Anda di halaman 1dari 131

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati,
dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya
menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya
menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi
kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur
Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a) HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
b) HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c) HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
Apa pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)?
Penjelasan Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global?
Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia?
Apa saja contoh-contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)?

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Menurut John Locke HAM adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Ruang lingkup HAM meliputi :
Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan;
Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,
melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung
jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun
Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

1)
2)
3)
4)

2.2 Hak Asasi Manusia (HAM) pada Tataran Global


Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM
,yaitu :
a. HAM menurut konsep Negara - Negara Barat
Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak
Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas
Filosofi dasar hak asasi tertanam pada diri individu manusia
Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan negara

1)
2)
3)

b. HAM menurut Konsep Sosialis


Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat
Hak asasi tidak ada sebelum negara ada
Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki

c. HAM menurut Konsep Bangsa - Bangsa Asia dan Afrika


1) Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya

2)

Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala


keluarga
3) Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai
anggota masyarakat
d. HAM menurut Konsep PBB;
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Roosevelt
dan secara resmi disebut Universal Decralation of Human Rights.
Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai :
Hak untuk hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Hak untuk mendapat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama
Hak untuk mendapat pekerjaan
Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
2.3 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak
dapat di pisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam
pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya
pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui sutu konsep kerja sama
internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan
hubungan antar negaraserta hukum internasional yang berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme,
serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu,
penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan
konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut :
1) Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional
2) Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga
yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3) Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan
hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/
menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen

4)

Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia
dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat
berjalan sewajarnya.
5) Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi.
6) Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
7) Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta
badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
8) Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum
dan HAM.
9) Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
10) Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan
proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2.4 Contoh - Contoh Kasus Pelanggaran HAM
Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.
Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan
sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan
tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga
seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Kasus Babe yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang
artinya hak untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang
Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika
masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum
nya sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan
misalkan korupsi, proses hukum nya sangatlah lama
Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat
penganiayaan dari majikannya
Kasus pengguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi yang kawin
diluar nikah

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita
ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam
kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan
HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan
HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2 Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang
lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM
kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus
mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan

yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering
kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita
sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.

1. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. HAM dalam tinjauan Islam
4. Contoh-contoh pelanggaran HAM
1. Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah
dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun
membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM.

1. Metode Pembahasan
Dalam hal ini penulis menggunakan:
1.
1. Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan
ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat
atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau
hubungan antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).
2. Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui
kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui bukubuku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah
yang diteliti.
BAB II
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
1. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

i.
1.
1. Pengertian

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan
bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,
1994).

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan


bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia
1.
o

i.
1.
1. Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:

HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.

HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.

HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah
Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).

1. Perkembangan Pemikiran HAM

Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :

o Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat


pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama
pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi
perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang
baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
o Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis
melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi
pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep
dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis

kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan


hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
o Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak
melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran
HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi
penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi
menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga
menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
o Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi
dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek
kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan
tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan
memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983
melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the
basic Duties of Asia People and Government

Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:

1. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan
Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum,
tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka
hukum(Mansyur Effendi,1994).

1. The American declaration


Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration
of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah
dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga
tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.

1. The French declaration


Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi Perancis),
dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule
of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah.

Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang
ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai
ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia
bersalah.

1. The four freedom


Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan
memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak
kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat
kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari
ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun
bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara
lain ( Mansyur Effendi,1994).

Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:

o Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol


pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta
mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
o Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah
berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD


1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku
konstitusi Republik Indonesia Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945
1. HAM Dalam Tinjauan Islam
Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai
agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh
karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan
ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia
tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan
abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu Ala Almaududi, 1998). Dalam Islam
terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah.
Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga
sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak
tersebut, misalnya sholat.
Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak
untuk mengelola harta yang dimilikinya.
Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan
teosentris (theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya

sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam
tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan
dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan
persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut
dengan ide perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang
HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam
yaitu al-Quran dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga
terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury
(hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya
membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat
kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati.
Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat
hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang
pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier
(tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder
(Masdar F. Masudi, 2002)
Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi
menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:

1.

1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersamasama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri,
kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal.
2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi
tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses
pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan
memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk
mengajukan pembelaan
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut
keyakinan masing-masing
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga
negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah
satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya
untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.
1. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis
yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua,
dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam
peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan
presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat


kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti
dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang,
antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena
yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti
ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu
bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.
1. Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran
HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara
membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang
berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok
yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,

memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam


kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya
bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa
pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk
secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional,
penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok
tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan,
etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang
secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun
bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu
penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur
negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara.
Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan
persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan
berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum.

1. Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion),


perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja
dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu warga negara. Artinya
negara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak
saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada
rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal.
1. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

i.
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya
dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya
Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan
penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa
merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan
pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga

menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan


sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan
merupakan pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna
jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati
arus kendaraan yang tertib dan lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya
masuk pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya
merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga
seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan
minat dan bakatnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah
lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam
sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber
ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.
1. Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati
dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan
Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.
Read more: http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia.html#ixzz3FnUkU7Nl

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh pemerintah.
Dalam artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya, tidak memperdulikan pendidikan dirinya dan keluraganya, tidak
mengobati penyakit yang dideritanya dan lain sebagainya yang menggambarkan
seakan-akan pemerintah tidak melihat penderitaan yang dirasakan mereka. Dengan
demikian mereka menanyakan hak-hak mereka, akankah hak-hak mereka diabaikan
begitu saja, atau jangan-jangan hal semacam itu memang bukan hak mereka? kalau
memang bantuan pemerintah kepada mereka itu adalah hak yang harus diterima
mereka mengapa bantuan itu belum juga datang?
Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum didapat,
ada juga orang-orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga negara telah
didapat, akan tetapi mereka tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai warga
negara. Mereka tidak mau membela negaranya diakala hak-hak negeri ini dirampas
oleh negara sebrang, mereka tidak mau tahu dikala hak paten seni-seni
kebudayaan Indonesia dibajak dan diakui oleh negara lain, dan bahkan mereka
mengambil dan mencuri hak-hak rakyat jelata demi kepentingan perutnya sendiri.
Sungguh masih banyak sekali fenoma-fenoma yang menimpa negeri ini. akankan
ini terjadi karena kekurang pahaman masyarakat tentang Hak dan Kewajibannya
sebagai warga negara? Atau mereka paham tentang itu, akan tetapi karena
memang hawa nafsu Syaithoniyah-nya telah menguasai akal pikirannya sehingga
tertutup kebaikan di dalam jiwanya.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Sebagai Anggota
Masyarakat.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang Hak dan
Kewajiban WNRI berdasarkan UUD 1945.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

-------------------------------------[Halaman]---------------------------------C. RUMUSAN MASALAH


Adapun yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa pengertian hak, kewajiban dan warga negara?
2. Siapa saja yang bisa dikatakan sebagai warga negara Indonesia?
3. Apa hak dan kewajiban warga negara sebagai anggota masyarakat?

4. Pasal berapa pada UUD 1945 yang membahas tentang hak dan kewajiban Warga
Negara?

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:
BAB I : PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang masalah,
Tujuan penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan;
BAB II : PEMBAHASAN Membahas tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara
Sebagai Anggota Masyarakat yang meliputi: Pengertian Hak, Pengertian Kewajiban,
Pengertian Warga Negara, Asas Kewarganegaraan, Hak dan Kewajiban Warga
Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945.
: PENUTUP menyajikan kesimpulan dan saran.BAB
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
A. PENGERTIAN HAK, KEWAJIBAN DAN WARGA NEGARA
1) Pengertian Hak
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan
nilai dari guru dan sebagainya. Adapun Prof. Dr. Notonagoro mendefinisikannya
sebagai berikut: Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh
pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya.
2) Pengertian Kewajiban
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr.
Notonagoro). Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab. Contohnya : melaksanakan tata tertib di sekolah,
membayar SPP atau melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan sebaikbaiknya dan sebagainya.
3) Pengertian Warga Negara
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian

penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat


tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan
mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.

-------------------------------------[Halaman]---------------------------------B. ASAS KEWARGANEGARAAN


Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2
kriterium, yaitu:
1. Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2,
yaitu:
a) Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.
Di dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara
berdasarkan asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b) Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas
ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana
dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.
Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan
mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius
Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bipatride) atau tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-patride).
Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan kewarga negaraan seseorang
digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel
aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelselo ini kita bedakan dalam:
- Hak Opsi : ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);
- Hak Reputasi : ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel
pasif).
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang
menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan
negara lain.Di indonesia, siapa-siapa yang menjadi warga negara telah disebutkan
di dalam pasal 26 UUD 1945, yaitu:
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Syarat-syarat mengenai kewarganeraan ditetapkan dengan undang-undang.
Pelaksanaan selanjutnya dari pasal 26 UUD 1945 ini diatur dalam UU nomor 62
Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang pasal 1-nya
menyebutkan; Warga Negara Republik Indonesia adalah:
a. Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjianperjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus
1945 sudah warga negara Republik Indonesia.

b. Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan


dengan ayahnya, seorang warga negara RI, dengan pengertian bahwa
kewarganegaraan karena RI tersebut dimulai sejak adanya hubungan hukum
kekeluargaan ini diadakan sebelum orang itu berumur 18 tahun, atau sebelum ia
kawin pada usia di bawah umur 18 tahun.
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------c. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah
itu pada waktu meninggal dunia warga negara RI.
d. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, apabila ia pada waktu
itu tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya.
e. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, jika ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau selama tidak diketahui kewarganegaraan
ayahnya.
f. Orang yang lahir di dalam wilayah RI selama kedua orang tuanya tidak diketahui.
g. Seseorang yang diketemukan di dalam wilayah RI selama tidak diketahui kedua
orang tuanya.
h. Orang yang lahir di dalam wilayah RI, jika kedua orang tuanya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau selama kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak
diketahui.
i. Orang yang lahir di dalam wilayah RI yang pada waktu lahirnya tidak mendapat
kewarganegaraan ayah atau ibunya itu.
j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan RI menurut aturan undang-undang ini.
Selanjutnya di dalam Penjelasan Umum UU No. 62 Tahun 1958 ini dikatakan bahwa
kewarganegaraan RI diperoleh:
a) Karena kelahiran;
b) Karena pengangkatan;
c) Karena dikabulkan permohonan;
d) Karena pewarganegaraan;
e) Karena atau sebagai akibat dari perkawinan;
f) Karena turut ayah/ibunya;
g) Karena pernyataan.
Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 62 Tahun ini disebutkan: b, c,
d, dan e.
Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah
diterangkan di atas dalam bab I huruf a yang menentukan status anak ialah
ayahnya. Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya atau
apabila ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan ataupun (selama) tidak
diketahui kewarganegaraannya, maka barulah ibunya yang menentukan status
anak itu. Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu dan anak selalu mengadakan
hukum secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan ayahnya, setelah ayah itu
mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan hukum itu baru

diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut kewarganegaraan
ayahnya.
Menjalankan ius soli supaya orang-orang yang lahir di Indonesia tidak ada yang
tanpa kewarganegaraan.
-------------------------------------[Halaman]----------------------------------

C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN UUD


1945
- Menurut pasal 26 ayat (2) UUD 1945,
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di
Indonesia.
- Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
sementara sesuai dengan visa
- Istilah Kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang
menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara, atau
segala hal yang berhubungan dengan warga negara. Pengertian kewarganegaraan
dapat dibedakan dalam arti :
1) Yuridis dan Sosiologis
2) Formil dan Materiil.
Hak Warga Negara Indonesia :
- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.(pasal 28A).
- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
- Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang
- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C
ayat 1)
- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak

diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------Kewajiban Warga Negara Indonesia :
- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal
28J ayat 2 menyatakan : Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA :
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara
dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara
Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 31 UUD 1945.
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Kedua harus menyatu, maksudnya

dikala hak-hak kita sebagai warga negara telah didapatkan, maka kita juga harus
menenuaikan kewajiban kita kepada negara seperti: membela negara, ikut andil
dalam mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif yang bisa memajukan
bangsa ini.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang
bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam
wilayah negara itu.
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2
kriterium, yaitu:
1. Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2,
yaitu:
a) Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.
b) Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli.
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang
menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan
negara lain.
Hak-Hak kita warga negara sebagai anggota masyarakat telah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar sebagai berikut:
Pasal 27 (2): Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupannya
yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.
Pasal 31 (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Di samping adanya pasal-pasal yang menyebutkan tentang hak-hak warga negara,
di Undang-Undang Dasar juga terdapat di dalamnya tentang kewajiban-kewajiban
kita warga negara sebagai anggota masyarkat, adapun bunyinya sebagai berikut:.
Pasal 27 (1): Segala Warga negara.....wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.
-------------------------------------[Halaman]---------------------------------B. SARAN
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Warga
Negara Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar-benar
memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di
negeri ini. Sehingga, jika ada hak-hak yang belum kita dapatkan, kita bisa
memperjuangkannya. Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak sebagai warga negara

telah kita terima, maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga
negara. Dengan demikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan,
kemakmuran, aman dan sejahtera.
REFERENSI
Drs. H.M. Arifin Noor. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Untuk UIN, STAIN, PTAIS Semua
Fakultas dan Jurusan Komponen MKU. Pustaka Setia: Bandung 2007.
Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma:
Yogyakarta 2007.

MAKALAH PKn TENTANG HAK ASASI


MANUSIA (HAM)
Posted on 23 Juni 2012 by Sabab Jalal
MAKALAH PKn TENTANG HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Disusun Oleh : Rama Ananda Putra
Kelas : VII B
No : 24
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KAB. NGAWI
SMP N 2 NGRAMBE
TAHUN AJARAN 2011-2012

MAKALAH PKn TENTANG HAK ASASI MANUSIA (HAM)


BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya
berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya
antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah
HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi
ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era
sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan
kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam
hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis
mengambil judul Hak Asasi Manusia.
A. .Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.Pengertian HAM
2.Perkembangan HAM
BAB II
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
A. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM
1.Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan:
2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights,
United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
1.Perkembangan Pemikiran HAM Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan
politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh
dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru
merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan

pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis
kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak
ekonomi dan hak politik.
Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan
adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang
yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil
pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan
terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak
lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya
yang dilanggar.
Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative
seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang
dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi
kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government Perkembangan pemikiran HAM
dunia bermula dari:
1.Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa
dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang
tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).
1.The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of
Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa
manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir
ia harus dibelenggu
1. The French declaration Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration
(Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam
The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah.
Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap,
kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. The four freedom Ada
empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan
beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan
dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera
bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan
serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994). Perkembangan pemikiran HAM di
Indonesia:
2. Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak

kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku
3. UUD dalam
4.Periode, yaitu:
1.Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
2.Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia
Serikat
3.Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4.Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945
BAB III
PELAKSANAAN HAM DI INDONESIA
DALAM KERANGKA HAM INTERNASIONAL
Indonesia adalah sebuah negara demokrasi. Indonesia merupakan negara yang sangat
menghargaikebebasan. Juga, Indonesia sangat menghargai hak asasi manusia(HAM). Ini bisa
dilihat dengan adanyaTAP No. XVII/MPR/1998 tentang HAM, Undang-Undang No. 39 tahun
1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang peradilan HAM yang cukup memadai. Ini
merupakan tonggak baru bagi sejarahHAM Indonesia.ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi
Indonesia, karena baru Indonesia dan AfrikaSelatan yang mempunyai undang undang peradilan
HAM. Aplikasi dari undang undang ini adalah sudahmulai adanya penegakan HAM yang lebih
baik, dengan ditandai dengan adanya komisi nasional HAMdan peradilan HAM nasional.Dengan
adanya penegakan HAM yang lebih baik ini, membuat pandangan dunia terhadapIndonesia kian
membaik. Tapi, meskipun penegakan HAM di Indonesia lebih baik, Indonesia tidak boleh senang
dulu, karena masih ada setumpuk PR tentang penegakan HAM di Indonesia yang belumtuntas.
DiantaraPR itu adalah masalah kekerasan di Aceh, di Ambon, Palu, dan Irian Jaya tragedy
Priok,kekerasan pembantaian dukun santet di Banyuwangi, Ciamis, dan berbagai daerah lain,
tragedi Mei diJakarta, Solo, dan berbagai kota lain, tragedi Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996,
penangkapan yang salahtangkap, serta rentetan kekerasan kerusuhan massa terekayasa di
berbagai kota, yang bagaikan kisah bersambung sepanjang tahun-tahun terakhir pemerintahan
kedua: tragedi Trisakti, tragedy Semanggi,kasus-kasus penghilangan warga negara secara paksa,
dan sebagainya.Pemerintah di negeri ini, harus lebih serius dalam menangani kasus HAM ini jika
ingin lebihdihargai dunia. Karena itu, pemerintah harus membuat aturan aturan yang lebih baik.
Juga kejelasan pelaksanaan aturan itu.
Komnas HAM sebagai harus melakukan gebrakan diantaranya :
1. Komnas HAM mendesak pemerintah dan DPR agar segera
meratifikasi berbagai instrumeninternasional hak asasi manusia, dengan memberi prioritas pada
Statuta Roma MahkamahPidana Internasional (Rome Statute International Criminal Court),
Protokol Opsional KonvensiAnti Penyiksaan (Optional Protocol Convention Against Torture),
Konvensi Internasionaltentang Penyandang Cacat, Konvensi Internasional tentang Pekerja HAM,
KonvensiInternasional Tentang Perlindungan Terhadap Semua Orang Dari Tindakan
Penghilangan
Secara Paksa. Dalam rangka untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi para
TenagaKerja Indonesia, pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi juga Konvensi

InternasionalPerlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (International


Convention onthe Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their
Families). Dalamkontek ini hendaknya pemerintah segera mengeluarkan Rencana Aksi Nasional
Hak AsasiManusia 2009 2014.
2. Perlu ditinjau kembali pendekatan hukum yang represif dalam penyelesaian konflik politik
diPapua yang diterapkan saat ini. Langkah yang dilakukan sekarang lebih banyak
melahirkankekerasan dan jatuhnya korban. Komnas HAM mendesak perlunya dilakukan
langkah-langkah politik daripada hukum dalam penyelesaian konflik di Papua. Langkah dialog
atau perundingan sudah harus dipikirkan oleh pemerintah.
3. Penuntasan berbagai bentuk kasus pelanggaran hak asasi manusia merupakan kewajiban
pemerintah, oleh karena itu, Komnas HAM mendesak agar pemerintah secara
berkalamenginformasikan kepada publik mengenai status perkembangan penyelesaian kasuskasus pelanggaran hak asasi manusia yang ditangani. Hal ini perlu dilakukan untuk
memberikankeyakinan kepada masyarakat tentang tidak adanya kemungkinan untuk menutupi
keterlibatanaparatur pemerintah serta menjamin tidak adanya praktik-praktik impunity bagi
mereka yangterlibat. Langkah ini juga menjadi penting dalam rangka terus membangun suatu
kepercayaan publik terhadap kesungguhan pemerintah untuk melindungi, menegakkan,
memajukan danmemenuhi hak asasi manusia.Tapi, yang jelas penegakan HAM tidak akan
terlaksana tanpa adanya partisipasi dan dukunganmasyarakat kepada pemerintah, dan juga
keseriusan pemerintah dalam menegakan HAM, karena itu merupakan hak dasar setiap orang.
BAB IV
PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan
adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa :
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;

4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;


5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10. kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa
sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseoarang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau
untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan
siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang
menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
BAB V
PENUTUP
1.Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan
pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu
memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran
Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat
dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu
instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan
HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
1.Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan


HAM dan Negara Hukum
Posted by: charlesboban on: Desember 12, 2010

In: Pendidikan Kewarganegaraan

Tinggalkan sebuah Komentar

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul HAM dan Negara Hukum. Adapaun makalah ini kami buat
untuk melengkapi tugas KELOMPOK DUA dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
HAM dan Negara Hukum mempunyai kaitan yang amat erat, tanpa kita sadari HAM dan Negara
Hukum adalah dua sisi mata uang yang berbeda, keduanya memang berbeda namun

keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Makalah ini mencoba mengupas kedua sisi
itu dan keterkaitannya.
Dalam pembuatan makalah ini, para penulis menyadari bahwa makalah ini teramat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, semua bentuk perbaikan, saran, kritik, masukan dari teman teman
mahasiswa dan terutama dari dosen sangat kami hargai untuk peningkatan kualitas tulisan kami
di kemudian hari. Akhir kata, harapan besar kami adalah semoga makalah ini membawa manfaat
bagi kita semua.
Terimakasih
Penulis
1. Pendahuluan
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu:
kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena hak
asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil
mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam
Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita
yang harus dilaksanakan dan dicapai.
Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang
belum terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia
dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang
tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Oleh karena itu
sebagai warga negara yang baik kita seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa
membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan
Negara Hukum.
1. PEMBAHASAN
I.

HAM ( Hak Asasi Manusia )

Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari istilah human
rights atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya adalah Hak-Hak
Manusia. Namun dalam beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi Manusia (HAM) lebih
sering digunakan dari pada pemakaian Hak-hak Manusia. Di Indonesia hak-hak manusia pada
umumnya lebih dikenal dengan istilah hak asasi sebagai terjemahan dari basic rights (Inggris)
dangrondrechten (Belanda), atau bisa juga disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah
hak-hak asasi secara monumental lahir sejak keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam

Declaration des Droits de Lhomme et du Citoyen (hak-hak asasi manusia dan warga negara
Perancis), dengan semboyan Liberte, Egalite, Fraternite. Istilah HAM berkembang sesual
dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti perubahan peradaban manusia
dari masa ke masa. Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural rights (hak-hak alam), yang
berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala sesuatu berasal dari alam termasuk HAM.
Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi akhirnya tidak diterima, karena
tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan terbentuknya PBB, maka muncul istilah baru
yang lebih populer sekarang yaitu human rights Di Amerika Serikat dikenal dengan sebutan Civil
Rights. Perancis menyebutnya: Droit de L Homme; Belanda: Menselijke Rechten. Namun
dibalik beragamnya sebutan untuk Hak Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna
yang sama. Secara umum Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Adapun jenis jenis Hak Asasi Manusia yang dikenal di dunia adalah sebagai berikut:
1. Hak asasi pribadi / Personal Right:

Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.

Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.

Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.

Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing.

1. Hak asasi politik / Political Right:

Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya.

Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

1. Hak azasi hukum / Legal Equality Right:

Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

Hak untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil / PNS.

Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

1. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths:

Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.

Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.

Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

1. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:

Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan


penyelidikan di mata hukum.

1. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right:

Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.

Hak mendapatkan pengajaran.

Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

Sementara itu, dalam konstitusi kita UUD 1945, juga memuat jaminan perlindungan atas Hak
Asasi Manusia. Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dalam tulisannya Demokrasi dan Hak
Asasi Manusia,
Selengkapnya di : http://sukadiklik.blogspot.com/2010/12/makalah-pendidikankewarganegaraan-ham.html

Senin, 26 Maret 2012


Contoh makalah PKN(Hak Asasi Manusia)
KATA PENGANTAR

Untuk memenuhi tugas dari guru yang telah diberikan pada kelompok kami,
maka
oleh

dengan

ini

kami menjalankan

guru

PKN,

Kami

ucapkan terima

memberikan

kami

yaitu

yang

kelompok
terima

Penyusun :
Sylvia Mahaedalli
Aghnia R W
Mina Parhatus
Qurrata A yuni
Roni Sujana

diberikan

Wawan.

meskipun
Manusia

sebagai rasa

kasih.

masih

yang

banyak

berhak kami dapat, agar

memahami tentang Hak Asasi


ucapkan

telah

telah

tugas kepada kami. Dan alhamdulilah kami bisa

pelajaran

bekerja

Bapak

yang

kasih kepada Bapak Wawan

menyelesaikan tugas ini,


sebagai

tugas

kekurangan.

kami bisa

( HAM ) dan agar

kebersamaan

kami.

lebih

kami

Sekali

Ini

bisa

lagi

kami

BAB I
PENGERTIAN HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus
permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran
ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas
sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah
yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas
dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu


- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

SEJARAH HAM

Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan
Yang Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada
kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan
berarti dengan hak-haknya itu dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila
seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar hak asasi orang
lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas dua hak dasar yang paling
fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah
lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia
lainnya sulit akan ditegakkan.
Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi
Manusia bagi setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu
pendekatan historis mulai dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan
perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang untuk lebih menegaskan
keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.

SEJARAH INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Umumnya para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai


dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta antara
lain mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (raja yang
menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat pada hukum), menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat dimintai pertanggungjawaban di muka umum. Dari
sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi dan mulai bertanggungjawab
kepada hukum. Sejak itu mulai dipraktekkan kalau raja melanggar hukum harus
diadili dan harus mempertanggungjawabkan kebijakasanaannya kepada parlemen.
Jadi, sudah mulai dinyatakan dalam bahwa raja terikat kepada hukum dan
bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun kekuasaan membuat Undang-undang
pada masa itu lebih banyak berada di tangan raja. Dengan demikian, kekuasaan
raja mulai dibatasi sebagai embrio lahirnya monarkhi konstitusional yang berintikan
kekuasaan raja sebagai simbol belaka. Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti
oleh perkembangan yang lebih konkret, dengan lahirnya Bill of Rights di Inggris
pada tahun 1689. Pada masa itu mulai timbul adagium yang intinya adalah bahwa
manusia sama di muka hukum (equality before the law). Adagium ini
memperkuat dorongan timbulnya negara hukum dan demokrasi.
Bill of rights melahirkan asas persamaan. Para pejuang HAM dahulu sudah
berketatapan bahwa hak persamaan harus diwujudkan betapapun beratnya resiko
yang dihadapi karena hak kebebasan baru dapat diwujudkan kalau ada hak
persamaan. Untuk mewujudkan semua itu, maka lahirlah teori Roesseau (tentang
contract social/perjanjian masyarakat), Motesquieu dengan Trias Politikanya yang
mengajarkan pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John Locke di Inggris
dan Thomas Jefferson di Amerika dengan hak-hak dasar kebebasan dan
persamaan yang dicanangkannya.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American
Declaration of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Jadi,
walaupun di Perancis sendiri belum dirinci apa HAM itu, tetapi di Amerika Serikat
lebih dahulu mencanangkan secara lebih rinci. Mulailah dipertegas bahwa manusia
adalah merdeka sejak di dalam oerut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah
lahir, ia harus dibelenggu.
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana
hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain
dinyatakah tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena,
termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang
dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula presumption of innocence,
artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh, berhak
dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. Dipertegas juga dengan freedom of
expression (bebas mengelaurkan pendapat), freedom of religion (bebas menganut
keyakinan/agama yang dikehendaki), the right of property (perlindungan terhadap
hak milik) dan hak-hak dasar lainnya. Jadi, dalam French Declaration sudah tercakup

semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnyademokrasi maupun negara


hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.
Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt yang
dicanangkan pada tanggal 6 Januari 1941, dikutip dari Encyclopedia Americana,
p.654 tersebut di bawah ini :
The first is freedom of speech and expression everywhere in the world. The
second is freedom of every person to worship God in his own way-every where in
the world. The third is freedom from want which, translated into world terms, means
economic understandings which will secure to every nation a healthy peacetime life
for its inhabitants-every where in the world. The fourth is freedom from fear-which,
translated into world terms, means a worldwide reduction of armaments to such a
point and in such a through fashion that no nation will be in a position to commit an
act of physical agression against any neighbor-anywhere in the world.
Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II (sesudah Hitler memusnahkan
berjuta-juta manusia) dijadikan dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM
yang bersifat universal, yang kemudian dikenal dengan The Universal Declaration of
Human Rights yang diciptakan oleh PBB pada tahun 1948.

SEJARAH NASIONAL HAK ASASI MANUSIA


Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal
10 Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat
manusia setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang
dilakukan negara-negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Deklarasi HAM sedunia itu mengandung makana ganda, baik ke luar (antar
negara-negara) maupun ke dalam (antar negara-bangsa), berlaku bagi semua
bangsa dan pemerintahan di negara-negaranya masing-masing. Makna ke luar
adalah berupa komitmen untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan antar negara-bangsa, agar terhindar dan tidak
terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan nilai-

nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam, mengandung pengertian bahwa


Deklarasi HAM seduania itu harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat
dari masing-masing negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh
pemerintahnya.
Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat. Dengan
demikian setiap pelanggaran atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia si
suatu negara anggota PBB bukan semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari
negara yang bersangkutan, melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan
pemerintahan negara-negara anggota PBB lainnya. Mereka absah mempersoalkan
dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di suatu negara ke Komisi Tinggi HAM
PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM internasional lainnya unuk mengutuk
bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap pemerintah yang bersangkutan.
Adapun hakikat universalitas HAM yang sesungguhnya, bahwa ke-30 pasal
yang termaktub dalam Deklarasi HAM sedunia itu adalah standar nilai kemanusiaan
yang berlaku bagi siapapun, dari kelas sosial dan latar belakang primordial apa pun
serta bertempat tinggal di mana pun di muka bumi ini. Semua manusia adalah
sama. Semua kandungan nilai-nilainya berlaku untuk semua.
Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di
Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku adat
(Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam buku Lontarak (Tomatindo di Lagana)
bahwa apabila raja berselisih faham dengan Dewan Adat, maka Raja harus
mengalah. Tetapi apabila para Dewam Adat sendiri berselisih, maka rakyatlah yang
memustuskan. Jadi asas-asas HAM yang telah disorot sekarang, semuanya sudah
diterpkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini kurang diperhatikan karena sebagian
ahli hukum Indonesia sendiri agaknya lebih suka mempelajari teori hukum Barat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di Indonesia,
namun dalam perkembangannya tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada
yang bertanya mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi. Juga ada yang
bertanya mengapa bukan Social Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan
masyarakat yang menjadi tujuan ? Sesungguhnya dalam Human Rights sudah
implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan masyarakat.
Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa kewajiban.
Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi
saling hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah kalau
ada hak berarti ada kewajiban.
Contoh : seseorang yang berhak menuntut perbaikan upah, haruslah
terlebih dahulu memenuhi kewajibannya meningkatkan hasil kerjanya. Dengan
demikian tidak perlu dipergunakan istilah Social Rights karena kalau kita
menghormati hak-hak perseorangan (anggota masyarakat), kiranya sudah

termasuk pengertian bahwa dalam memanfaatkan haknya tersebut tidak boleh


mengganggu kepentingan masyarakat. Yang perlu dijaga ialah keseimbangan
antara hak dan kewajiban serta antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum (kepentingan masyarakat). Selain itu, perlu dijaga juga
keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab. Artinya, seseorang memiliki
kebebasan bertindak semaunya, tetapi tidak memperkosa hak-hak orang lain.

1. Pembentukan Hukum HAM Internasional


Secara internasional, HAM termasuk kedalam sistem hukum internasional
(dibentuk oleh masyarakat internasional yang terdiri dari negara-negara). Negara
mempunyai peranan penting dalam membentuk sistem hukum tersebut melalui
kebiasaan, perjanjian internasional, atau bentuk lainnya seperti deklarasi maupun
petunjuk teknis. Kemudian negara menyatakan persetujuannya dan terikat pada
hukum internasional tersebut. Dalam HAM, yang dilindungi dapat berupa individu,
kelompok atau harta benda. Negara atau pejabat negara sebagai bagian dari
negara mempunyai kewajiban dalam lingkup internasional untuk melindungi warga
negara beserta harta bendanya.
Standar HAM Internasional dibentuk dan dikembangkan dalam berbagai
forum internasional. Proses pembentukan standar ini dilakukan oleh perwakilan
negara-negara dalam forum internasional melalui proses yang panjang dan dalam
kurun waktu yang cukup lama. Proses pembentukan ini tidak hanya membahas
bentuk dan substansi dari rancangan deklarasi dan perjanjian yang akan disepakati
tetapi juga dibahas secara detail pasal per pasal dan kata perkata dari isi perjanjian
yang kemudian disepakati menjadi perjanjian internasional oleh negara-negara.
Dalam sistem PBB, setiap perwakilan dari anggota PBB diundang untuk
melakukan persiapan dan negosiasi terkait dengan pembentukan standar HAM
internasional. Hal ini dilakukan agar semua pandangan dari berbagai negara
dengan sistem hukum yang berbeda dapat diakomodasi dalam rancangan
perjanjian atau deklarasi. Dalam membahas racangan tersebut dilakukan penelitian
yang mendalam dan perdebatan yang panjang sampi disepakati teks akhir dari
perjanjian dan deklarasi. Walaupun pada akhirnya seperti dalam perjanjian
internasional masih dibutuhak tindakan lebih lanjut dari negara-negara untuk
menandatangani, mesahan atau mengsksesi dan mentransformasikannya ke dalam
hukum nasional dari perjanjian tersebut.
Beberapa Badan PBB yang terkait dengan Penegakan Hukum dan
Pembentukan standar HAM Internasional:
a. Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly)

Majelis Umum PBB merupakan salah satu organ utama dari PBB yang setiap negara
anggota PBB terwakili di dalamnya. Kewengan dari Majelis Umum PBB yang terkait
dengan HAM adalah membuat rekomendasi dalam bentuk resolusi, yang
diantaranya menghasilkan Resolusi A/RES/217, tentang Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia, dan kewenangan untuk membuat organ tambahan (subsidiary
organs) yang kemudian membentuk Dewan Hak Asasi Manusia melalui Resolusi
A/RES/60/251.
b. Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (United Nations Economic and Social Council)
Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, seperti halnya Majelis Umum PBB, merupakan
organ utama dari PBB. Tugasnya adalah memberikan bantuan kepada Majelis Umum
PBB untuk peningkatan kerjasama dalam bidan ekonomi dan sosial. Salah satu
badan di bawah Dewan Ekonomi dan Sosial adalah Komisi HAM PBB (United Nations
Commission for Human Rights) yang kemudian digantikan oleh Dewan HAM PBB.

Sebagian besar perjanjian internasional HAM, seperti Kovenan Internasional Hak


Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights) dan Kovenan
Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on
Economic, Social dan Cultural Rights), merupakan perjanjian yang dihasilkan oleh
organ PBB ini.
c. Dewan Hak Asasi Manusia (United Nations Human Rights Council)
Dewan HAM PBB, merupakan organ PBB yang dibentuk berdasarkan Resolusi Majelis
Umum PBB A/RES/60/251, yang menggantikan posisi dari Komisi HAM PBB. Tugas
utamanya adalah melakukan tindak lanjut terhadap pelanggaran HAM yang terjadi
di dunia. Kedudukan Dewan HAM adalah sebagai badan tambahan dari Majelis
Umum PBB.
d. Sub Komisi Pengenalan dan Perlindungan HAM (Sub-Commission on Promotion dan
Protection of Human Rigths)
Sub Komisi Pengenalan dan Perlindungan HAM adalah badan dibawah Dewan HAM
yang bertugas melakukan penelitian atas perlakuan yang tidak adil dan membuat
rekomendasi bahwa HAM dapat terlindungi secara hukum. Sub Komisi ini terdiri atas
26 ahli HAM.
e. Pertemuan Berkala mengenai Pencegahan Tindak Pidana dan Penanganan Pelaku
Tindak Pidana (Periodic Congresses on the Prevention of Crime and the Treatment
of Offenders)
2. Sumber Hukum Internasional HAM

Norma dan standar HAM berasal dari hukum internasional. Sumber hukum
internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah
Internasional terdiri dari 3 sumber utama dan 2 sumber tambahan. Sumber hukum
tersebut adalah:
a. Hukum Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang dibuat oleh anggota masyarakat
internasional yang terdiri dari negara-negara, bertujuan untuk membentuk hukum
sehingga mempunyai akibat hukum. Bentuknya dapat berupa kovenan, konvensi,
perjanjian dan lain-lain.
b. Hukum Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional (Customary International Law) adalah kebiasaan
internasional antar negara-negara di dunia, merupakan kebiasaan umum yang
diterima sebagai hukum.
c. Prinsip Hukum Umum
Prinsip Hukum Umum adalah asas hukum umum yang terdapat dan berlaku dalam
hukum nasional negara-negara di dunia. Prinsip ini mendasari sistem hukum positif
dan lembaga hukum yang ada di dunia.
d. Putusan Hakim
Putusan pengadilan internasional merupakan sumber hukum tambahan dari tiga
sumber hukum utama di atas. Keputusan pengadilan ini hanya mengikat para pihak
yang bersengketa saja. Namun demikian, keputusan tersebut dapat digunakan
untuk membuktikan adanya kaidah hukum internasional mengenai suatu perkara,
yang didasarkan pada tiga sumber hukum utama di atas.
e. Pendapat para ahli hukum internasional
Pendapat ahli hukum internasional yang terkemuka adalah hasil penelitian dan
tulisan yang sering dipakai sebagai pedoman untuk menemukan apa yang menjadi
hukum internasional. Meskipun demikian, Pendapat tersebut bukan merupakan
suatu hukum.
Dalam hukum internasional sebagaimana juga dalam hukum HAM internasional
terdapat beberapa bentuk produk hukum, diantaranya adalah:
a. Resolusi adalah keputusan yang diambil oleh suatu badan dalam organisasi
internasional dalam hal ini adalah PBB. Di PBB terdapat dua resolusi yang sangat
penting, pertama adalah resolusi yang dihasilkan oleh Majelis Umum PBB. Resolusi
ini tidak mempunyai kekuatan hukum walaupun ada beberapa Resolusi yang cukup
otoritatif seperti Resolusi tentang DUHAM. Kedua resolusi yang dikeluarkan oleh
Dewan Keamanan PBB. Resolusi Dewan Keamana PBB mempunyai kekuatan hukum,

dimana negara anggota PBB harus mengikuti isi dari resolusi yang dikeluarkan oleh
DK PBB.
b. Konvensi adalah perjanjian internasional yang jelah mempunyai kekuatan hukum.
Konvensi mempunyai nama yang bermacam-macam seperti Kovenant, Pakta,
Agreement, Charter (Piagam) dan lain-lain.
c. Protocol dan Annex adalah penjelasan atau aturan lebih lanjut dari Konvensi atau
perjanjian internasional. Protokol dan Annex tidak berdiri sendiri dalam
pelaksanaannya, karena terkait erat dengan perjanjian induknya.
3. Instrumen Hukum HAM
Dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), komitmen untuk memenuhi,
melindungi HAM serta menghormati kebebasan pokok manusia secara universal
ditegaskan secara berulang-ulang, diantaranya dalam Pasal 1 (3):
Untuk memajukan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah
internasional dibidang ekonomi, sosial, budaya dan kemanusiaan, dan menggalakan
serta meningkatkan penghormatan bagi hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental bagi semua orang tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau
agama
Komitmen ini kemudian ditindaklanjuti oleh PBB melalui pembentukan instrumeninstrumen hukum yang mengatur tentang HAM sebagai berikut:

a.

Instrumen Hukum yang Mengikat

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human


Rights)
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) merupakan langkah besar
yang diambil oleh masyarakat internasional pada tahun 1948. Norma-norma yang
terdapat dalam DUHAM merupakan norma internasional yang disepakati dan
diterima oleh negara-negara di dunia melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa. DUHAM
merupakan kerangka tujuan HAM yang dirancang dalam bentuk umum dan
merupakan sumber utama pembentukan dua instrumen HAM, yaitu: Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik serta Kovenan Internasional tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. Hak-hak yang terdapat dalam DUHAM merupakan
realisasi dari hak-hak dasar yang terdapat dalam Piagam PBB, misalnya (yang
terkait dengan penegakan hukum) Pasal 3, 5, 9, 10 dan 11. Pasal-pasal tersebut
secara berturut-turut menetapkan hak untuk hidup; hak atas kebebasan dan
keamanan diri; pelarangan penyiksaan-perlakuan-penghukuman lain yang kejam,

tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia; pelarangan penangkapan


sewenang-wenang; hak atas keadilan; hak atas praduga tak bersalah sampai
terbukti bersalah; serta pelarangan hukuman berlaku surut. Secara keseluruhan,
DUHAM merupakan pedoman bagi penegak hukum dalam melakukan pekerjaannya.
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International
Covenant on Civil and Political Rights)
Hak-hak dalam DUHAM diatur secara lebih jelas dan rinci dalam Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang mulai berlaku secara internasional
sejak Maret 1976. Konvenan ini mengatur mengenai:
Hak hidup;
Hak untuk tidak disiksa, diperlakukan atau dihukum secara kejam, tidak manusiawi
atau direndahkan martabat;
Hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi;
Hak untuk tidak dipenjara semata-mata atas dasar ketidakmampuan memenuhi
kewajiban kontraktual;
Hak atas persamaan kedudukan di depan pengadilan dan badan peradilan; dan
Hak untuk tidak dihukum dengan hukuman yang berlaku surut dalam penerapan
hukum pidana.
Kovenan ini telah disahkan oleh lebih dari 100 negara di dunia. Indonesia turut
mengaksesinya atau pengesahannya melalui Undang-Undang No. 12 tahun 2005,
sehingga mengikat pemerintah beserta aparatnya. Pelaksanaan Kovenan ini diawasi
oleh Komite Hak Asasi Manusia.
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(International Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights)
Kovenan ini mulai berlaku pada Januari 1976. Indonesia melalui UU No. 11 tahun
2005 mengesahkannya. Alasan perlunya mempertimbangkan hak-hak dalam
Kovenan ini adalah:
Hukum berlaku tidak pada keadaan vakum. Aparat penegak hukum dalam
melaksanakan tugasnya tidak lepas dari masalah ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat.
Asumsi bahwa hak ekonomi dan hak sosial tidak penting diterapkan dalam
pekerjaan sehari-hari adalah tidak benar, karena dalam hak ekonomi terdapat
prinsip non-diskriminasi dan perlindungan terhadap penghilangan paksa.
Hak-hak yang dilindungi oleh dua Kovenan diakui secara universal sebagai sesuatu
yang saling terkait satu sama lain.
Seperti halnya Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik, Kovenan ini dalam
pelaksanaannya juga diawasi oleh suatu Komite (Komite tentang Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya).

Konvensi Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the


Crime of Genocide)
Kovensi ini mulai berlaku pada Januari 1951. Indonesia melalui UU No. 26
tahun 2000 tentang Pengadilan HAM menetapkan genosida sebagai salah satu
pelanggaran HAM berat. Konvensi ini menetapkan Genosida sebagai kejahatan
internasional dan menetapkan perlunya kerjasama internasional untuk mencegah
dan menghapuskan kejahatan genosida.
Konvensi Menentang Penyiksaan (Convention against Torture and Other
Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang
Kejam, Tidak Manusia dan Merendahkan Martabat Manusia (Kovensi Menentang
Penyiksaan) mulai berlaku sejak Januari 1987. Indonesia mesahkan Konvensi ini
melalui UU No. 5 tahun 1998. Kovensi ini mengatur lebih lanjut mengenai apa yang
terdapat dalam Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik. Konvensi ini mewajibkan
negara untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administrasi, hukum, atau
langkah-langkah efektif lainnya guna: 1) mencegah tindak penyiksaan, pengusiran,
pengembalian (refouler), atau pengekstradisian seseorang ke negara lain apabila
terdapat alasan yang cukup kuat untuk menduga bahwa orang tersebut akan
berada dalam keadaan bahaya (karena menjadi sasaran penyiksaan), 2) menjamin
agar setiap orang yang menyatakan bahwa dirinya telah disiksa dalam suatu
wilayah kewenangan hukum mempunyai hak untuk mengadu, memastikan agar
kasusnya diperiksa dengan segera oleh pihak-pihak yang berwenang secara tidak
memihak, 3) menjamin bahwa orang yang mengadu dan saksi-saksinya dilindungi
dari segala perlakuan buruk atau intimidasi sebagai akibat dari pengaduan atau
kesaksian yang mereka berikan, 4) menjamin korban memperoleh ganti rugi serta
(hak untuk mendapatkan) kompensasi yang adil dan layak. Konvensi ini dalam
pelaksanaannya diawasi oleh Komite Menentang Penyiksaan (CAT), yang dibentuk
berdasarkan aturan yang terdapat didalamnya.
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial (International
Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination)
Konvensi ini mulai berlaku sejak Januari 1969 dan disah oleh Indonesia melalui
UU No. 29 tahun 1999. Terdapat larangan terhadap segala bentuk diskriminasi rasial
dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, Konvensi ini juga
menjamin hak setiap orang untuk diperlakukan sama di depan hukum tanpa
membedakan ras, warna kulit, asal usul dan suku bangsa. Konvensi ini juga
membentuk Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial, yang mengawasi
pelaksanaannya.

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan


(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against
Women)
Kovensi ini mulai berlaku sejak September 1981 dan dirafikasi oleh Indonesia
melalui UU No. 7 tahun 1984. Sejak pemberlakuannya, konvensi ini telah menjadi
instrumen internasional yang menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan
dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan sipil. Konvensi ini mensyaratkan
agar negara melakukan segala cara yang tepat dan tanpa ditunda-tunda untuk
menjalankan suatu kebijakan yang menghapus diskriminasi terhadap perempuan
serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan HAM dan
kebebasan dasar berdasarkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam
pelaksanaannya, Konvensi ini juga mengatur mengenai pembentukan Komite
Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW).
Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child)
Konvensi Hak Anak mulai berlaku sejak September 1990 dan disahkan oleh
Indonesia melalui Keppres No. 36 tahun 1990. Dalam Konvensi ini negara harus
menghormati dan menjamin hak bagi setiap anak tanpa diskriminasi ras, warna
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lainnya,
kewarganegaraan, asal usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kecacatan,
kelahiran atau status lain. Negara juga harus mengambil langkah-langkah yang
layak untuk memastikan bahwa anak dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau
hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang disampaikan, atau
kepercayaan orang tua anak, walinya yang sah, atau anggota keluarganya.
Konvensi ini juga membentuk Komite Hak Anak (CRC) untuk mengawasi
pelaksanaan isi Konvensi.
Konvensi Mengenai Status Pengungsi (Convention relating to the Status
of Refugees)
Konvesi ini mulai berlaku sejak April 1954. Indonesia belum mesahkan
Konvensi ini walaupun menghadapi banyak masalah pengungsi. Pengungsi
dibedakan dengan istilah internaly displaced person atau pengungsi yang
berpindah daerah dalam satu negara. Pengungsi dalam konvensi ini didefinisikan
sebagai mereka yang meninggalkan negaranya karena takut disiksa atas alasan ras,
agama, kebangsaan, opini politik atau keanggotaan pada kelompok tertentu, tidak
bisa atau tidak mau pulang karena ketakutan. Kovensi Pengungsi menentukan
empat prinsip HAM dalam menangani pengungsi, yaitu: persamaan hak, tidak
adanya pengasingan terhadap hak-hak mereka, universalitas dari hak-hak mereka,
serta hak untuk mencari dan mendapatkan suaka dari penghukuman.
b. Instrumen Hukum yang Tidak Mengikat

Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum (Code of Conduct for Law


Enforcement Officials)
Majelis Umum PBB pada tahun 1979 mengeluarkan resolusi 34/169 tentang
Pedoman Pelaksanaan Bagi Penegak Hukum. Pedoman ini memberikan arahan bagi
penegak hukum dalam menjalankan tugasnya. Terdapat delapan pasal yang
mengatur mengenai tanggung jawab penegak hukum yaitu, perlindungan HAM,
penggunaan kekerasan, penanganan terhadap informasi rahasia, pelarangan
penyiksaan-perlakuan-penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi dan
merendahkan martabat manusia, perlindungan kesehatan tahanan, pemberantasan
korupsi, serta penghargaan terhadap hukum dan undang-undang.
Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api
(Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement
Officials)
Prinsip-prinsip ini diadopsi oleh PBB pada tahun 1990, menekankan bahwa
penggunaan kekerasan dan senjata api hanya dapat dilakukan jika diperlukan serta
sesuai dengan tugas pokok maupun fungsi yang diatur oleh peraturan
perundangan.
Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa (Declaration on the Protection of
All Persons from Enforced Disappearance)
Deklarasi ini diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada Desember 1992. Di
dalamnya terdapat 21 (dua puluh satu) pasal yang mengatur mengenai
pencegahan tindakan penahanan tanpa tujuan yang jelas atau sebagai tindakan
kejahatan terhadap kemanusiaan. Deklarasi ini mensyaratkan adanya langkahlangkah legislatif, administrasi, hukum, maupun langkah-langkah efektif lainnya
untuk mencegah dan menghapuskan tindakan penghilangan paksa.
Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (Declaration on
the Elimination of Violence against Women)
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1967 telah mengadopsi Deklarasi
mengenai Penghapusan Diskriminasi terhadap wanita. Deklarasi tersebut memuat
hak dan kewajiban wanita berdasarkan persamaan hak dengan pria, serta
menyatakan agar diambil langkah-langkah seperlunya untuk menjamin
pelaksanaannya. Deklarasi ini menjadi dasar dalam penyusunan rancangan
Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.
Deklarasi Mengenai Pembela HAM (Declaration on Human Rights
Defender)
Deklarasi ini diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1998. Deklarasi
Pembela HAM memberikan perlindungan bagi para pembela HAM dalam melakukan
kegiatan mereka. Deklarasi ini tidak membentuk hak-hak baru tetapi lebih pada

memberikan panduan bagi para pembela HAM terkait dengan pekerjaan mereka.
Digarisbawahi tugas-tugas negara dalam pemenuhan HAM, serta tanggung jawab
yang harus dilakukan oleh para pembela HAM, disamping juga menjelaskan
hubungan antara HAM dan hukum nasional suatu negara. Ditegaskan agar para
pembela HAM melakukan aktivitasnya dengan cara-cara damai.
Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenangsewenang dan Sumir (Principles on the Effective Prevention and
Investigation of Extra-legal, Arbitrary and Summary Executions )
Prinsip-prinsip tentang Pencegahan dan Penyelidikan Efektif terhadap
Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang dan Sumir merupakan prinsipprinsip yang direkomendasikan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB pada bulan Mei
2003. Prinsip-prinsip ini memberikan panduan bagi penegak hukum dalam
mengadili para pelaku tindak pidana. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya
pengawasan (termasuk kejelasan dalam rantai komando) terhadap lembagalembaga penegak hukum. Prinsip-prinsip ini juga mejelaskan secara rinci mengenai
jaminan terhadap pemenuhan hak untuk hidup.
4. Pengawasan terhadap Pemenuhan HAM
Pengawasan HAM dibagi dua, yaitu pengawasan di tingkat nasional dan
tingkat internasional. Di tingkat nasional, pengawasan dilakukan antara lain oleh:

Lembaga pemerintah termasuk Polisi;


Komisi Nasional HAM, Komnas Perempuan dan Komnas Anak;
Lembaga Swadaya Masyarakat;
Pengadilan;
Dewan Perwakilan Rakyat;
Media Masa;
Organisasi Profesi seperti IDI dan Peradi;
Organisasi Keagamaan;
Pusat Kajian di Universitas.
Adapun pengawasan di tingkat internasional atau PBB didasarkan pada perjanjian
internasional mengenai HAM:
Perjanjian Hak Asasi Manusia
(Instrumen)

Badan Pengawas
Pelaksanaan Perjanjian

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi,


Sosial dan Budaya (International Covenant on
Economic, Social dan Cultural Rights)

Komite Hak Ekonomi, Sosial dan


Budaya (Committee on
Economic Social and Cultural
Rights)

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan


Politik (International Covenant on Civil and

Komite Hak Asasi Manusia

Political Rights)

(Human Rights Committee)

Konvensi Internasional tentang Penghapusan


Bentuk Diskriminasi Ras

Komite Penghapusan
Diskriminasi Ras (Committee on
Elimination Racial
Discrimination)

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk


Diskriminasi terhadap Perempuan
(Convention on the Elimination of All Forms
of Discrimination against Women)

Komite Penghapusan
Diskriminasi terhadap
Perempuan (Committee on
Eliminations Discrimination
Against Women)

Konvensi menentang Penyiksaan dan


Perlakuan atau Penghukuman Lain yang
Kenjam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan
Martabat Manusia (Convention against
Torture and Other Cruel, Inhuman or
Degrading Treatment or Punishment)

Komite Menentang Penyiksaan


(Committee on Against Torture)

Konvensi Hak Anak ( Convention on the


Rights of the Child)

Komite Hak Anak (Committee


on Rights of the Child)

Setiap perjanjian internasional HAM mempunyai sistem pengawasan yang


berbeda-beda. Walaupun sistem pengawasan dari setiap konvensi mengenai HAM
berbeda-beda tetapi satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Pengawasan ini
berfungsi untuk mengiventarisasi secara periodik dan sistematik terhadap
kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara terkait dengan pelaksanaan
kewajiban yang terdapat di dalam konvensi. Pengawasan ditujukan agar terjadi
dialog antara komite HAM terkait dengan negara-negara peserta yang bertujuan
untuk membantu transformasi konvensi HAM internasional kedalam perundangundangan nasional serta membantu pelaksanaan kewajiban yang harus dilakukan
oleh negara. Dialog ini dilakukan secara terbuka antara Komite dan wakil dari
negara.

BAB II
PELANGGARAN
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus
oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. pembunuhan;

2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10.kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani,
pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang
dari orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau
mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan
yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau
sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh
siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan
keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi
dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus
oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional;

6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10.kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani,
pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang
dari orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau
mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan
yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau
sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh
siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan
keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
6. Trisakti, Semanggi I dan II
Beberapa kasus pelanggaran berat HAM seperti peristiwa G30S, Tanjung Priok,
Warsidi Lampung sampai Kasus Semanggi I dan II kemungkinan bakal digarap KKR.
Mungkinkah menuai sukses?
Tragedi Trisakti tanggal 12 Mei 1998 menjadi pemicu kerusuhan sosial yang
mencapai klimaksnya pada 14 Mei 1998. Tragedi dipicu oleh menyalaknya senapan
aparat yang menewaskan empat mahasiswa Trisakti.
Kerusuhan, menurut laporan Relawan Kemanusiaan, tidak berlangsung begitu saja.
Fakta yang aneh, menurut mereka, setelah terjadi aksi kerusuhan yang sporadis,
aparat tampak menghilang, sementara sebagian kecil saja hanya memandangi aksi
penjarahan yang berlangsung didepan mereka.

Masih menurut laporan Relawan, kerusuhan itu tampak direkayasa. Aksi itu dipimpin
oleh sekelompok provokator terlatih yang memahami benar aksi gerilya kota.
Secara sporadis mereka mengumpulkan dan menghasut massa dengan orasi-orasi.
Ketika massa mulai terbakar mereka meninggalkan kerumunan massa dengan truk
dan bergerak ke tempat lain untuk melakukan hal yang sama.
Dari lokasi yang baru, kemudian mereka kembali ke lokasi semula dengan ikut
membakar, merampon mal-mal. Sebagian warga yang masih dalam gedung pun
ikut terbakar. Data dari Tim Relawan menyebutkan sekurangnya 1190 orang tewas
terbakar dan 27 lainnya tewas oleh senjata.
Tragedi Trisakti kemudian disusul oleh tragedi semanggi I pada 13 November 1998.
Dalam tragedi itu, unjuk rasa mahasiswa yang dituding mau menggagalkan SI MPR
harus berhadapan dengan kelompok Pam Swakarsa yang mendapat sokongan dari
petinggi militer.

Pam Swakarsa terdiri dari tiga kelompok, dari latar belakang yang berbeda.
Pembentukan Pam Swakarsa belekangan mendapat respon negatif dari masyarakat.
Mereka kemudian mendukung aksi mahasiswa, yang sempat bentrok dengan Pam
Swakarsa.
Dalam tragedi Semanggi I yang menewaskan lima mahasiswa, salah satunya
Wawan seorang anggota Tim Relawan untuk Kemanusiaan ini, tampak tentara
begitu agresif memburu dan menembaki mahasiswa. Militer dan polisi begitu
agresif menyerang mahasiswa, seperti ditayangkan oleh sebuah video dalam Rapat
Dengar Pendapat Umum di DPR Selasa 6 Maret 2001.
Rekaman itu memperlihatkan bagaimana polisi dan tentara yang berada di garis
depan berhadapan dengan aksi massa mahasiswa yang tenang. Pasukan AD yang
didukung alat berat militer ini melakukan penembakan bebas ke arah mahasiswa.
Para tentara terus mengambil posisi perang, merangsek, tiarap di sela-sela pohon
sambil terus menembaki mahasiswa yang berada di dalam kampus. Sementara
masyarakat melaporkan saat itu dari atap gedung BRI satu dan dua terlihat bola api
kecil-kecil meluncur yang diyakini sejumlah saksi sebagai sniper. Serbuan
tembakan hampir berlangsung selama dua jam.

Satu tahun setelah itu, tragedi Semanggi II terjadi. Dalam kasus ini 10 orang tewas
termasuk Yun Hap, 22, mahasiswa Fakultas Teknik UI, ikut tewas. Insiden ini terjadi
di tengah demonstrasi penolakan mahasiswa terhadap disahkannya RUU
Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB).

Kasus ini, menurut Hermawan Sulistyo dari Tim Pencari Fakta Independen menyebut
seperti sudah diperkirakan sebelumnya oleh aparat. Dia menurutkan begini; ''Yun
Hap ditembak pukul 20:40 oleh konvoi aparat keamanan yang menggunakan
sekurangnya enam truk militer yang mendekat dari arah Dukuh Atas. Konvoi
menggunakan jalan jalur cepat sebelah kanan alias melawan arus. Paling depan
tampak mobil pembuka jalan menyalakan lampu sirine tanpa suara. Sejak masuk
area jembatan penyeberangan di depan bank Danamon, truk pertama konvoi mulai
menembak. Sejumlah saksi mata
melihat berondongan peluru dari atas truk pertama, menyusul tembakan dari truktruk berikutnya.''
Berdasarkan fakta di lapangan TPFI menegaskan tidak mungkin ada kendaraan lain
selain kendaraan aparat. Sebab, jalur cepat yang dilalui truk-truk itu masih ditutup
untuk umum. Lagi pula truk-truk itu bergerak melawan arus, jadi tidak mungkin ada
mobil lain yang mengikuti.
Kini akibat peritiwa itu, sejumlah petinggi TNI Polri sedang diburu hukum. Mereka
adalah Jenderal Wiranto (Pangab), Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Pangdam
Jaya), Irjen (Pol) Hamami Nata (mantan kapolda Metro Jaya), Letjen Djaja Suparman
(mantan Pangdan jaya) dan Noegroho Djajoesman (mantan Kapolda Metro Jaya).

7.KEKERASAN TERHADAP ANAK

A.

KASUS PENYIKSAAN ANAK KANDUNG OLEH KEDUA ORANG TUA


CINCINNATI

Perbuatan sepasang suami istri asal Ohio ini sudah sangat kelewatan. Tanpa
alasan yang jelas, Paul dan Robin Kraft menganiaya lima anak kandung mereka
yang usianya berkisar antara 1 hingga 5 tahun. Maka, pantas jika Pengadilan
Hamilton County mengganjar mereka masing-masing hukuman penjara lima kali
seumur hidup dan 40 tahun.
Jaksa penuntut yang menangani kasus Kraft mengatakan bahwa penyiksaan
terhadap anak kandung tersebut dilakukan pada tahun 2004 lalu. Juni lalu, Robin
dinyatakan bersalah atas dua dakwaan perkosaan dan empat dakwaan penyiksaan
anak yang dikenakan kepadanya. Wanita 26 tahun asal Winton Hills itu mengaku
telah menyiksa sedikitnya salah satu anak kandungnya dan memaksa empat
lainnya untuk saling berhubungan seks.
Atas perbuatan biadab yang dilakukannya, Hakim Common Pleas Hamilton
County David Davis menjatuhkan hukuman maksimal 40 tahun kepada Robin, Jumat
lalu. Menurut Davis, hukuman maksimal itu diberikan untuk mencegah Robin bebas
dan kembali mengasuh anak-anaknya. Anak-anak tersebut memang tidak dipukuli,
tidak ada memar atau bekas luka. Tapi pemulihan akibat perlakuan Robin
membutuhkan waktu lama, kata asisten jaksa Mark Piepmeier.
Undang-undang penyiksaan anak, sebenarnya, cukup jarang digunakan di
Ohio. Pasalnya, untuk mengajukan tuntutan harus ada bukti-bukti yang lengkap.
Sementara, penyiksaan yang dialami anak-anak Kraft itu bukan berupa siksaan fisik.
Anak-anak tersebut mengalami siksaan psikologi yang cukup serius. Untuk
menyelesaikan kasus ini, kami menerapkan sebuah teori baru. Dan, untungnya teori
tersebut berhasil, imbuh Piepmeier.
Maret lalu, pengadilan yang sama juga menjatuhkan hukuman berat kepada
Paul atas kejahatan yang sama. Pria 32 tahun tersebut diganjar hukuman lima kali
seumur hidup atas lima dakwaan perkosaan. Sementara untuk 12 dakwaan
merangsang anak di bawah umur secara seksual, Paul mendapatkan hukuman
tambahan 96 tahun penjara. Selain itu, dia juga tidak mendapatkan hak bebas
sementara dari penjara di bawah perjanjian khusus, seperti tahanan yang lain.
Suami istri bejat tersebut ditangkap deputi sherif Hamilton County, Maret lalu.
Kejahatan keduanya terungkap setelah seorang agen Badan Rahasia AS, yang
sudah cukup lama mengamati sepak terjang Paul di internet, berhasil mengontak
pria tersebut. Agen rahasia yang berada di Miami itu kemudian chatting dengan
Paul di ruang bincang maya (chat room) bertajuk seks bayi dan pra remaja.
Dalam sebuah percakapan maya online, Paul memberikan sebuah tawaran yang
sangat mengejutkan kepada agen rahasia tersebut. Dia menawarkan diri untuk
memerkosa putri kandungnya yang masih berusia tiga tahun dan menayangkannya
langsung via internet. Paul tidak segan-segan melakukan itu, jika orang lain
bersedia melakukan hal yang sama dan dia diizinkan melihat tayangannya secara
live.

Mencium gelagat yang tidak baik, agen rahasia itu pun segera mengontak deputi
sherif Hamilton County. Setelah menerima laporan itu, deputi sherif tersebut segera
meluncur ke rumah keluarga Kraft serta menangkap Paul dan istrinya. Selama orang
tua mereka menjalani pemeriksaan, lima anak kandung Kraft dirawat di panti
pengasuhan. Trauma yang mereka alami, membuat lima anak tak berdosa itu sulit
berkomunikasi. Namun dengan terapi teratur, belakangan mereka sudah bisa
menceritakan kebusukkan orang tua mereka kepada petugas. (ap/*/hep)
Jawa Pos, Selasa, 01 Agt 2006,

B.

PENELANTARAN ANAK

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN--Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka


Sirait, mengatakan, jutaan anak Indonesia mengalami pelanggaran Hak Asasi
Manusia setiap tahun. Jenis bentuk pelanggaran HAM pun beragam.
Dalam seminar pendidikan anak bertema "Anakku Mada Depanku" di Medan, akhir
pekan lalu, Arist Merdeka Sirait, mengatakan, perlindungan terhadap hak anak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penghormatan terhadap HAM.
"Pengabaian hak anak sama halnya dengan pelanggaran
HAM," katanya.
Arist Merdeka menyatakan, pelanggaran HAM anak yang terjadi itu mulai dari
pembuangan bayi, penelantaran anak, gizi buruk hingga penularan HIV/Aids.
Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), kasus
pembuangan bayi yang umumnya dilakukan kalangan orang tua mengalami tren
peningkatan.

Pada tahun 2008, Komnas PA menerima pengaduan kasus pembuangan bayi


sebanyak 886 bayi. Sedangkan tahun 2009 jumlahnya meningkat menjadi 904 bayi.
Tempat pembuangan bayi juga beragam, mulai dari halaman rumah warga, sungai,
rumah ibadah, terminal, stasiun kereta api, hingga selokan dan tempat sampah.
Dari laporan yang didapatkan dari masyarakat, sekitar 68 persen bayi yang dibuang

tersebut meninggal dunia. "Sedangkan sisanya diasuh masyarakat atau dititipkan di


panti asuhan," katanya.
Kemudian, dari data yang didapatkan dari Direktorat Pelayanan Rehabilitasi Sosial
Kementerian Sosial, Komnas PA menemukan sekitar 5,4 juta anak yang mengalami
kasus penelantaran pada tahun 2009. Sedangkan anak yang hampir ditelantarkan
mencapai 17,7 juta orang, kata Arist Merdeka.
Kasus pelanggaran HAM anak yang lain adalah gizi buruk (marasmus kwasiokor)
yang berdasarkan dari UNICEF, badan PBB untuk perlindungan anak, jumlahnya
mencapai 10 juta jiwa di Indonesia. Dalam data Komnas PA, salah satu wilayah yang
paling terjadi kasus gizi buruk itu adalah Sumatera Barat.
"Di daerah ini (Sumatera Barat), 23 ribu anak dari 300 ribu usia balita mengalami
gizi buruk," katanya. Namun Arist Merdeka Sirait menyatakan, kasus gizi buruk dan
kekurangan gizi juga banyak terdapat di daerah lain.
Adapun kasus penularan HIV/Aids di Indonesia, terdapat 18.442 kasus orang tua
yang menderita penyakit mematikan tersebut hingga September 2009. Mereka,
kata Aries, tentu berpotensi menularkan terhadap anak berdasarkan laporan yang
didapatkan dari Kementerian Kesehatan.VVV

8.

KASUS

KDRT

Sehari Lapor Dua Kasus KDRT

Sriwijaya Post - Minggu, 14 Maret 2010 21:14 WIB


PALEMBANG - Nureha (40) ibu rumah tangga warga jl Ratu Sianom Lr H Umar No
700 RT 19 RW 4 Kelurahan 1 Ilir Kecamatan IT II melaporkan kasus Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT) yang dialaminya.
Kejadian berawal ketika ia cekcok dengan suaminya, Ahmad Yani (42), Minggu (7/3)
pukul 15.30. Mereka bertengkar mengenai permasalahan anak. Entah setan apa
yang masuk ke suaminya,

tiba-tiba Ahmad memukul istrinya dengan menggunakan kayu. Karena kalah


tenaga, korban tidak sempat mengelak bahkan menyelamatkan diri.
Atas kejadian tersebut Nureha dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan
karena mengalami luka lecet di siku tangan sebelah kiri, luka lecet di kaki sebelah
kanan, rasa sakit di
bagian kepala. Seminggu sesudah kejadian, Nureha yang ditemani anaknya
melaporkan kasus KDRT tersebut ke Poltabes Palembang, Sabtu (13/3) pukul 09.44.
Sedangkan di tempat berbeda, Ria Fatmawati (22) ibu rumah tangga warga Jl
Gubernur H A Bastari Lr Budi Mulya I RT 26 Jakabaring belakang kantor PLN juga
mengalami kasus KDRT yang dilakukan oleh suaminya Jasmian (32), swasta.
Kejadian berawal ketika Ria dan suaminya terlibat selisih paham masalah ekonomi,
Sabtu (13/3) pukul 07.30. Dalam pertengkaran itu, Jasmian memukul istrinya
dengan tangan kosong. Karena
tidak sempat mengelak, Ria mengalami luka memar, bengkak di dahi sebelah kiri
dan rasa sakit di telinga sebelah kanan. Akhirnya ibu muda ini melaporkan
suaminya ke Poltabes Palembang atas pemukulan tersebut, Sabtu pukul 08.23.
Kapoltabes Palembang Kombes Pol Luki Hermawan melalui Wakasat Reskrim AKP
Hans Rakmatulloh telah menerima laporan tersebut dan dalam proses penyelidikan.
B.Penggusuran
Penggusuran adalah pengusiran paksa baik secara langsung maupun secara tak
langsung yang dilakukan pemerintah setempat terhadap penduduk yang
menggunaan sumber-daya lahan untuk keperluan hunian maupun usaha.
Penggusuran terjadi di wilayah urban karena keterbatasan dan mahalnya lahan. Di
wilayah rural penggusuran biasanya terjadi atas nama pembangunan proyek
prasarana besar seperti misalnya bendungan.
Di kota besar, penggurusan kampung miskin menyebabkan rusaknya jaringan sosial
pertetanggaan dan keluarga, merusak kestabilan kehidupan keseharian seperti
bekerja dan bersekolah serta melenyapkan aset hunian. Penggusuran adalah
pelanggaran hak tinggal dan hak memiliki penghidupan. Dialog dan negosiasi
dengan pihak atau masyarakat terkait dilakukan untuk menghindari penggusuran.
Akan tetapi, penggusuran adalah hal yang mutlak untuk menanggulangi penduduk
liar. Hal ini karenakan mereka sama sekali tidak membayar tanah. Dan lagi, mereka
harus dipulangkan ke daerah asalnya, seperti transmigrasi
Penggusuran adalah pengusiran paksa baik secara langsung maupun secara tak
langsung yang dilakukan pemerintah setempat terhadap penduduk yang
menggunaan sumber-daya lahan untuk keperluan hunian maupun usaha.

Penggusuran terjadi di wilayah urban karena keterbatasan dan mahalnya lahan. Di


wilayah rural penggusuran biasanya terjadi atas nama pembangunan proyek
prasarana besar seperti misalnya bendungan.
Di kota besar, penggurusan kampung miskin menyebabkan rusaknya jaringan sosial
pertetanggaan dan keluarga, merusak kestabilan kehidupan keseharian seperti
bekerja dan bersekolah serta melenyapkan aset hunian. Penggusuran adalah
pelanggaran hak tinggal dan hak memiliki penghidupan. Dialog dan negosiasi
dengan pihak atau masyarakat terkait dilakukan untuk menghindari penggusuran.
Akan tetapi, penggusuran adalah hal yang mutlak untuk menanggulangi penduduk
liar. Hal ini karenakan mereka sama sekali tidak membayar tanah. Dan lagi, mereka
harus dipulangkan ke daerah asalnya, seperti transmigrasi

PENGGUSURAN RUMAH WARGA


Gubernur DKI Jakarta Janjikan Rumah Susun Jakarta, Kompas Penggusuran paksa
terus dilakukan oleh aparat Satuan Pelaksana Ketentraman Ketertiban dan
Perlindungan Masyarakat (Tramtib dan Linmas) Jakarta Utara terhadap bangunan
warga yang masih bertahan di bantaran kali Banjir Kanal Barat Teluk Gong, Jakarta
Utara.
Dalam kaitan itu, Wali Kota Jakarta Utara menjanjikan warga yang digusur bisa
menempati rumah susun.
Sejumlah petugas lapangan PT Jakarta Propertindo selaku pemborong proyek
pengurukan bantaran kali, Jumat (17/1), menggusur sebuah tenda yang ditempati
oleh 15 warga yang bertahan. Sebuah buldoser memorakporandakan tenda ketika
warga sedang beristirahat di dalam tenda.
Yadi (41), seorang warga bantaran kali, menuturkan, sekitar pukul 10.50, seorang
petugas lapangan PT Jakarta Propertindo bernama Rela dan dua temannya langsung
membongkar tenda.
Menurut Juriah, warga lainnya, ada sebanyak 23 keluarga atau sebanyak 50 warga
yang masih bertahan. Banyak juga dari warga sini yang akhirnya menerima dan
pindah mencari tempat lain, bahkan ada yang balik ke kampung. Tapi kami akan
tetap bertahan sampai keadilan ditegakkan. Selain uang ganti rugi yang cuma Rp
500.000 untuk satu rumah, sampai sekarang kami juga enggak tahu rumah
susunnya di mana dan kapan kami bisa menempatinya, kata Juriah.
Tetap gusur
Menanggapi masalah warga penghuni bantaran kali Banjir Kanal Barat Teluk Gong
yang masih bertahan, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

Pemerintah Kota Jakarta Utara Anas Djabir mengatakan, pihaknya akan tetap
melakukan penggusuran. Alasannya, hal itu sesuai dengan Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 11 Tahun 1988 mengenai Ketertiban Umum.
Menurut Anas, sebenarnya penggusuran tersebut telah disampaikan kepada warga
oleh Camat Penjaringan dan Lurah Pejagalan. Data di kelurahan menunjukkan
bahwa semua penghuni bantaran kali Banjir Kanal sudah mendapatkan uang
kerohiman atau uang kebijaksanaan, yang jumlahnya memang Rp 500.000. Tapi itu
bukan uang ganti rugi, tanahnya kan milik negara, paparnya.
Anas menambahkan, Gubernur DKI Jakarta juga telah menyiapkan rumah susun
Tipe 36 sebagai tempat tinggal alternatif mereka di Kalideres, Jakarta Barat. Rumah
susun tersebut terdiri dari 20 blok dan mampu menampung sebanyak 2.000
keluarga, dan mereka tidak akan dikenai uang muka.
Mereka membayar Rp 90.000 per bulan sebagai uang kontrakan. Rencananya,
rumah susun bisa ditempati awal Maret mendatang, kata Anas.
Menurut Wali Kota Jakarta Utara Soebagio, pihaknya sejak awal Januari lalu sudah
mendata warganya yang bakal dan sudah kena gusur, khususnya di daerah Muara
Baru, Kelurahan Penjaringan, dan di bantaran Kali Muara Angke, Kecamatan
Penjaringan.
Pendataan tersebut saya harapkan bisa segera dilakukan agar kami bisa segera
memperkirakan berapa luas tanah yang diperlukan untuk membangun rumah susun
bagi warga yang bakal digusur, tutur Soebagio. (NIC/B17)
- Gubernur DKI Jakarta Janjikan Rumah Susun
Jakarta, Kompas Penggusuran paksa terus dilakukan oleh aparat Satuan Pelaksana
Ketentraman Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat (Tramtib dan Linmas) Jakarta
Utara terhadap bangunan warga yang masih bertahan di bantaran kali Banjir Kanal
Barat Teluk Gong, Jakarta Utara.
Dalam kaitan itu, Wali Kota Jakarta Utara menjanjikan warga yang digusur bisa
menempati rumah susun.
Sejumlah petugas lapangan PT Jakarta Propertindo selaku pemborong proyek
pengurukan bantaran kali, Jumat (17/1), menggusur sebuah tenda yang ditempati
oleh 15 warga yang bertahan. Sebuah buldoser memorakporandakan tenda ketika
warga sedang beristirahat di dalam tenda.

C.

PENYIKSAAN TERHADAP TKW

KASUS SUMIATI
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Abdulrahman al-Khayyath mengatakan
kasus yang menimpa Sumiati, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Dompu, Nusa
Tenggara Barat itu tergolong kasus nyeleneh. Kasus yang dialami Sumiati jarang
terjadi di Saudi. Dan baru kali terjadi kasus seperti ini, kata al-Khayyath dalam
jumpa pers di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Kamis (18/10).
Al-Khayyath mengaku prihatin dengan tragedi yang menimpa Sumiati yang
tergolong sadis. Walau demikian, kata dia, pihak berwajib di Arab Saudi telah
melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap kasus memilukan ini.
Aparat berwenang di Kerajaan Saudi akan melakukan upaya-upaya hukum dalam
memproses kasus tersebut. Akan ada pemberitahuan secara transparan terkait
perkembangan kasus ini. Kami akan bekerjasama dengan pihak KBRI di Riyadh,
jelas al-Khayyath.

Peristiwa yang menimpa Sumiati sangat memiriskan dan melukai harga diri bangsa.
Perempuan berusia 23 tahun itu diperlakukan secara tak manusiawi oleh
majikannya di Madinah. Ia disiksa, diperlakukan tidak semestinya, disetrika dan
mulutnya digunting. Penyiksaan terhadap Sumiati terkuak pada Senin (7/10) lalu.
Saat itu Sumiati dibawa ke rumah sakit swasta di Madinah. Namun karena luka yang
dideritanya terlalu parah, ia pun dirujuk ke Rumah Sakit King Fahd.
Sejauh ini memang tidak terdapat Memorandum of Understanding (MoU) terkait
dengan perlindungan TKI/TKW antara pemerintah RI dengan Kerajaan Arab Saudi.
Namun al-Khayyath mengatakan pemerintahnya menjamin penuh keselamatan
para pekerja asing di negerinya. Apalagi tenaga kerja asal Indonesia yang dianggap
paling sopan dan santun dibandingkan tenaga kerja asing lainnya.
Kami menjamin keselamatan tiap orang yang datang ke Saudi, baik itu tenaga
kerja maupun wisatawan, walau tanpa MoU. Dan kami menjamin bahwa proses
hukum terhadap pelaku penyiksaan akan terus berjalan sesuai dengan mekanisme
dan undang-undang yang berlaku di Saudi, tegasnya.
Al-Khayyath menambahkan, Arab Saudi menganut prinsip adanya persamaan di
muka hukum. Siapa pun yang terlibat dan melanggar hukum akan diproses tanpa
pandang bulu. Dalam kasus Sumiati, pemerintah Saudi membentuk pengadilan
khusus untuk memprosesnya. Kepada tersangka akan dijatuhkan vonis sesuai
dengan perbuatannya, bisa berupa pemenjaraan ataupun denda, katanya.

Dan kami akan terus memberikan informasi secara transparan kepada KBRI di
Riyadh terkait dengan perkembangan kasus ini hingga dijatuhkannya vonis. Kami
juga akan memberikan informasi kepada media-media di Indonesia tanpa ada
satupun yang ditutup-tutupi, al-Khayyath menegaskan.
Guna mempercepat proses hukum atas kasus tersebut, Kedutaan Besar Arab Saudi
di Indonesia telah mengeluarkan sejumlah visa untuk para pejabat teras Indonesia
yang akan berangkat ke Saudi. Mereka adalah para pejabat yang ditugaskan oleh
Presiden RI untuk memberikan advokasi terhadap Sumiati.
Sebelumnya, pemerintah RI telah melayangkan nota diplomatik melalui KBRI di
Arab Saudi yang isinya mengecam perlakuan sadis terhadap Sumiati, Rabu (17/19).
Apa pun alasannya, penyiksaan yang dilakukan sang majikan terhadap Sumiati
tidak bisa diterima. "Apapun sebab dan alasannya, kita tidak terima Sumiati disiksa
seperti itu," kata Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur.

DAFTAR PUSAKA

http://www.scribd.com/doc/36910715/Tugas-PKn
http://www.kiapride.com/search/contoh-kata-pengantar-tugas-pkn/
http://www.kiapride.com/search/tugas+dan+catatan+sekolah%3A+kata+pengantar

http://donaemons.wordpress.com/2009/01/29/pelanggaran-pelanggaran-ham-diindonesia/
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/11/30/149703-komnasjutaan-anak-indonesia-alami-pelanggaran-ham
Koran Kabar Priangan//KATA PENGANTAR

1.

Pendahuluan
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu:
kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena hak
asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil mencapai
kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI
(Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus
dilaksanakan dan dicapai.
Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud
ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas
pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik
kita seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan,
keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

1.

1.

1.

1.

1.

1.

1.

Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan Negara
Hukum.
PEMBAHASAN
I. HAM ( Hak Asasi Manusia )
Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari istilah human rights
atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya adalah Hak-Hak Manusia. Namun dalam
beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi Manusia (HAM) lebih sering digunakan dari pada
pemakaian Hak-hak Manusia. Di Indonesia hak-hak manusia pada umumnya lebih dikenal dengan
istilah hak asasi sebagai terjemahan dari basic rights (Inggris) dangrondrechten (Belanda), atau bisa
juga disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah hak-hak asasi secara monumental lahir sejak
keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam Declaration des Droits de Lhomme et du Citoyen
(hak-hak asasi manusia dan warga negara Perancis), dengan semboyan Liberte, Egalite, Fraternite.
Istilah HAM berkembang sesual dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti
perubahan peradaban manusia dari masa ke masa. Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural
rights (hak-hak alam), yang berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala sesuatu berasal
dari alam termasuk HAM. Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi akhirnya tidak
diterima, karena tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan terbentuknya PBB, maka muncul
istilah baru yang lebih populer sekarang yaitu human rights Di Amerika Serikat dikenal dengan
sebutan Civil Rights. Perancis menyebutnya: Droit de L Homme; Belanda: Menselijke Rechten. Namun
dibalik beragamnya sebutan untuk Hak Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna yang
sama. Secara umum Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap
orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Adapun jenis jenis Hak Asasi Manusia yang dikenal di dunia adalah sebagai berikut:
Hak asasi pribadi / Personal Right:
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.
Hak asasi politik / Political Right:
Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya.
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
Hak azasi hukum / Legal Equality Right:
Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Hak untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil / PNS.
Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
Hak azasi Ekonomi / Property Rigths:
Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.
Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.
Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:
Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right:
Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.
Hak mendapatkan pengajaran.
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

Sementara itu, dalam konstitusi kita UUD 1945, juga memuat jaminan perlindungan atas Hak Asasi
Manusia. Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dalam tulisannya Demokrasi dan Hak Asasi
Manusia, dari konstitusi kita, setidaknya dapat dirangkum materi perlindungan Hak Asasi Manusia
seperti berikut ini:
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi .
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memimih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya.
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyim-pan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan
berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapapun.
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
di hadapan hukum.
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Negara, dalam keadaan apapun, tidak dapat mengurangi hak setiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional selaras dengan perkembangan
zaman dan tingkat peradaban bangsa.
Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang diajarkan oleh setiap agama, dan menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan menjalankan ajaran agamanya.
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah.
Untuk memajukan, menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin pelaksanaan Pasal 4 ayat (5) tersebut di atas, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
bersifat independen menurut ketentuan yang diatur dengan undang-un-dang.
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin peng-akuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Jika ke-27 ketentuan yang sudah diadopsikan ke dalam Undang-Undang Dasar diperluas dengan
memasukkan elemen baru yang bersifat menyempurnakan rumusan yang ada, lalu dikelompokkan
kembali sehingga mencakup ketentuan-ketentuan baru yang belum dimuat di dalamnya, maka rumusan hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar dapat mencakup empat kelompok materi sebagai
berikut:
i. Kelompok Hak-Hak Sipil yang dapat dirumuskan menjadi:
a) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
b) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang kejam,
tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan.
c) Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan.
d) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.
e) Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran dan hati nurani.
f) Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum.
g) Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan.
h) Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
i) Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
j) Setiap orang berhak akan status kewarganegaraan.
k) Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan dan
kembali ke negaranya.
l) Setiap orang berhak memperoleh suaka politik.
m) Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan
perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.
Terhadap hak-hak sipil tersebut, dalam keadaan apapun atau bagaimanapun, negara tidak dapat
mengurangi arti hak-hak yang ditentukan dalam Kelompok 1 a sampai dengan h. Namun, ketentuan tersebut tentu tidak dimaksud dan tidak dapat diartikan atau digunakan sebagai dasar untuk
membebaskan seseorang dari penuntutan atas pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang diakui
menurut ketentuan hukum Internasional. Pembatasan dan penegasan ini penting untuk memastikan
bahwa ketentuan tersebut tidak dimanfaatkan secara semena-mena oleh pihak-pihak yang berusaha
membebaskan diri dari ancaman tuntutan. Justru di sinilah letak kontroversi yang timbul setelah
ketentuan Pasal 28I Perubahan Kedua UUD 1945 disahkan beberapa waktu yang lalu.
ii. Kelompok Hak-Hak Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya:
a) Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapatnya secara
damai.
b) Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan rakyat.
c) Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik.
d) Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi
kemanusiaan.
e) Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang layak dalam
hubungan kerja yang berkeadilan.
f) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi.
g) Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan
memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang ber-martabat.
h) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
i) Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran.
j) Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia.

k) Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal selaras
dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa .
l) Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional.
m) Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang diajarkan oleh setiap
agama, dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan menjalankan ajaran
agamanya .
iii. Kelompok Hak-Hak Khusus dan Hak Atas Pembangunan
a) Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok masyarakat yang
terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak men-dapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan yang sama.
b) Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mencapai kesetaraan gender dalam kehidupan
nasional.
c) Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh fungsi reproduksinya dijamin
dan dilindungi oleh hukum.
d) Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian dan perlindungan orangtua, keluarga, masyarakat
dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta per-kembangan pribadinya.
e) Setiap warga negara berhak untuk berperan serta dalam pengelolaan dan turut menikmati manfaat
yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam.
f) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
g) Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan dalam
peraturan perundangan-undangan yang sah yang dimaksudkan untuk menyetarakan tingkat
perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami perlakuan diskriminasi dengan kelompokkelompok lain dalam masyarakat, dan perlakuan khusus sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) pasal
ini, tidak termasuk dalam pengertian diskriminasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (13).
iv. Tanggungjawab Negara dan Kewajiban Asasi Manusia
a) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai
dengan nilai-nilai agama, moralitas dan kesusilaan, keamanan dan ketertiban umum dalam
masyarakat yang demokratis.
c) Negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak
asasi manusia.
d) Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang
bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan, susunan dan kedudukannya diatur
dengan undang-undang.
II. NEGARA HUKUM
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum telah lama ada dan
berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai dari jaman Plato hingga kini, konsepsi Negara
Hukum telah banyak mengalami perubahan yang mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk
merumuskan apa yang dimaksud dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja yang harus ada dalam
konsep Negara Hukum.
Perkembangan Negara Hukum sudah terjadi sejak jaman Plato dan Aristoteles. Perkembangan konsep
Negara Hukum dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
a) Jaman Plato dan Aristoteles
Plato dan Aristoteles mengintrodusir Negara Hukum adalah negara yang diperintah oleh negara yang
adil. Dalam filsafatnya, keduanya menyinggung angan-angan (cita-cita) manusia yang
berkorespondensi dengan dunia yang mutlak yang disebut :
1) Cita-cita untuk mengejar kebenaran (ide der warhead);

2) Cita-cita untuk mengejar kesusilaan (ide der zodelijkheid);


3) Cita-cita manusia untuk mengejar keindahan (idee der schonheid);
4) Cita-cita untuk mengejar keadilan (ide der gorechtigheid).
Plato dan Aristoteles menganut paham filsafat idealisme. Menurut Aristoteles, keadilan dapat berupa
komunikatif (menjalankan keadilan) dan distribusi (memberikan keadilan). Menurut Plato yang
kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles, bahwa hukum yang diharapkan adalah hukum yang adil dan
dapat memberikan kesejahteraan bagi msyarakat, hukum yang bukan merupakan paksaan dari
penguasa melainkan sesuai dengan kehendak warga Negara, dan untuk mengatur hukum itu
dibutuhkan konstitusi yang memuat aturan-aturan dalam hidup bernegara.
b) Di Daratan Eropa (menurut paham Eropa Kontinental)
Diawali pendapat dari Immanuel Kant yang mengartikan Negara Hukum adalah Negara Hukum Formal
(Negara berada dalam keadaan statis atau hanya formalitas yang biasa disebut dengan Negara
Penjaga Malam /Nachtwakestaat). F.J. Stahl, kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciriciri Negara hukum (rechtstaat) sebagai berikut :
1) Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia;
2) Pemisahan kekuasaan Negara;
3) Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4) Adanya Peradilan Administrasi.
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl kemudian ditinjau ulang oleh
International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang
memberikan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus pula
menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
2) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3) Pemilihan Umum yang bebas;
4) Kebebasan menyatakan pendapat;
5) Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
6) Pendidikan Kewarganegaraan.
c) Indonesia, dalam Seminar Nasional Indonesia tentang Indonesia Negara Hukum
Pada tahun 1966 di Jakarta diadakan Seminar Nasional Indonesia tentang Indonesia Negara Hukum.
Yang mana salah satu hasil Seminar adalah dirumuskannya prinsip-prinsip Negara Hukum yang
menurut pemikiran saat itu, prinsip ini dapat diterima secara umum. Prinsip-prinsip itu adalah :
1) Prinsip-prinsip jaminan dan perlindungan terhadap HAM;
2) Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak, artinya :
Kedudukan peradilan haruslah independen tetapi tetap membutuhkan pengawasan baik internal dan eksternal.
Pengawasan eksternal salah satunya dilaksanakan oleh Komisi Ombudsman (dibentuk dengan Keppres No. 44 Tahun
2000 tentang Komisi Ombudsman) yaitu Lembaga Pengawas Eksternal terhadap Lembaga Negara serta memberikan
perlindungan hukum terhadap publik, termasuk proses berperkara di Pengadilan mulai dari perkara diterima sampai perkara
diputus.
Menurut Sri Soemantri yang terpenting dalam Negara hukum , yaitu :
Bahwa pemerintahan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan hukum atau peraturan perundangundangan;
Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warganya);
Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara;
Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle).
Istilah negara hukum ada yang menyebutnya dengan Rechsstaat dan ada pula disebut dengan Rule of
Law. Sarjana Eropa Kontinental menyebutnya dengan Rechsstaat. Sarjana Hukum Anglo Saxon
(Inggeris dan Amerika) menyebutkan negara hukum dengan Rule of Law.
Jadi dapat disimpulkan bahwa negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan Pemerintahannya berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Menurut Montesqueu, negara yang paling baik ialah negara hukum sebab di dalam konstitusi di
banyak negara mempunyai tiga inti pokok yaitu: Perlindungan HAM; Ditetapkannya ketatanegaraan
suatu negara; Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara.
Disamping itu salah satu tujuan Negara Hukum adalah memperoleh setinggi-tingginya kepastian
hukum (rechtzeker heid) bagi warganya. Kepastian hukum menjadi makin dianggap penting bila
dikaitkan dengan ajaran negara berdasar atas hukum. Telah menjadi pengetahuan klasik dalam ilmu
hukum bahwa hukum tertulis dipandang lebih menjamin kepastian hukum dibandingkan dengan
hukum tidak tertulis.
III. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian ditinjau ulang oleh
International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang
memberikan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus pula
menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
c. Pemilihan Umum yang bebas;
d. Kebebasan menyatakan pendapat;
e. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
f. Pendidikan Kewarganegaraan.
Seperti dijelaskan di atas, jelaslah bahwa sebuah Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat
mutlak bahwa negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana
Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia setiap warganya.
IV. INDONESIA DAN HAK ASASI MANUSIA
Pada tahun 1966 di Jakarta diadakan Seminar Nasional Indonesia tentang Indonesia sebagai Negara
Hukum. Yang mana salah satu hasil Seminar adalah dirumuskannya prinsip-prinsip Negara Hukum
yang menurut pemikiran saat itu, prinsip ini dapat diterima secara umum. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Prinsip-prinsip jaminan dan perlindungan terhadap HAM;
2. Prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Artinya Indonesia sebagai Negara Hukum amatlah menghormati prinsip prinsip penegakan HAM.
Dilihat dari segi hukum dan konstitusi, tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan HAM tercermin dari
berbagai ketentuan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 45) dan
Pancasila, dalam Undang-undang Dasar yang telah di amandemen, Undang-undang Nomor 39/1999
tentang HAM, Undang-undang
Nomor 26/2000 tentang Pengadilan HAM, dan ratifikasi yang telah dilakukan terhadap sejumlah
instrumen HAM intemasional.
Dalam Pembukaan UUD 45 dengan tegas dinyatakan bahwa pejajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dalam amandemen kedua UUD 1945, pasal 28 telah dirubah menjadi bab tersendiri yang memuat 10 pasal mengenai
Hak Asasi Manusia.
Dalam Undang-undang Nomor 39/1999 tentang HAM telah dimuat hak asasi manusia yang tercantum dalam instrumen
utama HAM internasional, yaitu : Deklarasi Universal HAM, Konvensi hak sipil dan politik, Konvensi hak, ekonomi, sosial dan
budaya, konvensi hak perempuan, konvensi hak anak dan konvensi anti penyiksaan. Undang-undang ini selain memuat mengenai
HAM dan kebebasan dasar manusia, juga berisi bab-bab mengenai kewajiban dasar manusia, Komnas HAM, partisipasi
masyarakat dan pengadilan HAM.
Dalam Undang-undang Nomor 26/2000 tentang Pengadilan HAM khususnya dalam Bab III dinyatakan bahwa
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat.
Indonesia juga telah meratifikasi sejumlah konvensi HAM internasional, di antaranya yang terpenting
adalah:
Konvensi Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), diratifikasi dengan UU No.7 /
1984.
Konvensi HAK Anak (CRC), diratifikasi dengan Keppres No.36/1990.

1.

Konvensi Anti Penyiksaan (CAT), diratifikasi dengan UU No.5/1998.


Konvensi Penghapusan Diskriminasi Ras (CERD), diratifikasi dengan UU No.29/1999.
Sejumlah (14) konvensi ILO (Hak pekerja).
Pembentukan konstitusi ini merupakan bentuk tanggung jawab bangsa Indonesia sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu pembentukannya juga mengandung suatu misi
mengemban tanggung jawab moral dan hukum dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh PBB sebagai Negara Hukum, serta yang terdapat
dalam berbagai instrument hukum lainnya yang mengatur hak asasi manusia yang telah disahkan dan
atau diterima negara Republik Indonesia.
Perlindungan Hak Asasi Manusia sudah menjadi asas pokok dalam kehidupan bernegara di Indonesia.
Hal ini terbukti dari pernyataan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dalam pembukaannya
di Alinea pertama yang menyatakan bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka penjajahan
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan. Hal ini berarti adanya freedom to
be free, yaitu kebebasan untuk merdeka, dan pengakuan atas perikemanusiaan telah menjelaskan
bahwa Bangsa Indonesia mengakui akan adanya hak asasi manusia..
Prinsip-prinsip HAM secara keseluruhannya sudah tercakup didalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945. Prinsip universalitas yang merupakan bentuk menyeluruh, artinya setiap orang / tiada
seorangpun tanpa memandang ras,agama,bahasa,kedudukan maupun status lainnya,dimana setiap
orang memiliki hak yang sama dimata hukum, namun prinsip universalitas tidak keseluruhannya
terkandung dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, hal ini dibuktikan dari pernyataan
di dalam pembukaannya yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia Hal ini berarti Negara hanya bertanggung jawab kepada hak dari seluruh warga Indonesia
saja. Begitu juga dengan beberapa pasal yang mengistilahkan setiap warga Negara / tiap-tiap warga
Negara, seperti pada pasal 27 ayat (1), (2), pasal 30 ayat (1),pasal 31 ayat (1) Padahal yang
dimaksudkan sebagai prinsip universal adalah ketentuan hak yang berlaku bagi semua orang, bukan
terbatas pada wilayah tertentu.
KESIMPULAN
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Hak Asasi Manusia juga dapat dipandang sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk TUHAN YANG MAHA ESA dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Negara hukum adalah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan Pemerintahannya berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Negara hukum dengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan sisi yang berbeda. Negara
Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan.
Indonesia sebagai Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999 yaitu Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YANG MAHA ESA dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
HAM di Indonesia untuk mewujudkan penghormatan dan penegak HAM yang kuat ketika bangsa ini
memperjuangkan hak asasinya, yaitu: kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh
penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri
negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan
Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai.
REFERENSI
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Konstitusi Press, 2005
Asshiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Mahkamah Konstitusi, 2005

Zakaria, Nooraihan. Konsep Hak Asasi Manusia. Jakarta: DBP, 2005


Lubis, Todung Mulya. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005
Ismail, Basuki. Negara Hukum Dem
krasi. Jakarta: Rimihyo, 1993

KASUS:
Kerusuhan 1998 yang terjadi dibeberapa tempat di daerah Jakarta, maupun diluar
daerah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yangdalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasanyang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak
jugamerupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal
yangsering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM
lebihdijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era
sebelumreformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak

sendiri dankita hidup bersosialisasi dengan oranglain. Jangan sampai kita


melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasatertarik untuk
membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak
Asasi Manusia.
B.Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.Pengertian HAM
2.Perkembangan HAM
3.HAM dalam tinjauan Islam4.Contoh-contoh pelanggaran HAM
C.Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalahdan
tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusunmembatasi
masalah hanya pada ruang lingkup HAM.

D.Metode Pembahasan
Dalam hal ini penulis menggunakan:
1.Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan
ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat
ataukelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atauhubungan
antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).
2.Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melaluikepustakaan,
mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-bukudan bahan lainnya
yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

BAB II
ISI
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
A.Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

1.Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam TeachingHuman
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopamenegaskan bahwa
HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsungoleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakekatdan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakananugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara,hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkatdan martabat manusia
Ruang lingkup HAM meliputi:
Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta
Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
2.Ciri Pokok Hakikat HAM
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,
melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan
tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik
Sipil maupun Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian
darimanusia secara otomatis.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama,etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasiatau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun
sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM
(Mansyur Fakih, 2003).
Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global
Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai
HAM ,yaitu:
- HAM menurut konsep Negara-negara Barat
1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.
2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

- HAM menurut konsep sosialis;


1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat
2) Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.
3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
-HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:
1.Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.
2.Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap
kepala keluarga
3.Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban
sebagai anggota masyarakat.
-HAM menurut konsep PBB
`Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor
Roosevelt dan secara resmi disebut Universal Decralation of Human Rights.
Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai:
Hak untuk hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Hak untuk mendapat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama
Hak untuk mendapat pekerjaan
Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.
Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang
tidak dapat di pisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam
pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya
pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui sutu konsep kerja sama
internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan,
dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme,
serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu,
penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan
konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:
Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional
Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga

yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia


Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di
depan hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk
memetuhi/ menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta
konsekuen
Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi
manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika
masyarakat dapat berjalan sewajarnya.
Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi
Nasional Pemberantasan Korupsi.
Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme
dan penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara
serta badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan
hukum dan HAM.
Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka
mewujudkan proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan
biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
B.Perkembangan Pemikiran HAM
Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan
adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu
tertib hukum yang baru.
Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridismelainkan juga hakhak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
menunjukan perluasan pengertian konsepdan cakupan hak asasi manusia. Pada
masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan denganhak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasiketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan
hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiranHAM generasi ketiga juga
mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi
dalam arti pembangunan ekonomimenjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya
terabaikan sehinggamenimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat
lainnya yangdilanggar.
Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominantdalam
proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomidan menimbulkan
dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu
program pembangunan yang dijalankantidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara
keseluruhan melainkanmemenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM
generasi keempatdipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun
1983melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of thebasic

Duties of Asia People and Government .


Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:
Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dikawasan
Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan
hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hokum yang dibuatnya), menjadi
dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka
hokum (Mansyur Effendi,1994).
*The American declarationPerkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan
munculnya The AmericanDeclaration of Independence yang lahir dari paham
Rousseau danMontesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak didalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia
harusdibelenggu.
*The French declarationSelanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French
Declaration (DeklarasiPerancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi
sebagaimana dimuatdalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh
ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku
prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian
ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia
bersalah.
*The four freedomAda empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat,
hak kebebasanmemeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama
yangdiperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa
berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera
bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi
usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam
posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain
( Mansyur Effendi,1994).

Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:


Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische
Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan sertamendapatkan perlakukan
yang sama hak kemerdekaan.
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD
dalam 4 periode, yaitu:
1.Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD1945
2.Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlakukonstitusi Republik
Indonesia Serikat
3.Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950

4.Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 19451.


HAM Dalam Tinjauan Islam
Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagaiagama
telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Olehkarena itu,
perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutanajaran itu
sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusiatanpa
terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal danabadi,
tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu Ala Almaududi, 1998). DalamIslam
terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah.
Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusiadan
juga sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas darikedua
hak tersebut, misalnya sholat.Sementara dalam hal al insan seperti hak
kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya.Konsep
islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatanteosentris
(theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnyasebagai
tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa. Dengan demikiankonsep
Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid.
Konsep tauhid mengandungide persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep
tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua makhluk yang oleh
Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide perikemakhlukan. Islam
datang secara inheren membawaajaran tentang HAM, ajaran islam tentang HAM
dapat dijumpai dalam sumber utamaajaran islam yaitu al-Quran dan al-Hadits yang
merupakan sumber ajaran normative, juga terdapat praktek kehidupan umat
islam.Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam:
-Pertama, Hak Darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak
tersebut dilanggar, bukanhanya membuat manusia sengsara, tetapi juga
eksistensinya bahkan hilang harkatkemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup
dilanggar maka berarti orang itu mati.
-Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan
berakibathilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh
sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup.
-Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak
primer dan sekunder (Masdar F. Masudi, 2002)Mengenai HAM yang berkaitan
dengan hak-hak warga Negara, Al Maududimenjelaskan bahwa dalam Islam hak
asasi pertama dan utama warga negara adalah:
1.Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan
bahwa hak ini tidak kami dicampuri,kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan
ilegal.
2.Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribaditidak bisa dilanggar
kecuali setelah melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum
danmemberikan kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan
3.Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganutkeyakinan masingmasing
4.Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warganegara tanpa
membedakan kasta atau keyakinan. Salah satukewajiban zakat kepada umat Islam,
salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.

HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional


Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulisyang
memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara).
Kedua,dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat,
dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah,
keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.Kelebihan pengaturan HAM
dalam konstitusi memberikan jaminan yangsangat kuat karena perubahan dan atau
penghapusan satu pasal dalam konstitusiseperti dalam ketatanegaraan di Indonesia
mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen
dan referendum, sedangkan kelemahannyakarena yang diatur dalam konstitusi
hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam
konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementaraitu bila pengaturan HAM dalam
bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada
kemungkinan seringnya mengalami perubahan.
Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orangtermasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian
yangsecara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut
HAMseseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan
tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk
pelanggaranHAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat
itu.Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksuduntuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa,ras, kelompok etnis dan kelompok agama.
Kejahatan genosida dilakukan dengan caramembunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,memaksakan tindakantindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalamkelompok, dan memindahkan
secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu kekelompok lain (UU No. 26/2000
tentang pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yangdilakukan
sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yangdiketahuinya
bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa
pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk
secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok
hukuminternasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara
paksaatau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan
terhadap suatukelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras,kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain
yang telah diakuisecara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negaramaupun
bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karenaitu
penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan
terhadapaparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh

aparatur negara.Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan,


penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang
berada dilingkungan pengadilan umum.
Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan
(promotion),perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak
sajadibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu warga negara.
Artinyanegara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM
sebenarnyatidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh
rakyatkepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal.1.
Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM
Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornyadengan dalih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnyaKlip Muntu pada tahun 2003.
Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu
mata kuliah kepada mahasiswamerupakan pelanggaran HAM ringan kepada
setiapmahasiswa.
Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap
para pejalan kaki, sehinggamenyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir
jalansehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalanmerupakan pelanggaran
HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa
menikmatiarus kendaraan yang tertib dan lancar.
Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknyamasuk pada suatu jurusan
tertentu dalam kuliahnyamerupakan pelanggaran HAM terhadap anak,
sehinggaseorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuaidengan minat dan
bakatnya.

Kasus pelanggaran HAM:


Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang
Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda
pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka
tidak mengakui pemerintahan ini dan mereka mendesak pula untuk menyingkirkan
militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang
dwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu penyebab bangsa ini tak
pernah bisa maju sebagaimana mestinya. Benar memang ada kemajuan, tapi bisa
lebih maju dari yang sudah berlalu, jadi, boleh dikatakan kita diperlambat maju.
Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan
mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kotakota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari
dunia internasional terlebih lagi nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di
Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mecegah
mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat
perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di
bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah
membuktikan bahwa perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat
berani dan jika perlu mereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia
baru.
Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat bergerak
menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak
ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh
tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu
runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok
pertama kali di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Satu orang
pelajar, yaitu Lukman Firdaus terluka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari
kemudian ia meninggal dunia.
Esok harinya Jum'at tanggal 13 November 1998 ternyata banyak mahasiswa dan
masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya,
bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di depan kampus Atma Jaya Jakarta.
Jalan Sudirman sudah dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang
harinya jumlah aparat semakin banyak guna menghadang laju mahasiswa dan
masyarakat. Kali ini mahasiswa bersama masyarakat dikepung dari dua arah
sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan kendaraan lapis baja.
Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu
orang dan sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan
massa membuat masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba
bertahan namun saat itu juga terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat dan
saat di jalan itu juga sudah ada mahasiswa yang tertembak dan meninggal seketika
di jalan. Ia adalah Teddy Wardhana Kusuma merupakan korban meninggal pertama
di hari itu.
Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Atma Jaya untuk berlindung dan merawat
kawan-kawan dan masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat
adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernadus R. Norma Irawan,
mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah
depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Atma
Jaya, Jakarta. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus
terjadi penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan saat itu juga

lah semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun
terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus
berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya
peristiwa itu hingga jumlah korban yang meninggal mencapai 15 orang, 7
mahasiswa dan 8 masyarakat. Indonesia kembali membara tapi kali ini tidak
menimbulkan kerusuhan.
Anggota-anggota dewan yang bersidang istimewa dan tokoh-tokoh politik saat itu
tidak peduli dan tidak mengangap penting suara dan pengorbanan masyarakat
ataupun mahasiswa, jika tidak mau dikatakan meninggalkan masyarakat dan
mahasiswa berjuang sendirian saat itu. Peristiwa itu dianggap sebagai hal lumrah
dan biasa untuk biaya demokrasi. "Itulah yang harus dibayar mahasiswa kalau
berani melawan tentara".
Betapa menyakitkan perlakuan mereka kepada masyarakat dan mahasiswa korban
peristiwa ini. Kami tidak akan melupakannya, bukan karena kami tak bisa
memaafkan, tapi karena kami akhirnya sadar bahwa kami memiliki tujuan yang
berbeda dengan mereka. Kami bertujuan memajukan Indonesia sedangkan mereka
bertujuan memajukan diri sendiri dan keluarga masing-masing. Sangat jelas!

C.Analisis Kasus
Setelah kita membaca sebuah artikel diatas tentang kerusuhan 1998 yang terjadi
dibeberapa tempat di daerah Jakarta, maupun diluar daerah Jakarta. Kita dapat
menyimpulkan bahwa banyak terjadi pelanggaran HAM, bahkan ada yang termasuk
dalam pelanggaran HAM. Salah satu contohnya adalah ketika para mahasiswa dan
juga masyarakat luas sedang berunjuk-rasa menentang atau menolak Sidang
Istimewa 1998 yang membahas untuk menentukan Pemilu berikutnya dan
membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan dan juga menentang
dwifungsi ABRI.
Ketika itu ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak menuju Gedung
MPR/DPR dari segala arah, namun usaha itu tidak berhasil karena penjagaan yang

ketat dari personil ABRI. Pada malam hari di hari yang sama terjadi bentrokan yang
pertama kali di daerah Slipi. Banyak korban luka-luka dari mahasiswa bahkan satu
orang pelajar tewas dalam insiden berdarah tersebut.
Dari salah satu dari sekian banyak pelanggaran HAM dari contoh kasus tersebut kita
dapat mengetahui bahwa tindakan ABRI pada saat itu sangat melanggar hak asasi
manusia untuk berpendapat. Bukannya para mahasiswa dan masyarkat
mengeluarkan aspirasinya justru tindakan arogan dari aparat saat itu. Banyak
kejadian yang melanggar HAM bahkan tidak sedikit korban yang berjatuhan baik
yang luka-luka ataupun korban jiwa.
Itu menunjukan bahwa pada saat itu hak asasi sebagai manusia tidak berjalan yang
menyebabkan banyaknya protes-protes dari kalangan mahasiswa ataupun
masyarakat.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengankiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satuhal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM
oranglain.HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam,
Islamsudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat
dijumpaidalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang
merupakansumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat
Islam.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam UndangUndang pengadilan HAM.
Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan danmemperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormatidan menjaga HAM
orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. DanJangan sampai pula
HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita
harus mampu menyelaraskan danmengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang
lain.

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN HAM
Istilah Hak Asasi Manusia dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan sebutan droit de
lhome (perancis), yang berarti hak manusia, Human Rights (Inggris) atau mensen rechten
(Belanda) yang dalam bahasa Indonesia disalin menjadi hak-hak kemanusian atau hak-hak asasi
manusia.

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati,
universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak
seperti hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak untuk mengembangkan diri, hak keadilan, hak
kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan merupakan hak yang
tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun, seperti yang tercantum pada rumusan hak
asasi manusia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia vide Tap
MPR No. XVII/MPR/1998.
Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang secara inheren
melekat dalam setiap diri manusia sejak dilahirkan. Pengertian ini mnengandung arti bahwa
HAM merupakan karunia dari yang maha kuasa kepada
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa
hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya, atau
kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak Asasi bersifat umum (universal), karena
diyakini beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin.
Dasar dari hak asasi, bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan bakat dan cita-citanya. Hak Asasi manusia bersifat supralegal, artinya tidak bergantung
kepada adanya suatu Negara atau undang-undang dasar, maupun kekuasaan pemerintah, bahkan
memiliki kewenangan lebih tinggi, karena hak asasi manusia dimiliki manusia bukan karena
kemurahan atau pemberian pemerintah, melainkan Karena berasal dari sumber yang lebih tinggi.
Disebut HAM karena melekat pada eksistensi manusia, yang bersifat universal, merata dan tidak
dapat dialihkan.
Karena HAM itu bersifat kodrati, sebenarnya ia tidak memrlukan legitimasi yuridis untuk
pemberlakuannya dalam suatu system hukum nasional maupun Internasional. Sekalipun tidak
ada perlindungan dan jaminan konstitusional terhadap HAM , hak itu tetap eksis dalam setiap
diri manusia. Gagasan HAM yang bersifat teistik ini diakui kebenarannya sebagai nilai yang
paling hakiki dalam diri manusia. Namun karena sebagian besar tata kehidupan manusia bersifat
sekuler dan positivistic, maka eksistensi HAM memerlukan landasan yuridis untuk diberlakukan
dalam mengatur kehidupan manusia.

Perjuangan dan perkembangan hak-hak asasi manusia di setiap negara mempunyai latar
belakang sejarah sendiri-sendiri sesuai dengan perjalanan hidup bangsanya, meskipun demikian
sifat dan hakikat HAM di mana-mana pada dasarnya sama juga
Atas dasar itulah maka tidak ada orang atau badan manapun yang dapat mencabut hak itu
dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak ada seorangpun diperkenankan untuk
merampasnya, serta tidak ada kekuasaan apapun untuk membelenggungnya.
B. SEJARAH HAM
Sejarah HAM dimulai pada saat berakhirnya Perang Dunia II. Dan, negara-negara
penjajah berusaha menghapuskan segi-segi kebobrokan daripada penjajahan, sehingga pemikirpemikir Barat mencetuskan konsep "Declaration of Human Rights" (DUHAM) pada tahun 1948.
Semula Konsep HAM ini secara sukarela dijual ke semua negara yang sedang berkembang atau
negara bekas jajahan namun tidak banyak mendapat respon. Banyak negara tidak bersedia
menandatangani "Declaration of Human Rights".

Hak Asasi

Manusia (HAM) dilahirkan oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin Eleanor Roosevelt, dan pada
10 Desember 1948 secara resmi diterima oleh PBB sebagai Universal Declaration of Human
Rights. Universal Declaration of Human Rights (1948) memuat tiga puluh pasal, menjelaskan
hak-hak sipil, politik, ekonomi, social dan kebudayaan yang fundamental yang harus dinikmati
oleh manusia di dunia ini.Hal itu sesuai dengan pasal 1 piagam PBB, menegaskan salah satu
tujuan PBB adalah untuk mencapai kerjasama internasiomal dalam mewujudkan dan mendorong
penghargaan atas hak-hak asasi manusia dan kemerdekaan yang mendasari bagi semua orang,
tanpa membedakan suku bangsa, kelamin, bahasa maupun agama. Pada awalnya deklarasi ini
hanya mengikat secara formal dan moral anggota PBB, tetapi sejak 1957 dilengkapi 3 (tiga)
perjanjian :
1.

International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights

2.

International Covenant em civil and political rights

3.

Optional Protocol to the International covenant on civil and Political Rights


Ketiga dokumen tersebut diterima Sidang Umum PBB 16 Desember 1966, dan kepada anggota
PBB diberi kesempatan untuk meratifikasinya. Setiap Negara yang

meratifikasi dokumen

tersebut, berarti terikat dengan ketentuan dokumen tersebut. Kovenan tersebut bertujuan
memberi perlindungan atas hak-hak (rights) dan kebebasan (freedom) pribadi manusia.

Setiap Negara yang meratifikasi kovenan tersebut, menghormati dan menjamin semua
individu di wilayah kekuasaannya, dan mengakui kekuasaan pengadilan hak-hak yang diakui
dalam kovenan tersebut, tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pendapat politik, asal-usul kebangsaan atau social, harta milik, kelahiran atau status lainnya.
Meskipun telah disepakati secara aklamasi oleh sejumlah anggota PBB, baru 10 tahun kemudian
perjanjian itu dapat diberlakukan. Ini disebabkan pada tahun 1976, baru 35 negara bersedia
meratifikasi. Bahkan tidak berbeda dengan Indonesia, Negara yang merasa dirinya champion
dalam hak asasi manusia seperti USA dan Inggris hingga awal decade 1990-an belum
meratifikasi kedua kovenan tersebut
C. PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Memang jika ditilik dari defenisi HAM maka di Indonesia tercatat banyak sekali kasus
yang terjadi khususnya di bidang HAM. Misalnya kasus-kasus penggusuran rumah-rumah warga
yang dibangun di sekitar jembatan, pembersihan para pedagang kaki lima yang sering
meresahkan para pengguna jalan raya seperti para pengguna kendaraan bermotor dan para
pejalan kaki
Berikut adalah perkembangan HAM di Indonesia
1.

Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 1945 )

Boedi Oetomo

Dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah memperlihatkan adanya
kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi petisi yang dilakukan kepada
pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk
pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat.

Perhimpunan Indonesia Lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib


sendiri.

Sarekat Islam Menekankan pada usaha usaha unutk memperoleh penghidupan yang
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.

Partai Komunis Indonesia Sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih
condong pada hak hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu isu yang berkenan
dengan alat produksi.

Indische Partij Pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.

Partai Nasional Indonesia Mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.

Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia Menekankan pada hak politik yaitu hak untuk
mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan
berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan
Negara. Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang
BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan
Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam
sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum,
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran
dengan tulisan dan lisan.

2.
a.

Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 sekarang )

Periode 1945 1950


Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak kebebasan
untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk untuk
menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi
secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara
( konstitusi ) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana
ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945.Langkah selanjutnya
memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera
dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

b. Periode 1950 1959

Periode 1950 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan momentum yang sangat
membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal atau
demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh
Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami pasang dan
menikmati bulan madu kebebasan. Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima
aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai partai politik dengan beragam ideologinya
masing masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul betul menikmati
kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam
suasana kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan
rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat
dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan
pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya
kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
c.

Periode 1959 1966


Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai
reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi
terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi
terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik
maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi pemasungan
hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.

d. Periode 1966 1998


Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk
menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM.
Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan
gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan
HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum
II yang merekomendasikan perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna
melindungi HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966
MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam

piagam tentang Hak hakAsasiManusiadanHak hak serta KewajibanWarga negara. Sementara


itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM mengalami
kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegakkan. Pemerintah pada
periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang umumnya
restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa HAM
adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai nilai luhur budaya bangsa yang
tercermin dalam Pancasila serta bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM
sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan
deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan
bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara Negara Barat untukmemojokkan.
Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.Meskipun dari pihak pemerintah mengalami
kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini
terutama dikalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) dan
masyarakat akademisi yang concern terhadap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh
masyarakat melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran
HAM yang terjadi seprtikasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di
Irian Jaya, dan sebagainya.Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an
Nampak memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah
dari represif dan defensive menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan
dengan penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan
HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan
KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk memantau dan
menyelidiki pelaksanaan HAM, serta member pendapat, pertimbangan, dan saran kepada
pemerintah perihal pelaksanaan HAM.
e.

Periode 1998 sekarang


Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak yang sangat besar pada
pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian
terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan
perlindungan HAM.Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan perundang undangan yang
berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di

Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum
nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi dari hokum dan instrument
Internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap penentuan telah ditetapkan
beberapa penentuan perundangundangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara
( UndangundangDasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang undang (UU), peraturan
pemerintah dan ketentuan perundangundangan lainnya.
Pada masa menjelang peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa Reformasi
banyak sekali kejadian menyangkut pelanggaran HAM ini. Peristiwa 1998 yang berujung
penguduran diri Presiden Soeharto pada waktu itu sebetulnya adalah puncak dari segala peristiwa
yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan yang sangat represif, banyak

aktifis yang tiba-tiba hilang tak tahu di mana rimbanya. Disinyalir kuat mereka telah diculik dan
dibunuh oleh tangan-tangan penguasa pada waktu itu.

Aksi

demo

besar-

besaran mahasiswa dari seluruh Indonesia juga menyimpan sejumlah kasus pelanggaran HAM
oleh aparat keamanan terhadap rakyat sipil. Semuanya berlangsung secara sporadic dan sangat
massif pada waktu itu. Karena institusi hukum telah dikuasai oleh penguasa, maka HAM adalah
alat yang digunakan untuk menjerat para pelaku pelanggaran tersebut. Bahkan ketika masa
reformasi, cara-cara pelenyapan aktifis masih juga terjadi. Masih segar dalam ingatan kita
bagaimana almarhum Munir yang tewas secara mendadak dalam perjalanannya ke Belanda. Di
dalam darahnya ditemukan racun jenis arsen yang melewati ambang batas normal. Diduga kuat
dia telah dengan sengaja diracun.

BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan hal-hal yang telah di jelaskan pada Bab I Pendahuluan, adapun
permasalahan yang saya temukan dan saya angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Apa dasar Hukum pemberlakuan, penegakan, dan penghormatan HAM di Indonesia ?
B.

Bagaimana Pelaksanaan dan Penegakan HAM di Indonesia ?

C.

Apa saja permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam upaya penegakan HAM ?

D. Bagaiman upaya pemerintah dalam penghormatan, pengakuan dan penegakan HAM ?

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Dasar Hukum pemberlakuan, penegakan dan penghormatan HAM di


Indonesia
Istilah atau perkataan hak asasi manusia itu sendiri sebenarnya tidak dijumpai dalam

UUD 1945 baik dalam pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasannya. Istilah yang dapat
ditemukan adalah pencantuman dengan tegas perkataan hak dan kewajiban warga negara, dan
hak-hak Dewan Perwakilan Rakyat. Baru setelah UUD 1945 mengalami perubahan atau
amandemen kedua, istilah hak asasi manusia dicantumkan secara tegas.
Guna lebih memantapkan perhatian atas perkembangan HAM di Indonesia, oleh berbagai

kalangan masyarakat (organisasi maupun lembaga), telah diusulkan agar dapat diterbitkannya
suatu Ketetapan MPR yang memuat piagam hak-hak asasi Manusia atau Ketetapan MPR tentang
GBHN yang didalamnya memuat operasionalisasi daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban
asasi manusia Indonesia yang ada dalam UUD 1945.

Akhirnya

ketetapan

MPR RI yang diharapkan memuat secara adanya HAM itu dapat diwujudkan dalam masa Orde
Reformasi, yaitu selama Sidang Istimewa MPR yangberlangsung dari tanggal 10 sampai dengan
13 November 1988. Dalam rapat paripurna ke-4 tanggal 13 November 1988, telah diputuskan
lahirnya Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1988 tentang Hak Asasi Manusia. Kemudian
Ketetapan MPR tersebut menjadi salah satu acuan dasar bagi lahirnya UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia yang disahkan pada tanggal 23 september 1999.
Undang-Undang ini kemudian diikuti lahirnya Perpu No. 1 Tahun 1999 yang kemudian
disempurnakan dan ditetapkan menjadi UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia. Sebagai bagian dari HAM, sebelumnya telah pula lahir UU No. 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum yang disahkan dan diundangkan di
Jakarta pada tanggal 26 oktober 1998, serta dimuat dalam LNRI Tahun 1999 No. 165.
Di samping itu, Indonesia telah merativikasi pula
beberapa konvensi internasional yang mengatur HAM, antara lain :
1. Deklarasi tentang Perlindungan dan Penyiksaan, melalui UU No. 5 Tahun 1998.
2. Konvensi mengenai Hak Politik Wanita 1979, melalui UU No. 68 Tahun 1958.
3.

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap wanita, melalui UU No. 7 Tahun
1984.

4. Konvensi Perlindungan Hak-Hak Anak, melalui Keppres No. 36 Tahun 1990.


5.

Konvensi tentang Ketenagakerjaan, melalui UU No. 25 Tahun 1997, yang pelaksanaannya


ditangguhkan sementara.

6.

Konvensi tentang Penghapusan Bentuk Diskriminasi Ras Tahun 1999, melalui UU No. 29
Tahun 1999.

B. Pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia

Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan tegaknya


negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan Pengadilan HAM, regulasi
hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta
dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat.
Artinya kebenaran hukum dan keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap warganegara secara
egaliter.

Disadari atau tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap

penegakkan HAM, hal itu akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses
demokratisasi yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya
HAM dan keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik. Begitu pula
keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh masyarakat merupakan faktor
penentu (determinant) yang mendukung tegaknya HAM.
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi sorotan tajam
dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD
1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaranpelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan
kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit
mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai HAM di
Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat mencolok. Gerak yang cepat
tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang
sederhana sampai pada pelanggaran HAM berat(gross human right violation). Disamping itu
juga karena gigihnya organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan
perlindungan HAM

Masalah Hak Azasi

Manusia (HAM) populer di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru, Di masa ini banyak
peristiwa yang dinilai merupakan pelanggaran HAM. Pada dasarnya HAM terdapat pada UUD
1945 BAB X-A pasal 28-A sampai dengan pasal 28-J. Sebagian kalangan menafsirkan, dengan
adanya dasar hukum tersebut maka masyarakat Indonesia berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (UUD
1945 Amandemen ke-2 pasal 28-D ayat 1). Memang jika ditilik dari defenisi HAM maka di
Indonesia tercatat banyak sekali kasus yang terjadi khususnya di bidang HAM. Misalnya kasuskasus penggusuran rumah-rumah warga yang dibangun di sekitar jembatan, pembersihan para

pedagang kaki lima yang sering meresahkan para pengguna jalan raya seperti para pengguna
kendaraan bermotor dan para pejalan kaki.
Pada masa menjelang peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa Reformasi
banyak sekali kejadian menyangkut pelanggaran HAM ini. Peristiwa 1998 yang berujung
penguduran diri Presiden Soeharto pada waktu itu sebetulnya adalah puncak dari segela peristiwa
yang terjadi sebelumnya.

C.

Permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia


Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di Indonesia selalu menjadi sorotan tajam

dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD
1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaranpelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan
kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit
mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai HAM di
Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat mencolok. Gerak yang cepat
tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang
sederhana sampai pada pelanggaran HAM berat (gross human right violation). Di samping itu
juga karena gigihnya organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan
perlindungan HAM.

Berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah

Indonesia dalam rangka penghormatan, pengakuan, penegakan hukum dan HAM antara lain
1. Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh masyarakat. Hal itu antara lain,
ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja lembaga peradilan. Penegakan hukum sejumlah kasus
pelanggaran HAM berat yang sudah selesai tahap penyelidikannya pada tahun 2002, 2003, dan
2004, sampai sekarang belum di tindak lanjuti tahap penyelidikannya.
2. Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan gender dan belum
memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara lain, karena adanya aparat hukum, baik
aparat pelaksana peraturan perundang-undangan, maupun aparat penyusun peraturan perundangundangan yang belum mempunyai pemahaman yang cukup atas prinsip-prinsip perlindungan hak
asasi manusia.

3. Belum membaiknya kondisi kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampak krisis ekonomi yang
terjadi telah menyebabkan sebagian besar rakyat tidak dapat menikmati hak-hak dasarnya baik
itu hak ekonominya seperti belum terpenuhinya hak atas pekerjaan yang layak dan juga hak atas
pendidikan
4. Sepanjang tahun 2004 telah terjadi beberapa konflik dalam masyarakat, seperti Aceh, Ambon,
dan Papua yang tidak hanya melibatkan aparat Negara tetapi juga dengan kelompok bersenjata
yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak untuk hidup secara aman dan hak untuk ikut serta
dalam pemerintahan
5. Adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada sarana public yang mnyebabkan rasa tidak aman
bagi masyarakat
6. Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu Negara dengan Negara
lainnya manjdi makin tinggi. Dengan demikian kecenderungan munculnya kejahatan yang
bersifat transnasional menjadi makin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain,
terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang dan terorisme. Salah satu permasalahan yang
sering timbul adalah adanya peredaran dokumen palsu. Yang membuat orang-orang luar bebas
datang ke Indonesia.

Beberapa masalah Hak Asasi di Indonesia yaitu:


1. Perlindungan Perempuan : Keadilan dan kesetaraan gender.
UUD 1945 pasal 27 menjamin persamaan Hak perempuan dan Laki-laki ; dan Bahwa perempuan
adalah bagian dari HAM yang tercantum dalam UU No. 7/198-4 tentang anti diskriminasi dan
UU No. 39/1999 tentang HAK. Ada pun hak-hak politik perempuan tercantum dalam UU No.
68/1958
2. Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan perdagangan perempuan dan Anak
Indonesia telah memiliki rencana aksi nasional penghapusan trafficking perempuan dan anak
2003-2007. RAN tersebut merupakan implementasi dari konvensi PBB menentang kejahatan
Terorganisir antar Negara
3.

Perlindungan Hak Anak

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah legislative dan administrative untuk lebih
memperbaiki perlindungan hak-hak anak dan perempuan. Langkah-langkah legislative tersebut
antara lain dengan keluarnya UU No. 32 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan UU No. 20
tahun 2003 dengan system pendidikan nasional. Sedangkan langkah administrative dalam
menetukan rencana aksi dan penentuan penjuru untuk pemajuan dan perlindungan HAM antara
lain, melalui kepres No. 59 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan Bentukbentuk pekerjaan terburuk anak. Dan juga pembentukan komisi perlindungan anak Indonesia di
bentuk pada tahun 2003 melalui keppres No. 77 tahun 2003
D. Upaya Pemerintah dalam hal penghormatan, pengakuan , dan penegakan Hukum dan
HAM
Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia tidaklah
semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal ini disebabkan banyak hambatan dan tantangan
yang tidak lagi sebatas terorika, melainkan sudah menjadi realita yang tidak dapat dihindari
apalagi ditunda-tunda. Dalam penegakan HAM melalui sistem hukum pidana yang telah berlaku
di Indonesia terdapat kendala-kendala atau hambatan yang bersifat prinsipil substansil dan
klasik.
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, Dan
memajukan Hak asasi manusia melalui langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum,
politik, social, budaya, pertahanan dan keamanan Negara, dan bidang lainnya.
Bahwa untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan hak
asasi manusia serta memberikan perlindungan , kepastian keadilan dan perasaan aman kepada
perorangan ataupun masyarakat, perlu dibentuk suatu pengadilan Hak asasi manusia untuk
menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi manusia yang berat sesuai dengan ketentuan pasal 104
ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak asasi manusia yakni UU No. 26 tahun 2000.
Program pemrintah dalam penegakan Hukum dan HAM (PP Nomor 7 tahun 2005) yaitu
meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan pembasmian penyalahgunaan narkotika dan
obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus selalu ditegakkan secara
tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Partisipasi masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan
pemajuan hak asasi manusia. Masyarakat disini meliputi antara lain : setiap orang, kelompok,

organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga


kemasyarakatan lainnya seperti Perguruan Tinggi dan lembaga studi.
Partisipasi masyarakat ini dapat berupa :
a. Pengajuan usulan mengenai perumusan dan kebajikan yang berkaitan dengan hak asasi manusia
b. Melakukan penelitian
c. Melakukan pendidikan
d. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia

BAB IV
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan tegaknya

negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan Pengadilan HAM, regulasi
hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta
dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat.
Artinya kebenaran hukum dan keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap warganegara secara
egaliter. Disadari atau tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap penegakkan
HAM, hal itu akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses
demokratisasi yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya
HAM dan keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik. Begitu pula
keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh masyarakat merupakan faktor
penentu (determinant) yang mendukung tegaknya HAM.

Kenyataan

menunjukkan

bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi sorotan tajam dan bahan perbincangan terusmenerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita
praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab
pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki seorang

pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi
pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di Indonesia terutama
terjadi setelah adanya perlawanan terhadap penjajahan bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat
sebagai pertentangan yang hanya mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan
menyangkut kepentingan bangsa Indonesia secara utuh.

Dewasa

ini,

meskipun ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia, tetapi secara umum
Implementasi HAM di Indonesia, baik menyangkut perkembangan dan penegakkannya mulai
menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM
melalui peraturan perundang-undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan HAM
dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.

B.

SARAN

Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik telapak tangan.
Buktinya di bangsa yang berumur 66 tahun ini belum bisa sepenuhnya menancapkannya. Walau
masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara barat, namun waktu seperti itu
bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada
kenyataannya. Bangsa Indonesia belum menjamin HAM warganya.
Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan HAM di Indonesia.
Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih
sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja. Kemudian
secara sinergi merongrong Negara Indonesia yang adil.

Kita sebagai

mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk terus
menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata
ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat
mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU :
Murya, Edy.SH.M.Hum. 2012. Diktat Hukum dan Hak Asasi Manusia. Medan : Universitas
Sumatera Utara
Affandi , Idrus, dkk. 2007. Hak Asasi Manusia. Jakarta : Universitas Terbuka
Basrowi, dkk. 2006. Demokrasi dan HAM. Kediri : Jenggala Pustaka Utama.
Bahar, Safroedin,Drs. 1997. Hak Asasi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar
Sumarsono, S, Drs. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia
Kaelan, H, Dr. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta:Gramedia

Paradigma HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PKn


BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Manusia dianugerahi akal dan nurani oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengannya manusia mampu
membedakan yang baik dan yang buruk yang akan membimbing dan mengarahkan sikap dan
perilaku dalam kehidupan. Untuk mengimbangi kebebasan tersebut, manusia dianugerahi
kemampuan bertanggung jawab atas semua tindakannya. Kebebasan dasar dari hak-hak itu yang
disebut dengan HAM yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan. Maka
HAM harus menjagi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Karenanya, negara dan pemerintah harus bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, membela dan menjamin HAM setiap warga negaranya.
Dalam pergaulan di masyarakat, memperjuangkan hak sendiri adalah hak kita, namun tidak
boleh mengabaikan hak orang lain. Suatu kesadaran yang mendasar, bahwa hak asasi kita
berhadapan dengan hak asasi orang lain. Karenanya, ketaatan terhadap aturan merupakan hal
yang sangat penting.
B.

Rumusan Masalah
1. Pengertian dan ciri pokok hakikat HAM
2. Perkembangan pemikiran HAM dan tinjauannya dalam Islam
3. HAM dalam perundang-undangan nasional
4. Pelanggaran dan pengadilan HAM serta proses penegakannya di Indonesia

C.

Tujuan Penelitian

Secara sederhana, tujuan yang hendak dicapai makalah ini meliputi 2 hal, yaitu:
1. Agar kita lebih memahami makna HAM itu sendiri, pengaruh serta perang
vitalnya dalam kehidupan.
2. Untuk mengembangkan pemikiran tentang HAM sehingga kita mampu
berpartisipasi dalam penegakan HAM agar tercapai cita-cita bangsa.

D.

Kegunaan Penelitian

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
melaksanakan kehidupan indvidu, masyarakat dan sosial. Dan juga diharapkan dapat menambah
khazanah keilmuan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan bangsa dan negara.
E.

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Individu mempunyai watak dan kodrat yang sesuai dengan landasan kemanusiaan. Karenanya
setiap hak seorang manusia pasti bersinggungan dengan hak orang lain. Maka dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara diperlukan konstitusi yang melindungi hak-hak asasi tersebut agar
tercapai kehidupan yang adil, makmur dan sentosa. Di dalam perundang-undangan RI, terdapa
hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM (tertuan dalam dan bentuk : Konstitusi (UUD
negara), TAP MPR, Undang-undang dan peraturan pelaksanaan perundang-undangan).
Pengaturan HAM dan konstitusi ini memberikan jaminan yang sangat kuat terhadap setiap hak
asasi warga negara tanpa terkecuali.

Oleh karena itu, apabila kehidupan berbangsa dan bernegara ini berjalan sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku dengan jaminan penuh pada setiap HAM warga negaranya,
maka dapat dipastikan cita-cita bangsa akan tercapai.
BAB II PEMBAHASAN
A.

Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

1.

Pengertian

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kodratnya (kaelan : 2002).
Menurut jan materson (komisi HAM PBB) dalam teaching Human Rights, United Nasional
yang dikutip oleh Baharudin lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada
manusia yang tampaknya manusia musthahil dapat hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak kodrati (Mansyur Efendi, 1994).
Dalam pasal I UU No 39 Th 1999 tentang HAM disebutkan bahwa HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan kebendaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hak, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
2.

Ciri pokok HAM

Tidak perlu diberikan, dibeli, maupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
Berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan
politik atau asal usul sosial dan bangsa.
Tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak membatasi/melanggar hak oranglain.
HAM tetap dimiliki meskipun negara membuat hak yang tidak melindungi atau melanggar HAM
(Mansyur Fakih, 2003).
B.

Perkembangan Pemikiran Ham

1.

Pemikiran HAM Dunia

Magna charta (Piagam Agung, 15 juni 1215)

2.

The American Dekleration (lahir dari paham Rousseau dan Montesquieu)

The French Declaration

The four freedom dicetuskan oleh Presiden AS, Franklin Delano Roosevelt

The universal Declaration of Human Rights (10 Desember 1948)

Pemikiran HAM di Indonesia

v Periode sebelum kemerdekaan (organisasi Indische Partiy) yaitu hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta perlawanan yang sama.
v Periode kemerdekaan (1945) hingga sekarang. Di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4
periode, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949 UUD 1945
2. Periode 27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS
3. Periode 17 Agustus 1945 s/d Juli 1959 UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 s/d sekarang kembali pada UUD 1945

C.

HAM Dalam Tinjauan Islam

Islam sebagia agama telah menempatkan mamusia sebagai m. Terhormat dan mulia. OKI,
perlindungan dan penghormatan terhadap HAM merupakan tuntutan agama itu sendiri yang
wajib dilaksanakan ummatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak itu bersifat
permanen, abadi dan tidak boleh diubah atau dimodifikasi (Abu Ala Al Maududi, 1998). Dalam
islam terhadap 2 konsep tentang hak, yaitu hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak
itu saling melanda dan dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari ke 2 hak
tersebut.
Konsep islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid yang mengandung ide persamaan dan
persaudaraan manusia. Konsep tahuid yang juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua
makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bakhtiar Efendi disebut ide perikemanusimakhlukan.
Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM dan hal itu bisa dijumpai dalam
sumber utama ajarannya, Alquran dan Hadist, yang merupakan sumber ajaran nomatif dan juga
terdapat dalam praktek kehidupan ummat islam.
Dilihat dari tingkatan, ada 3 bentuk HAM dalam Islam:

1. Hak Dharuny (Hak Dasar) yaitu hak yang jika dilanggar tidak hanya membuat
manusia sengsara tetapi juga mengancam eksistensinya sebagai manusia,
misal : hak hidup.
2. Hak Hajy (Hak sekunder) yaitu hak yang jika tidak dipenuhi akan
mengakibatkan hilangnya hak elementer, misal : hak memperoleh sandang
pangan.
3. Hak tahsiny (Hak tersier)

Mengenai hak-hak yang berkaitan dengan warga negara, Al Maududi menjelaskan bahwa dalam
islam hak asasi pertama dan utama adalah:
1. Melindungi nyawa, harta, dan martabat mereka bersama-sama dengan
jaminan bahwa hak ini tidak akan dicampuri kecuali dengan alasan yang sah
dan legal.
2. Pelindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar
kecuali setelah melalui proses pembuktian yang menyakinkan secara kuhum
dan membari kesempatan kepada tertuduh untuk menganjurkan pembelaan.
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masingmasing.
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa
membedakan kasta dan keyakinan.

D.

HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional

HAM berdasarkan UUD 1945


1. Pengakuan atas kesamaan hak semua warga negara dalam hak dalam
pemimpin (Pasal 27 ayat I)
2. Pengakuan atas martabat manusia (Pasal 27 ayat 2)
3. Bebas berpolitik/berorganisasi secara massal sesuai dengan UU (Pasal 28)
4. Hak memilih dan memeluk agama sesuai keyakinan (Pasal 30 ayat I)
5. Hak ikut serta dalam pembelaan negara (Pasal 30 ayat I)
6. Hak atas pendidikan/pengajaran (Pasal 31 ayat I)
7. Hak atas kesejahteraan (Pasal 33 dan 34)

HAK berdasarkan Tap MPR RI No. XVII/1998

HAM berdasarkan UU No. 39/1999 antara lain:


1. Hak untuk hidup
2. Hak mengembangkan diri

Seperti orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informsi yang diperlukan untuk
mengembangkan pribadi dalam lingkungan sosialnya.
1. Hak memperoleh keadilan
2. Hak atas kebebasan pribadi
3. Hak atas rasa aman
4. Hak atas kesejahteraan
5. Hak turut serta dalam pemerintahan
6. Hak wanita, meliputi:

Hak memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan dan profesi sesuai persyaratan
perundang-undangan.
Hak mendapat perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan dan profesinya terhadap halhal yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan dengan f. Reproduksi wanita.
Hak khusus yang melekat pada dalam wanita disebabkan fungsi reproduksinya dijamin
dilindungi hukum.
Hak dan tanggung jawab yang sama dengan suaminya atas segala hal yang berkenaan dengan
keh. Perkawinan, hubungan dengan anak-anaknya dan hak pemikiran serta pengelolaan harta
bersama (selama dalam ikatan perkawinan).
Hak dan tanggung jawab dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan
anak-anaknya, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.
Hak Anak meliputi:

Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orangtua, keluarga, masyarakat,


dan mantan suaminya

Hak anak diakui dan dilindungi oleh hukum sejak dalam kandungan

E.

Hak hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupan sejak


dalam kandungan

Hak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri

Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan


dan dibimbing kehidupannya oleh orangtua atau walinya sampai dewasa
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Setiap anak berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraan sejak lahir

Hak mendapat orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan pengadilan
jika orangtuanya telah meninggal atau karena suatu sebab yang sah tidak
dapat menjalankan kewajiban sebagai orang tua sesungguhnya

Hak mendapat perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau
mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam
pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut

Hak untuk tetap bertemu langsung secara pribadi dan tetapi dengan orang
tuanya dijamin oleh Undang-Undang

Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan


pribadinya sesuai tingkat intelektual dan usia sepanjang sesuai dengan nilai
kesusilaan dan kepatutan

Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk
pelaku tindakan pidana yang masih kanak-kanak

Pelanggaran dan Pengadilan HAM

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja atau tidak atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, membatasi dan
mencabut HAM seseorang atau sekelompok orang yang dijamin UU, dan tidak didapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000
tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggara HAM ringan adalah selain dari kedua
bentuk pelanggaran HAM berat, yaitu:
v Kejahatan Genosida;
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, etnis dan kelompok agama. Kejahatan ini dilakukan dengan cara
membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat,
menciptakan kondisi kehidupan yang mengakibatkan kemusnahan sescara fisik (seluruh atau

sebagian), memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran, dan memindahkan secara
paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain. (UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM).
v Kejahatan kemanusiaan;
Perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas (sistematis) yang diketahui
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnaham
perbudakan, pengusiran, perampasan kemerdekaan dan kebebasan fisik lain dengan sewenangwenang dan melanggar asas ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, dan
bentuk kekerasan seksual lain setara, penganiayaan terhadap kelompok tertentu yang didasari
paham politik, ras kebangsaan, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara
paksa dan kejahata apartheid.
Pelanggaran HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur negara maupun bukan aparatur negara.
(UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karenanya, penindakan juga tidak boleh hanya
ditujukan oleh non aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM dimulai dari
penyelidikan penuntutan dalam persidangan yang non diskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan
HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM dibebankan kepada setiap
individu warga negara. Pelanggaran HAM tidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya,
tetapi juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut pelanggaran HAM horizontal.
Contoh kasus pelanggaran HAM antara lain:
1. Penganiayaan praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya klip muntu pada tahun 2003
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan suatu
mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada
setiap mahasiswa
3. Kasus Syekh Puji yang menikahi Lutfiana Ulfa (di bawah umur menurut UU)
dan dipandang melanggar beberapa pasal tentang hak anak
4. Kasus penganiayaan terhadap TKW yang bekerja di luar negeri
5. Berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang banyak
melanggar hak-hak wanita
6. Larangan wanita memakai jilbab di tempat kerja dan sebagainya

F.

Proses Penegakan HAM di Indonesia, Hambatan dan Tantangannya

Perkembangan kesadaran terhadap pentingnya perlindungan HAM di Indonesia mulai terasa


pada masa 1990-an. Hal ini terbukti dengan dibentuknya Komisi Nasional HAM (Komnas
HAM) pada 1993. Komisi ini didirikan sebagai tindak lanjut lokakarya HAM yang
diselenggarakan oleh Deplu RI dengan dukungan PBB.
Penegakan HAM semakin kuat setelah MPR melakukan amandemen terhadap UUD 1945.
Dalam amandemen tersebut persoalan HAM mendapat perhatian khusus. Selain itu dibentuk pula
pengadilan HAM berdasarkan UU No. 26 tahun 2000. Pengadilan ini merupakan pengadilan
yang secara khusus menangani pelanggaran HAM berat, seperti kejahatan kemanusiaan.
Selain Komnas HAM, teradapat pula peran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Keberadaan
lembaga ini banyak membantu para korban HAM untuk mendapatkan pembelaan dan bantuan
hukum. Beberapa lembaga lain yang berperan aktif dalam penegakan HAM adalah Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Komisi untuk orang Hilang dan Tindakan
Kekerasan (Kontras) dan lembaga hukum lainnya.
Namun, HAM juga tidak dapat dilaksanakan secara mutlak karena setiap hak seseorang manusia
pasti bersinggungan dengan hak asasi orang lain. Kesadaran akan adanya batas merupakan
kewajiban. Dengan demikian, terdapat keseimbangan timbal balik (kesadaran akan hak dan
kewajiban). Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu memiliki watak dan kodrat yang
sesuai dengan landasan kemanusiaan. Sebagai warga negara yang baik, harus menyadari bahwa
dalam pergaulan masyarakat diperlukan sikap komunikatif. Tantangan yang dihadapi masyarakat
sekarang ini adalah banyaknya kejadian yang tidak menghargai hak-hak asasi manusia baik
dalam segi politik, ekonomi, jabatan dan sebagainya.
Tantangan dalam penegakan HAM, antara lain:
1. Sikap fanatik yang berlebihan (tidak mau menghargai manusia lain)
2. Sikap acuh tak acuh terhadap manusia lain
3. Sikap suka memaksakan kehendak

Inilah sebabnya mengapa keadilan di Indonesia tidak juga tercapai. Realitas yang banyak kita
jumpai sekarang ini adalah bahwa hukum di Indonesia belum menjadi pemimpin. Suatu
keironisan yang sangat mengingat berbagai lembaga dan instansi hukum yang ada di negara kita
ini sangat banyak. Tapi semua bagaikan singa ompong di depang hukum.

Oleh karena itu, untuk menegakkan hukum di negeri ini, diperlukan suatu kesadaran yang
mendasar kepada rakyat tentang HAM pada syariah. Karena sistem sekuler sudah terbukti tak
sanggup membuat hukum memimpin dan memiliki kuasa.

BAB III PENUTUP


HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat, jangan
pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dan tak dapat dipungkiri bahwa Islam telah
lebih dulu memberikan perhatian yang besar terhadap masalah HAM ini. Ajaran Islam tentang
HAM telah terkonsep dengan sangat sempurna dalam sumber utama ajarannya yaitu Al Quran
dan hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga dapat dijumpai dalam praktek
kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, di mana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau instansi,
bahkan negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM. Pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam UU
pengadilan HAM.
DAFTAR PUSTAKA
Heryawan, Drs. Iwan. 2004. Belajar Efektif Kewarganegaraan. Jakarta Timur: PT Intimedia
Ciptanusantara
Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia
http://www.suara-islam.com
http://www.detiknews.com

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering
kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita

sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.

1. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Perkembangan HAM
3. HAM dalam tinjauan Islam
4. Contoh-contoh pelanggaran HAM
1. Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah
dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun
membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM.
1. Metode Pembahasan
Dalam hal ini penulis menggunakan:
1.
1. Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan
ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat

atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau
hubungan antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).
2. Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui
kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui bukubuku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah
yang diteliti.
BAB II
HAK ASASI MANUSIA (HAM)
1. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

i.
1.
1. Pengertian

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan
bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi,
1994).

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan


bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia
1.
o

i.
1.
1. Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:

HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.

HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.

HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi
atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah
Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur
Fakih, 2003).

1. Perkembangan Pemikiran HAM

Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :

o Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat


pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama
pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi
perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang
baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
o Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis
melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi
pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep
dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis
kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan
hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
o Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak

melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran


HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi
penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi
menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga
menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
o Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi
dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek
kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan
tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan
memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983
melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the
basic Duties of Asia People and Government

Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:

1. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan
Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum,

tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka
hukum(Mansyur Effendi,1994).

1. The American declaration


Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration
of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah
dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga
tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.

1. The French declaration


Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi Perancis),
dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule
of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah.
Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang
ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai
ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia
bersalah.

1. The four freedom


Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan
memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak
kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat
kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari
ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun
bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara
lain ( Mansyur Effendi,1994).

Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:

o Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol


pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta
mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
o Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah
berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD
1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku
konstitusi Republik Indonesia Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950

4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945


1. HAM Dalam Tinjauan Islam
Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai
agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh
karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan
ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia
tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan
abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu Ala Almaududi, 1998). Dalam Islam
terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah.
Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga
sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak
tersebut, misalnya sholat.
Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak
untuk mengelola harta yang dimilikinya.
Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan
teosentris (theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya
sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam
tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan
dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan
persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut
dengan ide perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang

HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam
yaitu al-Quran dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga
terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury
(hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya
membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat
kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati.
Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat
hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang
pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier
(tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder
(Masdar F. Masudi, 2002)
Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi
menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:

1.
1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersamasama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri,
kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal.
2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi
tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses

pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan


memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk
mengajukan pembelaan
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut
keyakinan masing-masing
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga
negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah
satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya
untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.
1. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis
yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua,
dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam
peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan
presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat
kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti
dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang,
antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena
yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti
ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu

bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya


kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.
1. Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran
HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara
membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang
berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok
yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,
memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya
bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa

pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk


secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional,
penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok
tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan,
etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang
secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun
bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu
penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur
negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara.
Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan
persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan
berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan
pengadilan umum.
1. Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion),
perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.
Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja
dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu warga negara. Artinya
negara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak
saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada
rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal.
1. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

i.
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya
dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya
Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan
penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa
merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan
pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga
menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan
sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan
merupakan pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna
jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati
arus kendaraan yang tertib dan lancar.

5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya


masuk pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya
merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga
seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan
minat dan bakatnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah
lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam
sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber
ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.

1. Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati
dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan
Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan HAM orang lain.
sumber:
http://makalahkumakalahmu.net/2008/01/27/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia-ham/
Read more: http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia.html#ixzz3FnY8YoaI

Anda mungkin juga menyukai