2 Pembahasan
isoterm menurut Freundlinch untuk proses adsorpsi asam asetat pada arang.
Adsorpsi merupakan penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain yang
melibatkan interaksi fisik, kimia dan gaya elektrostatik antara adsorben dengan
adsorbat pada permukaan adsorben. Adsorben itu adalah suatu zat yang memiliki
ukuran partikel yang seragam kepolarannya akan sama dengan zat yang akan di
serap dan mempunyai berat molekul besar sedangkan adsorbat adalah suatu zat
sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Selain arang aktif, yang biasa digunakan
sebagai adsorben adalah silika gel, zeolit dan penyaring molekul. Aktivasi fisik
Zat terlarut yang digunakan pada percobaan ini yakni larutan asam klorida
(HCl) dengan berbagai variasi konsentrasi yakni 0,25N, 0,125N, 0,0625N, dan
arang aktif. Arang aktif yang digunakan yakni dalam bentuk bongkahan kecil di
mana memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dalam bentuk
bongkahan besar atau batangan. Arang yang digunakan harus diaktifkan agar pori-
semakin luas permukaan adsorben maka daya penyerapannya pun semakin tinggi.
Arang aktif ini memiliki struktur berpori, sehingga efektif untuk melakukan
adsorbat yang teradsorpsi. Sehingga, dengan luas permukaan arang aktif yang luas
menyebabkan semakin banyaknya HCl yang akan melekat pada permukaan arang
aktif.
Larutan HCl yang telah ditambahkan arang aktif perlu diaduk selama 5
menit untuk menjadikan larutan homogen dan untuk mengaktifkan arang aktif,
sehingga pori-pori arang menjadi lebih besar dan memperluas permukaan arang
yang mana dapat mempermudah proses adsorpsi. Larutan yang telah diaduk pun
perlu didiamkan selama 25 menit agar proses adsorpsi yang terjadi pada
adsorbat dan adsorbennya. Larutan disaring dan diperoleh filtrat yang berwarna
cara menitrasi filtrat dengan larutan standar NaOH 0,1 N menggunakan indikator
phenoptalien.
asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH). Sehingga dimungkinkan saat mencapai
titik ekivalen larutan akan cenderung bersifat asam. Seperti yang telah diketahui
bahwa indikator phenoptalien memiliki range pH antara 8,3-10,0 (pH basa).
Indikator ini akan menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi ungu muda
menitrasi setelah proses adsorpsi lebih sedikit dibandingkan saat titrasi HCl pada
kondisi awal. Hal itu menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi HCl dalam
larutan HCl ini dikarenakan sebagian HCl telah teradsorpsi ke dalam arang aktif.
Saat larutan didiamkan selama 25 menit, akan terjadi proses adsorpsi setiap
molekul HCl oleh arang aktif. Arang yang telah aktif akan menyebabkan luas
permukaannya membesar dan memperbanyak jumlah pori dan rongga pada arang
aktif tersebut.
Pori-pori yang ada pada arang aktif memiliki gaya tarik tertentu, sehingga
menyebabkan molekul HCl terjebak kedalam pori tersebut. Jika dihitung besarnya
konsentrasi awal HCl, massa HCl yang teradsorpsi juga semakin banyak dalam
waktu pendiaman yang sama, demikian pula sebaliknya. Hal ini disebabkan
HCl yang terkandung. Molekul HCl yang terdapat dalam konsentrasi yang rendah
kuat terhadap pelarutnya (air) sehingga lebih sulit teradsorpsi. Sementara itu, pada
larutan HCl yang konsentrasinya tinggi tentuakan lebih mudah di adsorpsi karena
molekul HCl tidak terlalu banyak berinteraksi dengan pelarutnya. Hal ini
mengakibatkan semakin banyak molekul HCl yang tertarik dan terjebak kedalam
teradsorpsi. Fungsi dilakukannya titrasi yaitu untuk mengetahui jumlah zat yang
akhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan
menjadi ungu muda. Alasan lain ialah karena titrasi yang dilakukan menggunakan