Anda di halaman 1dari 8

HAM DAN KEBEBASAN DASAR (BAB III UU 39/1999)

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.1
Tumbangnya kekuasaan otoritarian Orde Baru pada tahun 1998, menandai
berakhirnya kekuasaan selama lebih dari tiga dekade. Kekuasaan yang banyak melakukan
pelanggaran hak asasi manusia --terutama hak-hak sipil dan hak-hak politik warga negara
ini-- digulingkan melalui kekuatan supremasi sipil. Ketika kekuasaan Orde Baru itu tumbang,
kekuatan pro demokrasi mendesakkan perubahan mendasar di bidang politik dan hukum,
terutama perlindungan hak asasi manusia. Atas dasar itulah, pemerintahan Presiden B.J.
Habibie yang menggantikan Soeharto secara cepat menghapus berbagai peraturan
perundangundangan yang bertentangan dengan negara hukum, demokrasi dan hak asasi
manusia. Ia juga mengeluarkan banyak peraturan perundang-undangan sebagai respon positif
atas perubahan sistem politik yang sedang berlangsung waktu itu. Satu diantara peraturan
perundang-undangan yang dibuat adalah Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Undang-undang ini memuat sepuluh (10) Bab dan 105 Pasal.2
UU No. 39/1999 secara rinci mengatur tentang: hak untuk hidup dan hak untuk tidak
dihilangkan paksa dan/atau tidak dihilangkan nyawa, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak mengembangkan diri,
hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak anak, dan hak atas
kebebasan beragama. Semua hak itu terumus dalam Bab III di bawah judul HAM dan
Kebebasan Dasar Manusia (Pasal 9 - Pasal 66)3
HAK UNTUK HIDUP
Hak ini menjelaskan bahwa setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan
batin serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Hak untuk hidup merupakan hak mutlak setiap orang dan termasuk dalam kategori
non-derogable rights yaitu hak yang tidak dapat dikurangi. Yang menarik dari hak untuk

1
Bambang Heri Supriyanto. (2014) Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Hukum
Positif di Indonesia, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 3, Maret. Hal 115
2
Suparman Marzuki. 2017. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : PUSHAM UII. Hal 122
3
Setiaji, Mukhamad Luthfan, Ibrahim, Aminulah. (2017) “Kajian Hak Asasi Manusia dalam Negara the Rule of
Law: Antara Hukum Progresif dan Hukum Positif”, Lex Scientia Law Review. Volume 1 No. 1, November, hal 76
hidup dalam sistem pemidanaan di Indonesia adalah masih diberlakukannya hukuman mati
bagi tindak pidana tertentu seperti narkoba, terorisme dan pembunuhan. Berkenaan dengan
hukuman mati, memang masih menjadi perdebatan di berbagai kalangan karena dianggap
melanggar hak untuk hidup seseorang.4
HAK BERKELUARGA DAN MELANJUTKAN KETURUNAN
Hak ini menjelaskan bahwa Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah atas kehendak yang bebas.5
Kehendak bebas dalam hal ini artinya bahwa perkawinan dilakukan atas niat suci
tanpa paksaan, penipuan atau tekanan apapun dari siapapun terhadap calon istri atau calon
suami.397 Perkawinan yang didasari paksaan, penipuan atau tekanan bukanlah hal yang tidak
mungkin. Bahkan hal ini telah berlangsung sejak dahulu, misal seorang anak gadis dipaksa
menikah dengan seseorang karena orang tuanya terlilit hutang, sehingga dengan pernikahan
tersebut maka hutang orang tua akan dianggap lunas. Di Indonesia, kasus perdagangan
perempuan seringkali dilakukan dengan motif perkawinan paksa. Dengan adanya ikatan
perkawinan, suami seolah dilegalkan untuk memperlakuan istri semaunya, padahal tidak
demikian seharusnya.6
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunanm berkaitan dengan hak untuk
membentuk suatu keluarga melalui perkawinan yang sah,dan adanya perlindungan peraturan
yang tidak bertentang dengan ajaran agama. Selanjutnya ditambah dengan penjelasan
larangan dan paksaan menikah sebagai pelanggaran, juga dilengkapi dengan apa yang telah
diatur dalam hukum adat dan agama seperti masalah larangan dan paksaan untuk
menikah.
HAK UNTUK MENGEMBANGKAN DIRI
Hak ini menjelaskan Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan
dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.
Undang-Undang Dasar 1945 juga memberi jaminan perlindungan hak untuk
mengembangkan diri Di antaranya menegaskan perlindungan hak untuk tumbuh kembang,
bidang pendidikan, hak untuk memperoleh dan menyebarkan informasi, termasuk di
dalammnya hak untuk berkomunikasi, dan hak untuk bersosialisasi. Undang-Undang ini
memberikan jaminan bagi setiap orang untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya
4
Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PUSHAM UII,
2008. Hal 257
5
Ibid hal 122
6
Ibid hal 258
baik secara pribadi maupun kolektif untuk membagun dirinya, masyarakat lingkungannya
serta bangsa dan negara dengan segala jenis sarana yang tersedia. Hal ini termasuk dalam
pemanfaatan informasi dan teknologi serta kesempatan dalam melakukan pekerjaan sosial
dan mendirikan organisasi untuk itu dan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.7
Sebagai suatu hak yang dimiliki untuk mengembangkan diri pada dasarnya hak atas
informasi tidak hanya terbatas pada persoalan komunikasi saja akan tetapi pada upaya diri
untuk pendidikan, mencerdaskan diri, meningkatkan kualitas hidup, memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan teknologi serta seni budaya, upaya pengolahan informasi serta upaya
maksimal untuk pengembangan diri dalam berbagai cara baik bagi diri maupun kepentingan
sosial. Hal terakhir begitu menarik karena pemenuhan hak atas informasi tidak hanya untuk
kepentingan diri sendiri akan tetapi kepentingan sosial.8
Jaminan perlindungan atas hak atas pengembangan diri ini terlihat dari semakin
banyaknya organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang sosial, pengembangan
masyarakat, institusi pendidikan formal maupun non-formal, pengembangan dunia informasi
dan teknologi. Seiring dengan perkembangan zaman, kesempatan yang diberikan kepada
berbagai lapisan masyarakat untuk mengembangkan diri semakin terbuka. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa kesempatan ini belum merata bagi seluruh rakyat Indonesia dikarenakan
berbagai faktor seperti luasnya wilayah Indonesia, kemiskinan, kualitas sumber daya manusia
dan ketersediaan sarana dan prasarana.
HAK UNTUK MEMPEROLEH KEADILAN
Hak ini menjelaskan Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh
keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara
pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan
tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara obyektif oleh
hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.9
Hak-hak yang diatur dalam hak untuk memperoleh keadilan pada dasarnya adalah
asas-asas dalam hukum pidana dan hukum acara tetapi tidak terbatas pada hukum pidana dan
hukum acara. Di antaranya bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh keadilan dengan
mengajukan permohonan, pengaduan dan gugatan baik dalam perkara pidana, perdata,
maupun administrasi.
HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI
7
Ibid hal 260
8
Hwian Christianto. (2020). Penggunaan Global Positioning System dalam Tafsir Konstitusional Hak atas
Informasi. Jurnal Konstitusi, Volume 17, Nomor 2, Juni. Hal 271
9
Ibid hal 123
Hak ini menjelaskan Setiap orang bebas memilih dan mempunyai keyakinan politik,
mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masingasing, tidak boleh
diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia.10
Hak atas kebebasan pribadi merupakan salah satu hak yang paling mendasar bagi
setiap orang karena menyangkut juga hak menentukan nasib sendiri. Dari berbagai hak yang
dilindungi dalam hak asasi manusia, hak atas kebebasan pribadi dan kebebasan berekspresi,
mengeluarkan pendapat, berserikat dan berkumpul adalah hak yang paling penting.403
Meskipun demikian, tidak berarti tidak ada hak-hak lain yang dilindungi yang berkaitan
dengan hak atas kebebasan pribadi. Hak untuk tidak diperbudak, hak untuk memeluk agama,
hak untuk dipilih dan memilih, hak kewarganegaraan dan hak bertempat tinggal merupakan
hak-hak pribadi yang diatur oleh Undang- Undang ini. Hak-hak ini dilindungi oleh berbagai
instrumen hukum baik internasional, regional maupun nasional. Dalam Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (KIHSP) atau International Covenant on Civil
and Political Rights (ICCPR), hak-hak ini diatur dalam Pasal 17-20 sedangkan dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, perlindungan hak atas kebebasan pribadi diatur
dalam Pasal 20-43.11
HAK ATAS RASA AMAN
Hak ini menjelaskan Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.12
Hak atas rasa aman meliputi hak-hak yang dapat dilindungi secara fisik maupun
psikologis. Hak ini di antaranya mengenai hak suaka, hak suaka merupakan hak setiap orang
untuk memperoleh perlindungan politik dari negara lain, namun perlindungan ini tidak
berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan non-politik atau perbuatan yang bertentangan
dengan tujuan prinsip Perserikatan Bangsa Bangsa.
Lalu terdapat hak atas perlindungan dan hak atas rasa aman. Perlindungan yang
dimaksud adalah perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan hak miliknya,
termasuk pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi. Hak atas rasa aman dan
tentram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Hal ini meliputi hak untuk hidup dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang

10
Ibid hal 123
11
Ibid hal 262
12
Ibid hal 123
damai, aman dan tentram yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya Hak
Asasi Manusia dengan menghormati kewajiban dasar manusia.13
HAK ATAS KESEJAHTERAAN
Hak ini menjelaskan setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun
bersamasama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan
cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas
pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan
memperjuangkan kehidupannya.14
Hak atas kesejahteraan sangat kental dengan unsur-unsur yang terdapat dalam
Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Hak-hak ini sejajar dengan
perlindungan bagi hak ekonomi, sosial dan budaya yaitu hak atas terciptanya kondisi yang
memungkinkan bagi setiap individu untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Hak-hak tersebut di antaranya meliputi hak milik, hak atas pekerjaan, hak
mendirikan serikat pekerja, hak atas kehidupan yang layak, hak atas jaminan sosial dan hak
atas perawatan.
Hak -hak atas kesejahteraan ini sangat diperjuangkan dengan gigih oleh bangsa-
bangsa sosialis, sehingga kental sekali keberpihakan terhadap kaum buruh. Ini bukanlah hal
yang buruk, karena dalam perkembangan dunia, masyarakat cenderung mengikuti pola
industrialisasi dimana peran buruh sangatlah signifikan. Pada prakteknya seiring dengan
kapitalisme yang terus berkembang, hak-hak kaum buruh diperlakukan dengan sewenang-
wenang, sehingga wajar bilamana hak-hak atas kesejahteraan termasuk prioritas utama dalam
perlindungan hak asasi manusia.
Bukan hanya bagi kaum buruh, hak atas kesejahteraan ini berlaku untuk siapa pun,
tidak terkecuali orang-orang yang berkebutuhan khusus. Tidak ada diskriminasi dalam
jaminan perlindungan hak atas kesejahteraan ini. Anak anak, dewasa, perempuan, laki-laki,
orang berkebutuhan khusus atau tidak, semua berhak mendapatkan porsi yang sesuai.
Misalnya perlakuan khusus bagi orang seperti lansia, anak-anak, penyandang cacat, hal ini
tentunya dengan mempertimbangkan keterbatasan mereka.15
HAK UNTUK TURUT SERTA DALAM PEMERINTAHAN

13
Diah Anggela Fitriana. 2020, Pemenuhan Hak Atas Rasa Aman Bagi Masyarakat Di Kota Wamena Pasca
Kerusuhan 23 September 2019, Skripsi, Program Studi (S1) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta
14
Ibid hal 123
15
Ibid hal 267
Hak ini menjelaskan setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan
dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat
kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.16
Hak diatas berkaitan hak untuk memilih dan dipilih, dimana hak ini sangat terkait
dengan hak di bidang politik, di antaranya keikut sertaan dalam pemilu, baik sebagai calon
yang akan dipilih maupun sebagai pemilih. Hak memlilih dan dipilih ini haruslah sesuai hati
nurani, bukan karena paksaan atau di bawah ancaman. Setiap warga negara yang telah
memenuhi syarat, diantaranya berusia minimal 17 tahun dan/atau sudah menikah mempunyai
hak ini..Dan juga berkaitan dengan hak untuk mengajukan pendapat, melalui wakil rakyat di
DPR, DPRD maupun DPD, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemerintahan. Termasuk
mengajukan usulan, permohonan, pengaduan dan bahkan kritik terhadap pemerintah dalam
rangka pelaksanaan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien. Upaya yang dilakukan
dapat secara lisan maupun tulisan.17
HAK PEREMPUAN
Hak ini menjelaskan bahwa seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat
dalam jabatan, profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-
undangan. Disamping itu berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan
pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau
kesehatannya.18
Perempuan yang digolongkan dalam kelompok masyarakat rentan (vulnerable
people) mendapat tempat khusus dalam pengaturan jaminan perlindungan hak asasi manusia
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 ini. Pada umumnya hak yang diberikan
kepada kaum perempuan sama
Dengan hak-hak lain seperti yang telah disebut di atas, hanya saja dalam bagian ini
hak bagi kaum perempuan lebih dipertegas. Asas yang sangat mendasari hak asasi bagi
perempuan di antaranya hak perspektif gender dan anti diskriminasi. Artinya kaum
perempuan mempunyai kesempatan yang sama seperti kaum pria untuk mengembangkan
dirinya, seperti dalam dunia pendidikan, pekerjaan, hak politik, kedudukan dalam hukum,
kewarganegaraan, hak dan kewajiban dalam perkawinan. Hal ini dilatarbelakangi oleh
perlakuan yang sangat diskriminatif terhadap kaum perempuan pada masa lalu di mana kaum
perempuan tidak diperkenankan untuk mempunyai kesempatan yang sama dengan kaum pria.

16
Ibid hal 124
17
Ibid hal 269
18
Ibid hal 124
Selain itu, pada masa lalu perempuan dianggap sebagai makhluk yang sangat rendah
sehingga kaum pria dapat bertindak sewenangwenang terhadap mereka. Di antaranya bahwa
perempuan yang sudah menikah dianggap tidak dapat melakukan perbuatan hukum sendiri,
semua yang akan dilakukan seorang perempuan harus berdasarkan izin suami (jika sudah
menikah) atau orang tuanya (bila belum menikah).
HAK ANAK
Hak ini menjelaskan bahwa setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua,
keluarga, masyarakat dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka
pengembangan diri dan tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak, hak-hak anak secara umum dapat
dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori hak-hak anak, antara lain: (Mohammad Joni dan
Zulchaina Z. Tanamas: 1999: 35).
a) Hak untuk kelangsungan hidup;
b) Hak terhadap perlindungan;
c) Hak untuk tumbuh kembang;
d) Hak untuk berpartisipasi.19
Lalu pada Pasal 60: “Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya”. Pada dasarnya pemerintah melindungi warga negaranya untuk memperoleh
hak-haknya untuk memperoleh pendidikan setinggi-tinginya bagi dirinya sendiri baik itu
seorang dewasa ataupun masih seorang anak.20
Hak anak meliputi banyak hal di antaranya hak atas nama dan kewarganegaraan sejak
lahir, perlindungan dan perawatan khusus bagi anak berkebutuhan khusus, hak beribadah,
berekspresi sesuai dengan usianya, hak untuk mengetahui dan dibesarkan orang tua, hak
untuk dibesarkan, mendapat wali bila orang tua meningal sesuai putusan pengadilan,
perlindungan hukum dari perlakuan buruk, hak untuk tidak dipisah dari orang tua secara
paksa, hak pendidikan dan pengajaran, hak istirahat; hak berekreasi dengan teman sebaya,
hak atas pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, hak untuk tidak dilibatkan dalam konflik
kekerasan, perlindungan dari eksploitasi ekonomi dan pelecehan seksual, tidak dijadikan
sasaran penganiayaan.21

19
Reza Fahlevi. (2015). Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Hukum Nasional. Lex Jurnalica
Volume 12 Nomor 3, Desember. Hal 120
20
Emmanuel Sujatmoko. (2010). Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal Konstitusi, Volume
7, Nomor 1, Februari
21
Ibid hal 270
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Heri Supriyanto. (2014) Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM)
Menurut Hukum Positif di Indonesia, Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA
SOSIAL, Vol . 2, No. 3, Maret.
Suparman Marzuki. 2017. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : PUSHAM UII.
Setiaji, Mukhamad Luthfan, Ibrahim, Aminulah. (2017) “Kajian Hak Asasi Manusia dalam
Negara the Rule of Law: Antara Hukum Progresif dan Hukum Positif”, Lex Scientia Law
Review. Volume 1 No. 1, November,
Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008.
Hwian Christianto. (2020). Penggunaan Global Positioning System dalam Tafsir
Konstitusional Hak atas Informasi. Jurnal Konstitusi, Volume 17, Nomor 2, Juni.
Diah Anggela Fitriana. 2020, Pemenuhan Hak Atas Rasa Aman Bagi Masyarakat Di Kota
Wamena Pasca Kerusuhan 23 September 2019, Skripsi, Program Studi (S1) Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Reza Fahlevi. (2015). Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Hukum Nasional.
Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 3, Desember.
Emmanuel Sujatmoko. (2010). Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal
Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari

Anda mungkin juga menyukai