Anda di halaman 1dari 5

4.

2 Pembahasan

pecobaan adsorpsi isoterm terdapat tujuan yaitu menentukan adsorpsi

isoterm menurut Freundlinch untuk proses adsorpsi asam asetat pada arang.

Adsorpsi merupakan penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain yang

melibatkan interaksi fisik, kimia dan gaya elektrostatik antara adsorben dengan

adsorbat pada permukaan adsorben. Adsorben itu adalah suatu zat yang memiliki

ukuran partikel yang seragam kepolarannya akan sama dengan zat yang akan di

serap dan mempunyai berat molekul besar sedangkan adsorbat adalah suatu zat

yang teradsorpsi zat lain.

Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan

sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan

berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Selain arang aktif, yang biasa digunakan

sebagai adsorben adalah silika gel, zeolit dan penyaring molekul. Aktivasi fisik

dilakukan dengan cara pemanasan dan aktivasi kimia dilakukan dengan

penambahan larutan kimia.

Zat terlarut yang digunakan pada percobaan ini yakni larutan asam klorida

(HCl) dengan berbagai variasi konsentrasi yakni 0,25N, 0,125N, 0,0625N, dan

0,0156N. Asam asetat berfungsi sebagai adsorbat, sedangkan arang aktif

berfungsi sebagai adsorbennya. Variasi konsentrasi HCl bertujuan untuk

mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap banyaknya zat yang teradsorpsi oleh

arang aktif. Arang aktif yang digunakan yakni dalam bentuk bongkahan kecil di
mana memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dalam bentuk

bongkahan besar atau batangan. Arang yang digunakan harus diaktifkan agar pori-

pori arang semakin besar sehingga dapat mempermudah penyerapan. Karena

semakin luas permukaan adsorben maka daya penyerapannya pun semakin tinggi.

Arang aktif ini memiliki struktur berpori, sehingga efektif untuk melakukan

adsorpsi. Luas permukaan adsorben akan berpengaruh terhadap banyaknya

adsorbat yang teradsorpsi. Sehingga, dengan luas permukaan arang aktif yang luas

menyebabkan semakin banyaknya HCl yang akan melekat pada permukaan arang

aktif.

Larutan HCl yang telah ditambahkan arang aktif perlu diaduk selama 5

menit untuk menjadikan larutan homogen dan untuk mengaktifkan arang aktif,

sehingga pori-pori arang menjadi lebih besar dan memperluas permukaan arang

yang mana dapat mempermudah proses adsorpsi. Larutan yang telah diaduk pun

perlu didiamkan selama 25 menit agar proses adsorpsi yang terjadi pada

permukaan zat bisa berlangsung sempurna dan tercapai kesetimbangan antara

adsorbat dan adsorbennya. Larutan disaring dan diperoleh filtrat yang berwarna

bening. Filtrat tersebut merupakan larutan HCl setelah mengalami proses

adsorpsi. Konsentrasi HCl setelah mengalami adsorpsi dapat diketahui dengan

cara menitrasi filtrat dengan larutan standar NaOH 0,1 N menggunakan indikator

phenoptalien.

Indikator phenoptalien digunakan karena reaksi yang terjadi adalah antara

asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH). Sehingga dimungkinkan saat mencapai

titik ekivalen larutan akan cenderung bersifat asam. Seperti yang telah diketahui
bahwa indikator phenoptalien memiliki range pH antara 8,3-10,0 (pH basa).

Indikator ini akan menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi ungu muda

saat mencapai titik akhir titrasi.

Hasil percobaan menunjukkan volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk

menitrasi setelah proses adsorpsi lebih sedikit dibandingkan saat titrasi HCl pada

kondisi awal. Hal itu menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi HCl dalam

larutan yang disebabkan HCl telah mengalami adsorpsi. Penurunan konsentrasi

larutan HCl ini dikarenakan sebagian HCl telah teradsorpsi ke dalam arang aktif.

Saat larutan didiamkan selama 25 menit, akan terjadi proses adsorpsi setiap

molekul HCl oleh arang aktif. Arang yang telah aktif akan menyebabkan luas

permukaannya membesar dan memperbanyak jumlah pori dan rongga pada arang

aktif tersebut.

Pori-pori yang ada pada arang aktif memiliki gaya tarik tertentu, sehingga

menyebabkan molekul HCl terjebak kedalam pori tersebut. Jika dihitung besarnya

massa HCl yang teradsorpsi, hasil percobaan menunjukkan semakin tinggi

konsentrasi awal HCl, massa HCl yang teradsorpsi juga semakin banyak dalam

waktu pendiaman yang sama, demikian pula sebaliknya. Hal ini disebabkan

karena semakin rendah konsentrasi HCl menunjukkan semakin sedikit molekul

HCl yang terkandung. Molekul HCl yang terdapat dalam konsentrasi yang rendah

menyebabkan molekul HCl memiliki gaya tarik-menarik (interaksi) yang cukup

kuat terhadap pelarutnya (air) sehingga lebih sulit teradsorpsi. Sementara itu, pada

larutan HCl yang konsentrasinya tinggi tentuakan lebih mudah di adsorpsi karena

molekul HCl tidak terlalu banyak berinteraksi dengan pelarutnya. Hal ini
mengakibatkan semakin banyak molekul HCl yang tertarik dan terjebak kedalam

pori-pori pada permukaan arang aktif.

Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam yang telah

teradsorpsi. Fungsi dilakukannya titrasi yaitu untuk mengetahui jumlah zat yang

teradsorpsi. Penggunaan indikator fenolfthalein bertujuan untuk mengetahui titik

akhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan

menjadi ungu muda. Alasan lain ialah karena titrasi yang dilakukan menggunakan

metode alkalimetri, yakni dititrasi dengan larutan standar basa, sehingga

digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai rentang pH 8,3-10,0.

Anda mungkin juga menyukai