Anda di halaman 1dari 39

Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hal yang pertama kali kalian harus ketahui adalah pengertian hak dan kewajiban. Apa
sih pengetiannya?

Pengertian hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya
kita terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak
boleh merampasnya entah secara paksa atau tidak.Dalam hal kewarganegaraan, hak ini
berarti warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan
keamanan, perlindungan hukum dan lain sebagainya.

Pengertian kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan hak
atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan karena
sudah mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga negara kita wajib
melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan masing-masing supaya
mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik.

Perlu temen-temen ketahui bahwa hak dan kewajiban ini merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan, namun dalam pemenuhannya harus seimbang. Kalau gak seimbang bisa
terjadi pertentangan dan bisa saja menempuh jalur hukum.

Contoh hak warga negara :

1. Berhak mendapat perlindungan hukum (pasal 27 ayat (1))

2. Berhak mendapakan pekerjaan dan penghidupan yang layak. (pasal 27 ayat 2).

3. Berhak mendapatkan kedudukan yang sama di mata hukum dan dalam


pemerintahan. (pasal 28D ayat (1))

4. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang dipercayai. (pasal
29 ayat (2))

5. Berhak memperleh pendidikan dan pengajaran.

6. Memiliki hak yang sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul dan


mengeluarkan pendapat secara lisan dantulisan sesuai undang-undang yang
berlaku. (pasal 28)

Contoh kewajiban warga negara :

1. Wajib berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara


indonesia dari serangan musuh. (asal 30 ayat (1) UUD 1945)

2. Wajib membayar pajak dan retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. (UUD 1945)

3. Wajib menaati dan menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. (pasal 28J ayat 1)

5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.


(pasal 28J ayat 2)

6. Tiap negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk memajukan bangsa ke
arah yang lebih baik. (pasal 28)

Wujud Hubungan Warga Negara dan Negara


Supaya dapat terwujudnya hubungan antara warga negara dengan negara yang baik maka
diperlukan beberapa peran. Peranan ini adalah tugas yang dilakukan sesuai kemampuan yang
dimiliki tiap individu.

Dalam UUD 1945 pasal 27 - 34 disebutkan banyak hal mengenai hak warga negara indonesia
seperti :

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

2. Hak membela negara

3. Hak berpendapat

4. Hak kemerdekaan memeluk agama

5. Hak mendapatkan pengajaran

6. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia

7. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan sosial

8. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial

Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah :

Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan

Kewajiban membela negara

Kewajiban dalam upaya pertahanan negara

Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara lain sebagai
berikut :

1. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah


2. Hak negara untuk dibela

3. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan rakyat

4. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil

5. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara

6. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat

7. Kewajiban negara meberi jaminan sosial

8. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah

Sebenarnya masih ada banyak sekali contoh dan wujud hubungan negara dengan
warga negara yang tercantum dalam UUD 1945, temen-temen bisa baca tuh buku
undang-undangnya.

Contoh Kasus
Menaati Hukum Lalu Lintas
Judul kasus diatas bener-bener kontroversial, kita bisa bertanya kepada diri sendiri
apakah kita sudah menaati peraturan lalu lintas yang ada? Kebanyakan pelajar
memakai sepeda motor demi memudahkan perjalanan hidup (cie) mereka ke sekolah.
Memang terasa kemudahannya, namun kita telaah lagi. Apakah kita sudah punya SIM?

Membayar Pajak
Coba perhatikan apakah orang-orang sekitar kita sudah membayar pajak yang sudah
ada ketentuannya dalam UUD. Setiap orang yang tertanggung harus dan wajib
membayar pajak sesuai ketentuannya. Kalau gak bayar pajak, apa kata dunia?

Perlindungan Hukum
Sebagai salah satu warga negara Indonesia kita diberi hak akan jaminan perlindungan
hukum, mungkin beberapa dari kita sudah merasakan hak tersebut dengan baik. Namun
ada juga yang belum. Seperti penanganan beberapa kasus kriminal yang tidak cepat
tanggap.

Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak-hak yang sudah dipunyai oleh seseorang
sejak ia masih dalam kandungan. Hak asasi manusia dapat berlaku secara universal.
Dasar-dasar HAM yang tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat atau
Declaration of Independence of USA serta yang tercantum dalam UUD 1945 Republik
Indonesia, seperti yang terdapat pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal
31 ayat 1, serta pasal 30 ayat 1.

Dalam teori perjanjian bernegara, terdapat Pactum Unionis serta Pactum Subjectionis.
Pactum unionis merupakan suatu perjanjian antarindividu guna membentuk negara,
sedangkan pactum subjectionis merupakan suatu perjanjian antara individu serta negara
yang dibentuk. Thomas Hobbes mengakui Pactum Subjectionis dan tidak mengakui
Pactum Unionis. John Lock mengakui keduanya yaitu Pactum Unionis dan Pactum
Subjectionis, sedangkan JJ Roessaeu hanya mengakui Pactum Unionis.

Ketiga paham ini berpendapat demikian. Namun pada dasarnya teori perjanjian tersebut
mengamanahkan adanya suatu perlindungan Hak Asasi Warga Negara yang wajib
dijamin oleh penguasa dan bentuk jaminan tersebut haruslah tertuang dalam konstitusi.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, HAM merupakan hak fundamental yang tidak
dapat dicabut karena ia adalah seorang manusia. HAM yang dirujuk sekarang
merupakan seperangkat hak yang dikembangkan PBB sejak awal berakhirnya perang
dunia II. Sebagai konsekuensinya, negara-negara tidak dapat berkelit untuk tidak
melindungi hak asasi manusia yang bukan warga negaranya.

Selama masih menyangkut persoalan HAM pada masing-


masing negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu
mempunyai tanggung jawab, khususnya terkait
pemenuhan hak asasi manusia pribadi-pribadi yang terdapat pada jurisdiksinya,
termasuk orang asing. Oleh karena itu, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat salah
untuk menyamakan antara hak asasi manusia dengan hak-hak lainnya yang dimiliki oleh
warga negara. Hak asasi manusia sudah dimiliki oleh siapa saja.

Alasan di atas pula yang dapat menyebabkan hak asasi manusia merupakan bagian
integral dari tiap kajian dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh karena itu bukan
sesuatu yang kontroversial lagi apabila suatu komunitas internasional mempunyai
kepedulian yang serius dan bersifat nyata terhadap berbagai isu tentang hak asasi
manusida tingkat domestik.

Peran komunitas internasional sangat pokok sebagai perlindungan HAM karena sifat
serta watak HAM itu sendiri merupakan suatu mekanisme pertahanan dan perlindungan
setiap individu terhadap kekuasaan negara yang rentan untuk disalahgunakan,
sebagaimana yang sering dibuktikan sejarah umat manusia sendiri. Berikut contoh
pelanggaran HAM :

Contoh Pelanggaran HAM


1. Penindasan serta merampas hak rakyat dan oposisi dengan cara yang
sewenang-wenang.
2. Menghambat dan membatasi dalam kebebasan pers, pendapat, serta
berkumpul bagi hak rakyat dan oposisi.
3. Hukum diperlakukan secara tidak adil dan juga tidak manusiawi.
4. Manipulatif dan membuat aturan-aturan pemilihan umum sesuai
dengan keinginan dari penguasa dan partai otoriter tanpa diikuti oleh rakyat
dan oposisi.
5. Penegak hukum atau petugas keamanan melakukan kekerasan
terhadap rakyat dan oposisi.
6. Deskriminasi adalah pembatasan, pengucilan, serta pelecehan yang
dilakukan baik itu secara langsung atau tidak langsung yang didasarkan atas
perbedaan manusia suku, ras, etnis, serta agama.
7. Penyiksaan merupakan suatu perbuatan yang menimbulkan rasa sakit
baik itu jasmani maupun rohani.

Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut Para Ahli

1. UU No. 39 Tahun 1999


Menurut UU No. 39 tahun 1999 HAM ialah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
setiap keberadaan manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak
merupakan anugerah-Nya yang haruslah untuk dihormati, dijunjung tinggi, serta
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang untuk kehormatan serta
perlindungan harkat martabat manusia.
2. John Locke
HAM merupakan suatu hak yang diberikan langsung oleh Tuhan yang bersifat kodrati.
Artinya adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia menurut kodratnya dan tidak dapat
dipisahkan hakikatnya, sehingga sifatnya adalah suci.
3. David Beetham dan Kevin Boyle
Hak asasi manusia dan kebebasan fundamental adalah hak-hak individual dan berasal
dari berbagai kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.
4. Haar Tilar
HAM adalah hak yang melekat pada diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki hak-
hak itu maka setiap insan tersebut tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut
didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.
5. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, hak asasi manusia adalah suatu hak yang
bersifat mendasar. Hak yang telah dimiliki setiap manusia dengan berdasarkan
kodratnya yang tidak dapat bisa dipisahkan sehingga HAM bersifat suci.
6. Mahfudz M.D.
HAM merupakan hak yang sudah melekat pada martabat setiap manusia dan hak
tersebut sudah dibawa pada saat sejak lahir ke dunia dan pada hakikatnya hak tersebut
memiliki sifat kodrati.
7. Muladi
Hak asasi manusia adalah segala hak pokok atau mendasar yang melekat pada diri
setiap manusia dalam kehidupannya.
8. Peter R. Baehr
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang bersifat mutlak dan harus dimiliki oleh setiap
insan di dunia guna perkembangan dirinya.
9. Karel Vasak
Hak asasi manusia merupakan 3 generasi yang didapat dari revolusi Prancis. Karel
Vasak mengistilahkan generasi hal ini karena yang dimaksud untuk merujuk pada inti
serta ruang lingkup dari hak yang menjadi suatu prioritas utama dalam beberapa kurun
waktu tertentu.
10. Miriam Budiarjo
Hak asasi manusia adalah hak yang harus dimiliki pada setiap orang yang dibawa sjak
lahir ke dunia dan menurut Miriam Budiarjo hak tersebut memiliki sifat yang universal,
hal ini karena dimiliki tanpa adanya perbedaan ras suku, budaya, agama, kelamin, dan
sebagainya.
11. C. de Rover
Hak asasi manusia merupakan hak hukum yang harus dimiliki oleh tiap orang sebagai
manusia. Hak tersebut memiliki sifat yang universal serta dimiliki oleh setiap orang. Hak
tersebut seringkali dilanggar, namun hak-hak tersebut tidak akan pernah untuk dapat
dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, hal ini berarti bahwa hak tersebut
merupakan hukum. Hak asasi manusia itu sendiri dilindungi oleh konstitusi serta hukum
nasional diberbagai negara di dunia. HAM merupakan hak dasar yang dibawa manusia
sejak lahir yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
haruslah dihormati, dilindungi, dan dijunjung tinggi. Hak asasi manusia mempunyai sifat
yang universal dan abadi.
12. Austin-Ranney
Hak asasi manusia merupakan ruang kebebasan bagi setiap individu yang dirumuskan
dengan jelas dan rinci dalam konstitusi serta sudah dijamin pelaksanaannya oleh
pemerintah.
13. A.J.M. Milne
Hak asasi manusia merupakan suatu hak yang sudah dimiliki oleh semua umat manusia
di dunia, di segala masa, dan juga di segala tempat karena keutamaan keberadaannya
ialah sebagai manusia.
14. Franz Magnis Suseno
Hak asasi manusia ialah hak-hak yang sudah dimiliki pada setiap manusia dan bukan
karena diberikan oleh masyarakat. Bukan karena hukum positif yang berlaku, namun
dengan berdasarkan martabatnya sebagai seorang manusia. Manusia memiliki HAM
karena ia adalah manusia.
15. Oemar Seno Adji
Menurut Oemar Seno Adji, hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada setiap
martabat manusia sebagai insan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat
tidak boleh dilanggar oleh siapapun itu.
16. G.J Wolhos
Hak asasi manusia adalah sejumlah hak yang sudah mengakar serta melekat dalam diri
setiap manusia dunia dan hak-hak tersebut tidak boleh dihilangkan, karena
menghilangkan hak asasi manusia orang lain sama saja sudah menghilangkan derajat
kemanusiaan.
17. Leah Kevin
Konsepsi mengenai HAM mempunyai 2 makna dasar. Yang pertama adalah bahwa hak-
hak hakiki serta tidak dapat dipisahkan menjadi hak seseorang hanya karena ia adalah
manusia. Hak tersebut merupakan hak moral yang berasal dari keberadaannya sebagai
seorang manusia. Makna yang kedua dari HAM adalah hak-hak hukum, baik itu secara
nasional ataupun internasional
18. Komnas HAM
HAM adalah Hak asasi manusia yang mencakup dari berbagai bidang kehidupan
manusia, baik itu sipil, politik, sosial dan kebudayaan, ataupun ekonomi. Bidang-bidang
tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Hak-hak asasi politik dan
sipil tidak mempunyai makna apabila rakyat masih harus saja bergelut dengan
kemiskinan serta penderitaan. Tetapi, pada lain pihak, persoalan kemiskinan,
keamanan, dan alasan yang lainnya tidak dapat digunakan untuk melakukan
pelanggaran hak asasi manusia serta kebebasan politik dan sosial masyarakat. HAM
tidak mendukung adanya individualisme, melainkan membendungnya dengan cara
melindunginya individu, kelompok, ataupun golongan , di tengah-tengah kekerasan
kehidupan yang modern. Hak asasi manusia merupakan tanda solidaritas yang bersifat
nyata dari suatu bangsa dengan warganya yang lemah.
Ciri Khusus Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia atau HAM mempunya beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan
dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri khusus hak asasi manusia.

1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.


2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua
hak, baik itu hak sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
3. Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada
saat manusia itu lahir.
4. Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status,
suku, jenis kelamin, atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan
salah satu dari berbagai ide hak asasi manusia yang mendasar.

Macam-Macam HAM
Ada bermacam-macam hak asasi manusia dan secara garis besar, hak asasi manusia
dapat digolongkan menjadi 6 macam. Berikut macam-macam HAM.

1. Hak Asasi Pribadi


Hak asasi pribadi ialah hak yang masih berhubungan dengan kehidupan pribadi
manusia. Contoh dari hak asasi pribadi sebagai berikut :

Hak kebebasan untuk dapat bergerak, bepergian, serta


berpindah-pindah tempat.
Hak kebebasan dalam mengeluarkan atau menyatakan suatu
pendapat.
Hak kebebasan dalam memilih dan juga aktif berorganisasi.
Hak kebebasan dalam memilih, memeluk, dan menjalankan
agama yang diyakini oleh tiap-tiap manusia.
2. Hak Asasi Politik
Hak asasi politik ialah hak yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh dari hak
asasi politik sebagai berikut :

Hak dalam memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan umum.


Hak ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintahan.
Hak guna dalam membuat dan mendirikan partai politik serta
mendirikan organisasi politik lainnya.
Hak untuk membuat serta mengajukan usulan petisi.
3. Hak Asasi Hukum
Hak asasi hukum ialah kesamaan kedudukan dalam hukum dan juga pemerintahan,
yaitu hak yang berhubungan dengan berbagai kehidupan hukum dan juga
pemerintahan. Contoh dari hak asasi hukum sebagai berikut :

Hak guna mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum


serta pemerintahan.
Hak menjadi pegawai negeri sipil atau PNS.
Hak untuk mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi
Hak asasi ekonomi ialah hak yang berhubungan dengan berbagai kegiatan
perekonomian. Contoh dari hak asasi ekonomi sebagai berikut :

Hak kebebasan dalam melakukan berbagai kegiatan jual beli.


Hak kebebasan dalam mengadakan perjanjian kontrak.
Hak kebebasan dalam menyelenggarakan kegiatan sewa-
menyewa atau utang piutang.
Hak kebebasan untuk mempunyai sesuatu.
Hak memiliki serta mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan
Hak asasi peradilan ialah hak untuk diperlakukan sama terhadap tata cara pengadilan.
Contoh dari hak asasi peradilan sebagai berikut :

Hak dalam mendapatkan pembelaan hukum di depan


pengadilan.
Hak persamaan dalam perlakuan penggeledahan, penahanan,
penyelidikan, penangkapan di muka hukum.
6. Hak Asasi Sosial Budaya
Hak asasi sosial budaya ialah hak yang brhubungan dengan kehidupan dalam
bermasyarakat. Contoh hak asasi sosial budaya sebagai berikut :

Hak dalam memilih, menentukan, serta mendapatkan


pendidikan.
Hak mendapatkan pengajaran.
Hak dalam mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat
dan juga minat.
HAM ialah hak dasar yang sudah dimiliki oleh semua manusia. Sejak lahir, tiap-tiap
manusia/individu sudah memilikinya dan itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa. Tentunya dalam kalangan bermasyarakat, kita seharusnya menghormati hak-
hak orang lain. Namun pada kenyataanya sekarang masih banyak terjadi berbagai
pelanggaran dengan masalah hak asasi manusia.

Jika dilihat pada masa lampau sudah banyak terdapat berbagai peristiwa yang sudah
menyalahi hak asasi manusia, seperti misalnya penjajahan yang dilakukan pernah
terjadi yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang terhadap Indonesia.

Selain itu masih banyak contoh-contoh yang


lainnya yang sudah banyak terjadi setelah Indonesia merdeka. Beberapa di antaranya
bahkan hingga menimbulkan banyak korban yang berjatuhan. Berikut beberapa contoh
mengenai penyelewengan hak asasi manusia yang pernah terjadi di Indonesia. Yang
mungkin hingga saat ini sudah banyak yang masih tanda tanya.

Pelanggaran HAM di Indonesia


1. Kasus tragedi 1965-1966
Sejumlah jenderal telah dibunuh dalam peristiwa 30 September tahun 1965.
Pemerintahan pada masa orde baru menuding Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai
penyebab masalahnya. Lalu pemerintahan pada saat itu membubarkan organisasi
Partai Komunis Indonesia tersebut serta melakukan berbagai razia terhadap simpatisan
partai tersebut.

Razia tersebut dikenal dengan operasi pembersihan partai komunis Indonesia (PKI).
Komnas HAM telah memperkirakan bahwa setidaknya 500.000 hingga 3 juta warga
tewas dibunuh pada saat itu. Ribuan warga lainnya diasingkan serta jutaan orang
lainnya hidup dibawah bayang-bayang cap PKI hingga bertahun-tahun.

Dalam peristiwa tersebut, Komnas HAM malah balik menuding Komando Operasi
Pemulihan Kemanan serta semua panglima militer [ada daerah yang menjabat pada
saat itu sebagai pihak yang bertanggungjawab.

Sampai saat ini, kasus tragedi 1965-1966 masih ditangani oleh Kejaksaan Agung. Akan
tetapi penanganannya lamban dan pada tahun 2013 lalu, Kejaksaan mengembalikan
berkas-berkas tersebut kepada Komnas HAM, dengan alasan data yang di dapat kurang
lengkap.

2. Kasus penembakan misterius (Petrus) pada tahun 1982-1985

Penembakan misterius atau dapat disebut juga dengan Petrus alias operasi clurit
merupakan sebuah operasi rahasia yang digelar oleh mantan Presiden Soeharto
dengan dalih untuk mengatasi tingkat kejahatan yang tinggi pada saat itu.

Operasi tersebut meliputi operasi penangkapan dan juga pembunuhan terhadap orang
yang dianggap mengganggu ketentraman dan keamanan masyarakat, khususnya di
daerah Jakarta dan juga Jawa Tengah. Pelakunya tidak jelas, tidak pernah tertangkap,
dan tidak pernah diadili.

Hasil dari operasi clurit, sebanyak 532 orang tewas pada tahun 1983. Dari jumlah
tersebut, 367 orang tewas yang diakibatkan karena luka tembakan. Kemudian tahun
1984, tercatat sekitar 107 orang tewas dan di antaranya 15 orang tewas akibat
ditembak. Selang setahun kemudian, tercatat 74 orang tewas dan 28 di antaranya tewas
akibat ditembak.

Korban Tembakan Misterius tersebut selalu ditemukan dalam keadaan tangan dan
lehernya terikat. Sebagian besar dari korbannya juga dimasukkan ke karung dan
ditinggal di pinggir jalan, depan rumah, buang ke sungai, kebut, laut, dan hutan

3. Tragedi Semanggi dan Kerusuhan pada Mei Tahun 1998

Pada tanggal 13 hingga 15 Mei 1998, terjadi berbagai kerusuhan massif yang terjadi
hampir di seluruh tanah air. Puncaknya kerusuhan ini di Jakarta. Kerusuhan ini diawali
dengan kondisi krisis finansial Asia yang semakin hari semakin memburuk. Dan dipicu
oleh tewasnya 4 anggota mahasiswa Universitas Trisakti yang terkena tembakan dalam
demonstrasi pada 12 Mei tahun 1998.

Dalam proses hukumnya, Kejaksaan Agung menyatakan, kasus tersebut dapat ditindak
lanjuti apabila ada rekomendasi dari DPR ke Presiden. Karena belum adanya
rekomendasi, Kejaksaan Agung mengembalikan berkas penyelidikan tragedi tersebut
kepada Komnas HAM. Namun, Kejaksaan Agung beralasan bahwa kasus ini tidak bisa
ditindak lanjuti karena DPR sudah memutuskannya, bahwa tidak ditemukan
pelanggaran hak asasi manusia berat di dalamnya.

Dalih lainnya, Kejaksaan Agung beranggapan bahwa kasus penembakan Trisakti sudah
diputus oleh Pengadilan Militer pada tahun 1999, sehingga tidak perlu diadili untuk yang
kedua kalinya.

4. Kasus terbunuhnya seorang aktivis HAM Munir Said Thalib


Munir Said Thalib ditemukan meninggal dalam pesawat jurusan Jakarta-Amsterdam,
pada tanggal 7 September 2004. Pada saat itu ia berumur 38 tahun. Munir Said Thalib
merupakan aktivis HAM paling vokal di tanah air. Jabatan terakhirnya ialah Direktur
Eksekutif Lembaga Pemantau HAM Indonesia Imparsial.

Saat menjabat menjadi Dewan Kontras, namanya mencuat


sebagai pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada
kala itu. Pada saat itu ia membela para aktivis yang
merupakan korban penculikan Tim Mawar dari Kopasus
Tentara Nasional Indonesia. Setelah Soeharto sudah jatuh tidak menjadi presiden,
penculikan itu menjadi alasan dalam pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto
serta diadilinya para anggota tim Mawar.

Namun, sampai saat ini, kasus tersebut hanya mengadili seorang pilot maskapai Garuda
yang bernama Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly mendapatkan vonis hukuman
penjara selama 14 tahun lamanya karena ia terbukti berperan sebagai salah satu pelaku
yang meracuni Munir dalam penerbangan menuju Amsterdam. Namun, sampai saat ini
sudah banyak pihak yang meyakini bahwa Polly bukan otak pembunuhan tersebut.

5. Tragedi Wamena Berdarah pada tanggal 4 April 2003


Tragedi Wamena berdarah terjadi pada tanggal 4 April 2003 pukul 01.00 waktu Papua.
Terdapat sekelompok massa yang tidak dikenal membobol sebuah gudang bersenjata
Markas Kodim 1702/Wamena. Penyerangan tersebut menewaskankan 2 anggota
Kodim, yaitu Lettu TNI AD Napitupulu serta Prajurit Ruben Kana yang keduanya
merupakan penjaga gudang senjata. Kelompok penyerang tersebut diduga membawa
lari sejumlah senjata dan juga amunisi. Dalam rangka pengejaran terhadap pelaku
pembobolan gedung bersenjata tersebut, aparat TNI-Polri diduga melakukan penyisiran,
penyiksaan, perampasan secara paksa, penangkapan sehingga pada saat itu
menimbukan korban jiwa serta pengungsian penduduk yang dilakukan secara paksa.

Tercatat 42 orang meninggal dunia yang disebabkan karena kelaparan dan sebanyak 15
orang jadi korban perampasan. Komnas HAM menemukan pemaksaan penanda
tanganan surat pernyataan dan perusakan fasilitas umum. Proses hukum atas kasus ini
sampai saat ini masih buntu. Terjadi tarik ulur diantara Komnas HAM dengan Kejaksaan
Agung. Sementara tersangka terus dapat menikmati hidupnya, mendapatkan sebuah
kehormatan sebagai pahlawan, dan menerima kenaikan pangkat serta promosi jabatan
tanpa tersentuh hukum sekalipun.

Dalam perwujudannya, hak asasi manusia tidak mampu untuk dilaksanakan secara
mutlak, hal ini karena melanggar hak asasi orang lain. Dalam memperjuangkan hak
sendiri dengan mengabaikan hak-hak orang lain, merupakan suatu tindakan yang
sangatlah tidak terpuji. Kita haruslah menyadari bahwasannya hak asasi kita selalu
berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain, namun karena itulah ketaatan terhadap
peraturan menjadi sangat penting.

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA, FUNGSI DAN TUGASNYA


Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias politika. Trias
politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang memiliki
kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :

1. Legislatif bertugas membuat undang undang. Bidang legislatif


adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
2. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang
eksekutif adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang
membantunya.
3. Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung(MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).
Lembaga-lembaga negara Indonesia diposisikan sesuai dengan ketiga unsur di depan.
Selain lembaga tersebut masih ada lembaga yang lain. Lembaga tersebut antara
lain Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Yudisial (KY), dan Mahkamah
Konstitusi (MK).
Lembaga-lembaga negara seperti Komisi Yudisial (KY) dan Mahkamah Konstitusi
merupakan lembaga baru. Selain itu amandemen UUD 1945 juga menghapuskan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA). Sebagai penggantinya, Presiden membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberi nasihat dan pertimbangan pada Presiden.

Berikut adalah nama lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD'45, fungsi, tugas
dan wewenangnya.

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat
anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah
Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah
lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada hanya lembaga negara. Dengan demikian,
sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen maka MPR termasuk lembaga
negara.

Sesuai dengan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :

1. mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;


2. melantik presiden dan wakil presiden;
3. memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut
undang-undang dasar.

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:

1. mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;


2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
3. memilih dan dipilih;
4. membela diri;
5. imunitas;
6. protokoler;
7. keuangan dan administratif.

Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. mengamalkan Pancasila;

b. melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;

c. menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional;

d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan


golongan;

e. melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.


2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga


negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di
tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.

Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:

a. jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;

b. jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyak


100 orang;

c. jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak- banyaknya


50 orang.

Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di


ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat
anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah
Agung dalam sidang paripurna DPR.

Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini :

1. Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang.


2. Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak untuk
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3. Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan
terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.

DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.

1. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi
kehidupan masyarakat.
2. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu
kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri
disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan
hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk
komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.

3. Dewan Perwakilan Daerah

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang sebelumnya
tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih melalui pemilihan
umum.
Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-
banyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah
anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPD
berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi selama bersidang bertempat tinggal di ibu
kota Republik Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun.

Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai berikut.

Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan


otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

b. Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan


pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan
keuangan pusat dan daerah.

c. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan undang-
undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.

d. Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang


otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, perimbangan keuangan pusat dengan daerah, pajak, pendidikan, dan agama.

4. Presiden dan Wakil Presiden

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu presiden
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai
kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum
adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi
setelah amandemen UUD1945 presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama
lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau
mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik,
presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil presiden
tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Presiden dan wakil presiden menjalankan
pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945.

Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan


Perwakilan Rakyat.
2. mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di
negara sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu kota
negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang mewakili negara
Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar kita.
3. menerima duta dari negara lain
4. memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga
negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan nama
baik Indonesia.
Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden mempunyai kekuasaan tertinggi
untukmenyelenggarakan pemerintahan negara Indonesia. Wewenang, hak dan
kewajiban Presiden sebagai kepala pemerintahan, diantaranya:

1. memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar


2. berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR
3. menetapkan peraturan pemerintah
4. memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala
Undang- Undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada
Nusa dan Bangsa
5. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala negara
kepada orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan
nama baik atau kehormatan seseorang yang telah dituduh secara tidak sah atau
dilanggar kehormatannya.
6. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan oleh
negara kepada tahanan-tahanan, terutama tahanan politik. Sedangkan abolisi
adalah pembatalan tuntutan pidana.
Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, seorang presiden
juga merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Dalam kedudukannya seperti
ini, presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara


lain dengan persetujuan DPR
2. membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
3. menyatakan keadaan bahaya

5. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman.


Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan
tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara
(PTUN).

Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:

1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan


perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang,
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;
3. memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

6. Mahkamah Konstitusi

Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yangputusannya bersifat final untuk:

Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa


Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga:
7. Komisi Yudisial

Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

1. mengusulkan pengangkatan hakim agung;


2. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang


hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima
tahun.

8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan Keuangan yang
bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan keuangan negara.

Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. BPK

berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap pro vinsi.
Pembentukan Pemerintahan Indonesia

Oleh : Ajisaka Lingga Bagaskara

A. SIDANG PPKI TANGGAL 18 AGUSTUS 1945


Suasana sidang PPKI setelah dibacakan Proklamasi Kemerdekaan RI di gedung Cuo Sangi-In,
Jalan Pejambon, Jakarta.

Setelah proklamasi, kesibukan para pemimpn nasional adalah mengatur tatanan


kenegaraan. Untuk itu, pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan rapat pertama setelah proklamasi.
Sebelum sidang dimulai, Soekarno-Hatta berencana untuk menambah 6 anggota
baru PPKI yang sebagian dari golongan muda, yaitu Sukarni, Chairul Saleh, dan
Wikana. Akan tetapi, golongan muda itu kurang berkenan. Mereka masih
menganggap PPKI adalah suatu badan yang dibentuk oleh Jepang dan bekerja
hanya untuk Jepang. Oleh karena itu, Ir. Soekarno hanya mengumumkan 6
anggota baru, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman
Singodimedjo, Sajuti Melik, Mr. Iwa Kusumasumantri, dan Mr. Achmad Subardjo.

I. Pembahasan dan Pengesahan Undang-Undang Dasar

Rapat PPKI pertama dilakukan di Gedung Cuo Sangi-In, Jalan Pejambon. Sebelum
rapat dimulai, Soekarno-Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassa untuk
membahas kembali Piagam Jakarta, khususnya mengenai kalimat Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya-. Hal
tersebut disebabkan karena pemeluk agama lain di Indonesia merasa keberatan
terhadap kalimat tersebut. Akhirnya, rapat yang dipimpin oleh Bung Hatta ini
yang hanya cukup dalam waktu 15 menit saja berhasil mencapai suatu buah
kesepakatan untuk melakukan suatu perubahan terhadap kalimat tersebut
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Rapat dilanjutkan dengan pembahasan pasal-pasal dalam Rancangan Undang-


Undang Dasar. Pembahasan itu mengenai menghasilkan perubahan-perubahan
kecil pada pasal-pasal dalam batang tubuh. Selanjutnya, sidang menetapkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang dikenal sebagai Undang-
Undang Dasar 45, yang di dalamnya memuat Pancasila sebagai dasar negara.

Sedangkan perubahan-perubahan terhadap UUD itu sendiri adalah sebagai


berikut.

1.) Perubahan pada Pembukaan UUD 1945

a. Kata Mukadimah diganti menjadi Pembukaan

b. Dalam Preambule (Piagam Jakarta), anak kalimat Atas berkat Rahmat Allah,
diganti dengan kalimat Atas Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Namun,
penggantian itu hingga sekarang dikembalikan lagi kepada bentuk semula, yaitu
Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa

c. Alinea ke-4, pada kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat


Islam bagi pemeluk-pemeluknya diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

2.) Perubahan terhadap Batang Tubuh

a. Pasal 4 (1) yang berbunyi, Presiden Republik Indonesia memegang


kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Sebelumnya kalimat
tersebut tidak berbunyi demikian.

b. Pasal 4 (2), dua orang wakil presiden diganti menjadi seorang wakil
presiden.

c. Pasal 6 ayat 1, yang semula terdapat kalimat beragama Islam sekarang


dihapuskan.

d. Pasal 6 ayat 2, perkataan wakil-wakil presiden, dihapus sehingga hanya


wakil presiden saja.

e. Pasal 9, kata Mengabdi diganti menjadi berbakti".

f. Pasal 23 ayat 2, ditambahkan kata-kata hasil pemeriksaan itu diberitahukan


kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

g. Pasal 25, sebelumnya berbunyi, syarat untuk menjadi hakim ditetapkan oleh
Undang-Undang. Ditambahkan sehingga berbunyi, syarat-syarat untuk
menjadi dan diberhentikan sebagai hakim ditetapkan oleh Undang-Undang.

II. Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia


Otto Iskandardinata, anggota Komite Nasional bertugas membantu Presiden selama MPR dan DPR
belum terbentuk.

Acara pertama dalam rapat PPKI tersebut adalah pemilihan presiden. Otto
Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dilakukan
secara aklamasi(yaitu kesepakatan yang dicapai secara spontan tanpa melalui
proses pemungutan suara). Beliau mengajukan Ir. Soekarno sebagai perseden
dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Usul tersebut disetujui oleh hadirin
yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

III. Pembentukan Komite Nasional

Rapat PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 juga berhasil memutuskan


pembentukan sebuah Komite Nasional untuk membantu presiden selama Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat belum terbentuk.
Sebelum rapat PPKI ditutup, presiden meminta 9 orang anggota sebagai Panitia
Kecil untuk membahas hal-hal yang meminta perhatian mendesak, seperti
pembagian wilayah negara, kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian.
Panitia Kecil ini dipimpin oleh Otto Iskandardinata.
B. SIDANG PPKI TANGGAL 19 AGUSTUS 1945

I. Pembagian Wilayah Indonesia

Peta pembagian wilayah Indonesia atas 8 provinsi pada awal kemerdekaan.

Rapat dilanjutkan keesokan harinya, pada tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10.00
pagi di Gedung Cuo Sangi-In. Rapat itu membahas hasil kerja Panitia Kecil yang
dipimpin oleh Otto Iskandardinata dan menghasilkan keputusan berikut ini.

1.) Pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi beserta para calon
gubernurnya sebagai berikut.

a. Jawa Barat : Sutarjo Kartohadikusumo.

b. Jawa Tengah : R.P. Suroso.

c. Jawa Timur : Suryo.

d. Borneo (Kalimantan) : Ir. Mohammad Noor.

e. Sulawesi : Dr. Sam Ratulangi.

f. Maluku : Mr. Latuharhary.

g. Sunda Kecil (Nusa Tenggara) : Mr. Ketut Pudja.

h. Sumatra : Mr. T. Mohammad Hassan.

Serta dua daerah istimewa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.

2.) Pembentukan Komite Nasional (Daerah).


II. Menetapkan Kementerian dalam Lingkungan Pemerintahan

Acara selanjutnya adalah laporan hasil kerja Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr.
Ahmad Subardjo. Panitia itu mengusulkan dibentuknya 13 kementerian. Setelah
dilakukan pembahasan, sidang memutuskan adanya 12 kementerian dan satu
menteri negara. Kedua belas kementerian itu sebagai adalah berikut.

1. Departemen Dalam Negeri

2. Departemen Luar Negeri

3. Departemen Kehakiman

4. Departemen Keuangan

5. Departemen Kemakmuran

6. Departemen Kesehatan

7. Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan

8. Departemen Sosial

9. Departemen Pertahanan

10. Departemen Perhubungan

11. Departemen Penerangan

12. Departemen Pekerjaan Umum

Rapat selanjutnya kembali membahas masalah-masalah kebangsaan. Rapat PPKI


pada hari kedua itu berakhir pada pukul 14.55 WIB. Dalam perjalanan pulang,
presiden dan wakil presiden hadir memenuhi undangan rapat golongan muda
yang dilaksanakan di Jalan Prapatan 10. Dalam rapat tersebut, para pemuda
meminta presiden dan wakil presiden melakukan perebutan kekuasaan terhadap
Jepang yang diatur secara cepat dan serentak. Selanjutnya, Adam Malik
membacakan pernyataan tentang lahirnya Tentara Republik Indonesia (TRI) yang
berasal dari bekas anggota PETA dan Heiho. Bung Karno menyetujui usulan
tersebut, akan tetapi pelaksanaannya belum dapat dilakukan saat itu. Rapat
kemudian usai juga.

C. SIDANG PPKI TANGGAL 22 AGUSTUS 1945

Rapat PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 memiliki agenda utama membahas
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
I. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat

Inti dari anggota KNIP ialah anggota PPKI. Di samping itu, anggota KNIP juga
berasal dari tokoh-tokoh golongan muda dan tokoh-tokoh masyarakat dari
berbagai daerah sehingga jumlahnya mencapai 137 orang. Anggota KNIP secara
resmi dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru,
Jakarta. Sidang KNIP pertama kali ini berhasil memilih Kasman Singodimedjo
(Ketua) dan Sutardjo (Wakil Ketua I), Latuharhary (Wakil Ketua II), dan Adam
Malik (Wakil Ketua III). Adapun Komite Nasional Daerah saat itu gagal dibentuk
karena situasi dan kondisi keamanan yang belum menentu dan membaik.

II. Pembentukan Partai Nasional Indonesia

PNI sebagai partai tunggal pada awal kemerdekaan. PNI dipimpin oleh Ir. Soekarno.

Pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI) bertujuan menjadikannya sebagai


partai tunggal di Indonesia yang baru merdeka. Tujuan PNI seperti yang juga
disebutkan dalam risalah sidang PPKI adalah Negara Republik Indonesia yang
berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan kedaulatan rakyat. Susunan pengurus
PNI di antaranya sebagai berikut.

Pemimpin Utama : Ir. Soekarno

Pemimpin Kedua : Drs. Moh. Hatta

Dewan Pemimpin : Mr. Gatot Tarunamihardja, Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr.


A.A. Maramis, Sayuti Melik, dan Mr. Sujono.
III. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Sehubungan dengan pembentukan tentara kebangsaan itu, beberapa hal yang


diputuskan oleh PPKI adalah sebagai berikut.

1.) Rencana pembelaan negara oleh BPUPKI yang mengandung politik


peperangan tidak diterima karena bangsa Indonesia menjalankan politik
perdamaian.

2.) PETA di Jawa dan di Bali, serta lascar rakyat di Sumatera segera dibubarkan.

3.) Para anggota HEIHO dengan segera diberhentikan.

4.) Untuk kedaulatan negara Republik Indonesia merdeka, tentara kebangsaan


Indonesia harus segera dibentuk oleh Presiden.

4.) Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, dibentuklah Badan Keamanan
Rakyat (BKR) sebagai pengganti Badan Penolong Korban Perang (BPKP) yang
dibentuk pada sidang PPKI tanggal 20 Agustus 1945.

D. PERUBAHAN OTORITAS KNIP DAN LEMBAGA KEPRESIDENAN

Kebanyakan negara-negara yang baru merdeka memilih bentuk pemerintahan


demokrasi. Bentuk pemerintahan itu dianggap lebih baik daripada system
kerajaan. Di Indonesia, sejak masa pergerakan nasional sudah mendambakan
system pemerintahan yang demokratis. Salah cirinya adalah adanya Dewan
Perwakilan Rakyat (Parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh
rakyat. Bentuk dan pola pemerintahan yang dianut oleh para pemimpin
Indonesia pada waktu itu adalah penerapan demokrasi yang ada di negeri
Belanda yang berdasarkan multipartai, yaitu system pemerintahan parlementer.
Hal itu disebabkan pada masa pergerakan nasional, banyak kaum cendekiawan
Indonesia yang menuntut ilmu di negeri Belanda.

I. Kabinet Presidensial Pertama


Kabinet pertama RI yang terdiri dari Perdana Menteri, Presiden Soekarno dan dibantu oleh 17
menteri dan 4 pejabat tinggi.

Susunan kementerian pertama yang berhasil disusun sesuai dengan ketentuan


UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 2 September 1945 dipimpin oleh Presiden
Soekarno. Dalam kabinet presidensial ini, presiden berperan sebagai pemimpin
kabinet dan kabinet bertanggung jawab kepada presiden. Susunan kabinet
pertama RI sebagai berikut.

Perdana Menteri : Ir. Soekarno

Menteri Dalam Negeri : R.A.A Wiranatakusumah

Menteri Luar Negeri : Mr. Ahmad Subardjo

Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Soepomo, S.H.

Menteri Kemakmuran : Ir. D.P. Surakhman

Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis

Menteri Kesehatan : Dr. R. Boentaran M.

Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara

Menteri Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri

Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin

Menteri Perhubungan : R. Abikusno Cokrosuyoso

Menteri Keamanan Rakyat : Suprijadi

Menteri Pekerjaan Umum : R. Abikusno Cokrosuyoso

Menteri Negara : K.H. Wachid Hasyim


Menteri Negara : Dr. M. Amir

Menteri Negara : Mr. R.M Sartono

Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis

Di samping itu juga diangkat sejumlah pejabat tinggi negara, yaitu sebagai
berikut.

Ketua Mahkamah Agung : Dr. Mr. Kusumaatmadja

Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja

Sekretaris Negara : Mr. A.G. Pringgodigdo

Juru Bicara Negara : Sukardjo Wirjopranoto

Karena pengaruh dari golongan kiri dalam KNIP, usia kabinet itu tidak
berlangsung lama, yaitu sejak tanggal 2 September 1945 hingga 14 November
1945. Sejak tanggal 14 November 1945, system pemerintahan di Indonesia
berubah menjadi system kabinet parlementer dengan perdana menteri
pertamanya, Sultan Syahrir.

II. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945

Suasana dalam sidang KNIP. KNIP yang dipimpin oleh Sutan Syahrir berhasil menyusun kekuatan
dan membentuk BP-KNIP.
Pada bulan Oktober 1945, kelompok kiri (Sosialis) dalam KNIP yang
dipimpinSultan Syahrir berhasil menyusun kekuatan dan mendorong
dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP). Langkah
berikut dari kelompok sosialis itu adalah mendorong terbentuknya kabinet
Parlementer. Sebagai langkah awal pembentukan pemerintahan parlementer
adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekadar badan penasihat menjadi
badan legislatif untuk selamanya. Untuk tujuan itu, mereka mengumpulkan
dukungan sebanyak 50 buah tanda tangan dari 150 anggotanya.

Pada tanggal 7 Oktober 1945, petisi yang dihasilkan diserahkan kepada Presiden
Ir. Soekarno. Adapun alasan yang diajukan BP-KNIP untuk memperkuat usulannya
tersebut, adalah sebagai berikut.

a. Adanya kesan politik bahwa kekuasaan presiden yang terlalu besar sehingga
dikhawatirkan akan menjadi pemerintahan yang bersifat dictator.

b. Adanya propaganda Belanda melalui NICA yang menyiarkan isu politik bahwa
pemerintahan RI adalah pemerintahan yang bersifat Fasis, yang menganut
sistem pemerintahan Jepang sebelum Perang Dunia II. Oleh karena itu, Belanda
menganjurkan kepada dunia internasional agar tidak mengakui kedaulatan RI.
Namun sebenarnya, ini adalah semacam politik Revanche Idea (Politik Balas
Dendam) dari Belanda kepada Indonesia, karena kekecewaannya telah
kehilangan tanah jajahannya, Hindia-Belanda.

c. Untuk menunjukkan kepada dunia Internasional, khususnya pihak Sekutu,


bahwa Indonesia yang baru saja merdeka adalah demokrasi bukan negara Fasis
buatan Jepang.

Dalam kondisi politik yang belum stabil, usul BP-KNIP tersebut dengan mudah
diterima oleh pemerintah. Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Maklumat
Pemerintah No. X 16 Oktobe 1945. Maklumat tersebut ditandatangani oleh Wakil
Presiden Moh. Hatta dalam Kongres KNIP pada tanggal 16 Oktober 1945. Isi
maklumat tersebut terdiri dari dua materi pokok berikut ini.

a. Sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi kekuasaan legislative dan
ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.

b. Berhubung dengan gentingnya keadaan, pekerjaan KNIP sehari-hari dijalankan


oleh suatu Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan bertanggung jawab
kepada Komite Nasional Pusat.

Dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah No. X tersebut, kekuasaam


presiden, hanya dalam bidang eksekutif. Dengan demikian, kedudukan presiden
seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya. KNIP sebagai badan pembantu presiden dan sebagai lembaga
pengganti MPR dan DPR sebelum terbentuk, dapat melaksanakan fungsi sebagai
badan legislative.

III. Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945

Pada tanggal 30 Oktober 1945, BP-KNIP mengusulkan kepada pemerintah agar


memberkan kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk mendirikan partai-
partai politik sebagai sarana penyaluran berbagai aspirasi dan paham yang
berkembang di masyarakat. Selain itu, pembentukan partai politik juga
merupakan persiapan bagi pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat yang
direncanakan akan diselenggarakan pada bulan Januari 1946. Pemerintah
menyetujui usul tersebut jika keberadaan partai-partai politik itu dapat
memperkuat perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat. Persetujuan pemerintahan
itu diwujudkan dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945 yang ditandatangani oleh wakil presiden. Isinya antara lain
menyatakan :

Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya


partai-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham
yang ada dalam masyarakat.

Sehubungan dengan hal itu, pada bulan November dan Desember 1945 para
pemimpin rakyat sibuk membentuk partai-partai politik, seolah-olah negara
sedang dalam keadaan aman. Padahal di beberapa tempat, seperti di Surabaya,
pertempuran antara BKR dan pasukan Sekutu sedang bergelora.

Beberapa partai politik yang muncul setelah dikeluarkannya Maklumat


Pemerintah tanggal 3 November 1945 adalah sebagai berikut.

1. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) berdiri pada tanggal 7 November


1945, dipimpin oleh Dr. Sukiman Wirjosanjoyo.

2. PKI (Partai Komunis Indonesia) berdiri pada tanggal 7 November 1945,


dipimpin oleh Moh. Yusuf. Sebenarnya partai ini telah didirikan pada tanggal 21
Oktober 1945.

3. PBI (Partai Buruh Indonesia) berdiri pada tanggal 8 November 1945, dipimpin
oleh Nyono.

4. PRJ (Partai Rakyat Jelata) berdiri pada tanggal 8 November 1945, dipimpin
oleh Sutan Dewanis.
5. Parkindo (Partai Kristen Indonesia) berdiri pada tanggal 10 November 1945,
dipimpin oleh Probowinoto.

6. Parsi (Partai Sosialis Indonesia) berdiri pada tanggal 10 November 1945,


dipimpin oleh Amir Syarifuddin.

7. Paras (Partai Rakyat Sosialis) berdiri pada tanggal 20 November 1945,


dipimpin oleh Sutan Syahrir. Parsi dan Paras kemudian bergabung menjadi
Partai Sosialis yang dipimpin oleh Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, dan Oei Hwee
Goat, pada bulan Desember 1945.

8. PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia) berdiri pada tanggal 8 Desember


1945, dipimpin oleh I.J. Kasimo.

9. Permai (Persatuan Rakyat Marhaen) berdiri pada tanggal 17 Desember 1945,


didirikan oleh J.B. Assa.

10. PNI (Partai Nasional Indonesia) berdiri pada tanggal 29 Januari 1946,
dipimpin oleh Sidik Joyosukarto. PNI didirikan sebagai gabungan dari PRI(Partai
Rakyat Indonesia), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), dan Sarekat Rakyat
Indonesia yang masing-masing telah berdiri pada bulan November dan
Desember 1945.

IV. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945

Sejak permulaan bulan Oktober 1945, beberapa tokoh seperti Supeno, Sukarni,
Ir. Sakirman, dan Mangunsarkoro bersama anggota KNIP lainnya sudah
berencana mengubah sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem
parlementer sehingga kabinet bertanggung jawab langsung kepada KNIP sebagai
pemegang kekuasaan legislative. Untuk itu, mereka merencanakan akan
mengajukan mosi tidak percaya kepada kabinet yang ada dengan tujuan
menjatuhkan kabinet tersebut. Kemudian, mereka akan menunjuk Sutan Syahrir
menjadi perdana menteri dan formatur kabinet baru.

Pembentukan pemerintahan parlementer juga diharapkan dapat mengurangi


peranan presiden yang dianggap terlalu besar. Selanjutnya, BP-KNIP secara resmi
mengajukan usul kepada pemerintah mengenai pertanggungjawaban menteri-
menteri kepada suatu Perwakilan Rakyat (KNIP). Pada tanggal 14 November
1945, pemerintah menyetujui usulan BP-KNIP untuk mengubah bentuk kabinet
presidensial menjadi kabinet parlementer. Persetujuan pemerintah tersebut
diumumkan melalui Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 yang
berbunyi:

Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang hebat


dengan selamat, dalam tingkatan pertama dari usahanya menegakkan diri,
merasa bahwa saat sekarang sudah tepat untuk menjalankan macam-macam
tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha negara kepada susunan
demokrasi. Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan kabinet baru
itu ialah, tanggung jawab adalah di dalam tangan menteri.

KNIP dalam sidang ketiga tanggal 25-27 November 1945 menyetujui pula adanya
pertanggungjawaban menteri tersebut dengan kata-kata membenarkan
kebijakan presiden perihal mendudukkan perdana menteri dan menteri-menteri
yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai suatu
langkah yang tidak dilarang oleh Undang-Undang Dasar dan perlu dalam
keadaan sekarang.

Sistem kabiner parlementer berlaku sejak tanggal 14 November 1945 hingga 27


Desember 1949. Selama masa berlakunya UUD 1945 tahap pertama, terdapat
Sembilan kali pergantian kabinet, antara lain sebagai berikut.

1.) Kabinet Presidensial Pertama, 2 September 1945-14 November 1945.

2.) Kabinet Syahrir I, 14 November 1945-12 Maret 1946.

3.) Kabinet Syahrir II, 12 Maret 1946-20 Oktober 1946.

4.) Kabinet Syahrir III, 20 Oktober 1946-27 Juni 1947.

5.) Kabinet Amir Syarifuddin I, 3 Juli 1947-11 November 1947.

6.) Kabinet Amir Syarifuddin II, 11 November 1947-29 Januari 1948.

7.) Kabinet Hatta I (Presidensial), 29 Januari 1948-4 Agustus 1948.

8.) Kabinet Darurat (PDRI), 19 Desember 1948-13 Juli 1949.

9.) Kabinet Hatta II (Presidensial), 4 Agustus 1949-20 Agustus 1949.

E. PEMBENTUKAN KEKUATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

I. Pembentukan BKR
Kasman Singodimedjo. Pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) Pusat.

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno dalam pidato di radio


menyatakan pembentukan tiga badan baru, yaitu sebagai berikut.

1. Komite Nasional (KNI),

2. Partai Nasional Indonesia (PNI), dan

3. Badan Keamanan Rakyat (BKR).

BKR bertugas menjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi


KNI daerah. Sebagian golongan muda menyambut dengan kecewa pidato
presiden tersebut karena mereka menghendaki agar pemerintah segera
membentukan tentara nasional, bukan sekadar BKR. Akan tetapi, sebagian yang
lain terutama mantan tentara PETA, KNIL, dan Heiho menanggapinya dengan
segera membentuk BKR di daerahnya masing-masing dan memanfaatkannya
sebagai wadah perjuangan.

Di Jakarta, bekas tentara PETA membentuk BKR Pusat dengan tujuan agar BKR
daerah dapat dikoordinasikan secara terpusat. Tokoh yang terpilih sebagai
pemimpin BKR Pusat itu ialah Kasman Singodimedjo, bekas Daidanco di Kota
Jakarta. Setelah Kasman diangkat sebagai Ketua KNIP, kedudukannya sebagai
Ketua BKR digantikan oleh Kaprawi (Ketua Umum), Sutalaksana (Ketua I), Latief
Hendraningrat (Ketua II), dan dibantu oleh Arifin Abdurachman, Mahmud, dan
Zulkifli Lubis. Mereka melakukan kontak dengan para bekas perwira KNIL di
Jakarta, Bandung, dan pimpinan BKR di daerah-daerah, seperti Jawa Timur (Drg.
Moetopo), Jawa Tengah (Soedirman), dan Jawa Barat (Arudji Kartawinata).

II. Pembentukan Tentara Nasional


Jenderal Oerip Soemohardjo, Kepala Staf Umum TKR.

Prosesi pelantikan Kolonel Soedirman menjadi Panglima Besar TKR.


Jenderal Raden Said Soekanto Tjokroadiatmodjo, Kepala Kepolisian Negara untuk yang pertama
kali.

Sebagian pemuda yang tidak puas dengan pembentukan BKR pada umumnya
telah membentuk organisasi-organisasi perjuangan pada zaman Jepang.
Organisasi-organisasi itu besar peranannya bagi tercetusnya proklamasi
kemerdekaan. Setelah usulan mereka mengenai pembentukan tentara nasional
ditolak oleh presiden dan wakil presiden, mereka menempuh jalan lain. Mereka
membentuk badan-badan perjuangan sendiri yang kemudian menyatukan diri
dalam sebuah Komite van Aksi yang bermarkas di Jalan Menteng 31.
Organisasi ini antara lain dipimpin oleh Adam Malik, Sukarni, Chairul Saleh, dan
Maruto Nitimihardjo. Badan-badan perjuangan yang tergabung dalam Komite van
Aksi, yaitu Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA),
danBarisan Buruh Indonesia (BBI).

Kemudia, muncul pula badan-badan perjuangan lainnya di Jawa, seperti Barisan


Banteng, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Indonesia
Maluku (PIM), Hizbullah, Sabilillah, Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo),
danBarisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) .. yang itu namanya cukup
ekstrimis sekali pemirsa di rumah sekalian, iyaa bukan?? Ada pula badan
perjuangan yang bersifat khusus, seperti Tentara Pelajar (TP), Tentara Genie
Pelajar (TGP), dan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).

Pembentukan badan-badan perjuangan juga dilakukan di Sumatra, Sulawesi, dan


pulau-pulau lainnya. Di Aceh dibentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang
dipimpin oleh Sjamaun Gaharu dan Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang
kemudian berganti nama menjadi Pemuda Republik Indonesia (PRI) dipimpin oleh
A. Hasymi. Di Sumatera Utara dibentuk Pemuda Republik Andalas. Di Sumatera
Barat dibentuk Pemuda Andalas dan Pemuda Republik Indonesia Andalas Barat.
Di Sulawesi Selatan dibentuk Pusat Pemuda Indonesia (PPNI) dipimpin oleh Manai
Sophian. Kelompok-kelompok yang tergabung di dalamnya adalah Angkatan
Muda Republik Indonesia (AMRI) dan Pemuda Merah Putih dan Penunjang
Republik Indonesua (PRI).

Sementara itu, tentara Sekutu terus berupaya membebaskan dan


mempersenjatai kembali pasukan-pasukan Belanda yang menjadi tawanan
Jepang. Mereka kemudian melakukan serangkaian tindakan-tindakan yang
menjadikan Pemerintah RI kemudian membentuk tentara nasional. Pemerintah
memanggil pensiunan KNIL Mayor Oerip Soemohardjo dari Yogyakarta dan
menugaskan untuk segera membentuk tentara nasional.

Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang


menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR,
pemerintah menunjuk Soeprijadi dan Oerip Soemohardjo diangkat sebagai
Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal. Moh. Suljoadikusumo,
bekas Daidanco PETA, diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat ad interim.

Dengan dasar Maklumat Pemerintah itu, Oerip Soemohardjo segera membentuk


Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta. Selanjutnya di Pulau Jawa dibentuk 10 Divisi
dan di Sumatra dibentuk 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan yang
sangat cepat membutuhkan pemimpin yang berwibawa. Supriyadi yang ditunjuk
sebagai pemimpin TKR ternyata tidak pernah menduduki posnya. Oleh karena
itu, pada bulan November 1945 diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR
yang baru. Dalam pemilihan tersebut, Kolonel Soedirman, Komandan Divisi
V/Banyumas yang pada saat itu sedang memimpin pertempuran di Ambarawa,
terpilih sebagai pimpinan TKR yang baru. Tiga hari setelah Ambarawa dapat
dikuasai kembali TKR, pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik
sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal.

Sejak terpilihnya Jenderal Soedirman sampai dengan bulan Januari 1946, TKR
sudah mengalami dua kali perubahan nama. Pertama berubah menjadi Tentara
Keselamatan Rakyat, kemudian berubah lagi menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI). TRI kemudian berkembang dengan mempunyai Angkatan Laut
dan Angkatan Udara.

Sementara itu, badan-badan perjuangan yang sudah ada sebelumnya pada


tanggal 10 November 1945 mengadakan Kongres Pemuda Seluruh Indonesia di
Yogyakarta. Kongres yang dipimpin oleh Chairul Saleh dan Sukarni itu dihadiri
oleh 332 orang utusan dari 30 organisasi perjuangan pemuda di seluruh
Indonesia. Setelah melalui suatu perdebatan yang sengit, kongres berhasil
membentuk Badan Kongres Pemuda Indonesia (BKMI). Badan-badan perjuangan
itu kemudian ditampung dalam wadah Biro Perjuangan di bawah menteri
pertahanan.
Pada tanggal 5 Mei 1947 dikeluarkan Penetapan Presiden yang isinya dalam
waktu sesingkat-singkatnya membentuk badan-badan perjuangan itu dalam satu
wadah yaitu TRI. Selanjutnya, pemerintah membentuk suatu panitia untuk
melaksanakan penyatuan itu yang dipimpin oleh presiden dengan dibantu oleh
tiga orang wakil ketua, yaitu wakil presiden, menteri pertahanan, dan panglima.
Anggota panitia itu terdiri dari Kepala Staf Umum TRI dan para pemimpin badan-
badan perjuangan. Hasil kerja panitia itu adalah Penetapan Presiden tanggal 7
Juni 1947 yang menyatakan bahwa sejak tanggal 3 Juni 1947 pemerintah
mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai satu-satunya
wadah perjuangan bersenjata. TNI memiliki pimpinan kolektif yang terdiri dari
bekas pimpinan TKR dan bekas pimpinan badan-badan perjuangan. Keduanya
tetap di bawah satu pimpinan tertinggi, yaitu Panglima Jenderal Soedirman.

Alat keamanan lainnya adalah Kepolisian Negara. Pada mulanya, Kepolisian


Negara berada di bawah Kementerian Dalam Negeri. Akan tetapi, pada tanggal
26 Juli 1946 dikeluarkan Penetapan Pemerintah No. 11/SD tahun 1946 yang
menyatakan bahwa Kepolisian Negara berdiri sendiri sebagai sebuah Jawatan
Kepolisian Negara di bawah perdana menteri. Pada tanggal 29 September 1946,
R. Soekanto Tjokroadiatmodjo diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara.

Pelopor berdirinya Kepolisian Negara adalah angkatan muda polisi yang sebagian
besar bekas anggota polisi dan polisi istimewa pada zaman pendudukan Jepang,
yaitu Keisatsutai dan Tokubetsu Keisatsutai. Berbeda dengan PETA maupun
Heiho, persenjataan mereka tidak dilucuti oleh Jepang. Hal itu disebabkan Jepang
menganut sistem Barat yang menganggap polisi tidak ikut dalam perang,
melainkan hanya sebagai pemelihara keamanan. Walaupun demikian, pada
pemuda kepolisian itu mempergunakan senjatanya untuk turut serta dalam
perjuangan menegakkan kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai