Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kegiatan manusia di bumi semakin beragam telah memnimbulkan

dampak terhadap perubahan lingkungan. Salah satu perubahan lingkungan

yang menimbulkan dampak buru adalah perubahan iklim global yang akibat

efek emisi gas CO2 (karbon dioksida), CO (karbon monoksida), SO2 dan SO3

(oksida belerang), NO dan NO2 (oksida nitrogen), CH4 (metana), O3 (ozon),

CFC (carbon fluoro carbon).

Gas CO2 merupakan salah satu gas penyebab Efek Rumah Kaca penyebab

utama pemansan global yang menyebabkan perubahan iklim yang telah terjadi

di berbagai belahan dunia. Efek rumah kaca disebabkan naiknya konsentrasi

gas CO2 dan gas lainnya diatmosfer. Konsentrasi gas CO2 meningkat

disebabkan oleh pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar

organik yang melampaui kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut untuk

mengabsorbsinya.

Udara, air, tanah, kehidupa dan teknologi saling berkaitan secara erat.

Atmosfer merupakan lapisan tipis gas-gas yang meliputi permukaan bumi,

memegang peranan penting sebagai tempat penampungan (reservoir) dari

berbagai macam gas. Atmosfer juga menyeimbangkan panas bumi,

mengabsorbsi energi dan merusak radiasi ultraviolet yang datang dari matahari.

Selain itu memindahkan energi panas dari wilayah ekuator, serta berfungsi

sebagai jalan atau media pergerakan air pada phase uap dalam siklus hidrologi.
Hidrosfer mengandung air bumi. Lebih dari 97% dari air bumi berupa

lautan dan sisanya berupa air tawar dalam bentuk es. Air laut mengalami

sirkulasi dalam lingkungan, proses-proses sirkulasi tersebut terjadi dalam

atmosfer, dalam sumber air dan dalam air permukaan seperti saluran air,

sungai-sungai, danau-danau, waduk-waduk dan penampungan-penampungan

air.

Geosfer terdiri dari padatan bumi meliputi tanah yang sangay mendukung

kehidupan tumbuhan. Bagian dari geosfer yang langsung terlibat dengan

proses-proses lingkungan melalui kontak dengan atmosfer, hidrosfer dan

semua kehidupan adalah litosfer. Semua kehidupan yang ada di bumi

membentuk geosfer. Komponen-komponen abiotik yaitu udara, air, atanah dan

komponen biotik saling berkaitan membentuk suatu sistem yang disebut

ekosistem. Ekosistem terdiri dari interaksi yang menguntungkan anatara

organisme-organisme dengan lingkungannya diman terjadi pertukaran dari

sejumlah besar material dalam bentuk siklus yang dikenal dengan siklus

materi.

Siklus materi menyangkut materi yang terdiri dari bahan-bahan kimia,

termasuk didalamnya media kehidupan. Bahan-bahan kimia yang termasuk

penyusun kehidupan yang paling banyak yaitu karbon, nitrogen, oksigen,

hidrogen, belerang dan fosfor. Perjalanan atau aliran bahan-bahan kimia dalam

ekosistem global di bumi ini ternyata berbentuk lingkaran yang dikenal dengan

siklus biogeokimia.
1.2. TUJUAN DAN KEGUNAAN

1. Untuk mengetahui definisi singkat siklus biogeokimia yang meliputi siklus

karbon, siklus nitrogen, siklus oksigen, siklus belerang dan siklus fosfor.

2. Untuk menambah wawasan kita untuk menjaga lingkungan demi

kelangsungan mahluk hidup.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFENISI SIKLUS BIOGEOKIMIA

Siklus Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus,

antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu

ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-

unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut

masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang

materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga

disebut Daur Biogeokimia. Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus

materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai

oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen

abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga. (anonim (1))

2.2. SIKLUS KARBON

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan

diantara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi. Dalam siklus ini

terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur

pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial

(termasuk freshwater system dan material non-hayati organik seperti karbon

tanah (soil carbon), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut

hayati dan non-hayati) dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan

tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir terjadi karena proses-proses


kimia, fisika, geologi dan biologi yang bermacam-macam. Lautan

mengandung kolam aktif karbon terbesar, namun demikian laut bagian dalam

dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer. Neraca

karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon (antar yang masuk

dan yang keluar) antar reservoir karbon atau antara satu putaran (loop)

spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer-biosfer). Analisis neraca karbon

dari sebuah kolam atau reservoir dapat memberikan informasi tentang apakah

kolam atau reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink)

karbon dioksida.

2.2.1. Karbon Di Atmosfer

Gambar 2.1 siklus karbon di atmosfer

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas

karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang

sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer, namun memiliki peran

yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang

mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau


CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut

adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah

dalam dekade terakhir ini dan berperan dalam pemanasan global.

Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:

a. Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk

mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan

oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap

karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau

hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.

b. Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin

dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut

tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa

massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau

interior laut.

c. Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan

produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang

mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk

cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras.

Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.

d. Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya,

proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap

untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak

memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat


yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk

membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse

reaction). Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara

pula, yaitu:

a) Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal

ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di

dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya)

menjadi karbon dioksida dan air.

b) Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur

dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan

tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon

dioksida atau menjadi metana jika tersedia oksigen.

c) Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi

karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga

yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil

seperti batu bara, produk dari industri

perminyakan (petroleum) dan gas alam akan melepaskan

karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam

geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya

jumlah karbon dioksida di atmosfer.

d) Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau

gamping atau kalsium oksida, dihasilkan dengan cara


memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan

menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.

e) Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon

dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer.

f) Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan

gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon

dioksida dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke

atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon

dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat.

Kedua proses kimia yang saling berkebalikan ini akan

memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan

tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer

dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.

2.2.2. Karbon Di Biosfer.

Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah

bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Karbon memiliki peran

yang penting dalam struktur, biokimia dan nutrisi pada semua sel

makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam

siklus karbon: Autotroph adalah organisme yang menghasilkan

senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida

yang berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk

menghasilkan senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber

energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph menggunakan


radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut dan proses

produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian

kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia dan disebut

kemosintesis. Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah

pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di laut.

Fotosintesis memiliki reaksi:

6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2

Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop

pada organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk

di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh

jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.

Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau

respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang

melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan

reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2. Pada keadaan tanpa oksigen,

respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke

lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau

hidrosfer.

Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang

digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga

memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.


2.2.3. Karbon di laut.

Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian

besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa

karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen. Pertukaran

karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat

berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Pada

daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada

daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan.

Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:

CO2 + H2O ⇌ H2CO3

Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan

kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan

adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol

perubahan yang besar pada pH.

H2CO3 ⇌ H+ + HCO3-

(Anonim (2)).

2.3. SIKLUS NITROGEN

Gas Nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% udara. Siklus

nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfer ke dalam tanah. Selain air

hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam

tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis

dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-

polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang biru


dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen. Nitrogen bebas

juga mampu bereaksi dengan hidrogen dan oksigen dengan bantuan

kilat/petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa

ammonia (NH3), ion Nitrit (NO2-) dan ion nitrat (NO3-). (anonim (3))

Nitrat yang dihasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen

(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau

hewan mati, bakteri pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan

garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut

amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas dan Nitrococcus mengubah amoniak dan

senyawa amonium menjadi nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan.

Pada saat oksigen berkurang, nitrat (NO3-) akan diubah menjadi nitrogen

(N2) oleh bakteri, sehingga terjadi pelepasan gas oksigen (O2). Proses ini

dinamakan denitrifikasi yang pada umunya dilakukan oleh bakteri

Pseudomonas, Paracoccus denitrificans, Escherichia coli.

Denitrifikasi merupakan suatu proses yang penting di alam, yaitu

mekanisme dimana hasil fiksasi nitrogen dikembalikan ke atmosfer. Dengan

cara inilah siklus nitrogen akan berulang di ekosistem.

1⁄ NO3- + 1⁄ (CH2O) + 1⁄ H+ → 1⁄ N2 + 1⁄ CO2 + 7⁄ H2O


5 4 5 10 4 20

Proses ini juga penting dalam pengolahan air lanjutan untuk menghilangkan

hara nitrogen.
Gambar 2.2 siklus Nitrogen di alam

Gambar 2.3 siklus nitrogen

2.4. SIKLUS OKSIGEN

Oksigen merupakan unsur yang vital bagi kehidupan dibumi ini. Siklus ini

berkaitan erat dengan siklus unsur lainnya, terutama dengan siklus karbon.

Unsur oksigen menjadi yang terikat secara kimia melalui berbagai proses

yang menghasilkan energi, terutama pada perubahan dan proses metabolik


dalam organisme. Oksigen dilepaskan dari reaksi fotosintesis. Unsur ini

secara cepat bersenyawa membentuk oksida-oksida, seperti dengan karbon

dalam respirasi aerobik atau dengan karbon dan hidrogen dalam perubahan

bahan bakar fosil seperti dengan metana.

CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O

Suatu aspek yang sangat penting dari siklus di stratosfer, yaitu proses

pembentukan ozon. Ozon membentuk lapisan tipis di stratosfer yang

berfungsi sebagai filter dari radiasi ultraviolet, dengan demikian dapat

menjaga kehidupan di bumi dari kerusakan/kehancuran yang disebabkan oleh

radiasi ini.

Siklus oksigen disempurnakan atau diakhiri ketika unsur oksigen masuk

kembali ke atmosfer dalam bentuk gas. Hanya satu cara yang signifikan

dimana hal tersebut terjadi yaitu melalui fotosintesis yang dilakukan

tumbuhan. Siklus hidrogen tidak dibuat tersendiri karena dialam ini hidrogen

paling bnayak terlihat dalam bentuk senyawa air, H2O.

Gambar 2.4 siklus oksigen


Gambar 2.5 Siklus Hidrologi

2.5. SIKLUS BELERANG

Sumber sulfur dalam ekosistem antara lain yaitu sulfur yang berada di

atmosfer secara alami bersal dari letusan gunung berapi yang berupa hidrogen

sulfida. Sulfur sebagian besar tersimpan dalam batuan bumi. Sulfur dapat

terlepas dari batuan bumi karena erosi oleh angin dan air. Sulfur juga terdapat

dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida

dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen

sulfida. Hidrogen sulfida ini sering kali mematikan mahluk hidup di perairan

dan pada umunya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.

Tumbuhan menyerap sulfur daam bentuk sulfat (SO4).


Gambar 2.6 Siklus belerang.

Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua

mahluk hidup mati da akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri.

Beberapa jenis bakteri yang terlibat dalam daur sulfur antara lain

desulfomaculum dan desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida

dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri

fotoautotrof anaerob seperti Chromatium yang melepaskan sulfur dan

oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri Kmolitotrof seperti

Thiobacillus.

Siklus belerang relatif kompleks dimana melibatkan berbagai macam gas,

mineral-mineral yang sukar larut dan beberapa spesi lainnya dalam larutan.

Siklus ini berkaitan dengan siklus oksigen dimana belerang bergabung

dengan oksigen membentuk gas belerang oksigen (SO2) sebagai bahan

pencemar air. Diantara spesi-spesi yang secara signifikan terlihat dalam siklus

belarang adalah gas hidrogen sulfida (H2S), mineral-mineral seperti Pbs, asam

sulfat (H2SO4), belerang oksida (SO2) sebagai komponen utama dari hujan

asam dan belerang yang terikat dalam protein. Yang merupakan bagian dari
siklus belerang yang sangat penting adalah adanya gas SO2 sebagai bahan

pencemar dan H2SO4 dalam atmosfer. Gas SO2 dikeluarkan dari pembakaran

bahan bakar fosil yang mengandung belerang. Efek uatama dari belerang

dioksida dalam atmosfer adalah kecendruangan untuk teroksidasi

menghasilkan asam sulfat. Asam ini dapat menyebabkan terjadinya hujan

asam.

2.6. SIKLUS FOSFOR

Siklus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara

yang terbatas dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil.

Oleh karena itu siklus fosfor adalah “endogenic”. Dalam geosfer, fosfor

terdapat dalam jumlah besar dalam mineral-mineral yang sedikit larut, seperti

hidroksiapilit dan garam kalsium. Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk,

yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat

anorganik (pada air dan tanah). Fosfor terlarut dari mineral-mineral fosfat dan

sumber-sumber lainnya, seperti pupuk fosfat, diserap oleh tanaman dan

tergabung dalam asam nukleat yang menyusun material genetik dalam

organisme. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan

oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik.

Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan

mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu

karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat

anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan

diserap oleh akar tumbuhan lagi.


Anthrosphere adalah reservoir fosfor yang penting dalam lingkungan.

Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat digunakan sebagai bahan pupuk,

industri kimia, dan “food additivies”. Fosfor merupakn salah satu komponen

dari senyawa-senyawa sangat toksik, terutama insektisida organofosfat.

Gambar 2.7 Siklus Fosfor di alam


BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Yang dapat disimpulkan dari makalah ini yaitu:

Siklus Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus

menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Fungsi

Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua

unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik

komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup

di bumi dapat terjaga.

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan

diantara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi.

Siklus nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfer ke dalam tanah.

Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke

dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen.

Siklus oksigen merupak siklus yang menggambarkan pertukaran dari

oksigen antara bentuk gas O2 yang terdapat dengan jumlah besat di atmosfer

dan oksigen yang terikat secara kimia dalam CO2, H2O dan bahan-bahan

organik.

Siklus belerang merupakan siklus yang berkaitan dengan siklus oksigen

dimana belerang bergabung dengan oksigen membentuk gas belerang

oksida SO2, sebagai bahan pencemar.


Silus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secra umum merupakan hara

yang terbatas dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil

oleh karena itu siklus fosfor adalah “endogenik”

3.2. SARAN

Mahasiwa dalam pembuatan sebuah makalah perlu mempunyai banyak referensi

atau rujukan yang dapat menunjang proses pembuatan makalah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih., 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta:Penerbit ANDI

http://bonardo-art.blogspot.com/2013/03/makala-siklus-biogeokimia-oleh-nama.html

diakses tanggal 25 September 2014

Anonim (1), http://slideshare.net/.../mater-yang-menyusun-tubuh-organisme-berasal-dari-

bumf. diakses tanggal 25 September 2014

Anonim (2), http://id.wikipedia.org/wiki/siklus_karbon

diakses tanggal 25 September 2014

Anonim (3), http://free.vism.org/v12/sponsor/sponsor../.htm

diakses tanggal 25 September 2014

http://scribd.com/AGROEKOLOGI-siklus-biogeokimia-dan-hidrologi.pdf

diakses tanggal 30 Oktober 2014

http://docudesk.com/siklus-biogeokimia.pdf diakses tanggal 30 Oktober 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA atas berkat dan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah siklus biogeokimia

ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, serta semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Kami menyadari

dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan

dalam diri kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Makassar, November 2014

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai