
wakil yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.

9. Hak Wanita

Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi dan pendidikan
sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Selain itu, berhak mendapatkan
perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat
mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.

10. Hak Anak


Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara serta
memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak dirampas
kebebasannya secara melawan hukum.

CIRI CIRI HAM

HAM memiliki beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut:

 Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai makhluk Tuhan).


 Universal, artinya hak itu berlaku untuk semua orang.
 Permanen dan tidak dapat dicabut.
 Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak.
 Kewajiban Asasi Manusia

Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, kewajiban asasi dapat diartikan sebagai
kewajiban dasar setiap manusia. Ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan, kewajiban dasar manusia adalah seperangkat
kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya
hak asasi manusia.

MACAM MACAM HAM

Sumber: umsu.ac.id., bay fai

Berikut ini macam-macam HAM yang tidak dapat dicabut oleh seseorang dari setiap individu.

1. Personal Rights

Personal rights adalah setiap orang memiliki kebebasan untuk berpendapat, bebas untuk
memeluk agama apapun, dibebaskan untuk beribadah menurut keyakinannya masing-masing dan
diberikan kebebasan untuk berorganisasi atau berserikat.
2. Property Rights

Property rights (hak asasi ekonomi) merupakan pemberian kebebasan untuk memiliki sesuatu,
bebas untuk menjual serta membeli sesuatu barang atau jasa, serta bebas untuk mengadakan
suatu perjanjian kontrak dan memiliki pekerjaan.

3. Rights of Legal Equality

Rights of legal equality berkaitan dengan berhak untuk mendapatkan perlakuan atau
pengayoman sama sesuai dengan keadilan hukum. Semua akan dilihat sama pada mata hukum.

4. Political rights

Political rights merupakan hak asasi manusia memberikan Anda kesempatan untuk bebas
berpolitik. Memiliki berhak sama untuk ikut serta dalam pemerintahan, pemilihan umum,
mendirikan partai politik dan mengajukan petisi kritis serta saran.

5. Social cultural rights

Hak asasi manusia social cultural rights berkaitan dengan dibebaskannya setiap orang untuk
memilih pendidikan yang diinginkannya, pemberian haknya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan serta mengembangkan kebudayaan.

6. Procedural rights

Terakhir, setiap individu berhak untuk mendapatkan perlakukan mengenai tata cara peradilan
serta perlindungan hukum oleh pemerintah. Setiap orang memiliki hak asasi manusia berhak
mendapatkan perlakuan adil dalam penggeledahan, penangkapan serta pembelaan hukum.

CONTOH PELANGGARAN HAM BERAT DAN RINGAN

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan hak asasi manusia serta macam-macamnya.
Berikutnya kami akan memberikan contoh kasus pelanggaran HAM pernah terjadi di Indonesia
baik ringan maupun berat.
1. Kerusuhan tanjung priok tahun 1984

Contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia yang pertama terjasi pada tanggal 12 September
1984, korban tercatat pada peristiwa tersebut antara lain 24 orang teras, 26 luka berat dan 19
orang luka ringan. Saat itu majelis hakim menyatakan 14 terdakwa dinyatakan bebas atas kasus
ini.

2. Penembakan Mahasiswa Trisakti 1998

Peristiwa ini juga dikenal dengan nama tragedi trisaksti yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998
terhadap mahasiswa sedang melakukan demonstrasi guna menuntut presiden Soeharto turun dari
jabatannya sebagai presiden.

Dari kejadian tragedi trisakti tersebut, terdapat empat mahasiswa trisakti tewas serta puluhan
orang mengalami luka berat dan ringan. Mahkamah militer melakukan sidang terhadap beberapa
terdakwa yang diduga telah menyebabkan adanya korban jiwa.

Tetapi, mahkamah militer pada saat itu hanya memvonis dua terdakwa dengan hukuman pidana
selama 4 bulan saja, empat terdakwa lainnya divonis 2-5 bulan pidana sedangkan sembilan orang
divonis 3-6 tahun penjara.

Saling menghormati dan menghargai setiap orang merupakan sikap harus dimiliki setiap warga
negara untuk menjaga HAM setiap individu. Selain itu, setiap negara juga wajib untuk
memberikan perlindungan dan menjaga hak asasi manusia setiap warganya

ATURAN HAM DALAM KEGIATAN POLITIK

Kebebasan masyarakat dalam kegiatan politik praktik telah diatur dalam Undang-Undang 45,
yang menjadi pedoman hukum Indonesia. Misalnya pada Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Pasal itu menyebut setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan
umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Aturan tersebut mengatur secara jelas kebebasan individu dalam kegiatan pemilihan umum
dengan cara pemungutan suara. Selain berkaitan dengan pemilihan umum (pemilu), hak politik
juga tercermin dalam kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum.

Kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum di Indonesia diatur dalam Undang-Undang


Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. UU
tersebut merupakan hasil desakan rakyat yang mendesak pemerintah Orde Baru yang dalam
kekuasaan mereka hak tersebut dikekang hampir selama 32 tahun.

CONTOH KASUS HAK POLITIK DI INDONESIA YANG DIKEKANG PEMERINTAH

Seperti yang diketahui, hak politik adalah hak yang dimiliki warga negara di mana asas
kenegaraan yang dianut adalah asas demokrasi seperti halnya Indonesia. Artinya, siapapun yang
tercatat sebagai warga negara Indonesia berhak turut serta dalam kegiatan pemerintahan.

Dalam sejarah Indonesia, hak politik sempat dibungkam oleh pemerintah Orde Baru. Kala itu
kegiatan perpolitikan dikendalikan oleh tokoh-tokoh yang berkuasa, sedangkan keikutsertaan
rakyat cukup dibatasi. Salah satu yang dibatasi misalnya hak mengemukakan pendapat yang
menjadi salah satu unsur kegiatan perpolitikan.

Kebebasan berpolitik di Indonesia kemudian dimulai dari adanya gerakan reformasi tahun


1998 saat rezim Soeharto yang berkuasa selama puluhan tahun akhirnya jatuh. Sejak saat itu hak
asasi berpolitik di Indonesia semakin hari semakin baik.

Untuk menunjang hak asasi politik rakyat, Adrianus Bawamenewi dalam artikelnya yang


berjudul Implementasi Hak Politik Warga Negara menyebutkan beberapa hal yang bisa
dilakukan, yakni sebagai berikut.

1. Setiap warga negara harus mampu memanfaatkan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara yang baik, baik dalam hal memilih dan dipilih, hak mengemukakan pendapat, dan
lain sebagainya.
2. Setiap warga negara diberikan kebebasan untuk ikut berpartisipasi.
3. Pemerintah harus mampu melindungi dan mengawasi hak politik sebagai warga negara.
4. Ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum serta ikut mengkritik dan membangun roda
pemerintahan.
5. Negara memberikan sarana hak politik. Sarana yang dimaksud adalah seperti pemilu atau
pilkada, maka dengan demikian penerapan hak politik warga negara dapat dilaksanakan.
6. Semua aturan-aturan yang telah ditentukan dalam berpolitik harus dilakukan oleh semua
warga negara. Dalam hal ini juga bagi siapa yang tidak melakukan aturan berpolitik
mungkin saja akan diberikan sanksi terhadap orang tersebut.
7. Negara memberikan pengakuan kepada rakyat untuk berperan serta secara aktif dalam
menentukan wujud penyelenggaraan pemerintahan tersebut.
8. Memberikan pemahaman kepada setiap warga negara bahwa hak politik sangat
berpengaruh untuk kemajuan suatu negara atau wilayah 5 tahun kedepan.
9. Pemerintah dalam hal ini melakukan perundingan akan penerapan hak politik warga
negara tanpa adanya spekulasi memandang dari segi gender, strata sosial, serta
peningkatan sumber daya manusia terutama dalam bidang pendidikan dan mengadakan
sosisalisasi dalam setiap daerah akan pentingnya hak politik tersebut diterapkan apalagi
dengan kemajuan zaman atau globalisasi.
10. Negara memberikan pengakuan kepada rakyat untuk berperan serta secara aktif dalam
menentukan wujud penyelenggaraan pemerintah.
11. Diberikan kebebasan bagi setiap warga negara untuk memiliki kedudukan yang sama di
dalam sistem pemerintahan.
12. Adanya penerapan sistem pemerintahan demokrasi
13. Adanya pemerintahan yang terbuka dan bertanggungjawab

HUKUM HAM
Penulis: Utami Argawati.

 Pertanggungjawaban Negara

Lebih lanjut Bivitri menerangkan, salah satu perkembangan hukum internasional terkait dengan
pertanggungjawaban negara (state obligation) terhadap korban dan masyarakat adalah untuk
mengungkapkan fakta dan keadaan terkait kejahatan masif dan sistemik HAM, termasuk
mengungkapkan pelaku kejahatan dan dalangnya. Tanggung jawab negara itu berfokus kepada
kejahatan HAM berupa penyiksaan (torture), pembunuhan massal (genoside), penghilangan
orang (disappearances), kejahatan perang (war crimes), dan/atau kejahatan atas kemanusiaan
(crimes againts humanity).

“Pertanggungjawaban tersebut tentu dibebankan kepada negara terkait. Namun bagaimana jika
negara dikuasai oleh pihak-pihak yang merupakan bagian dari pelaku kejahatan? Tanggung
jawab negara tersebut mustahil untuk dipenuhi. Apalagi jika penyelenggaraan negara yang
dikelola pelaku kejahatan HAM diselenggarakan dengan relatif stabil. Tentu akan membutuhkan
waktu panjang untuk menuntut pertanggungjawaban negara kepada pelaku. Padahal
pertanggungjawaban negara itu mestinya tidak sekedar kepada negara tempat kejahatan HAM
terjadi tetapi juga negara tetangga dan dunia yang memiliki tanggung jawab yang sama atas
nama kemanusiaan, termasuk Indonesia,” terang Bivitri. 

 Pembedaan Hak dalam UUD 1945

Dalam konstitusi Indonesia, Bivitri menjelaskan, UUD 1945 terdapat dua model hak
konstitusional, yaitu hak asasi manusia dan hak warga negara. Hak asasi manusia adalah bentuk
tanggung jawab negara untuk menghormati (to respect), memenuhi (to fullfill), dan melindungi
(to protect) terhadap seluruh orang dari mana pun asalnya.

Sedangkan hak warga negara merupakan hak istimewa yang diperoleh khusus oleh warga negara
Indonesia saja. Pembedaan hak dalam UUD 1945 tersebut biasanya didahului dengan kata
“setiap orang” untuk menjelaskan bahwa itu adalah hak asasi manusia yang beban
pertanggungjawaban negara kepada seluruh manusia. Misalnya, ketentuan Pasal 28A UUD 1945
yang berbunyi, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”

Sementara kata “setiap warga negara” merupakan ketentuan yang menjelaskan


pertanggungjawaban negara kepada warga negaranya secara khusus. Misalnya ketentuan Pasal
28D ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan
yang sama dalam pemerintahan.” Pengelompokan hak konstitusional dalam UUD 1945 itu dapat
menjelaskan cara pandang konstitusional tanggung jawab Indonesia dalam menghadapi
kejahatan HAM internasional, termasuk terhadap pelaku kejahatan HAM lintas batas negara.
Dalam Pembukaan UUD 1945, jelas Indonesia memosisikan diri sebagai negara yang “ikut
melaksanakan ketertiban dunia.”
Bahkan terdapat ketentuan yang terang dalam konstitusi yang berkaitan dengan perlindungan
yang terkait kasus Myanmar yang mana dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 berbunyi, “Hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,…adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa pun.” Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 berbunyi, “Setiap orang berhak bebas
dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Ketentuan itu memperjelas
bahwa konstitusi Indonesia bertujuan melindungi hak setiap orang, termasuk warga negara asing.

 Perlindungan dan Penegakan HAM di Indonesia

Sedangkan  dalam konstitusi Indonesia, Bivitri menjelaskan bahwa hal tersebut sangat jelas
dalam perihal pertanggungjawaban negara dalam penegakan HAM. “Ketentuan Pasal 28I ayat
(4) UUD 1945 yang berbunyi, “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.” Sehingga negara Indonesia
memiliki tanggungjawab konstitusional untuk ikut menegakan perlindungan HAM termasuk
dalam perkara di Myanmar.  Meskipun di dalam Konstitusi UUD 1945 terdapat perlindungan
yang terang-benderang terhadap HAM setiap orang, namun dalam peraturan perundang-
undangan terdapat ketentuan-ketentuan teknis yang menghambat penegakan nilai-nilai
konstitusional perlindungan HAM.

“Setidaknya terdapat dua undang-undang yang menjadi landasan perlindungan dan penegakan
HAM di Indonesia, yaitu UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU Nomor
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Kedua undang-undang tersebut
mengatur perlindungan yang sangat luas terkait HAM. Bahkan dalam Pasal 5 ayat (1) UU HAM,
setiap orang yang mengalami pelanggaran HAM berhak untuk menuntut secara hukum dan
memperoleh perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum.
Ketentuan ini diberikan kepada setiap orang, artinya kepada siapa pun tanpa memedulikan status
kewarganegaraannya,” tandasnya.

Lebih lanjut, ia juga menerangkan, Pasal 5 ayat (2) UU HAM memastikan bahwa setiap orang
berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan yang objektif dan tidak
berpihak. Ketentuan perlindungan HAM itu menjadi masalah dalam proses penegakannya sebab
terdapat berbagai pembatasan yang ditentukan UU Pengadilan HAM. Pasal 5 UU Pengadilan
HAM menentukan pembatasan bahwa proses pengadilan hanya diperuntukkan untuk warga
negara Indonesia termasuk terhadap kejahatan yang dilakukan di luar teritorial Indonesia. Frasa
“oleh warga Indonesia” itu membuat pelaku-pelaku kejahatan HAM yang di luar wilayah
Indonesia, baik yang pelakunya maupun korbannya adalah warga negara asing, tidak dapat
diadili dalam peradilan Indonesia. Bagaimana jika pelaku kejahatan cukup aktif mengunjungi
Indonesia dengan berbagai kepentingan non-diplomatik sementara korban berharap dapat
mengajukan perkara ke dalam sistem pengadilan Indonesia karena konsep perlindungan HAM
yang diberikan kepada setiap orang sebagaimana diatur dalam UUD 1945 dan UU HAM.
Apalagi mustahil bagi korban untuk menuntut keadilan kepada negara dan pengadilan asalnya
karena pelaku merupakan entitas yang berkuasa dan negara bukan tidak mungkin terlibat dalam
pelanggaran tersebut.  Setidak-tidaknya Tanah Air Indonesia tidak dapat dipijak oleh pelaku
pelanggaran HAM karena hukum Indonesia dapat saja mengadilinya karena telah melanggar
konstitusi Indonesia yang melindungi HAM setiap orang tersebut.  Hukum Indonesia mengenal
perlindungan HAM untuk setiap orang yang tidak membedakan status kewarganegaraan,
termasuk terhadap pelanggaran HAM berat. Di akhir keterangan sebagai ahli, Bivitri
menyimpulkan, dengan konstruksi UUD 1945 seperti itu, UU Pengadilan HAM ini butuh
diluruskan oleh MK, dikembalikan pada konteks UUD 1945 supaya UU Pengadilan HAM juga
mengatur bagaimana HAM yang lebih luas daripada hak asasi warga negara ditegakkan dalam
hukum Indonesia.

Untuk diketahui, permohonan Nomor 89/PUU-XX/2022 dalam perkara uji materiil Undang-


Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (UU Pengadilan HAM)
diajukan oleh Marzuki Darusman, Muhammad Busyro Muqoddas, dan Aliansi Jurnalis
Independen (AJI). Dalam sidang perdana yang digelar di MK pada Senin (26/09/2022), para
Pemohon menyebutkan frasa “… oleh warga negara Indonesia” Pasal 5 UU Pengadilan
HAM menghapus tanggung jawab negara dalam menjaga perdamaian dunia sebagaimana
diamanatkan oleh UUD 1945. Selain itu, frasa tersebut juga menghilangkan prinsip tanggung
jawab negara di daerah-daerah yang pelaku kejahatannya melibatkan negara.

Myanmar hingga saat ini masih mengalami situasi politik yang tidak pasti akibat pemberlakuan
keadaan darurat oleh pihak militer. Tragedi kemanusiaan serta pelanggaran terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM) pun terus terjadi di Myanmar.
Dengan adanya pembatasan pada Pasal 5 UU Pengadilan HAM tersebut, maka sulit bagi para
korban pelanggaran HAM untuk memperjuangkan hak-hak konstitusionalnya. Sebab menurut
para Pemohon, Myanmar tidak menjadi bagian dari International Criminal Court karena tidak
turut menandatangani Statuta Roma. Sehingga tidak mungkin negara dengan kekuasaan seperti
junta militer mendirikan pengadilan HAM untuk mengadili para pejabatnya yang terlibat
pelanggaran HAM. Oleh karena terjadi kekosongan hukum untuk menindaklanjuti pelaku
pelanggaran HAM berat di Kawasan Asia tersebut, diperlukan suatu cara untuk melindungi
warga negara—tidak saja di Myanmar, tetapi juga di ASEAN secara keseluruhan untuk bisa
mengemban hak-hak membela diri secara pribadi.

Untuk itu, dalam petitum para Pemohon meminta agar Mahkamah mengabulkan permohonan
para pemohon untuk seluruhnya. “Menyatakan frasa “oleh warga Negara Indonesia” yang
terdapat pada Pasal 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia bertentangan dengan UUD 1945”.

PENTINGNYA HAM

Sumber: https://equitas.org/wp-content/uploads/2011/12/modul-2-hal-1-38.pdf

HAM penting karena mereka melindungi hak kita untuk hidup dengan harga diri, yang meliputi
hak untuk hidup, hak atas kebebasan dan keamanan. Hidup dengan harga diri berarti bahwa kita
harus memiliki sesuatu seperti tempat yang layak untuk tinggal dan makanan yang cukup.

HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA

Sumber: https://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia/

1.  Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara
pada umumnya berupa peranan (role).

2.  Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :

 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

 Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
 Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
 Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
 Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi

meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

 Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
 Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

 Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia  :

 Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :

segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

 Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945

menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”.

 Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :

Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

 Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
 Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :

1.  Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

2.  Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3.  Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4.  Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai