Anda di halaman 1dari 13

KEWARGANEGARAAN BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Saat ini Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat dan dinamis, baik sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai isu politik. Perkembangan ini merupakan komitmen Indonesia terhadap perlindungan, pemajuan, penegakan, pemenuhan dan penghormatan HAM warga negaranya. Pemerintah telah menerbitkan berbagai Peraturan Perundang- Undangan yang berkaitan dengan HAM. Namun demikian, dalam hal implementasi Hak Asasi Manusia di Indonesia dirasakan masih belum berjalan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang menjadi sumber hukum. Salah satu kendala dalam implementasi hak asasi manusia adalah belum adanya persamaan persepsi terhadap pemahaman hak asasi manusia. Oleh karena itu, melalui makalah ini akan kita pahami lebih jauh mengenai Klasifikasi Hak Asasi Manusia yang berupa non-derogable rights, derogable rights, hak aktif demokrasi, hak negatif, hak positif, hak sosial dan HAM perspektif Indonesia UUD 1945 pasal 28a-j serta regulasi lainnya. Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur warganegara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari warga negara lain. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya, negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Demokrasi biasanya diawali dengan adanya liberalisasi (meluasnya kebebasan). Masyarakat cukup leluasa melakukan partisipasi sosial melalui organisasi dan wahana lain, serta mulai berkembangnya penghargaan terhadap keragaman. Walaupun demikian, nilainilai demokrasi belum diterapkan secara utuh, karena masih ada pembatasan hak rakyat oleh negara. Diskusi politik diperbolehkan dikalangan kampus, sedangkan penggalangan massa ditingkat desa untuk memberi dukungan politik masih dibatasi. Pemberitaan pers mulai ditulis, tetapi kritik secara tebuka masih dilarang. Upaya untuk menuju demokrasi yang mantap membutuhkan partisipasi dari segenap elemen, tidak hanya masyarakat, melainkan juga lembaga-lembaga militer, partai politik, dan organisasi sosial lainnya. Hal yang perlu dipahami bersama adalah elemen tersebut harus bersepakat bahwa nilai-nilai demokrasi adalah nilai yang harus dikedepankan dalam keseluruhan proses. Dalam hal ini musyawarah mufakat yang didasarkan atas hukum lebih mencerminkan bentuk demokrasi. Selain itu, semua pihak harus menyadari, bahwa demokratisasi membutuhkan waktu yang tidak pendek. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dan kebebasan semua pihak.

Sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang beraneka ragam, Negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategi dan kaya akan sumber daya alam. Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri Negara. Dalam pelaksanannya bangsa Indonesia tidak bebas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan regional maupun internasional. Dalam hal ini bangsa Indonesia perlu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara. 1. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah perkembangan HAM di dunia? 2. Apa yang dimaksud hak asasi manusia? 3. Apa pengertian warga negara? 4. Bagaimana hak dan kewajiban warga negara indonesia menurut UUD 1945 dan implementasinya 5. Apa pengertian dan prinsip demokrasi? 6. Bagaimana implementasi demokrasi di indonesia? 7. Bagaimana sejarah dan perkembangan wilayah nusantara?

BAB II PEMBAHASAN

1. Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia merupakan suatu gagasan yang tidak lahir secara tiba-tiba tetapi melalui suatu proses yang cukup panjang. Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai saat penandatanganan Piagam Magna Charta (1215) oleh Raja John Leckland, juga penandatanganan Petition of Right (1628) oleh Raja Charles I, Bill of Right oleh Raja Willem III (1689). Puncaknya yaitu ketika Human Right untuk pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam Declaration of Independencepada tahun 1776. Dalam deklarasi tahun 1776 ini menyebutkan bahwa sekuruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang tetap dan melekat padanya.

Presiden Amerika, Franklin D. Roosevelt pada permulaan abad ke-20 memformulasikan empat macam hak-hak asasi yang kemudian dikenal dengan The Four Freedom itu adalah : (1) Freedom of Speech, yaitu kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, (2) Freedom of Religion, yaitu kebebasan beragama, (3) Freedom from Fear, yaitu kebebasan dari rasa ketakutan, dan (4) Freedom from Want, yaitu kebebasan dari kemelaratan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dari Declaration of Human Right 1948 Perserikatan Bangsa-bangsa. 1
1

Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: PARADIGMA, 2007), hlm. 101.
2

Jan Materson. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Tjipto Subadi (Surakarta: BP FKIP UMS, 2010), hlm. 92.

Jan Materson, anggota Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, merumuskan pengertian HAM dalam ungkapan human rights could be generally defines as those rights which are inherent in our nature and without which we can not live as human being. Artinya HAM adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.2 Dalam hal ini, HAM mengandung dua arti yaitu HAM merupakan hak alamiah yang melekat dan merupakan instrumen untuk menjaga harkat dan martabat. Secara sederhana, HAM dapat diartikan sebagai hak dasar (asasi) yang dimiliki dan melekat pada diri manusia karena kedudukannya sebagai manusia sejak ia dilahirkan hingga mati serta tidak dapat diganggu siapapun. Adapun pembagian bidang, jenis, dan macam Hak Asasi Manusia Dunia yaitu : (1) Hak Asasi Pribadi, (2) Hak Asasi Politik, (3) Hak Asasi Hukum, (4) Hak Asasi Ekonomi, (5) Hak Asasi Peradilan, dan (6) Hak Asasi Sosial Budaya. Selain itu juga terdapat beberapa klasifikasi HAM yaitu non-derogable rights, derogable rights, hak pasif aktif demokrasi, hak positif negatif dan hak individual sosial. Yang dimaksud dengan non-derogable rights adalah hak asasi manusia yag tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Sebagai contoh dalam pasal 28 I ayat (1) yaitu hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. Pengklasifikasian non-derogable rights dan derogable rights adalah sesuai konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik atau International Convenan on Civil and Political Rights (ICCPR). Ifdhal Kasim dalam tulisannya Konvensi Hak Sipil dan Politik, Sebuah Pengantar, hak-hak non-derogable rights yaitu hak-hak yang bersifat absolut dan tidak boleh dikurangi pemenuhannya oleh pihak-pihak Negara, walau dalam keadaan darurat sekalipun.3

Hak negatif adalah suatu hak yang bersifat negatif, jika saya bebas untuk melakukan sesuatu atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya untuk melakukan atau memiliki hal itu. Contohnya, hak atas kehidupan, hak mengemukakan pendapat. Hak positif adalah suatu hak yang bersifat positif, jika saya berhak bahwa orang lain berbuat sesuatu untuk saya. Contohnya, hak atas pendidikan, pelayanan dan kesehatan. Hak negatif sendiri dibagi menjadi dua yaitu hak aktif dan hak pasif. Hak negatif aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak berbuat seperti orang kehendaki. Hak negatif aktif dapat disebut hak kebebasan. Hak negatif pasif adalah hak untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu. Hak negatif pasif dapat disebut hak keamanan.
3

Miftakhul Huda dalam Non Derogable Rights. www.google.com 19-12-2010.

Hak individual adalah hak yang dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak yang ia miliki. Contohnya, hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak mengemukakan pendapat (hakhak ini bersifat negatif). Hak sosial bukan hanya kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Contohnya, hak atas pekerjaan, pendidikan dan pelayanan kesehatan (hak-hak ini bersifat positif). Terdapat dua macam demokrasi yaitu demokrasi aktif dan demokrasi pasif. Demokrasi Pasif adalah adanya jaminan hak baik secara hukum maupun formal bahwa didalam masyarakat terdapat hak untuk setiap orang bebas berorganisasi, bebas untuk berpikir, bebas untuk kepercayaan dsb. Demokrasi Aktif adalah adanya jaminan hukum dimana setiap individu dapat menjalankan hak-haknya secara baik, tidak ada penangkapan jika berbicara yang melawan arus, tidak ada dominasi dari pihak mayoritas, masyarakat dapat ikut menentukan perkembangan, berpartisipasi dan masyarakat dapat bergerak dan mengikuti situasi. Di Indonesia secara garis besar, hak asasi manusia dibedakan menjadi hak-hak asasi pribadi, hak-hak asasi ekonomi, hak-hak asasi politik, hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, hak-hak asasi sosial dan kebudayaan, serta hak assasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan . Secara yuridis formal, HAM di Indonesia sudah cukup memadai tapi belum sempurna. Hal ini dilihat dari masih banyaknya ditemui kasus pelanggaran HAM, baik yang dilakukan warga negara terhadap warga negara ataupun pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara terhadap warga negaranya sendiri. Jika dikaji lebih mendalam, banyaknya pelanggaran HAM itu terutama disebabkan oleh lemahnya sistem penegakan hukum terhadap pihak pelanggar dan lemahnya political will pemerintah dalam mengimplementasikan norma-norma HAM. Ironisnya, kekerasan dan represi negara justru sering dimanfaatkan oleh penguasa sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan. Sebab lain adalah karena rendahnya tingkat kesadaran hukum dari warga masyarakat itu sendiri.4

Penegakan Hak Asasi Manusia dapat menjadi sarana utama untuk mewujudkan masyarakat madani dengan beberapa indikator. Diantara indikator yang terpenting adalah bahwa masyarakat tersebut harus dalam posisi mandiri di hadapan kekuasaan negara, dan ditengah masyarakat tersebut ditegakkan keadilan dan supremasi hukum, sehingga terwujud kehidupan yang demokratis dan toleran.
4

Bambang Cipto. Pendidikan Kewarganegaraan. (Yogyakarta:Diklitbang PPM, 2006), Hlm 180.

Hak Asasi Manusia dalam Hukum Dasar yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan amandemennya.Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan hak warga negaranya yang berhubungan dengan hak asasi dan kewajiban asasi manusia yang meliputi aspek kehidupan nasional yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Hak Asasi Manusia dalam pandangan Islam mencakup beberapa macam yaitu hak hidup (Al Anam:151), Hak Kebebasan Beragama (Al Baqarah:256), Hak Keadilan (Al Maidah:8), Hak kebebasan berpikir (As Shad:29), Hak Bekerja (HR. Al Bukhari) dan kebebasan berpolitik. 1. Hak dan kewajiban Warga Negara 1. Pengertian Warga Negara Warga negara adalah: rakyat yang menetap di suatu wilayah. Peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi perkumpulan. Anggota suatu negara. Warga negara dalam bahasa inggris adalah citizen yang mempunyai arti: warga negara penduduk dari sebuah kota, sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air, bawahan atau kawula. (Tjipto Subadi,2010.127) Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya, negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Dalam hubungan internasional di setiap wilayah negara selalu ada warga negara dan orang asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warga negara adalah penduduk suatu negara, sedangkan setiap penduduk belum tentu warga negara, karena mungkin seorang asing. Penduduk suatu negara mencakup warga negara dan orang asing, yang memiliki hubungan berbeda dengan warga negara. Setiap warga negara mempunyai hubungan yang tak terputus meskipun dia bertempat tinggal di luar negeri. Sedangkan seorang asing hanya mempunyai hubungan selama dia bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.(H. Kaelan dan H Ahmad Zubaidi, 2007.117)

1. Kewarganegaraan Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ihwal kewarganegaraan diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara. Undang-Undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1947 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan diubah lagi dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi untuk Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia. Selanjutnya, ihwal kewarganegaraan terakhir diatur dengan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Salah satu alasan bagi gagasan amandemen UUD 1945 itu karena terlalu banyaknya atribusi kewenangan oleh UUD kepada pembuat UU untuk mengatur lebih lanjut hal-hal penting yang ada didalam UUD 1945 yang dalam kenyataannya kemudian menimbulkan manipulasi atas perlindungan hak-hak asasi manusia (HAM). pembalikan filosofi bahwa kekuasaan pemerintah adalah residu HAM menjadi HAM sebagai residu kekuasaan pemerintah telah menimbulkan banyak pelanggaran terhadap HAM. Gagasan ini menyentuh pula permasalahan kewarganegaraan yang harus ditata kembali sesuai dengan tuntunan demokratisasi dan kebutuhan reformasi lainnya agar masalah hakhak dan perlindungan warga negara dapat diposisikan secara tepat didalam kerangka perlindungan HAM tanpa mengganggu Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka, seperti yang kita lihat sekarang ini, kita telah mereformasi peraturan perundangundangan mengenai kewarganegaraan yang secara resmi dituangkan didalam UU nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan. 1. Asas-asas kewarganegaraan Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar sebagaimana tersebut di atas, Undang-Undang ini memperhatikan asas-asas kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asas ius sanguinis, ius soli, dan campuran. Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang ini sebagai berikut: 1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran. 2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini. 3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satukewarganegaraan bagi setiap orang.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini. Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini merupakan suatu pengecualian. Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar penyusunan UndangUndang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, 1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri. 2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri. 3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan. 4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat 5. dipertanggungjawabkan kebenarannya. 6. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender. 7. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan 8. memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warganegara pada khususnya. 9. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka. 10. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya. 11. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut UUD 1945 Dan Implementasinya Hak dan kewajiban warga negara RI adalah hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam UUD 45, yaitu: 1. Hak bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum pasal 27 ayat (1) 2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak pasal 27 ayat (2)

3. Hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara pasal 27 ayat (3) 4. Hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan lisan ataupun tulisan pasal 28 ayat (4) 5. Hak warga negara yang berhubungan dengan HAM pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J. ayat (5) 6. Hak untuk memeluk suatu agama pasal 29 ayat (6) 7. Hak dan kewajiban warga negara terhadap pertahanan dan keamanan negara pasal 30 ayat (7) 8. Hak untuk memperoleh pendidikan pasal 31 dan 32

Uraian di atas menunjukkan bahwa sesuai dengan tuntunan global tentang perlindungan HAM dan demokratisasi pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmen politik dan membuat instrumen hukum untuk melindungi hak asasi dan hak-hak warga negara. Komitmen politik dan jaminan hukum itu dapat dinikmati dan ditagih penegakannya oleh setiap warga negara terhadap pemerintah, bahkan UUD No. 12 Tahun 2006 menentukan ancaman hukuman pidana tertentu bagi pejabat pemerintah yang tidak mau secara sungguhsungguh melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam UU tersebut. Namun harus diingat pula bahwa setiap warga negara mempunyai kewajiban-kewajiban konstitusional baik sebaagi warga negara indonesia maupun sebagai manusia. Sebagai warga negara mereka dituntut untuk memiliki rasa kebangsaan (nasionalisme) atau rasa cinta tanah air sehingga harus siap membela dan berkorban demi kelangsungannya. Kewajiban yang melekat pada setiap warga negara adalah sebagaimana diatur di dalam pasal 27 ayat (3) yang menegaskan bahwa setiap warga berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Ketentuan ini mengharuskan ssetiap warga negara berkewajiban untuk setia tehadap negara Republlik Indonesia sehingga berhak dan wajib ikut membelanya jika ada ancaman terhadapnya. Di dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM ditentukan juga adanya kewajibankewajiban dasar, yang dapat disamakan dengan kewajiban asasi manusia yang diatur di dalam pasal 67 sampai dengan pasal 70 yang pada intinya berisi kewajiban untuk: 1. Patuh pada peraturan perundang-undangan dan peraturan internasional mengenai HAM yang sudah diterima di Indonesia 2. Ikut serta dalam pembelaan negara 3. Menghormati HAM orang lain, moral etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 4. Tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh UU dengan maksud untuk menjami pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan sebagainya. UU No. 39 Tahun 1999 menekankan juga bagi pemerintah untuk melindungi, menegakkan dan memajukan HAM sebagaimana diatur dalam bab V, pasal 71 dan pasal 72.

Ketentuan tentang hak dan kewajiban bela negara diatur juga di dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan, yang pada pasal 9 ayat (1) menegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pentahanan negara. Selanjutnya pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 3 Tahun 2002 menggariskan bahwa: (2) keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: 1. a. pendidikan kewarganegaraan 2. b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib 3. c. pengabdian sebagai prajurit tentara nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan 4. d. pengabdian sesuai dengan profesi (3) ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemilitiren secara wajib, dan pengabdian sesuai profesi diatur dengan undang-undang. Penegasan tentang adanya kewajiban asasi atau kewajiban dasar ini menjadi sangat penting karena sejak era reformasi setelah masalah HAM mendapat perhatian dari negara dengan pembentukan berbagai instrumen hukum dan komitmen politik, ternyata dikalangan masyarakat muncul gejala arus belok. Kalau dulu pelanggaran HAM dalam bentuk kekerasan politik dan kekerasan fisik banyak dilakukan banyak dilakukan oleh aparat negara, sekarang ini dengan alasan HAM banyak warga masyarakat yang tidak lagi memperhatikan kewajiban dasarnya sebagai bagian dari manusia-manusia lain. Banyak tindakan kekerasan yang dilakukan melalui cara-cara yang agak anarkis, bahkan dalam melawan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap sekalipun. Di dalam buku Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, beberapa kewajiban yang perlu diperhatikan oleh setiap warga negara, yaitu: 1. menjaga keutuhan bangsa dan kedaulatan negara Indonesia baik secara teori maupun secara ideologi. Apapun yang diperjuangkan harus dijaga agar bangsa dan negara Indonesia tetap utuh, jangan sampai mengarah ke disintegrasi. 2. Dalam menggunakan hak dan kewajiban konstitusional harus juga disertai kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab konstitusional untuk menghormati hak dan kebebasan orang lain. 3. Menerima putusan pengadilan yang telah ditetapkan secara sah dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Keharusan ini tentu harus disertai dengan syarat bahwa peradilannya harus bersih, jujur dan adil. 4. Dalam menikmati hak, kepentingan bersama harus lebih diutamakan dari kepentingan pribadi. Hak perorangan diakui oleh konstitusi tetapi jika karena sesuatu terjadi pertentangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama maka yang diutamakan adalah kepentingan bersama. 5. Bersikap demokratis dalam mengambil dan menerima keputusan. Setiap masalah harus dimusyawarahkan untuk mencari titik temu atau kesepakatan. Namun kalau

kesepakatan bulat tidak dapat dicapai maka kesepakatan berdasar suara terbanyak dapat dilakukan. 6. Menjaga kelangsungan pemerintah yang telah dipilih secara demokratis dan konstitusional tanpa harus mengurangi sikap kritis untuk kemajuan beresama. 7. Di atas semua itu negara wajib menjaga eksistensi dan melakukan tindakan untuk keselamatan bangsa dan negara berdasar kewenangan konstitusional serta wajib melindungi hak-hak warga negara dari ancaman pihak lain yang juga mengatasnamakan hak.

1. Demokrasi dan Civil Society 1. Pengertian demokrasi Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dengan demikian, secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara dimana kedaulatan atau kekuasaan tertingginya berada ditangan rakyat. Pemerintahan demokrasi adalah suatu pemerintahan yang melaksanakan kehendak rakyat akan tetapi dalam pelaksanaanya hanya bisa mewakili sebagian golongan yang memiliki suara terbanyak, tidak bisa di pungkiri bahwa suara rakyat tidak bisa menjadi satu. Demokrasi dapat dikatakan juga sebagai suatu yang berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, oleh karena itu ada tuntutan atau dukungan dari rakyat sebagai masukan, kemudian tuntutan itu dipertimbangkan dan dimusyawarahkan oleh rakyat yang ada di lembaga legislative sebagai proses konversi, dan hasilnya berupa kebijakan atau aturan untuk rakyat sebagai keluaran. Hasil keluaran jika tidak sesuai dengan tuntutan, maka akan keluar tuntutan baru. Oleh karena itu pemerintah harus membuka saluran-saluran dan ruang kebebasan serta menjamin adanya kebebasan yang seluas-luasnya kepada rakyat dalam menyampaikan aspirasinya baik melalui media maupun secara langsung.

1. Prinsip Demokrasi Inu Kencana Syafiie merinci prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut: adanya pembagian kekuasaan, pemilihan umum yang bebas, manajemen yang terbuka, kebebasan individu, pradilan yang bebas, pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang berdasarkan hukum, pers yang bebas, beberapa partai politik, konsensus, persetujuan, pemerintahan yang konstitusional, ketentuan tentang pendemokrasian, pengawasan terhadap administrasi negara, perlindungan hak asasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan keahlian, adanya mekanisme politik, kebebasan kebijaksanaan negara, dan adanya pemerintah yang mengutamakan musyawarah.

Parameter yang terdiri dari beberapa aspek dalam pelaksanan demokrasi di Indonesia meliputi : 1. 2. 3. 4. Masalah pembentukan Negara Dasar kekuasaan Negara Susunan kekuasaan Negara Masalah control dari rakyat. 1. Perkrmbangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami fluktuasi dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Dalam perjalan demokrasi bangsa dan negara Indonesia terdapat permasalahan dimana demokrasi tidak dapat menempatkan sebagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan demokrasi dari masa orde lama, orde baru sampai orde reformasi saat ini adalah sebagai berikut: 1. Demokrasi Parlementer Sejak Indonesia merdeka sampai tahun 1959 dikeluarkannya diskrit presiden 5 juli 1959 dikenal sebagai demokasi parlementer. Sesudah proklamasi, Undang-undang dasar 1945 belum sempat dilaksanakan secara sepenuhnya, Karena rakyat masih dalam keadaan mempertahankan kemerdekaan. Seharusnya system pemerintahannya adalah system pemerintahan presidensial tetapi dalam keadaan itu darurat maka memakai sisitem perlementer, sesuai tertuang dalam Maklumat Pemerintahan tanggal 14 November 1945, yang isinya adalah : Pemerintahan republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang ketat dengan selamat , dalam tingkatan pertama dari usahanya menegakkan diri, merasa pada saat sekarangsudah tepat untuk menjalankan macam-macam tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha Negara kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan cabinet baru itu adalah tanggung jawab berada di tangan menteri. Dalam Undang-undang sementara 1950menetapkan berlakunya system parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala Negara konstitusional beserta menterimenterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena frakmentasi partai-partai politik pada masa ini tidak dapat bertahan lama. Koalisi yang dibangun atas dasar persatuan dan kesatuan sangat mudah sekali rapuh, hal ini menyebabkan destabilisasi politik nasional. Dalam demokrasi parlementer, pemilihan umum pertama di Indonesia pada waktu itu, diadakan pada tanggal 29 november 1955 untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di dalam dewan konstituante5 yang nantinya akan membuat Undang-Undang Dasar baru untuk mengganti Undang-Undang Dasar sementara 1950. Karena dalam pembuatan Undang-Undang Dasar mengalami kesulitan, maka dari itu presiden soekarno mengeluarkan Diskrit presiden pada tanggal 5 juli 1959.

1. Demokrasi Terpimpin Sejak keluarnya Diskrit presiden 1959 muncul berbagai gerakan salah satunya adalah Gerakan 30 September 1965, dan dikenal dengan demokrasi terpimpin. Ciri-ciri demokrasi terpimpin antara lain : 1. 2. 3. 4. Dominasi dari presiden Terbatasnya peranan partai politik Berkembangnya pengaruh komunis Meluasnya peranan ABRI sebagai unsuur sosial politik

Dalam pidatonya pada tanggal 17 Agustus 1959 dengan judul Penemuan kembali Revolusi kita, beliau mengatakan prinsip-prinsip demokrasi terpimpin ialah : 1. Tiap-tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan umum , masyarakat, bangsa dan Negara 2. Tiap-tiap orang berhak mendapat penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa dan Negara.

1. Demokrasi Konstitusional
5

Konstituante adalah lembaga negara Indonesia yang ditugaskan untuk membentuk Undang-Undang Dasar atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950

Setelah Gerakan 30 September 1959 timbul era Orde Baru sampai tahun 1998 saat itu muncul masa Reformasi. Landasan formal munculnya Orde Baru adalah Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 serta ketetapan- ketetapan MPRS/MPR maka disebut demokrasi konstitusional, guna meluruskan penyelewengkan Undang-Undang Dasar 1945 yang terjadi pada demokrasi terpimpin. Dengan demikian Demokrasi Konstitusional atau sering di sebut Demokrasi Pancasila dalam rezim Orde Baru hanya sebatas retorika belaka dan gagasan belum sampai pada fraksis atau penerapan. Menurut M. Rusli Karim Orde Baru di tandai dengan berbagai aksi yang ada sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Dominasi peranan ABRI Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik Pengebirian peran dan fungsi partai politik Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan politik dan public Masa mengambang

6. Monolitisasi ideology Negara 7. Inkorporasi lembaga nonpemerintahan ketujuh ciri tersebut menjadikan hubungan Negara dan masyarakat secara bertahap-tahap , dimana Negara atau pemerintahan sangat dominan.

1. Demokrasi Pancasila Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru telah membuka harapan baru bagi tumbuhnya demmokrasi bangsa Indonesia. Demokrasi yang si gembar gemborkan adalah demokrasi pancasila era reformasi yang mengiringi runtuhnya rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demotrasi merupakan fase yang krusial yang kritis. Selain itu dalam fase ini perannan politik sangat dominan dalam mengembalikan perimbangan kekuatan dan fungsi Negara serta bisa jadi pembalikan arah yang menghantarkan bangsa Indonesia kembali memasuki masa otoriter seperti pada masa orde lama dan orde baru. Menurut Sosersen transisi bentuk pemerintahan (rezim) nondemokratis menjadi demokratis merupakan proses yang sangat lama dan komplek, karena tedapat beberapa tahapan : 1. Tahap persiapan, yang ditandai dengan pergulatan dan pergolakan politik yang terakhir dengan jatuhnya rezim non demokratis 2. Tahap penentu, dimana unsure-unsur penegak demokrasi mulai dibangun dan di kembangkan 3. Tahap konsulidasi, dimana demokrasi baru dikembangkan lebih lanjut sehingga praktik-praktik demokrasi menjadi bagian yang mapan dari budaya politik.

Anda mungkin juga menyukai