PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati,
dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya
menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya
menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi
kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur
Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a) HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
b) HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c) HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
Apa pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)?
Penjelasan Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global?
Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia?
Apa saja contoh-contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)?
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Menurut John Locke HAM adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Ruang lingkup HAM meliputi :
Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan;
Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,
melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung
jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun
Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
2)
4)
Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat
berjalan sewajarnya.
5) Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi.
6) Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
7) Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta
badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
8) Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum
dan HAM.
9) Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
10) Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2.4 Contoh - Contoh Kasus Pelanggaran HAM
Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.
Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan
sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan
tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga
seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Kasus Babe yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang
artinya hak untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang
Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika
masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum
nya sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan
misalkan korupsi, proses hukum nya sangatlah lama
Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat
penganiayaan dari majikannya
Kasus pengguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi yang kawin
diluar nikah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita
ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam
kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan
HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan
HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2 Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang
lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM
kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus
mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering
kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita
sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.
1. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. HAM dalam tinjauan Islam
4. Contoh-contoh pelanggaran HAM
1. Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah
dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun
membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM.
1. Metode Pembahasan
Dalam hal ini penulis menggunakan:
1.
1. Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan
ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat
atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau
hubungan antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).
2. Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui
kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui bukubuku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah
yang diteliti.
BAB II
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
1. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM
i.
1.
1. Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan
bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,
1994).
i.
1.
1. Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah
Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).
1. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan
Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum,
tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka
hukum(Mansyur Effendi,1994).
Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang
ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai
ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia
bersalah.
sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam
tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan
dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan
persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut
dengan ide perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang
HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam
yaitu al-Quran dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga
terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury
(hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya
membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat
kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati.
Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat
hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang
pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier
(tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder
(Masdar F. Masudi, 2002)
Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi
menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:
1.
1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersamasama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri,
kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal.
2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi
tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses
pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan
memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk
mengajukan pembelaan
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut
keyakinan masing-masing
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga
negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah
satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya
untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.
1. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis
yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua,
dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam
peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan
presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
i.
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya
dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya
Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan
penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa
merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan
pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.
1. Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati
dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan
Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.
Read more: http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia.html#ixzz3FnUkU7Nl
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh pemerintah.
Dalam artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya, tidak memperdulikan pendidikan dirinya dan keluraganya, tidak
mengobati penyakit yang dideritanya dan lain sebagainya yang menggambarkan
seakan-akan pemerintah tidak melihat penderitaan yang dirasakan mereka. Dengan
demikian mereka menanyakan hak-hak mereka, akankah hak-hak mereka diabaikan
begitu saja, atau jangan-jangan hal semacam itu memang bukan hak mereka? kalau
memang bantuan pemerintah kepada mereka itu adalah hak yang harus diterima
mereka mengapa bantuan itu belum juga datang?
Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum didapat,
ada juga orang-orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga negara telah
didapat, akan tetapi mereka tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai warga
negara. Mereka tidak mau membela negaranya diakala hak-hak negeri ini dirampas
oleh negara sebrang, mereka tidak mau tahu dikala hak paten seni-seni
kebudayaan Indonesia dibajak dan diakui oleh negara lain, dan bahkan mereka
mengambil dan mencuri hak-hak rakyat jelata demi kepentingan perutnya sendiri.
Sungguh masih banyak sekali fenoma-fenoma yang menimpa negeri ini. akankan
ini terjadi karena kekurang pahaman masyarakat tentang Hak dan Kewajibannya
sebagai warga negara? Atau mereka paham tentang itu, akan tetapi karena
memang hawa nafsu Syaithoniyah-nya telah menguasai akal pikirannya sehingga
tertutup kebaikan di dalam jiwanya.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Sebagai Anggota
Masyarakat.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang Hak dan
Kewajiban WNRI berdasarkan UUD 1945.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Pasal berapa pada UUD 1945 yang membahas tentang hak dan kewajiban Warga
Negara?
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:
BAB I : PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang masalah,
Tujuan penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan;
BAB II : PEMBAHASAN Membahas tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara
Sebagai Anggota Masyarakat yang meliputi: Pengertian Hak, Pengertian Kewajiban,
Pengertian Warga Negara, Asas Kewarganegaraan, Hak dan Kewajiban Warga
Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945.
: PENUTUP menyajikan kesimpulan dan saran.BAB
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
A. PENGERTIAN HAK, KEWAJIBAN DAN WARGA NEGARA
1) Pengertian Hak
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan
nilai dari guru dan sebagainya. Adapun Prof. Dr. Notonagoro mendefinisikannya
sebagai berikut: Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh
pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya.
2) Pengertian Kewajiban
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr.
Notonagoro). Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab. Contohnya : melaksanakan tata tertib di sekolah,
membayar SPP atau melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan sebaikbaiknya dan sebagainya.
3) Pengertian Warga Negara
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian
diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut kewarganegaraan
ayahnya.
Menjalankan ius soli supaya orang-orang yang lahir di Indonesia tidak ada yang
tanpa kewarganegaraan.
-------------------------------------[Halaman]----------------------------------
diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------Kewajiban Warga Negara Indonesia :
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal
28J ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara
dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara
Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 31 UUD 1945.
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Kedua harus menyatu, maksudnya
dikala hak-hak kita sebagai warga negara telah didapatkan, maka kita juga harus
menenuaikan kewajiban kita kepada negara seperti: membela negara, ikut andil
dalam mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif yang bisa memajukan
bangsa ini.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang
bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam
wilayah negara itu.
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2
kriterium, yaitu:
1. Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2,
yaitu:
a) Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.
b) Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli.
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang
menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan
negara lain.
Hak-Hak kita warga negara sebagai anggota masyarakat telah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar sebagai berikut:
Pasal 27 (2): Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupannya
yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.
Pasal 31 (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Di samping adanya pasal-pasal yang menyebutkan tentang hak-hak warga negara,
di Undang-Undang Dasar juga terdapat di dalamnya tentang kewajiban-kewajiban
kita warga negara sebagai anggota masyarkat, adapun bunyinya sebagai berikut:.
Pasal 27 (1): Segala Warga negara.....wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------B. SARAN
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Warga
Negara Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar-benar
memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di
negeri ini. Sehingga, jika ada hak-hak yang belum kita dapatkan, kita bisa
memperjuangkannya. Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak sebagai warga negara
telah kita terima, maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga
negara. Dengan demikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan,
kemakmuran, aman dan sejahtera.
REFERENSI
Drs. H.M. Arifin Noor. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Untuk UIN, STAIN, PTAIS Semua
Fakultas dan Jurusan Komponen MKU. Pustaka Setia: Bandung 2007.
Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma:
Yogyakarta 2007.
pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis
kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak
ekonomi dan hak politik.
Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan
adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang
yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil
pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan
terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak
lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya
yang dilanggar.
Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative
seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang
dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi
kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government Perkembangan pemikiran HAM
dunia bermula dari:
1.Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa
dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang
tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).
1.The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of
Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa
manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir
ia harus dibelenggu
1. The French declaration Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration
(Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam
The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah.
Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap,
kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. The four freedom Ada
empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan
beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan
dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera
bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan
serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994). Perkembangan pemikiran HAM di
Indonesia:
2. Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku
3. UUD dalam
4.Periode, yaitu:
1.Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
2.Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia
Serikat
3.Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4.Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945
BAB III
PELAKSANAAN HAM DI INDONESIA
DALAM KERANGKA HAM INTERNASIONAL
Indonesia adalah sebuah negara demokrasi. Indonesia merupakan negara yang sangat
menghargaikebebasan. Juga, Indonesia sangat menghargai hak asasi manusia(HAM). Ini bisa
dilihat dengan adanyaTAP No. XVII/MPR/1998 tentang HAM, Undang-Undang No. 39 tahun
1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang peradilan HAM yang cukup memadai. Ini
merupakan tonggak baru bagi sejarahHAM Indonesia.ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi
Indonesia, karena baru Indonesia dan AfrikaSelatan yang mempunyai undang undang peradilan
HAM. Aplikasi dari undang undang ini adalah sudahmulai adanya penegakan HAM yang lebih
baik, dengan ditandai dengan adanya komisi nasional HAMdan peradilan HAM nasional.Dengan
adanya penegakan HAM yang lebih baik ini, membuat pandangan dunia terhadapIndonesia kian
membaik. Tapi, meskipun penegakan HAM di Indonesia lebih baik, Indonesia tidak boleh senang
dulu, karena masih ada setumpuk PR tentang penegakan HAM di Indonesia yang belumtuntas.
DiantaraPR itu adalah masalah kekerasan di Aceh, di Ambon, Palu, dan Irian Jaya tragedy
Priok,kekerasan pembantaian dukun santet di Banyuwangi, Ciamis, dan berbagai daerah lain,
tragedi Mei diJakarta, Solo, dan berbagai kota lain, tragedi Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996,
penangkapan yang salahtangkap, serta rentetan kekerasan kerusuhan massa terekayasa di
berbagai kota, yang bagaikan kisah bersambung sepanjang tahun-tahun terakhir pemerintahan
kedua: tragedi Trisakti, tragedy Semanggi,kasus-kasus penghilangan warga negara secara paksa,
dan sebagainya.Pemerintah di negeri ini, harus lebih serius dalam menangani kasus HAM ini jika
ingin lebihdihargai dunia. Karena itu, pemerintah harus membuat aturan aturan yang lebih baik.
Juga kejelasan pelaksanaan aturan itu.
Komnas HAM sebagai harus melakukan gebrakan diantaranya :
1. Komnas HAM mendesak pemerintah dan DPR agar segera
meratifikasi berbagai instrumeninternasional hak asasi manusia, dengan memberi prioritas pada
Statuta Roma MahkamahPidana Internasional (Rome Statute International Criminal Court),
Protokol Opsional KonvensiAnti Penyiksaan (Optional Protocol Convention Against Torture),
Konvensi Internasionaltentang Penyandang Cacat, Konvensi Internasional tentang Pekerja HAM,
KonvensiInternasional Tentang Perlindungan Terhadap Semua Orang Dari Tindakan
Penghilangan
Secara Paksa. Dalam rangka untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi para
TenagaKerja Indonesia, pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi juga Konvensi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul HAM dan Negara Hukum. Adapaun makalah ini kami buat
untuk melengkapi tugas KELOMPOK DUA dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
HAM dan Negara Hukum mempunyai kaitan yang amat erat, tanpa kita sadari HAM dan Negara
Hukum adalah dua sisi mata uang yang berbeda, keduanya memang berbeda namun
keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Makalah ini mencoba mengupas kedua sisi
itu dan keterkaitannya.
Dalam pembuatan makalah ini, para penulis menyadari bahwa makalah ini teramat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, semua bentuk perbaikan, saran, kritik, masukan dari teman teman
mahasiswa dan terutama dari dosen sangat kami hargai untuk peningkatan kualitas tulisan kami
di kemudian hari. Akhir kata, harapan besar kami adalah semoga makalah ini membawa manfaat
bagi kita semua.
Terimakasih
Penulis
1. Pendahuluan
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu:
kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena hak
asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil
mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam
Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita
yang harus dilaksanakan dan dicapai.
Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang
belum terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia
dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang
tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Oleh karena itu
sebagai warga negara yang baik kita seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan
Negara Hukum.
1. PEMBAHASAN
I.
Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari istilah human
rights atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya adalah Hak-Hak
Manusia. Namun dalam beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi Manusia (HAM) lebih
sering digunakan dari pada pemakaian Hak-hak Manusia. Di Indonesia hak-hak manusia pada
umumnya lebih dikenal dengan istilah hak asasi sebagai terjemahan dari basic rights (Inggris)
dangrondrechten (Belanda), atau bisa juga disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah
hak-hak asasi secara monumental lahir sejak keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam
Declaration des Droits de Lhomme et du Citoyen (hak-hak asasi manusia dan warga negara
Perancis), dengan semboyan Liberte, Egalite, Fraternite. Istilah HAM berkembang sesual
dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti perubahan peradaban manusia
dari masa ke masa. Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural rights (hak-hak alam), yang
berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala sesuatu berasal dari alam termasuk HAM.
Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi akhirnya tidak diterima, karena
tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan terbentuknya PBB, maka muncul istilah baru
yang lebih populer sekarang yaitu human rights Di Amerika Serikat dikenal dengan sebutan Civil
Rights. Perancis menyebutnya: Droit de L Homme; Belanda: Menselijke Rechten. Namun
dibalik beragamnya sebutan untuk Hak Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna
yang sama. Secara umum Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Adapun jenis jenis Hak Asasi Manusia yang dikenal di dunia adalah sebagai berikut:
1. Hak asasi pribadi / Personal Right:
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing.
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya.
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.
Sementara itu, dalam konstitusi kita UUD 1945, juga memuat jaminan perlindungan atas Hak
Asasi Manusia. Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dalam tulisannya Demokrasi dan Hak
Asasi Manusia,
Selengkapnya di : http://sukadiklik.blogspot.com/2010/12/makalah-pendidikankewarganegaraan-ham.html
Untuk memenuhi tugas dari guru yang telah diberikan pada kelompok kami,
maka
oleh
dengan
ini
kami menjalankan
guru
PKN,
Kami
ucapkan terima
memberikan
kami
yaitu
yang
kelompok
terima
Penyusun :
Sylvia Mahaedalli
Aghnia R W
Mina Parhatus
Qurrata A yuni
Roni Sujana
diberikan
Wawan.
meskipun
Manusia
sebagai rasa
kasih.
masih
yang
banyak
telah
telah
pelajaran
bekerja
Bapak
yang
tugas
kekurangan.
kami bisa
kebersamaan
kami.
lebih
kami
Sekali
Ini
bisa
lagi
kami
BAB I
PENGERTIAN HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus
permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran
ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas
sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah
yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas
dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
SEJARAH HAM
Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan
Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada
kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan
berarti dengan hak-haknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila
seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi orang
lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas dua hak dasar yang paling
fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah
lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia
lainnya sulit akan ditegakkan.
Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi
Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu
pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan
perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih menegaskan
keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.
Majelis Umum PBB merupakan salah satu organ utama dari PBB yang setiap negara
anggota PBB terwakili di dalamnya. Kewengan dari Majelis Umum PBB yang terkait
dengan HAM adalah membuat rekomendasi dalam bentuk resolusi, yang
diantaranya menghasilkan Resolusi A/RES/217, tentang Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia, dan kewenangan untuk membuat organ tambahan (subsidiary
organs) yang kemudian membentuk Dewan Hak Asasi Manusia melalui Resolusi
A/RES/60/251.
b. Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (United Nations Economic and Social Council)
Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, seperti halnya Majelis Umum PBB, merupakan
organ utama dari PBB. Tugasnya adalah memberikan bantuan kepada Majelis Umum
PBB untuk peningkatan kerjasama dalam bidan ekonomi dan sosial. Salah satu
badan di bawah Dewan Ekonomi dan Sosial adalah Komisi HAM PBB (United Nations
Commission for Human Rights) yang kemudian digantikan oleh Dewan HAM PBB.
Norma dan standar HAM berasal dari hukum internasional. Sumber hukum
internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah
Internasional terdiri dari 3 sumber utama dan 2 sumber tambahan. Sumber hukum
tersebut adalah:
a. Hukum Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang dibuat oleh anggota masyarakat
internasional yang terdiri dari negara-negara, bertujuan untuk membentuk hukum
sehingga mempunyai akibat hukum. Bentuknya dapat berupa kovenan, konvensi,
perjanjian dan lain-lain.
b. Hukum Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (Customary International Law) adalah kebiasaan
internasional antar negara-negara di dunia, merupakan kebiasaan umum yang
diterima sebagai hukum.
c. Prinsip Hukum Umum
Prinsip Hukum Umum adalah asas hukum umum yang terdapat dan berlaku dalam
hukum nasional negara-negara di dunia. Prinsip ini mendasari sistem hukum positif
dan lembaga hukum yang ada di dunia.
d. Putusan Hakim
Putusan pengadilan internasional merupakan sumber hukum tambahan dari tiga
sumber hukum utama di atas. Keputusan pengadilan ini hanya mengikat para pihak
yang bersengketa saja. Namun demikian, keputusan tersebut dapat digunakan
untuk membuktikan adanya kaidah hukum internasional mengenai suatu perkara,
yang didasarkan pada tiga sumber hukum utama di atas.
e. Pendapat para ahli hukum internasional
Pendapat ahli hukum internasional yang terkemuka adalah hasil penelitian dan
tulisan yang sering dipakai sebagai pedoman untuk menemukan apa yang menjadi
hukum internasional. Meskipun demikian, Pendapat tersebut bukan merupakan
suatu hukum.
Dalam hukum internasional sebagaimana juga dalam hukum HAM internasional
terdapat beberapa bentuk produk hukum, diantaranya adalah:
a. Resolusi adalah keputusan yang diambil oleh suatu badan dalam organisasi
internasional dalam hal ini adalah PBB. Di PBB terdapat dua resolusi yang sangat
penting, pertama adalah resolusi yang dihasilkan oleh Majelis Umum PBB. Resolusi
ini tidak mempunyai kekuatan hukum walaupun ada beberapa Resolusi yang cukup
otoritatif seperti Resolusi tentang DUHAM. Kedua resolusi yang dikeluarkan oleh
Dewan Keamanan PBB. Resolusi Dewan Keamana PBB mempunyai kekuatan hukum,
dimana negara anggota PBB harus mengikuti isi dari resolusi yang dikeluarkan oleh
DK PBB.
b. Konvensi adalah perjanjian internasional yang jelah mempunyai kekuatan hukum.
Konvensi mempunyai nama yang bermacam-macam seperti Kovenant, Pakta,
Agreement, Charter (Piagam) dan lain-lain.
c. Protocol dan Annex adalah penjelasan atau aturan lebih lanjut dari Konvensi atau
perjanjian internasional. Protokol dan Annex tidak berdiri sendiri dalam
pelaksanaannya, karena terkait erat dengan perjanjian induknya.
3. Instrumen Hukum HAM
Dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), komitmen untuk memenuhi,
melindungi HAM serta menghormati kebebasan pokok manusia secara universal
ditegaskan secara berulang-ulang, diantaranya dalam Pasal 1 (3):
Untuk memajukan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah
internasional dibidang ekonomi, sosial, budaya dan kemanusiaan, dan menggalakan
serta meningkatkan penghormatan bagi hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental bagi semua orang tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau
agama
Komitmen ini kemudian ditindaklanjuti oleh PBB melalui pembentukan instrumeninstrumen hukum yang mengatur tentang HAM sebagai berikut:
a.
memberikan panduan bagi para pembela HAM terkait dengan pekerjaan mereka.
Digarisbawahi tugas-tugas negara dalam pemenuhan HAM, serta tanggung jawab
yang harus dilakukan oleh para pembela HAM, disamping juga menjelaskan
hubungan antara HAM dan hukum nasional suatu negara. Ditegaskan agar para
pembela HAM melakukan aktivitasnya dengan cara-cara damai.
Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenangsewenang dan Sumir (Principles on the Effective Prevention and
Investigation of Extra-legal, Arbitrary and Summary Executions )
Prinsip-prinsip tentang Pencegahan dan Penyelidikan Efektif terhadap
Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang dan Sumir merupakan prinsipprinsip yang direkomendasikan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB pada bulan Mei
2003. Prinsip-prinsip ini memberikan panduan bagi penegak hukum dalam
mengadili para pelaku tindak pidana. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya
pengawasan (termasuk kejelasan dalam rantai komando) terhadap lembagalembaga penegak hukum. Prinsip-prinsip ini juga mejelaskan secara rinci mengenai
jaminan terhadap pemenuhan hak untuk hidup.
4. Pengawasan terhadap Pemenuhan HAM
Pengawasan HAM dibagi dua, yaitu pengawasan di tingkat nasional dan
tingkat internasional. Di tingkat nasional, pengawasan dilakukan antara lain oleh:
Badan Pengawas
Pelaksanaan Perjanjian
Political Rights)
Komite Penghapusan
Diskriminasi Ras (Committee on
Elimination Racial
Discrimination)
Komite Penghapusan
Diskriminasi terhadap
Perempuan (Committee on
Eliminations Discrimination
Against Women)
BAB II
PELANGGARAN
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus
oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10.kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani,
pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang
dari orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau
mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan
yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau
sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh
siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan
keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi
dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus
oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10.kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani,
pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang
dari orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau
mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan
yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau
sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh
siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan
keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
6. Trisakti, Semanggi I dan II
Beberapa kasus pelanggaran berat HAM seperti peristiwa G30S, Tanjung Priok,
Warsidi Lampung sampai Kasus Semanggi I dan II kemungkinan bakal digarap KKR.
Mungkinkah menuai sukses?
Tragedi Trisakti tanggal 12 Mei 1998 menjadi pemicu kerusuhan sosial yang
mencapai klimaksnya pada 14 Mei 1998. Tragedi dipicu oleh menyalaknya senapan
aparat yang menewaskan empat mahasiswa Trisakti.
Kerusuhan, menurut laporan Relawan Kemanusiaan, tidak berlangsung begitu saja.
Fakta yang aneh, menurut mereka, setelah terjadi aksi kerusuhan yang sporadis,
aparat tampak menghilang, sementara sebagian kecil saja hanya memandangi aksi
penjarahan yang berlangsung didepan mereka.
Masih menurut laporan Relawan, kerusuhan itu tampak direkayasa. Aksi itu dipimpin
oleh sekelompok provokator terlatih yang memahami benar aksi gerilya kota.
Secara sporadis mereka mengumpulkan dan menghasut massa dengan orasi-orasi.
Ketika massa mulai terbakar mereka meninggalkan kerumunan massa dengan truk
dan bergerak ke tempat lain untuk melakukan hal yang sama.
Dari lokasi yang baru, kemudian mereka kembali ke lokasi semula dengan ikut
membakar, merampon mal-mal. Sebagian warga yang masih dalam gedung pun
ikut terbakar. Data dari Tim Relawan menyebutkan sekurangnya 1190 orang tewas
terbakar dan 27 lainnya tewas oleh senjata.
Tragedi Trisakti kemudian disusul oleh tragedi semanggi I pada 13 November 1998.
Dalam tragedi itu, unjuk rasa mahasiswa yang dituding mau menggagalkan SI MPR
harus berhadapan dengan kelompok Pam Swakarsa yang mendapat sokongan dari
petinggi militer.
Pam Swakarsa terdiri dari tiga kelompok, dari latar belakang yang berbeda.
Pembentukan Pam Swakarsa belekangan mendapat respon negatif dari masyarakat.
Mereka kemudian mendukung aksi mahasiswa, yang sempat bentrok dengan Pam
Swakarsa.
Dalam tragedi Semanggi I yang menewaskan lima mahasiswa, salah satunya
Wawan seorang anggota Tim Relawan untuk Kemanusiaan ini, tampak tentara
begitu agresif memburu dan menembaki mahasiswa. Militer dan polisi begitu
agresif menyerang mahasiswa, seperti ditayangkan oleh sebuah video dalam Rapat
Dengar Pendapat Umum di DPR Selasa 6 Maret 2001.
Rekaman itu memperlihatkan bagaimana polisi dan tentara yang berada di garis
depan berhadapan dengan aksi massa mahasiswa yang tenang. Pasukan AD yang
didukung alat berat militer ini melakukan penembakan bebas ke arah mahasiswa.
Para tentara terus mengambil posisi perang, merangsek, tiarap di sela-sela pohon
sambil terus menembaki mahasiswa yang berada di dalam kampus. Sementara
masyarakat melaporkan saat itu dari atap gedung BRI satu dan dua terlihat bola api
kecil-kecil meluncur yang diyakini sejumlah saksi sebagai sniper. Serbuan
tembakan hampir berlangsung selama dua jam.
Satu tahun setelah itu, tragedi Semanggi II terjadi. Dalam kasus ini 10 orang tewas
termasuk Yun Hap, 22, mahasiswa Fakultas Teknik UI, ikut tewas. Insiden ini terjadi
di tengah demonstrasi penolakan mahasiswa terhadap disahkannya RUU
Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB).
Kasus ini, menurut Hermawan Sulistyo dari Tim Pencari Fakta Independen menyebut
seperti sudah diperkirakan sebelumnya oleh aparat. Dia menurutkan begini; ''Yun
Hap ditembak pukul 20:40 oleh konvoi aparat keamanan yang menggunakan
sekurangnya enam truk militer yang mendekat dari arah Dukuh Atas. Konvoi
menggunakan jalan jalur cepat sebelah kanan alias melawan arus. Paling depan
tampak mobil pembuka jalan menyalakan lampu sirine tanpa suara. Sejak masuk
area jembatan penyeberangan di depan bank Danamon, truk pertama konvoi mulai
menembak. Sejumlah saksi mata
melihat berondongan peluru dari atas truk pertama, menyusul tembakan dari truktruk berikutnya.''
Berdasarkan fakta di lapangan TPFI menegaskan tidak mungkin ada kendaraan lain
selain kendaraan aparat. Sebab, jalur cepat yang dilalui truk-truk itu masih ditutup
untuk umum. Lagi pula truk-truk itu bergerak melawan arus, jadi tidak mungkin ada
mobil lain yang mengikuti.
Kini akibat peritiwa itu, sejumlah petinggi TNI Polri sedang diburu hukum. Mereka
adalah Jenderal Wiranto (Pangab), Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Pangdam
Jaya), Irjen (Pol) Hamami Nata (mantan kapolda Metro Jaya), Letjen Djaja Suparman
(mantan Pangdan jaya) dan Noegroho Djajoesman (mantan Kapolda Metro Jaya).
A.
Perbuatan sepasang suami istri asal Ohio ini sudah sangat kelewatan. Tanpa
alasan yang jelas, Paul dan Robin Kraft menganiaya lima anak kandung mereka
yang usianya berkisar antara 1 hingga 5 tahun. Maka, pantas jika Pengadilan
Hamilton County mengganjar mereka masing-masing hukuman penjara lima kali
seumur hidup dan 40 tahun.
Jaksa penuntut yang menangani kasus Kraft mengatakan bahwa penyiksaan
terhadap anak kandung tersebut dilakukan pada tahun 2004 lalu. Juni lalu, Robin
dinyatakan bersalah atas dua dakwaan perkosaan dan empat dakwaan penyiksaan
anak yang dikenakan kepadanya. Wanita 26 tahun asal Winton Hills itu mengaku
telah menyiksa sedikitnya salah satu anak kandungnya dan memaksa empat
lainnya untuk saling berhubungan seks.
Atas perbuatan biadab yang dilakukannya, Hakim Common Pleas Hamilton
County David Davis menjatuhkan hukuman maksimal 40 tahun kepada Robin, Jumat
lalu. Menurut Davis, hukuman maksimal itu diberikan untuk mencegah Robin bebas
dan kembali mengasuh anak-anaknya. Anak-anak tersebut memang tidak dipukuli,
tidak ada memar atau bekas luka. Tapi pemulihan akibat perlakuan Robin
membutuhkan waktu lama, kata asisten jaksa Mark Piepmeier.
Undang-undang penyiksaan anak, sebenarnya, cukup jarang digunakan di
Ohio. Pasalnya, untuk mengajukan tuntutan harus ada bukti-bukti yang lengkap.
Sementara, penyiksaan yang dialami anak-anak Kraft itu bukan berupa siksaan fisik.
Anak-anak tersebut mengalami siksaan psikologi yang cukup serius. Untuk
menyelesaikan kasus ini, kami menerapkan sebuah teori baru. Dan, untungnya teori
tersebut berhasil, imbuh Piepmeier.
Maret lalu, pengadilan yang sama juga menjatuhkan hukuman berat kepada
Paul atas kejahatan yang sama. Pria 32 tahun tersebut diganjar hukuman lima kali
seumur hidup atas lima dakwaan perkosaan. Sementara untuk 12 dakwaan
merangsang anak di bawah umur secara seksual, Paul mendapatkan hukuman
tambahan 96 tahun penjara. Selain itu, dia juga tidak mendapatkan hak bebas
sementara dari penjara di bawah perjanjian khusus, seperti tahanan yang lain.
Suami istri bejat tersebut ditangkap deputi sherif Hamilton County, Maret lalu.
Kejahatan keduanya terungkap setelah seorang agen Badan Rahasia AS, yang
sudah cukup lama mengamati sepak terjang Paul di internet, berhasil mengontak
pria tersebut. Agen rahasia yang berada di Miami itu kemudian chatting dengan
Paul di ruang bincang maya (chat room) bertajuk seks bayi dan pra remaja.
Dalam sebuah percakapan maya online, Paul memberikan sebuah tawaran yang
sangat mengejutkan kepada agen rahasia tersebut. Dia menawarkan diri untuk
memerkosa putri kandungnya yang masih berusia tiga tahun dan menayangkannya
langsung via internet. Paul tidak segan-segan melakukan itu, jika orang lain
bersedia melakukan hal yang sama dan dia diizinkan melihat tayangannya secara
live.
Mencium gelagat yang tidak baik, agen rahasia itu pun segera mengontak deputi
sherif Hamilton County. Setelah menerima laporan itu, deputi sherif tersebut segera
meluncur ke rumah keluarga Kraft serta menangkap Paul dan istrinya. Selama orang
tua mereka menjalani pemeriksaan, lima anak kandung Kraft dirawat di panti
pengasuhan. Trauma yang mereka alami, membuat lima anak tak berdosa itu sulit
berkomunikasi. Namun dengan terapi teratur, belakangan mereka sudah bisa
menceritakan kebusukkan orang tua mereka kepada petugas. (ap/*/hep)
Jawa Pos, Selasa, 01 Agt 2006,
B.
PENELANTARAN ANAK
8.
KASUS
KDRT
Pemerintah Kota Jakarta Utara Anas Djabir mengatakan, pihaknya akan tetap
melakukan penggusuran. Alasannya, hal itu sesuai dengan Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 11 Tahun 1988 mengenai Ketertiban Umum.
Menurut Anas, sebenarnya penggusuran tersebut telah disampaikan kepada warga
oleh Camat Penjaringan dan Lurah Pejagalan. Data di kelurahan menunjukkan
bahwa semua penghuni bantaran kali Banjir Kanal sudah mendapatkan uang
kerohiman atau uang kebijaksanaan, yang jumlahnya memang Rp 500.000. Tapi itu
bukan uang ganti rugi, tanahnya kan milik negara, paparnya.
Anas menambahkan, Gubernur DKI Jakarta juga telah menyiapkan rumah susun
Tipe 36 sebagai tempat tinggal alternatif mereka di Kalideres, Jakarta Barat. Rumah
susun tersebut terdiri dari 20 blok dan mampu menampung sebanyak 2.000
keluarga, dan mereka tidak akan dikenai uang muka.
Mereka membayar Rp 90.000 per bulan sebagai uang kontrakan. Rencananya,
rumah susun bisa ditempati awal Maret mendatang, kata Anas.
Menurut Wali Kota Jakarta Utara Soebagio, pihaknya sejak awal Januari lalu sudah
mendata warganya yang bakal dan sudah kena gusur, khususnya di daerah Muara
Baru, Kelurahan Penjaringan, dan di bantaran Kali Muara Angke, Kecamatan
Penjaringan.
Pendataan tersebut saya harapkan bisa segera dilakukan agar kami bisa segera
memperkirakan berapa luas tanah yang diperlukan untuk membangun rumah susun
bagi warga yang bakal digusur, tutur Soebagio. (NIC/B17)
- Gubernur DKI Jakarta Janjikan Rumah Susun
Jakarta, Kompas Penggusuran paksa terus dilakukan oleh aparat Satuan Pelaksana
Ketentraman Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat (Tramtib dan Linmas) Jakarta
Utara terhadap bangunan warga yang masih bertahan di bantaran kali Banjir Kanal
Barat Teluk Gong, Jakarta Utara.
Dalam kaitan itu, Wali Kota Jakarta Utara menjanjikan warga yang digusur bisa
menempati rumah susun.
Sejumlah petugas lapangan PT Jakarta Propertindo selaku pemborong proyek
pengurukan bantaran kali, Jumat (17/1), menggusur sebuah tenda yang ditempati
oleh 15 warga yang bertahan. Sebuah buldoser memorakporandakan tenda ketika
warga sedang beristirahat di dalam tenda.
C.
KASUS SUMIATI
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Abdulrahman al-Khayyath mengatakan
kasus yang menimpa Sumiati, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Dompu, Nusa
Tenggara Barat itu tergolong kasus nyeleneh. Kasus yang dialami Sumiati jarang
terjadi di Saudi. Dan baru kali terjadi kasus seperti ini, kata al-Khayyath dalam
jumpa pers di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Kamis (18/10).
Al-Khayyath mengaku prihatin dengan tragedi yang menimpa Sumiati yang
tergolong sadis. Walau demikian, kata dia, pihak berwajib di Arab Saudi telah
melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap kasus memilukan ini.
Aparat berwenang di Kerajaan Saudi akan melakukan upaya-upaya hukum dalam
memproses kasus tersebut. Akan ada pemberitahuan secara transparan terkait
perkembangan kasus ini. Kami akan bekerjasama dengan pihak KBRI di Riyadh,
jelas al-Khayyath.
Peristiwa yang menimpa Sumiati sangat memiriskan dan melukai harga diri bangsa.
Perempuan berusia 23 tahun itu diperlakukan secara tak manusiawi oleh
majikannya di Madinah. Ia disiksa, diperlakukan tidak semestinya, disetrika dan
mulutnya digunting. Penyiksaan terhadap Sumiati terkuak pada Senin (7/10) lalu.
Saat itu Sumiati dibawa ke rumah sakit swasta di Madinah. Namun karena luka yang
dideritanya terlalu parah, ia pun dirujuk ke Rumah Sakit King Fahd.
Sejauh ini memang tidak terdapat Memorandum of Understanding (MoU) terkait
dengan perlindungan TKI/TKW antara pemerintah RI dengan Kerajaan Arab Saudi.
Namun al-Khayyath mengatakan pemerintahnya menjamin penuh keselamatan
para pekerja asing di negerinya. Apalagi tenaga kerja asal Indonesia yang dianggap
paling sopan dan santun dibandingkan tenaga kerja asing lainnya.
Kami menjamin keselamatan tiap orang yang datang ke Saudi, baik itu tenaga
kerja maupun wisatawan, walau tanpa MoU. Dan kami menjamin bahwa proses
hukum terhadap pelaku penyiksaan akan terus berjalan sesuai dengan mekanisme
dan undang-undang yang berlaku di Saudi, tegasnya.
Al-Khayyath menambahkan, Arab Saudi menganut prinsip adanya persamaan di
muka hukum. Siapa pun yang terlibat dan melanggar hukum akan diproses tanpa
pandang bulu. Dalam kasus Sumiati, pemerintah Saudi membentuk pengadilan
khusus untuk memprosesnya. Kepada tersangka akan dijatuhkan vonis sesuai
dengan perbuatannya, bisa berupa pemenjaraan ataupun denda, katanya.
Dan kami akan terus memberikan informasi secara transparan kepada KBRI di
Riyadh terkait dengan perkembangan kasus ini hingga dijatuhkannya vonis. Kami
juga akan memberikan informasi kepada media-media di Indonesia tanpa ada
satupun yang ditutup-tutupi, al-Khayyath menegaskan.
Guna mempercepat proses hukum atas kasus tersebut, Kedutaan Besar Arab Saudi
di Indonesia telah mengeluarkan sejumlah visa untuk para pejabat teras Indonesia
yang akan berangkat ke Saudi. Mereka adalah para pejabat yang ditugaskan oleh
Presiden RI untuk memberikan advokasi terhadap Sumiati.
Sebelumnya, pemerintah RI telah melayangkan nota diplomatik melalui KBRI di
Arab Saudi yang isinya mengecam perlakuan sadis terhadap Sumiati, Rabu (17/19).
Apa pun alasannya, penyiksaan yang dilakukan sang majikan terhadap Sumiati
tidak bisa diterima. "Apapun sebab dan alasannya, kita tidak terima Sumiati disiksa
seperti itu," kata Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur.
DAFTAR PUSAKA
http://www.scribd.com/doc/36910715/Tugas-PKn
http://www.kiapride.com/search/contoh-kata-pengantar-tugas-pkn/
http://www.kiapride.com/search/tugas+dan+catatan+sekolah%3A+kata+pengantar
http://donaemons.wordpress.com/2009/01/29/pelanggaran-pelanggaran-ham-diindonesia/
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/11/30/149703-komnasjutaan-anak-indonesia-alami-pelanggaran-ham
Koran Kabar Priangan//KATA PENGANTAR
1.
Pendahuluan
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu:
kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena hak
asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil mencapai
kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI
(Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus
dilaksanakan dan dicapai.
Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud
ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas
pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik
kita seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan,
keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan Negara
Hukum.
PEMBAHASAN
I. HAM ( Hak Asasi Manusia )
Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari istilah human rights
atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya adalah Hak-Hak Manusia. Namun dalam
beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi Manusia (HAM) lebih sering digunakan dari pada
pemakaian Hak-hak Manusia. Di Indonesia hak-hak manusia pada umumnya lebih dikenal dengan
istilah hak asasi sebagai terjemahan dari basic rights (Inggris) dangrondrechten (Belanda), atau bisa
juga disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah hak-hak asasi secara monumental lahir sejak
keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam Declaration des Droits de Lhomme et du Citoyen
(hak-hak asasi manusia dan warga negara Perancis), dengan semboyan Liberte, Egalite, Fraternite.
Istilah HAM berkembang sesual dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti
perubahan peradaban manusia dari masa ke masa. Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural
rights (hak-hak alam), yang berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala sesuatu berasal
dari alam termasuk HAM. Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi akhirnya tidak
diterima, karena tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan terbentuknya PBB, maka muncul
istilah baru yang lebih populer sekarang yaitu human rights Di Amerika Serikat dikenal dengan
sebutan Civil Rights. Perancis menyebutnya: Droit de L Homme; Belanda: Menselijke Rechten. Namun
dibalik beragamnya sebutan untuk Hak Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna yang
sama. Secara umum Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap
orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Adapun jenis jenis Hak Asasi Manusia yang dikenal di dunia adalah sebagai berikut:
Hak asasi pribadi / Personal Right:
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.
Hak asasi politik / Political Right:
Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya.
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
Hak azasi hukum / Legal Equality Right:
Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Hak untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil / PNS.
Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
Hak azasi Ekonomi / Property Rigths:
Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.
Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.
Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:
Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right:
Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.
Hak mendapatkan pengajaran.
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.
Sementara itu, dalam konstitusi kita UUD 1945, juga memuat jaminan perlindungan atas Hak Asasi
Manusia. Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dalam tulisannya Demokrasi dan Hak Asasi
Manusia, dari konstitusi kita, setidaknya dapat dirangkum materi perlindungan Hak Asasi Manusia
seperti berikut ini:
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi .
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memimih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya.
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyim-pan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan
berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapapun.
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
di hadapan hukum.
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Negara, dalam keadaan apapun, tidak dapat mengurangi hak setiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional selaras dengan perkembangan
zaman dan tingkat peradaban bangsa.
Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang diajarkan oleh setiap agama, dan menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan menjalankan ajaran agamanya.
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah.
Untuk memajukan, menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin pelaksanaan Pasal 4 ayat (5) tersebut di atas, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
bersifat independen menurut ketentuan yang diatur dengan undang-un-dang.
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin peng-akuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Jika ke-27 ketentuan yang sudah diadopsikan ke dalam Undang-Undang Dasar diperluas dengan
memasukkan elemen baru yang bersifat menyempurnakan rumusan yang ada, lalu dikelompokkan
kembali sehingga mencakup ketentuan-ketentuan baru yang belum dimuat di dalamnya, maka rumusan hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar dapat mencakup empat kelompok materi sebagai
berikut:
i. Kelompok Hak-Hak Sipil yang dapat dirumuskan menjadi:
a) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
b) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang kejam,
tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan.
c) Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan.
d) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.
e) Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran dan hati nurani.
f) Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum.
g) Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan.
h) Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
i) Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
j) Setiap orang berhak akan status kewarganegaraan.
k) Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan dan
kembali ke negaranya.
l) Setiap orang berhak memperoleh suaka politik.
m) Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan
perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.
Terhadap hak-hak sipil tersebut, dalam keadaan apapun atau bagaimanapun, negara tidak dapat
mengurangi arti hak-hak yang ditentukan dalam Kelompok 1 a sampai dengan h. Namun, ketentuan tersebut tentu tidak dimaksud dan tidak dapat diartikan atau digunakan sebagai dasar untuk
membebaskan seseorang dari penuntutan atas pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang diakui
menurut ketentuan hukum Internasional. Pembatasan dan penegasan ini penting untuk memastikan
bahwa ketentuan tersebut tidak dimanfaatkan secara semena-mena oleh pihak-pihak yang berusaha
membebaskan diri dari ancaman tuntutan. Justru di sinilah letak kontroversi yang timbul setelah
ketentuan Pasal 28I Perubahan Kedua UUD 1945 disahkan beberapa waktu yang lalu.
ii. Kelompok Hak-Hak Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya:
a) Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapatnya secara
damai.
b) Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan rakyat.
c) Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik.
d) Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi
kemanusiaan.
e) Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang layak dalam
hubungan kerja yang berkeadilan.
f) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi.
g) Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan
memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang ber-martabat.
h) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
i) Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran.
j) Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia.
k) Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal selaras
dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa .
l) Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional.
m) Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang diajarkan oleh setiap
agama, dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan menjalankan ajaran
agamanya .
iii. Kelompok Hak-Hak Khusus dan Hak Atas Pembangunan
a) Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok masyarakat yang
terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak men-dapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan yang sama.
b) Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mencapai kesetaraan gender dalam kehidupan
nasional.
c) Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh fungsi reproduksinya dijamin
dan dilindungi oleh hukum.
d) Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian dan perlindungan orangtua, keluarga, masyarakat
dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta per-kembangan pribadinya.
e) Setiap warga negara berhak untuk berperan serta dalam pengelolaan dan turut menikmati manfaat
yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam.
f) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
g) Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan dalam
peraturan perundangan-undangan yang sah yang dimaksudkan untuk menyetarakan tingkat
perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami perlakuan diskriminasi dengan kelompokkelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan khusus sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) pasal
ini, tidak termasuk dalam pengertian diskriminasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (13).
iv. Tanggungjawab Negara dan Kewajiban Asasi Manusia
a) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai
dengan nilai-nilai agama, moralitas dan kesusilaan, keamanan dan ketertiban umum dalam
masyarakat yang demokratis.
c) Negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak
asasi manusia.
d) Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan, susunan dan kedudukannya diatur
dengan undang-undang.
II. NEGARA HUKUM
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum telah lama ada dan
berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai dari jaman Plato hingga kini, konsepsi Negara
Hukum telah banyak mengalami perubahan yang mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk
merumuskan apa yang dimaksud dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja yang harus ada dalam
konsep Negara Hukum.
Perkembangan Negara Hukum sudah terjadi sejak jaman Plato dan Aristoteles. Perkembangan konsep
Negara Hukum dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
a) Jaman Plato dan Aristoteles
Plato dan Aristoteles mengintrodusir Negara Hukum adalah negara yang diperintah oleh negara yang
adil. Dalam filsafatnya, keduanya menyinggung angan-angan (cita-cita) manusia yang
berkorespondensi dengan dunia yang mutlak yang disebut :
1) Cita-cita untuk mengejar kebenaran (ide der warhead);
Menurut Montesqueu, negara yang paling baik ialah negara hukum sebab di dalam konstitusi di
banyak negara mempunyai tiga inti pokok yaitu: Perlindungan HAM; Ditetapkannya ketatanegaraan
suatu negara; Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara.
Disamping itu salah satu tujuan Negara Hukum adalah memperoleh setinggi-tingginya kepastian
hukum (rechtzeker heid) bagi warganya. Kepastian hukum menjadi makin dianggap penting bila
dikaitkan dengan ajaran negara berdasar atas hukum. Telah menjadi pengetahuan klasik dalam ilmu
hukum bahwa hukum tertulis dipandang lebih menjamin kepastian hukum dibandingkan dengan
hukum tidak tertulis.
III. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian ditinjau ulang oleh
International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang
memberikan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus pula
menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
c. Pemilihan Umum yang bebas;
d. Kebebasan menyatakan pendapat;
e. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
f. Pendidikan Kewarganegaraan.
Seperti dijelaskan di atas, jelaslah bahwa sebuah Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat
mutlak bahwa negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana
Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia setiap warganya.
IV. INDONESIA DAN HAK ASASI MANUSIA
Pada tahun 1966 di Jakarta diadakan Seminar Nasional Indonesia tentang Indonesia sebagai Negara
Hukum. Yang mana salah satu hasil Seminar adalah dirumuskannya prinsip-prinsip Negara Hukum
yang menurut pemikiran saat itu, prinsip ini dapat diterima secara umum. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Prinsip-prinsip jaminan dan perlindungan terhadap HAM;
2. Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Artinya Indonesia sebagai Negara Hukum amatlah menghormati prinsip prinsip penegakan HAM.
Dilihat dari segi hukum dan konstitusi, tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan HAM tercermin dari
berbagai ketentuan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 45) dan
Pancasila, dalam Undang-undang Dasar yang telah di amandemen, Undang-undang Nomor 39/1999
tentang HAM, Undang-undang
Nomor 26/2000 tentang Pengadilan HAM, dan ratifikasi yang telah dilakukan terhadap sejumlah
instrumen HAM intemasional.
Dalam Pembukaan UUD 45 dengan tegas dinyatakan bahwa pejajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dalam amandemen kedua UUD 1945, pasal 28 telah dirubah menjadi bab tersendiri yang memuat 10 pasal mengenai
Hak Asasi Manusia.
Dalam Undang-undang Nomor 39/1999 tentang HAM telah dimuat hak asasi manusia yang tercantum dalam instrumen
utama HAM internasional, yaitu : Deklarasi Universal HAM, Konvensi hak sipil dan politik, Konvensi hak, ekonomi, sosial dan
budaya, konvensi hak perempuan, konvensi hak anak dan konvensi anti penyiksaan. Undang-undang ini selain memuat mengenai
HAM dan kebebasan dasar manusia, juga berisi bab-bab mengenai kewajiban dasar manusia, Komnas HAM, partisipasi
masyarakat dan pengadilan HAM.
Dalam Undang-undang Nomor 26/2000 tentang Pengadilan HAM khususnya dalam Bab III dinyatakan bahwa
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat.
Indonesia juga telah meratifikasi sejumlah konvensi HAM internasional, di antaranya yang terpenting
adalah:
Konvensi Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), diratifikasi dengan UU No.7 /
1984.
Konvensi HAK Anak (CRC), diratifikasi dengan Keppres No.36/1990.
1.
KASUS:
Kerusuhan 1998 yang terjadi dibeberapa tempat di daerah Jakarta, maupun diluar
daerah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yangdalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasanyang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak
jugamerupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal
yangsering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM
lebihdijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era
sebelumreformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
D.Metode Pembahasan
Dalam hal ini penulis menggunakan:
1.Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan
ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat
ataukelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atauhubungan
antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).
2.Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melaluikepustakaan,
mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-bukudan bahan lainnya
yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.
BAB II
ISI
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
A.Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM
1.Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam TeachingHuman
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopamenegaskan bahwa
HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsungoleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakekatdan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakananugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara,hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkatdan martabat manusia
Ruang lingkup HAM meliputi:
Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta
Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
2.Ciri Pokok Hakikat HAM
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,
melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan
tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik
Sipil maupun Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian
darimanusia secara otomatis.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama,etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasiatau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun
sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM
(Mansyur Fakih, 2003).
Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global
Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai
HAM ,yaitu:
- HAM menurut konsep Negara-negara Barat
1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.
2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang
dwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu penyebab bangsa ini tak
pernah bisa maju sebagaimana mestinya. Benar memang ada kemajuan, tapi bisa
lebih maju dari yang sudah berlalu, jadi, boleh dikatakan kita diperlambat maju.
Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan
mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kotakota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari
dunia internasional terlebih lagi nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di
Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mecegah
mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat
perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di
bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah
membuktikan bahwa perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat
berani dan jika perlu mereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia
baru.
Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat bergerak
menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak
ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh
tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu
runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok
pertama kali di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Satu orang
pelajar, yaitu Lukman Firdaus terluka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari
kemudian ia meninggal dunia.
Esok harinya Jum'at tanggal 13 November 1998 ternyata banyak mahasiswa dan
masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya,
bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di depan kampus Atma Jaya Jakarta.
Jalan Sudirman sudah dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang
harinya jumlah aparat semakin banyak guna menghadang laju mahasiswa dan
masyarakat. Kali ini mahasiswa bersama masyarakat dikepung dari dua arah
sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan kendaraan lapis baja.
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu
orang dan sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan
massa membuat masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba
bertahan namun saat itu juga terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat dan
saat di jalan itu juga sudah ada mahasiswa yang tertembak dan meninggal seketika
di jalan. Ia adalah Teddy Wardhana Kusuma merupakan korban meninggal pertama
di hari itu.
Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Atma Jaya untuk berlindung dan merawat
kawan-kawan dan masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat
adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernadus R. Norma Irawan,
mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah
depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Atma
Jaya, Jakarta. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus
terjadi penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan saat itu juga
lah semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun
terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus
berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya
peristiwa itu hingga jumlah korban yang meninggal mencapai 15 orang, 7
mahasiswa dan 8 masyarakat. Indonesia kembali membara tapi kali ini tidak
menimbulkan kerusuhan.
Anggota-anggota dewan yang bersidang istimewa dan tokoh-tokoh politik saat itu
tidak peduli dan tidak mengangap penting suara dan pengorbanan masyarakat
ataupun mahasiswa, jika tidak mau dikatakan meninggalkan masyarakat dan
mahasiswa berjuang sendirian saat itu. Peristiwa itu dianggap sebagai hal lumrah
dan biasa untuk biaya demokrasi. "Itulah yang harus dibayar mahasiswa kalau
berani melawan tentara".
Betapa menyakitkan perlakuan mereka kepada masyarakat dan mahasiswa korban
peristiwa ini. Kami tidak akan melupakannya, bukan karena kami tak bisa
memaafkan, tapi karena kami akhirnya sadar bahwa kami memiliki tujuan yang
berbeda dengan mereka. Kami bertujuan memajukan Indonesia sedangkan mereka
bertujuan memajukan diri sendiri dan keluarga masing-masing. Sangat jelas!
C.Analisis Kasus
Setelah kita membaca sebuah artikel diatas tentang kerusuhan 1998 yang terjadi
dibeberapa tempat di daerah Jakarta, maupun diluar daerah Jakarta. Kita dapat
menyimpulkan bahwa banyak terjadi pelanggaran HAM, bahkan ada yang termasuk
dalam pelanggaran HAM. Salah satu contohnya adalah ketika para mahasiswa dan
juga masyarakat luas sedang berunjuk-rasa menentang atau menolak Sidang
Istimewa 1998 yang membahas untuk menentukan Pemilu berikutnya dan
membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan dan juga menentang
dwifungsi ABRI.
Ketika itu ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak menuju Gedung
MPR/DPR dari segala arah, namun usaha itu tidak berhasil karena penjagaan yang
ketat dari personil ABRI. Pada malam hari di hari yang sama terjadi bentrokan yang
pertama kali di daerah Slipi. Banyak korban luka-luka dari mahasiswa bahkan satu
orang pelajar tewas dalam insiden berdarah tersebut.
Dari salah satu dari sekian banyak pelanggaran HAM dari contoh kasus tersebut kita
dapat mengetahui bahwa tindakan ABRI pada saat itu sangat melanggar hak asasi
manusia untuk berpendapat. Bukannya para mahasiswa dan masyarkat
mengeluarkan aspirasinya justru tindakan arogan dari aparat saat itu. Banyak
kejadian yang melanggar HAM bahkan tidak sedikit korban yang berjatuhan baik
yang luka-luka ataupun korban jiwa.
Itu menunjukan bahwa pada saat itu hak asasi sebagai manusia tidak berjalan yang
menyebabkan banyaknya protes-protes dari kalangan mahasiswa ataupun
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengankiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satuhal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM
oranglain.HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam,
Islamsudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpaidalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang
merupakansumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam UndangUndang pengadilan HAM.
Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan danmemperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormatidan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. DanJangan sampai pula
HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita
harus mampu menyelaraskan danmengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang
lain.
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN HAM
Istilah Hak Asasi Manusia dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan sebutan droit de
lhome (perancis), yang berarti hak manusia, Human Rights (Inggris) atau mensen rechten
(Belanda) yang dalam bahasa Indonesia disalin menjadi hak-hak kemanusian atau hak-hak asasi
manusia.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati,
universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak
seperti hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak untuk mengembangkan diri, hak keadilan, hak
kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan merupakan hak yang
tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun, seperti yang tercantum pada rumusan hak
asasi manusia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia vide Tap
MPR No. XVII/MPR/1998.
Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang secara inheren
melekat dalam setiap diri manusia sejak dilahirkan. Pengertian ini mnengandung arti bahwa
HAM merupakan karunia dari yang maha kuasa kepada
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa
hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya, atau
kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak Asasi bersifat umum (universal), karena
diyakini beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin.
Dasar dari hak asasi, bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan bakat dan cita-citanya. Hak Asasi manusia bersifat supralegal, artinya tidak bergantung
kepada adanya suatu Negara atau undang-undang dasar, maupun kekuasaan pemerintah, bahkan
memiliki kewenangan lebih tinggi, karena hak asasi manusia dimiliki manusia bukan karena
kemurahan atau pemberian pemerintah, melainkan Karena berasal dari sumber yang lebih tinggi.
Disebut HAM karena melekat pada eksistensi manusia, yang bersifat universal, merata dan tidak
dapat dialihkan.
Karena HAM itu bersifat kodrati, sebenarnya ia tidak memrlukan legitimasi yuridis untuk
pemberlakuannya dalam suatu system hukum nasional maupun Internasional. Sekalipun tidak
ada perlindungan dan jaminan konstitusional terhadap HAM , hak itu tetap eksis dalam setiap
diri manusia. Gagasan HAM yang bersifat teistik ini diakui kebenarannya sebagai nilai yang
paling hakiki dalam diri manusia. Namun karena sebagian besar tata kehidupan manusia bersifat
sekuler dan positivistic, maka eksistensi HAM memerlukan landasan yuridis untuk diberlakukan
dalam mengatur kehidupan manusia.
Perjuangan dan perkembangan hak-hak asasi manusia di setiap negara mempunyai latar
belakang sejarah sendiri-sendiri sesuai dengan perjalanan hidup bangsanya, meskipun demikian
sifat dan hakikat HAM di mana-mana pada dasarnya sama juga
Atas dasar itulah maka tidak ada orang atau badan manapun yang dapat mencabut hak itu
dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak ada seorangpun diperkenankan untuk
merampasnya, serta tidak ada kekuasaan apapun untuk membelenggungnya.
B. SEJARAH HAM
Sejarah HAM dimulai pada saat berakhirnya Perang Dunia II. Dan, negara-negara
penjajah berusaha menghapuskan segi-segi kebobrokan daripada penjajahan, sehingga pemikirpemikir Barat mencetuskan konsep "Declaration of Human Rights" (DUHAM) pada tahun 1948.
Semula Konsep HAM ini secara sukarela dijual ke semua negara yang sedang berkembang atau
negara bekas jajahan namun tidak banyak mendapat respon. Banyak negara tidak bersedia
menandatangani "Declaration of Human Rights".
Hak Asasi
Manusia (HAM) dilahirkan oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin Eleanor Roosevelt, dan pada
10 Desember 1948 secara resmi diterima oleh PBB sebagai Universal Declaration of Human
Rights. Universal Declaration of Human Rights (1948) memuat tiga puluh pasal, menjelaskan
hak-hak sipil, politik, ekonomi, social dan kebudayaan yang fundamental yang harus dinikmati
oleh manusia di dunia ini.Hal itu sesuai dengan pasal 1 piagam PBB, menegaskan salah satu
tujuan PBB adalah untuk mencapai kerjasama internasiomal dalam mewujudkan dan mendorong
penghargaan atas hak-hak asasi manusia dan kemerdekaan yang mendasari bagi semua orang,
tanpa membedakan suku bangsa, kelamin, bahasa maupun agama. Pada awalnya deklarasi ini
hanya mengikat secara formal dan moral anggota PBB, tetapi sejak 1957 dilengkapi 3 (tiga)
perjanjian :
1.
2.
3.
meratifikasi dokumen
tersebut, berarti terikat dengan ketentuan dokumen tersebut. Kovenan tersebut bertujuan
memberi perlindungan atas hak-hak (rights) dan kebebasan (freedom) pribadi manusia.
Setiap Negara yang meratifikasi kovenan tersebut, menghormati dan menjamin semua
individu di wilayah kekuasaannya, dan mengakui kekuasaan pengadilan hak-hak yang diakui
dalam kovenan tersebut, tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pendapat politik, asal-usul kebangsaan atau social, harta milik, kelahiran atau status lainnya.
Meskipun telah disepakati secara aklamasi oleh sejumlah anggota PBB, baru 10 tahun kemudian
perjanjian itu dapat diberlakukan. Ini disebabkan pada tahun 1976, baru 35 negara bersedia
meratifikasi. Bahkan tidak berbeda dengan Indonesia, Negara yang merasa dirinya champion
dalam hak asasi manusia seperti USA dan Inggris hingga awal decade 1990-an belum
meratifikasi kedua kovenan tersebut
C. PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Memang jika ditilik dari defenisi HAM maka di Indonesia tercatat banyak sekali kasus
yang terjadi khususnya di bidang HAM. Misalnya kasus-kasus penggusuran rumah-rumah warga
yang dibangun di sekitar jembatan, pembersihan para pedagang kaki lima yang sering
meresahkan para pengguna jalan raya seperti para pengguna kendaraan bermotor dan para
pejalan kaki
Berikut adalah perkembangan HAM di Indonesia
1.
Boedi Oetomo
Dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah memperlihatkan adanya
kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi petisi yang dilakukan kepada
pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk
pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat.
Sarekat Islam Menekankan pada usaha usaha unutk memperoleh penghidupan yang
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
Partai Komunis Indonesia Sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih
condong pada hak hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu isu yang berkenan
dengan alat produksi.
Indische Partij Pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia Menekankan pada hak politik yaitu hak untuk
mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan
berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan
Negara. Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang
BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan
Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam
sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum,
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran
dengan tulisan dan lisan.
2.
a.
Periode 1950 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan momentum yang sangat
membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal atau
demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh
Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami pasang dan
menikmati bulan madu kebebasan. Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima
aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai partai politik dengan beragam ideologinya
masing masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul betul menikmati
kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam
suasana kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan
rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat
dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan
pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya
kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
c.
Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum
nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi dari hokum dan instrument
Internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap penentuan telah ditetapkan
beberapa penentuan perundangundangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara
( UndangundangDasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang undang (UU), peraturan
pemerintah dan ketentuan perundangundangan lainnya.
Pada masa menjelang peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa Reformasi
banyak sekali kejadian menyangkut pelanggaran HAM ini. Peristiwa 1998 yang berujung
penguduran diri Presiden Soeharto pada waktu itu sebetulnya adalah puncak dari segala peristiwa
yang terjadi sebelumnya.
aktifis yang tiba-tiba hilang tak tahu di mana rimbanya. Disinyalir kuat mereka telah diculik dan
dibunuh oleh tangan-tangan penguasa pada waktu itu.
Aksi
demo
besar-
besaran mahasiswa dari seluruh Indonesia juga menyimpan sejumlah kasus pelanggaran HAM
oleh aparat keamanan terhadap rakyat sipil. Semuanya berlangsung secara sporadic dan sangat
massif pada waktu itu. Karena institusi hukum telah dikuasai oleh penguasa, maka HAM adalah
alat yang digunakan untuk menjerat para pelaku pelanggaran tersebut. Bahkan ketika masa
reformasi, cara-cara pelenyapan aktifis masih juga terjadi. Masih segar dalam ingatan kita
bagaimana almarhum Munir yang tewas secara mendadak dalam perjalanannya ke Belanda. Di
dalam darahnya ditemukan racun jenis arsen yang melewati ambang batas normal. Diduga kuat
dia telah dengan sengaja diracun.
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan hal-hal yang telah di jelaskan pada Bab I Pendahuluan, adapun
permasalahan yang saya temukan dan saya angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Apa dasar Hukum pemberlakuan, penegakan, dan penghormatan HAM di Indonesia ?
B.
C.
Apa saja permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam upaya penegakan HAM ?
BAB III
PEMBAHASAN
A.
UUD 1945 baik dalam pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasannya. Istilah yang dapat
ditemukan adalah pencantuman dengan tegas perkataan hak dan kewajiban warga negara, dan
hak-hak Dewan Perwakilan Rakyat. Baru setelah UUD 1945 mengalami perubahan atau
amandemen kedua, istilah hak asasi manusia dicantumkan secara tegas.
Guna lebih memantapkan perhatian atas perkembangan HAM di Indonesia, oleh berbagai
kalangan masyarakat (organisasi maupun lembaga), telah diusulkan agar dapat diterbitkannya
suatu Ketetapan MPR yang memuat piagam hak-hak asasi Manusia atau Ketetapan MPR tentang
GBHN yang didalamnya memuat operasionalisasi daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban
asasi manusia Indonesia yang ada dalam UUD 1945.
Akhirnya
ketetapan
MPR RI yang diharapkan memuat secara adanya HAM itu dapat diwujudkan dalam masa Orde
Reformasi, yaitu selama Sidang Istimewa MPR yangberlangsung dari tanggal 10 sampai dengan
13 November 1988. Dalam rapat paripurna ke-4 tanggal 13 November 1988, telah diputuskan
lahirnya Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1988 tentang Hak Asasi Manusia. Kemudian
Ketetapan MPR tersebut menjadi salah satu acuan dasar bagi lahirnya UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia yang disahkan pada tanggal 23 september 1999.
Undang-Undang ini kemudian diikuti lahirnya Perpu No. 1 Tahun 1999 yang kemudian
disempurnakan dan ditetapkan menjadi UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia. Sebagai bagian dari HAM, sebelumnya telah pula lahir UU No. 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum yang disahkan dan diundangkan di
Jakarta pada tanggal 26 oktober 1998, serta dimuat dalam LNRI Tahun 1999 No. 165.
Di samping itu, Indonesia telah merativikasi pula
beberapa konvensi internasional yang mengatur HAM, antara lain :
1. Deklarasi tentang Perlindungan dan Penyiksaan, melalui UU No. 5 Tahun 1998.
2. Konvensi mengenai Hak Politik Wanita 1979, melalui UU No. 68 Tahun 1958.
3.
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap wanita, melalui UU No. 7 Tahun
1984.
6.
Konvensi tentang Penghapusan Bentuk Diskriminasi Ras Tahun 1999, melalui UU No. 29
Tahun 1999.
Disadari atau tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap
penegakkan HAM, hal itu akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses
demokratisasi yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya
HAM dan keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik. Begitu pula
keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh masyarakat merupakan faktor
penentu (determinant) yang mendukung tegaknya HAM.
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi sorotan tajam
dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD
1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaranpelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan
kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit
mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai HAM di
Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat mencolok. Gerak yang cepat
tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang
sederhana sampai pada pelanggaran HAM berat(gross human right violation). Disamping itu
juga karena gigihnya organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan
perlindungan HAM
Manusia (HAM) populer di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru, Di masa ini banyak
peristiwa yang dinilai merupakan pelanggaran HAM. Pada dasarnya HAM terdapat pada UUD
1945 BAB X-A pasal 28-A sampai dengan pasal 28-J. Sebagian kalangan menafsirkan, dengan
adanya dasar hukum tersebut maka masyarakat Indonesia berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (UUD
1945 Amandemen ke-2 pasal 28-D ayat 1). Memang jika ditilik dari defenisi HAM maka di
Indonesia tercatat banyak sekali kasus yang terjadi khususnya di bidang HAM. Misalnya kasuskasus penggusuran rumah-rumah warga yang dibangun di sekitar jembatan, pembersihan para
pedagang kaki lima yang sering meresahkan para pengguna jalan raya seperti para pengguna
kendaraan bermotor dan para pejalan kaki.
Pada masa menjelang peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa Reformasi
banyak sekali kejadian menyangkut pelanggaran HAM ini. Peristiwa 1998 yang berujung
penguduran diri Presiden Soeharto pada waktu itu sebetulnya adalah puncak dari segela peristiwa
yang terjadi sebelumnya.
C.
dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD
1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaranpelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan
kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit
mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai HAM di
Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat mencolok. Gerak yang cepat
tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang
sederhana sampai pada pelanggaran HAM berat (gross human right violation). Di samping itu
juga karena gigihnya organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan
perlindungan HAM.
Indonesia dalam rangka penghormatan, pengakuan, penegakan hukum dan HAM antara lain
1. Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh masyarakat. Hal itu antara lain,
ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja lembaga peradilan. Penegakan hukum sejumlah kasus
pelanggaran HAM berat yang sudah selesai tahap penyelidikannya pada tahun 2002, 2003, dan
2004, sampai sekarang belum di tindak lanjuti tahap penyelidikannya.
2. Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan gender dan belum
memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara lain, karena adanya aparat hukum, baik
aparat pelaksana peraturan perundang-undangan, maupun aparat penyusun peraturan perundangundangan yang belum mempunyai pemahaman yang cukup atas prinsip-prinsip perlindungan hak
asasi manusia.
3. Belum membaiknya kondisi kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampak krisis ekonomi yang
terjadi telah menyebabkan sebagian besar rakyat tidak dapat menikmati hak-hak dasarnya baik
itu hak ekonominya seperti belum terpenuhinya hak atas pekerjaan yang layak dan juga hak atas
pendidikan
4. Sepanjang tahun 2004 telah terjadi beberapa konflik dalam masyarakat, seperti Aceh, Ambon,
dan Papua yang tidak hanya melibatkan aparat Negara tetapi juga dengan kelompok bersenjata
yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak untuk hidup secara aman dan hak untuk ikut serta
dalam pemerintahan
5. Adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada sarana public yang mnyebabkan rasa tidak aman
bagi masyarakat
6. Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu Negara dengan Negara
lainnya manjdi makin tinggi. Dengan demikian kecenderungan munculnya kejahatan yang
bersifat transnasional menjadi makin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain,
terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang dan terorisme. Salah satu permasalahan yang
sering timbul adalah adanya peredaran dokumen palsu. Yang membuat orang-orang luar bebas
datang ke Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah legislative dan administrative untuk lebih
memperbaiki perlindungan hak-hak anak dan perempuan. Langkah-langkah legislative tersebut
antara lain dengan keluarnya UU No. 32 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan UU No. 20
tahun 2003 dengan system pendidikan nasional. Sedangkan langkah administrative dalam
menetukan rencana aksi dan penentuan penjuru untuk pemajuan dan perlindungan HAM antara
lain, melalui kepres No. 59 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan Bentukbentuk pekerjaan terburuk anak. Dan juga pembentukan komisi perlindungan anak Indonesia di
bentuk pada tahun 2003 melalui keppres No. 77 tahun 2003
D. Upaya Pemerintah dalam hal penghormatan, pengakuan , dan penegakan Hukum dan
HAM
Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia tidaklah
semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal ini disebabkan banyak hambatan dan tantangan
yang tidak lagi sebatas terorika, melainkan sudah menjadi realita yang tidak dapat dihindari
apalagi ditunda-tunda. Dalam penegakan HAM melalui sistem hukum pidana yang telah berlaku
di Indonesia terdapat kendala-kendala atau hambatan yang bersifat prinsipil substansil dan
klasik.
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, Dan
memajukan Hak asasi manusia melalui langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum,
politik, social, budaya, pertahanan dan keamanan Negara, dan bidang lainnya.
Bahwa untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan hak
asasi manusia serta memberikan perlindungan , kepastian keadilan dan perasaan aman kepada
perorangan ataupun masyarakat, perlu dibentuk suatu pengadilan Hak asasi manusia untuk
menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi manusia yang berat sesuai dengan ketentuan pasal 104
ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak asasi manusia yakni UU No. 26 tahun 2000.
Program pemrintah dalam penegakan Hukum dan HAM (PP Nomor 7 tahun 2005) yaitu
meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan pembasmian penyalahgunaan narkotika dan
obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus selalu ditegakkan secara
tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Partisipasi masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan
pemajuan hak asasi manusia. Masyarakat disini meliputi antara lain : setiap orang, kelompok,
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan tegaknya
negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan Pengadilan HAM, regulasi
hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta
dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat.
Artinya kebenaran hukum dan keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap warganegara secara
egaliter. Disadari atau tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap penegakkan
HAM, hal itu akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses
demokratisasi yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya
HAM dan keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik. Begitu pula
keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh masyarakat merupakan faktor
penentu (determinant) yang mendukung tegaknya HAM.
Kenyataan
menunjukkan
bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi sorotan tajam dan bahan perbincangan terusmenerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita
praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab
pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki seorang
pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi
pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di Indonesia terutama
terjadi setelah adanya perlawanan terhadap penjajahan bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat
sebagai pertentangan yang hanya mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan
menyangkut kepentingan bangsa Indonesia secara utuh.
Dewasa
ini,
meskipun ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia, tetapi secara umum
Implementasi HAM di Indonesia, baik menyangkut perkembangan dan penegakkannya mulai
menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM
melalui peraturan perundang-undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan HAM
dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.
B.
SARAN
Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik telapak tangan.
Buktinya di bangsa yang berumur 66 tahun ini belum bisa sepenuhnya menancapkannya. Walau
masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara barat, namun waktu seperti itu
bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada
kenyataannya. Bangsa Indonesia belum menjamin HAM warganya.
Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan HAM di Indonesia.
Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih
sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja. Kemudian
secara sinergi merongrong Negara Indonesia yang adil.
Kita sebagai
mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk terus
menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata
ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat
mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU :
Murya, Edy.SH.M.Hum. 2012. Diktat Hukum dan Hak Asasi Manusia. Medan : Universitas
Sumatera Utara
Affandi , Idrus, dkk. 2007. Hak Asasi Manusia. Jakarta : Universitas Terbuka
Basrowi, dkk. 2006. Demokrasi dan HAM. Kediri : Jenggala Pustaka Utama.
Bahar, Safroedin,Drs. 1997. Hak Asasi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar
Sumarsono, S, Drs. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia
Kaelan, H, Dr. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta:Gramedia
Latar Belakang
Manusia dianugerahi akal dan nurani oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengannya manusia mampu
membedakan yang baik dan yang buruk yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan
perilaku dalam kehidupan. Untuk mengimbangi kebebasan tersebut, manusia dianugerahi
kemampuan bertanggung jawab atas semua tindakannya. Kebebasan dasar dari hak-hak itu yang
disebut dengan HAM yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan. Maka
HAM harus menjagi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Karenanya, negara dan pemerintah harus bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, membela dan menjamin HAM setiap warga negaranya.
Dalam pergaulan di masyarakat, memperjuangkan hak sendiri adalah hak kita, namun tidak
boleh mengabaikan hak orang lain. Suatu kesadaran yang mendasar, bahwa hak asasi kita
berhadapan dengan hak asasi orang lain. Karenanya, ketaatan terhadap aturan merupakan hal
yang sangat penting.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian dan ciri pokok hakikat HAM
2. Perkembangan pemikiran HAM dan tinjauannya dalam Islam
3. HAM dalam perundang-undangan nasional
4. Pelanggaran dan pengadilan HAM serta proses penegakannya di Indonesia
C.
Tujuan Penelitian
Secara sederhana, tujuan yang hendak dicapai makalah ini meliputi 2 hal, yaitu:
1. Agar kita lebih memahami makna HAM itu sendiri, pengaruh serta perang
vitalnya dalam kehidupan.
2. Untuk mengembangkan pemikiran tentang HAM sehingga kita mampu
berpartisipasi dalam penegakan HAM agar tercapai cita-cita bangsa.
D.
Kegunaan Penelitian
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
melaksanakan kehidupan indvidu, masyarakat dan sosial. Dan juga diharapkan dapat menambah
khazanah keilmuan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan bangsa dan negara.
E.
Individu mempunyai watak dan kodrat yang sesuai dengan landasan kemanusiaan. Karenanya
setiap hak seorang manusia pasti bersinggungan dengan hak orang lain. Maka dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara diperlukan konstitusi yang melindungi hak-hak asasi tersebut agar
tercapai kehidupan yang adil, makmur dan sentosa. Di dalam perundang-undangan RI, terdapa
hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM (tertuan dalam dan bentuk : Konstitusi (UUD
negara), TAP MPR, Undang-undang dan peraturan pelaksanaan perundang-undangan).
Pengaturan HAM dan konstitusi ini memberikan jaminan yang sangat kuat terhadap setiap hak
asasi warga negara tanpa terkecuali.
Oleh karena itu, apabila kehidupan berbangsa dan bernegara ini berjalan sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku dengan jaminan penuh pada setiap HAM warga negaranya,
maka dapat dipastikan cita-cita bangsa akan tercapai.
BAB II PEMBAHASAN
A.
1.
Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kodratnya (kaelan : 2002).
Menurut jan materson (komisi HAM PBB) dalam teaching Human Rights, United Nasional
yang dikutip oleh Baharudin lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada
manusia yang tampaknya manusia musthahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak kodrati (Mansyur Efendi, 1994).
Dalam pasal I UU No 39 Th 1999 tentang HAM disebutkan bahwa HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan kebendaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hak, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
2.
Tidak perlu diberikan, dibeli, maupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
Berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan
politik atau asal usul sosial dan bangsa.
Tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak membatasi/melanggar hak oranglain.
HAM tetap dimiliki meskipun negara membuat hak yang tidak melindungi atau melanggar HAM
(Mansyur Fakih, 2003).
B.
1.
2.
The four freedom dicetuskan oleh Presiden AS, Franklin Delano Roosevelt
v Periode sebelum kemerdekaan (organisasi Indische Partiy) yaitu hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta perlawanan yang sama.
v Periode kemerdekaan (1945) hingga sekarang. Di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4
periode, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949 UUD 1945
2. Periode 27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS
3. Periode 17 Agustus 1945 s/d Juli 1959 UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 s/d sekarang kembali pada UUD 1945
C.
Islam sebagia agama telah menempatkan mamusia sebagai m. Terhormat dan mulia. OKI,
perlindungan dan penghormatan terhadap HAM merupakan tuntutan agama itu sendiri yang
wajib dilaksanakan ummatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak itu bersifat
permanen, abadi dan tidak boleh diubah atau dimodifikasi (Abu Ala Al Maududi, 1998). Dalam
islam terhadap 2 konsep tentang hak, yaitu hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak
itu saling melanda dan dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari ke 2 hak
tersebut.
Konsep islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid yang mengandung ide persamaan dan
persaudaraan manusia. Konsep tahuid yang juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua
makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bakhtiar Efendi disebut ide perikemanusimakhlukan.
Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM dan hal itu bisa dijumpai dalam
sumber utama ajarannya, Alquran dan Hadist, yang merupakan sumber ajaran nomatif dan juga
terdapat dalam praktek kehidupan ummat islam.
Dilihat dari tingkatan, ada 3 bentuk HAM dalam Islam:
1. Hak Dharuny (Hak Dasar) yaitu hak yang jika dilanggar tidak hanya membuat
manusia sengsara tetapi juga mengancam eksistensinya sebagai manusia,
misal : hak hidup.
2. Hak Hajy (Hak sekunder) yaitu hak yang jika tidak dipenuhi akan
mengakibatkan hilangnya hak elementer, misal : hak memperoleh sandang
pangan.
3. Hak tahsiny (Hak tersier)
Mengenai hak-hak yang berkaitan dengan warga negara, Al Maududi menjelaskan bahwa dalam
islam hak asasi pertama dan utama adalah:
1. Melindungi nyawa, harta, dan martabat mereka bersama-sama dengan
jaminan bahwa hak ini tidak akan dicampuri kecuali dengan alasan yang sah
dan legal.
2. Pelindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar
kecuali setelah melalui proses pembuktian yang menyakinkan secara kuhum
dan membari kesempatan kepada tertuduh untuk menganjurkan pembelaan.
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masingmasing.
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa
membedakan kasta dan keyakinan.
D.
Seperti orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informsi yang diperlukan untuk
mengembangkan pribadi dalam lingkungan sosialnya.
1. Hak memperoleh keadilan
2. Hak atas kebebasan pribadi
3. Hak atas rasa aman
4. Hak atas kesejahteraan
5. Hak turut serta dalam pemerintahan
6. Hak wanita, meliputi:
Hak memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan dan profesi sesuai persyaratan
perundang-undangan.
Hak mendapat perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan dan profesinya terhadap halhal yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan dengan f. Reproduksi wanita.
Hak khusus yang melekat pada dalam wanita disebabkan fungsi reproduksinya dijamin
dilindungi hukum.
Hak dan tanggung jawab yang sama dengan suaminya atas segala hal yang berkenaan dengan
keh. Perkawinan, hubungan dengan anak-anaknya dan hak pemikiran serta pengelolaan harta
bersama (selama dalam ikatan perkawinan).
Hak dan tanggung jawab dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan
anak-anaknya, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.
Hak Anak meliputi:
Hak anak diakui dan dilindungi oleh hukum sejak dalam kandungan
E.
Hak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri
Setiap anak berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan sejak lahir
Hak mendapat orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan pengadilan
jika orangtuanya telah meninggal atau karena suatu sebab yang sah tidak
dapat menjalankan kewajiban sebagai orang tua sesungguhnya
Hak mendapat perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau
mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam
pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut
Hak untuk tetap bertemu langsung secara pribadi dan tetapi dengan orang
tuanya dijamin oleh Undang-Undang
Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk
pelaku tindakan pidana yang masih kanak-kanak
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja atau tidak atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, membatasi dan
mencabut HAM seseorang atau sekelompok orang yang dijamin UU, dan tidak didapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000
tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggara HAM ringan adalah selain dari kedua
bentuk pelanggaran HAM berat, yaitu:
v Kejahatan Genosida;
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, etnis dan kelompok agama. Kejahatan ini dilakukan dengan cara
membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat,
menciptakan kondisi kehidupan yang mengakibatkan kemusnahan sescara fisik (seluruh atau
sebagian), memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran, dan memindahkan secara
paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain. (UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM).
v Kejahatan kemanusiaan;
Perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas (sistematis) yang diketahui
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnaham
perbudakan, pengusiran, perampasan kemerdekaan dan kebebasan fisik lain dengan sewenangwenang dan melanggar asas ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, dan
bentuk kekerasan seksual lain setara, penganiayaan terhadap kelompok tertentu yang didasari
paham politik, ras kebangsaan, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara
paksa dan kejahata apartheid.
Pelanggaran HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur negara maupun bukan aparatur negara.
(UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karenanya, penindakan juga tidak boleh hanya
ditujukan oleh non aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM dimulai dari
penyelidikan penuntutan dalam persidangan yang non diskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan
HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM dibebankan kepada setiap
individu warga negara. Pelanggaran HAM tidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya,
tetapi juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut pelanggaran HAM horizontal.
Contoh kasus pelanggaran HAM antara lain:
1. Penganiayaan praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya klip muntu pada tahun 2003
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan suatu
mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada
setiap mahasiswa
3. Kasus Syekh Puji yang menikahi Lutfiana Ulfa (di bawah umur menurut UU)
dan dipandang melanggar beberapa pasal tentang hak anak
4. Kasus penganiayaan terhadap TKW yang bekerja di luar negeri
5. Berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang banyak
melanggar hak-hak wanita
6. Larangan wanita memakai jilbab di tempat kerja dan sebagainya
F.
Inilah sebabnya mengapa keadilan di Indonesia tidak juga tercapai. Realitas yang banyak kita
jumpai sekarang ini adalah bahwa hukum di Indonesia belum menjadi pemimpin. Suatu
keironisan yang sangat mengingat berbagai lembaga dan instansi hukum yang ada di negara kita
ini sangat banyak. Tapi semua bagaikan singa ompong di depang hukum.
Oleh karena itu, untuk menegakkan hukum di negeri ini, diperlukan suatu kesadaran yang
mendasar kepada rakyat tentang HAM pada syariah. Karena sistem sekuler sudah terbukti tak
sanggup membuat hukum memimpin dan memiliki kuasa.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering
kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita
sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.
1. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. HAM dalam tinjauan Islam
4. Contoh-contoh pelanggaran HAM
1. Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah
dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun
membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM.
1. Metode Pembahasan
Dalam hal ini penulis menggunakan:
1.
1. Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan
ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat
atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau
hubungan antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).
2. Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui
kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui bukubuku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah
yang diteliti.
BAB II
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
1. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM
i.
1.
1. Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan
bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,
1994).
i.
1.
1. Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah
Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).
1. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan
Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum,
tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka
hukum(Mansyur Effendi,1994).
HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam
yaitu al-Quran dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga
terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury
(hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya
membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat
kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati.
Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat
hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang
pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier
(tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder
(Masdar F. Masudi, 2002)
Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi
menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:
1.
1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersamasama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri,
kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal.
2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi
tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses
penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak
saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada
rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal.
1. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM
i.
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya
dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya
Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan
penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa
merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan
pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga
menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan
sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan
merupakan pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna
jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati
arus kendaraan yang tertib dan lancar.
1. Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati
dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan
Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.
sumber:
http://makalahkumakalahmu.net/2008/01/27/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia-ham/
Read more: http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia.html#ixzz3FnY8YoaI