Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nurul Afifah

NIM : 220101070
Mata Kuliah : Hukum dan HAM
Pertemuan : Ke 8
Dosen Pengampu : Muliana, S.H., M.H

PENDAHULUAN
Istilah hak asasi manusia dikenal dalam bahasa Prancis “Droits de l’homne, yang berarti
“hak manusia’, dalam bahasa Inggris disebut “Human rights” dan dalam bahasa Belanda
disebut” Mensen rechten”. dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan” hak-hak
kemanusiaan” atau” hak asasi manusia”. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh
setiap manusia yang harus dinikmatinya semata-mata karena ia adalah manusia. Pada konferensi
dunia tentang hak asasi manusia di wina tahun 1993 ditegaskan bahwa hak asasi manusia, adalah
hak yang dibawah manusia sejak lahir dan bahwa perlindungan atas hak itu merupakan
tanggungjawab Pemerintah. Hak asasi manusia didasarkan pada prinsip dasar bahwa semua
orang mempunyai martabat kemanusiaan hakiki tanpa memandang jenis kelamin,ras, warna
kulit,agama, bangsa dan keyakinan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan fondasi moral dan hukum yang menyeluruh yang
melindungi martabat, kebebasan, dan hak-hak setiap individu. Konsep ini telah menjadi landasan
utama dalam pembentukan sistem hukum dan peradilan di seluruh dunia, serta menjadi pijakan
bagi masyarakat yang adil, demokratis, dan beradab. Prinsip-prinsip HAM muncul sebagai reaksi
terhadap pelanggaran hak-hak manusia yang terjadi dalam sejarah, termasuk penindasan politik,
diskriminasi rasial, perlakuan tidak manusiawi terhadap tahanan, dan eksploitasi buruh.
Pentingnya prinsip-prinsip HAM tergambar dalam berbagai instrumen hukum
internasional, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Konvensi tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, dan Konvensi tentang Hak-hak Anak. Prinsip-prinsip ini
menetapkan standar minimum untuk perlindungan hak asasi manusia yang harus dihormati oleh
semua negara dan pemerintah. Meskipun prinsip-prinsip HAM diakui secara universal,
praktiknya sering kali bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Di banyak negara, masih terjadi
pelanggaran hak asasi manusia yang sistematis dan meluas, seperti penindasan politik,
penyiksaan, dan pembatasan kebebasan berpendapat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat
internasional untuk memahami prinsip-prinsip HAM dengan baik dan berkomitmen untuk
melindungi dan mempromosikannya. 1
Dalam paper ini, akan menguraikan prinsip-prinsip HAM yang mendasar dan
mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diimplementasikan secara efektif dalam
sistem hukum dan kehidupan sehari-hari. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang prinsip-
prinsip HAM, diharapkan kita dapat bergerak menuju masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan
menghormati hak setiap individu.

PEMBAHASAN
Prinsip HAM
Secara Universal masyarakat dunia mengakui bahwa setiap manusia mempunyai
sejumlah hak yang menjadi miliknya sejak keberadaannya sebagai manusia diakui. Hak-hak
tersebut melekat pada diri setiap manusia, bahkan membentuk harkat manusia itu sendiri. Hak-
hak utama yang dimiliki oleh manusia yang hakiki antara lain:
a. hak untuk hidup
b. hak akan kebebasan dan kemerdekaan
c. hak milik
d. bebas dari rasa takut
Dalam Deklarasi universal tentang hak asasi manusia (DUHAM), 10 desember 1948
yang merupakan tonggak sejarah bagi pengembangan hak asasi manusia, memiliki ciri antara
lain pertama, bahwa hak asasi manusia merupakan hak,dalam artian bahwa hal itu merupakan
norma yang pasti dan memiliki prioritas dalam penegakannya. Kedua, hak-hak tersebut bersifat
universal yang dimiliki manusia semata-mata karena ia adalah manusia, tidak diberikan oleh
negara atau pemerintah. Ketiga,hak asasi manusia ada dengan sendirinya, tidak bergantung
dalam penerapannya dalam sistem hukum adat atau sistem hukum negara-negara tertentu.
Keempat,hak asasi manusia dianggap sebagai norma yang penting dan kelima hak-hak ini
menempatkan standar minimal bagi praktek kemasyarakatan dan kenegaraan yang layak. 2
a. Dalam pasal 3-21 deklarasi tersebut menempatkan hak-hak sipil dan politik yang
menjadi hak semua orang. Hak-hak itu antara lain:
b) hak untuk hidup
1
Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia, Depok: Rajawali Press, 2018, hlm 69-71
2
Cranston, M. 1973. What Are Human Rights?, New York: Basics Book, hal.36
c) kebebasan dan keamanan pribadi
d) bebas dari perbudakan dan penghambaan
e) bebas dari penyiksaan dan perlakukan yang kejam tak berprikemanusiaan atau yang
merendahkan derajat kemanusiaan
f) hak utnuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja sebagai pribadi
g) hak untuk memperoleh pengampunan hukum yang efektif
h) bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang sewenang-wenag
i) hak untuk peradilan yang adil dan dengar pendapat yang dilakukan oleh pengadilan yang
independen dan tidak memihak
j) hak utnuk praduga tidak bersalah
k) bebas dari campur tangan sewenang-wenang terhadap kleluasaan pribadi, keluarga,
tempat tingal maupun surat-surat
l) bebas dari serangan kehormatan dan nama baik
m) hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu dll.

Dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM mendefinisikan hak asasi
manusia yaitu: Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

Prinsip Kesetaraan (Equality)


Kesetaraan dimaknai sebagai perlakuan yang setara, dimana pada situasi yang sama harus
diperlakukan dengan sama, dan dimana pada situasi berbeda diperlakukan secara sama pula.
Kesetaraan juga dianggap sebagai prasyarat mutlak dalam negara demokrasi. Kesetaraan di
depan hukum, kesetaraan kesempatan, kesetaraan akses dalam pendidikan, kesetaraan dalam
mengakses peradilan yang fair, kesetaraan berkeyakinan dan beribadah sesuai dengan
kepercayaannya dan lain-lain merupakan hal penting dalam pemenuhan hak asasi manusia.
Tantangannya saat ini yaitu bagaimana memberikan akses yang setara bagi semua masyarakat
khususnya bagi mereka kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, masyarakat miskin dan
kelompok minoritas lainnya. Hal ini misalnya dengan memberikan fasilitas lebih kepada
penyandang disabilitas agar mereka dapat melakukan aktifitas hidup secara setara. Jika seorang
warga negara asing yang berposisi sebagai tersangka berhak mendapat juru bahasa isyarat, maka
seorang tuna rungu yang berperkara di pengadilan, baik sebagai saksi atau terdakwa, juga berhak
untuk mendapatkan juru bahasa isyarat. 3
Di lain pihak mereka yang masih menganut agama nenek moyang seperti suku-suku
pedalaman, penganut Sunda Wiwitan, Kejawen, penganut agama non meanstream seperti
Ahmadiyah, Syiah dan sekte-sekte di luar meanstream harus mendapat kesetaraan dalam
menjalankan kepercayaan mereka.

Prinsip Nondiskriminasi (non-discrimination)


Diskriminasi terjadi ketika setiap orang diperlakukan atau memiliki kesempatan yang
tidak setara satu dengan lainnya. Misalnya ketidaksetaraan di hadapan hukum, ketidaksetaraan
perlakuan, ketidaksetaraan kesempatan pendidikan dan lain-lain. Sebuah situasi dikatakan
diskriminatif atau tidak setara, jika situasi sama diperlakukan secara berbeda atau situasi yang
berbeda diperlakukan secara sama. Diskriminasi memiliki dua bentuk, yaitu:4
1. Diskriminasi langsung, yaitu ketika seseorang baik langsung maupun tidak langsung
diperlakukan secara berbeda daripada lainnya. Contohnya ketika pemerintah membuat
pengumuman bahwa syarat untuk diterima di perguruan tinggi negeri adalah tidak
memiliki “kecacatan” fisik tertentu. Contoh lainnya ketika pemerintah hanya
mencantumkan enam agama yang diakui dalam KTP dan memaksa mereka yang
berkeyakinan lain di luar enam agama tersebut untuk memilih satu dari enam agama yang
diakui tersebut.
2. Diskriminasi tidak langsung, yaitu ketika dampak praktis dari sebuah undang-undang
atau kebijakan pemerintah lainnya merupakan bentuk diskriminasi walaupun hal itu tidak
ditujukan untuk tujuan diskriminasi. Contohnya ketika pemerintah membuat
pengumuman bahwa syarat menjadi pegawai negeri sipil salah satunya adalah sehat
jasmani dan rohani. Syarat sehat jasmani dan rohani ini seringkali dipahami oleh
penyelenggara negara sebagai tidak menyandang disabilitas (tidak ada cacat fisik).

3
Jauhariah, Dinamika Hukum & HAM, Penerbit Cintya Press, Jakarta, 2016, hlm. 79-80
4
Triputra Yuli Asmara, 2017, Implementasi NilaiNilai Hak Asasi Manusia Global ke dalam Sistem Hukum
Indonesia yang Berlandaskan Pancasila, JH Ius Quia Iustum Volume 24, hal. 284.
Prinsip Kewajiban Negara
Prinsip kewajiban negara dalam konteks Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan dasar
penting dalam memastikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak asasi manusia oleh
pemerintah.5 Terdapat beberapa prinsip yang mendasari kewajiban negara dalam hal ini:
1. Prinsip Universalitas: Hak asasi manusia diakui sebagai hak yang melekat pada semua
individu tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau status sosial
ekonomi. Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban untuk melindungi dan
menghormati hak-hak ini bagi semua warganya.
2. Prinsip Tidak Diskriminasi: Negara harus menghormati dan melindungi hak asasi
manusia tanpa diskriminasi. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk
menikmati hak-hak tersebut tanpa memandang latar belakang atau karakteristik pribadi
mereka.
3. Prinsip Kepastian Hukum dan Penegakan Hukum: Negara memiliki kewajiban untuk
menetapkan hukum yang jelas dan menegakinya secara efektif. Ini mencakup
pembentukan sistem hukum yang adil dan independen untuk memastikan bahwa hak
asasi manusia diakui dan dilindungi.
4. Prinsip Tanggung Jawab Negara: Negara bertanggung jawab secara langsung untuk
melindungi, menghormati, dan memenuhi hak asasi manusia. Hal ini melibatkan
pembuatan kebijakan, legislasi, dan tindakan lain yang diperlukan untuk menjamin hak-
hak tersebut.
5. Prinsip Keterlibatan dan Partisipasi: Negara harus memberikan ruang bagi partisipasi
aktif masyarakat sipil dan individu dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak
pada hak asasi manusia. Ini termasuk mengakui peran penting dari organisasi non-
pemerintah (NGO) dan aktivis dalam mengadvokasi, memantau, dan melaporkan
pelanggaran hak asasi manusia.
6. Prinsip Penegakan, Perlindungan, dan Pemulihan: Negara bertanggung jawab untuk
menegakkan hukum, memberikan perlindungan terhadap individu yang rentan atau
terancam, serta memberikan akses kepada korban pelanggaran hak asasi manusia untuk
mendapatkan keadilan dan pemulihan.

5
Adnan Buyung Nasution dan A. Petra M. Zein, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2006. Hal xx.
7. Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas: Negara harus transparan dalam tindakan dan
kebijakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia, serta memastikan bahwa mereka
bertanggung jawab atas tindakan mereka di hadapan rakyat dan lembaga-lembaga
internasional.
8. Prinsip Ketidakberpihakan: Negara harus tidak memihak dan netral dalam menegakkan
dan melindungi hak asasi manusia, tanpa intervensi politik atau kepentingan pribadi yang
mempengaruhi tindakan mereka.
Prinsip-prinsip ini membentuk dasar bagi kewajiban negara dalam memastikan
perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak asasi manusia dalam konteks nasional maupun
internasional.

Prinsip HAM dalam Berbagai HUKUM


Prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan dasar yang melandasi semua
bidang hukum, termasuk hukum pidana, hukum perdata, hukum humaniter, dan hukum tata.
Prinsip-prinsip ini menegaskan hak-hak yang melekat pada setiap individu secara inheren dan
harus diakui serta dihormati oleh negara dan pemerintah. Berikut adalah penjelasan tentang
prinsip-prinsip HAM dalam empat bidang hukum yang Anda sebutkan:6
1. Hukum Pidana:
 Asas Praduga Tak Bersalah: Setiap orang dianggap tidak bersalah sampai terbukti
bersalah secara sah oleh pengadilan.
 Asas Legalitas: Tidak ada kejahatan dan hukuman tanpa dasar hukum yang jelas.
 Asas Proporsionalitas: Hukuman harus sebanding dengan kesalahan yang dilakukan.
 Larangan Penyiksaan dan Perlakuan yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan
Martabat Manusia: Menjamin bahwa individu yang dituduh tidak akan disiksa atau
diperlakukan secara tidak manusiawi selama proses penyelidikan atau penahanan.
 Hak atas Privasi dan Kehormatan: Mencegah pelecehan terhadap hak-hak pribadi dan
kehormatan individu selama proses peradilan.
 Kepastian Hukum: Hukum harus jelas dan dapat dipahami oleh semua orang sehingga
individu dapat memahami hak dan kewajibannya.
2. Hukum Perdata:

6
Rhona K. M. Smith, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta:PUSHAM UII, 2008) hlm 12
 Kemerdekaan dan Kesetaraan di Hadapan Hukum: Setiap individu memiliki hak yang
sama untuk mengajukan tuntutan di depan pengadilan tanpa diskriminasi.
 Kepastian Hukum: Kontrak dan perjanjian harus dihormati dan diberlakukan secara adil.
 Hak atas Kehormatan, Privasi, dan Kehidupan Pribadi: Mencegah penyalahgunaan
informasi pribadi dan memastikan penghormatan terhadap kehidupan pribadi individu.
 Larangan Diskriminasi: Melarang diskriminasi dalam segala bentuk, termasuk ras,
agama, jenis kelamin, atau orientasi seksual.
3. Hukum Humaniter:
 Perlindungan terhadap Orang Sipil dan Orang yang Tidak Berkebal: Perlindungan
terhadap individu yang tidak terlibat dalam konflik dan mereka yang tidak lagi
berpartisipasi dalam pertempuran.
 Larangan Penggunaan Kekuatan yang Berlebihan dan Serangan Terhadap Warga Sipil:
Memastikan bahwa tindakan militer hanya ditujukan kepada target militer dan tidak
melibatkan kerugian yang tidak proporsional terhadap warga sipil atau harta benda sipil.
 Hak atas Bantuan Kemanusiaan: Memastikan akses untuk memberikan bantuan
kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan tanpa diskriminasi atau hambatan yang
tidak sah.
4. Hukum Tata:
 Asas Negara Hukum (Rule of Law): Negara harus tunduk pada hukum dan tidak boleh
bertindak sewenang-wenang.
 Partisipasi dan Pengambilan Keputusan yang Adil: Memastikan bahwa proses
pengambilan keputusan pemerintahan terbuka, transparan, dan melibatkan partisipasi
warga negara.
 Perlindungan terhadap Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi: Mencegah pembatasan
terhadap kebebasan berbicara, berkumpul, dan berpendapat.
Secara keseluruhan, prinsip-prinsip HAM dalam semua bidang hukum ini
menggarisbawahi perlunya penghormatan terhadap martabat manusia, keadilan, kebebasan, dan
kesejahteraan individu dalam setiap aspek kehidupan mereka. Implementasi prinsip-prinsip ini
adalah tanggung jawab penting bagi setiap negara dan pemerintah untuk memastikan
perlindungan yang efektif terhadap hak-hak individu.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Buyung Nasution dan A. Petra M. Zein, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi
Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006. Hal xx.
Cranston, M. 1973. What Are Human Rights?, New York: Basics Book, hal.36
Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia, Depok: Rajawali Press, 2018, hlm 69-71
Jauhariah, Dinamika Hukum & HAM, Penerbit Cintya Press, Jakarta, 2016, hlm. 79-80
Rhona K. M. Smith, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta:PUSHAM UII, 2008) hlm 12
Triputra Yuli Asmara, 2017, Implementasi NilaiNilai Hak Asasi Manusia Global ke dalam Sistem
Hukum Indonesia yang Berlandaskan Pancasila, JH Ius Quia Iustum Volume 24, hal. 284.

Anda mungkin juga menyukai