Anda di halaman 1dari 6

HAM DI INDONESIA

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak asasi
manusia telah menempuh perjalanan panjang untuk memperjuangkan keadilan bagi orang-orang di
seluruh dunia. Secara historis, upaya penyelesaian masalah kemanusiaan telah dilakukan sejak lama di
dunia, dan tidak ada yang tahu pasti kapan hak asasi manusia mulai diperjuangkan. Penegakan HAM
terjadi karena adanya pelanggaran hukum. Penegakan HAM merupakan tugas seluruh lapisan
masyarakat, bukan hanya tugas lembaga negara. Seluruh lapisan masyarakat diharapkan dapat bekerja
sama dan saling membantu dalam menegakkan hak asasi manusia untuk mewujudkan sila
kemanusiaan yang adil dan beradab serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Pembentukan
hukum tidak lepas dari keputusan hakim (judge-made law) yang berkaitan dengan penegakan hukum,
sedangkan penegakan hukum pada hakikatnya merupakan proses untuk mewujudkan tujuan hukum
dari gagasan hukum menjadi kenyataan. Tulisan ini mengkaji aspek hak asasi manusia dalam negara
hukum, antara hukum progresif dan hukum positif. Hukum progresif adalah hukum pro-keadilan dan
pro-rakyat, artinya dalam menilai para pelaku hukum dituntut untuk mengedepankan kejujuran,
empati, kepedulian terhadap rakyat, dan ketulusan dalam penegakan hukum. Penulis memilih judul ini
karena sampai saat ini penegakan hukum khususnya terkait dengan hak asasi manusia di Indonesia
masih belum optimal, terutama karena sampai saat ini Negara Indonesia masih berada dalam zona
transisi yang masih diwarnai dengan ketidakpastian hukum. (Maylani et al., 2022) .
Kewajiban menghormati hak asasi manusia tersebut tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yang menjiwai keseluruhan pasal dalam batang tubuhnya, terutama berkaitan dengan
persamaan kedudukan warga negara dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan untuk beribadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya itu, hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik sengaja ataupun tidak disengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang.Untuk mengatasi masalah penegakan HAM,
maka dalam Bab VII Pasal 75 UU tentang HAM, negara membentuk Komisi Hak Asasi Manusia atau
KOMNAS HAM, dan Bab IX Pasal 104 tentang Pengadilan HAM, serta peran serta masyarakat
seperti dikemukakan dalam Bab XIII pasal 100-103.
Kedua, hak untuk hidup, hak untuk tidak dipaksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut dapat di kecualikan dalam hal pelanggaran berat
terhadap hak asasi manusia yang digolongkan ke dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.dalam Pasal
7 dinyatakan, bahwa setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan
forum internasional atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang di jamin oleh hukum
Indonesia oleh negara Republik Indonesia menyangkut Hak Asasi Manusia menjadi hukum
nasional.di dalam Pasal 104 diatur tentang pengadilan Hak Asasi Manusia sebagai berikut :
Untuk mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat di bentuk pengadilan dalam ayat (1) di
bentuk dengan Undang-Undang dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sebelum terbentuk
pengadilan Hak Asasi Manusia sebagai mana dimaksudkan dalam ayat (2) di adili oleh pengadilan
yang berwenang1.KOMNAS HAMKomnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya
setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Tujuan Komnas HAM antara lain:
a.Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
b.Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan
wewenang Komnas HAM :
c.Wewenang dalam bidang pengkajian penelitian
1)Pengkajian dan penelitian berbagai instrument internasional hak asasi manusia dengan tujuan
memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi;
2)Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk memberikan
rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan, dan pencabutan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan hak asasi manusia;
3)Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian;
4)Studi kepustakaan, studi lapangan, dan studi banding di negara lain mengenai hak asasi manusia;
5)Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan, penegakan dan pemajuan hak
asasi manusia;
6)Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau 7)pihak lainnya, baik tingkat
nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
2.Pengadilan HAM Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas HAM melakukan pemanggilan
saksi, dan pihak kejaksaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM. Menurut Pasal 104 UU
HAM, untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan HAM di
lingkungan peradilan umum, yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Proses pengadilan
berjalan sesuai fungsi badan peradilan.
3.Partisipasi MasyarakatPartisipasi masyarakat dalam penegakan HAM diatur dalam Pasal 100-
103 UU tentang HAM. Partisipasi masyarakat dapat berbentuk sebagai berikut: a.Setiap orang,
kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau
lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisispasi dalam perlindungan, penegakan, dan
pemajuan hak asasi manusia.b.Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam
rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.c.Masyarakat berhak mengajukan
usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas
HAM atau lembaga lain.d.Masyarakat dapat bekerja sama dengan Komnas HAM melakukan
penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.

HAM DALAM ISLAM


Hak Asasi manusia (HAM) menjadi bagian penting dalam ajaran Islam.1Sebagai sebuah agama
perhatian Islam terhadap HAM sangat begitu tinggi, bahkan dalam ibadah-ibadah yang ditetapkan
terdapat pesan-pesankemanusiaanyang berkorelasi dengan nilai-nilai HAM, di antaranya dalam
shalat dan zakat. Pesan kemanusiaan dari ibadahshalatdisimbolkan dengan gerakan salam menoleh
ke kanan dan ke kiri.
Gerakan tolehanini memberikan pelajaranbagiumat Islam untuk memiliki/memberiperhatian tinggi
kepada orang-orang di sekitarnya, terlepas dari latar belakangyang dimiliki oleh orang-orang
tersebut(suku, budaya, bangsa bahkan agamanya). Begitu pun dalam ibadah zakat. Esensi ibadah
zakat ialah membangun kepedulian, khususnya dalam membantukaum miskin dan papa yang berada
dalam kondisi ekonomi lemah.Wujud perhatian ini patut diejahwantahkan dengan membantu
mereka untuk merdeka secara ekonomi dengan cara membangun ekonomi berkeadilan. Sehingga,
penguasaan harta tidak hanya terjadi pada kelompok masyarakat kaya, tetapi terjadi pada semua
lapisan masyarakat.
Sebagai sebuah agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan, kepedulian dan perhatian Islam
terhadap HAM tidak perlu dipertanyakan lagi. Sejak awal kelahirannya komitmen Islam terhadap
HAM sudah begitu tinggi. HAM sendiri dapatdiartikansebagaihakyangmelekatmanusiabersifatkodrati
dan mendasarsebagai suatu anugerah Tuhan yang patut dihormati, dilindungidan dihargaioleh
seluruh lapisan, mulai dari individu, masyarakat, bahkan olehnegara.5DalamUUtentangHAM
ditegaskan HAM adalah segala aturan yang melekat/menempel pada diri manusia yang
dengannya manusia memiliki hak untuk dihormati, lindungi juga dihargai, baik sebagai warga
masyarakat maupun warga negara.6Dan negara dapat memberikan hukuman yang tegas bagi
siapa pun yang tidak menjunjung tinggi keberadaan HAM tersebut atau bagi siapa pun yang
melakukan pelanggaranterhadapnya
Dalam Islam konsep tentang HAM bisa pula ditemukan dalam Piagam Madinah (Shahifah al-
Madinah), yaitusebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad Saw bersama para tokoh
yang ada di Madinah, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua
suku-suku dan kaum-kaum penting di Madinah padatahun 622. Hak asasi manusia yang
terkandung dalam dokumen itu (Piagam Madinah)dapat diklasifikasi menjadi tigabagian, yaitu
hak untuk hidup,hak memperolehkebebasan/kemerdekaan, dan hak mencari kebahagiaan.12Hak
hidup berisi tentang aturanuntuktidakmembunuh, baik kepada orang mu’min maupun orang
kafir. Bahkan, di dalamnya terdapat ancaman hukuman mati bagi yang melakukan tindakan
pembunuhan kecuali bila keluarga korban memaafkan. Dalam konteks kebebasan masing-
masing masyarakat Madinah diberikan kebebasan untuk berpendapat, memeluk agama, dan
kebebasan dari kemiskinan. Kebebasan-kebebasan ini mendapat perhatian serius dari Nabi Saw
dan umat muslim sebagai masyarakat mayoritas diminta untuk menjaganya.Siapa pun yang
melanggar berarti melanggar piagam yang telah disusun dan ditetapkan oleh Nabi Saw. Pada hak
mencari kebahagian, setiap orang di Madinah diperkenankan untuk mencarinya, baik yang
diperoleh melalui materi ataupun kebahagian dalam bentuk spiritual.13Semua bentuk hak-hak di
atas menunjukkan jika setiap masyarakat di Madinah memiliki hak yang sama antarsatu dan
lainnya serta mesti menjunjungtinggi semua hak-hak itu, tanpa boleh dibatasi oleh siapa pun,
termasuk oleh negara sekalipun yang saat itu dipimpin oleh Nabi Saw.Dengan memberikan hak
yang setara kepada masyarakat Madinah, sejatinya Nabi Saw. telah memuliakan kedudukan
mereka. Terlebih penting lagi apa yang dilakukan Beliau dapat dikatakan sebagai bentuk
memuliakan keberadaan seluruh manusia. Hal ini dilukiskan oleh al-Quran sebagai
berikut:ِ۷۰)‫(َنبَاْنَّمَر ْك َد َقَلواْنََلََح َوَم ْد ُم هْنَقَز َر ِوْر َح ْبَالِّوَر ْبِال ِفِّبَّيطَالِّنْمُم هْنَّلَض َفِوتَلْع ُم هاًْلِيْض َفتَاْنَقَلْخ َِّّنٍِّْم ِْيَثكى‬Dan sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (al-Isrâ’/17:70)Ayat al-Quran di atas
mengandung pengertian bahwa manusia secara fitrah/kodrati memiliki kemuliaan. Karenanya,
kemuliaan itu patut untuk dijaga dan dilindungi, termasuk yang berkaitan dengan hak asasi
manusia.14Maka bisa dikatakan, siapa pun atau negara mana pun yang mengabaikan HAM
berarti telah menjerumuskan manusia pada kehinaan yang pada hakikatnya adalah mulia.Di
antara tokoh Islam yang mendukung dan mempromosikan HAM adalah al-Maududi, yang
menulis sebuah buku Human Rights in Islam. Ia berpendapat, dalam pandangan Islam
HAM merupakan pemberian Allah, karena itu tak seorang pun dan tak ada satu lembaga pun
yang dapat menarik hak-hak yang ada pada diri manusia, seperti hak untuk hidup, hak
untuk memperoleh keamanan, hak memperoleh kebebasan, hak memperoleh keadilan,
hakmemperoleh kesetaraan (persamaan), dan hak untuk.berkerja sama.
(Saeful & Turmidzi, 2023)

HAM DI INTERNASIONAL
A. Pengaturan Perlindungan Hak Asasi Manusia Menurut Instrumen Hukum Internasional
Hak asasi manusia merupakan hak utama yang harus dimiliki seseorang dan wajib dilindungi
oleh negara. Ini yang menjadi dasar negara-negara di dunia membuat kesepakatan yang
berbentuk perjanjian internasional yang bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia.
Perjanjian-pernjanjian internasional yang disepakati oleh negara-negara melalui organisasi
internasional PBB ini kemudian menjadi sebuah dokumen hukum yang mengikat bagi negara-
negara untuk melaksanakan kewajiban berdasarkan hukum internasional yang dikenal dengan
“instrumen hukum internasional”. Dalam hukum internasional dikenal beberapa instrumen
hukum internasional yang mengatur mengenai hak asasi manusia. Semua instrumen ini lahir
dari kesepakatan negaranegara yang bertujuan untuk menghentikan segala bentuk kekejaman,
ketidakadilan, dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di dunia akibat dampak dari
perang punia II. Berikut ini merupakan beberapa instrumen hukum internasional yang
mengatur tentang perlindungan hak asasi manusia ,
1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) Deklarasi universal mengenai hak
asasi manusia ini disahkan pada tanggal 10 desember 1948. Deklarasi ini, akan berusaha
dengan cara mengajarkan dan memberikan pendidikan guna menggalakkan penghargaan
terhadap hakhak dan kebebasan-kebebasan tersebut, dan dengan jalan tindakan-tindakan
yang progresif yang bersifat nasional maupun internasional, menjamin pengakuan dan
penghormatannnya yang universal dan efektif, baik oleh bangsabangsa dari Negara-
negara Anggota sendiri maupun oleh bangsa-bangsa dari wilayahwilayah yang ada di
bawah kekuasaan hukum mereka.7
2. Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (KIHSP) Deklarasi universal hak asasi
manusia (DUHAM), Pada intinya Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Poitik
(KIHSP) menyatakan dengan istilah-istilah yang mengikat secara hukum paruh
pertamadari DUHAM. Sebaliknya, Kovenan Internasional tentang Hak, Ekonomi,Sosial
dan Budaya (KIHESB) menguraikan hak-hak yang tercantum pada paruh kedua DUHAM.8
Pemerintah indonesia meratifikasi konvenan ini dengan undangundang nomor 12 Tahun
2005 tentang pengesahan konvenan internasional tentang hak sipil dan politik yang
ditandatangani pada 28 oktober 2005 dan diundangkan pada lembaran negara tahun
2005 nomor 119.9
3. Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Sebagaimana telah
dicatat sebelumnya, hak dan kebebasan yang tercantum dalam Kovenan Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (KIHESB) merupakan hak-hak dan kebebasan
yang termuat di bagian akhir DUHAM. Di indonesia, konvenan ini diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang pengesahan konvenan internasional
tentang hak ekonomi, sosial dan budaya.
4. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial. Konvensi
ini mulai berlaku sejak januari 1969 dan disahkan oleh indonesia melalui UndangUndang
nomor 29 Tahun 1999. Di dalam konvensi ini, terdapat larangan terhadap segala bentuk
diskriminasi rasial dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, konvensi
ini juga menjamin hak setiap orang untudiperlakukan sama di depan hukum (equality
before the law) tanpa membedakan ras, warna kulit, asal usul dan suku bangsa. Konvensi
ini juga membentuk sebuah komite yang bertugas mengawasi pelaksanaan konvensi ini
yang bernama Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial.
5. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
Konvensi ini ditetapkan pada tanggal 18 desember 1979 dan kemudian diratifikasi oleh
pemerintah indonesia dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang
Pengesahan Konvensi Tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan pada 24 juli 1984.
6. Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam,
Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia Penyiksaan dan perlakuan tidak
manusiawi merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia sehingga oleh PBB
dianggap perlu untuk membuat konvensi yang mengatur mengenai hal ini. Konvensi ini
mulai berlaku pada 26 juni 1987 dan diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 dan mulai berlaku di indonesia pada tanggal 28
september 1998 Konvensi mengatur pelarangan penyiksaan baik fisik maupun mental,
dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan
martabat manusia yang dilakukan oleh atau atas hasutan dari atau dengan
persetujuan/sepengetahuan pejabat publik (public official) dan orang lain yang bertindak
dalam jabatannya.
7. Konvensi tentang Hak Anak Konvensi tentang hak anak ditetapkan sejak 20 november
1989 dan mulai berlaku pada tanggal 2 september 1990. Konvensi ini diratifikasi oleh
pemerintah Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 tentang
pengesahan konvensi tentang hak anak pada 25 agustus 1990.11 Dalam konvensi ini,
negara harus menghormati dan menjamin hak bagi setiap anak tanpa adanya
diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, asal usul kebangsaan,
kewarganegaraan, kekayaan, kecacatan, kelahiran atau status lain. Negara juga harus
mengambil langkah-langkah yang layak untuk memastikan bahwa anak dilindungi dari
segala bentuk diskriminasi atau hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan,
pendapat yang disampaikan atau kepercayaan orang tua anak, walinya yang sah, atau
anggota keluarganya.12
8. Konvensi tentang Perlindungan Pekerja Migran dan Keluarga Mereka Konvensi ini
merupakan kodifikasi hukum atas kerja Organisasi Buruh Internasional (International
Labour Organization) yang dikenal dengan ILO dalam rangka mengadvokasi hak-hak
buruh yang selama ini selalu menjadi pihak yang kalah dalam skema negosiasi
pemenuhan hak. Setiap negara memiliki kepentingan agar negara lain memberikan
perlindungan maksimal kepada warga negaranya yang bekerja di negara lain. Untuk
melaksanakan itu, maka dibutuhkan cara pandang yang sama dari masing-masing negara
untuk menerima masukan dari negara lain terkait situasi pekerja yang bukan waga
negaranya. Konvensi internasional tentang Perlindungan Hak-Hak seluruh pekerja migran
dan anggota keluarganya disahkan oleh PBB pada tanggal 18 desember 1990 dan
pemerintah Indonesia meratifikasi konvensi ini dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun
2012.13
9. Konvensi tentang Hak Penyandang Disabilitas Konvensi tentang hak penyandang
disabilitas ditetapkan oleh PBB pada 13 desember 2006. Pemerintah Indonesia
melakukan ratifikasi terhadap konvensi ini dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pengesahan Konvensi tentang Hak Penyandang Disabilitas pada 10
november 2011. Pada pertimbangannya, konvensi ini menjamin dan melindungi hak-hak
penyandang disabilitas dari diskriminasi dan pelanggaran hak asasi.
10. Konvensi Internasional tentang Perlindungan Semua Orang dari prnghilangan secara
paksa Konvensi internasional tentang perlindungan semua orang dari penghilangan
secara paksa ini diadopsi dengan resolusi majelis umum PBB pada 20 desember 2006.
Konvensi ini belum diratifikasi oleh pemerintah indonesia. Konvensi ini dibuat sebagai
dokumen yang mengikat secara hukum (Legally Binding) dari dokumen deklaratif yang
telah ada sebelumnya yaitu deklarasi tentang perlindungan terhadap semua orang dari
tindakan penghilangan secara paksa yang diadopsi oleh resolusi majelis umum PBB
tanggal 18 september 1992. Menurut Konvensi ini, penghilangan secara paksa adalah
penangkapan, penahanan, penculikan atau tindakan lain yang merampas kebebasan
yang dilakukan oleh aparat Negara atau oleh orang-orang maupun kelompok yang
melakukannya dengan mendapat kewenangan, dukungan serta persetujuan dari Negara,
yang diikuti dengan penyangkalan pengetahuan terhadap adanya tindakan perampasan
kebebasan atau upaya menyembunyikan nasib serta keberadaan orang yang hilang
sehingga menyebabkan orang-orang hilang tersebut berada di luar perlindungan hukum.

. Pengaturan mengenai perlindungan hak asasi manusia dalam hukum internasional diatur
dalam beberapa dokumen hukum internasional yang berbentuk perjanjian internasional
seperti, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia/DUHAM (Universal Declaration of Human
Rights/UDHR) dan konvensi-konvensi yang berkaitan dengan perlindungan hak asasi
manusia yang sudah dijelaskan dalam pembahasan di atas yang merupakan dokumen-
dokumen hukum internasional yang mengatur mengenai hak asasi manusia secara khusus dan
spesifik serta memberikan pemahaman terhadap mekanisme perlindungan hak asasi manusia
dalam ruang lingkup hukum internasional.

Maylani, U., Vistiani Gulo, D., & Lutfhi Azidan, F. (2022). Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia
(HAM) di Indonesia. PLEDOI (Jurnal Hukum Dan Keadilan), 1(1), 12–18.
https://doi.org/10.56721/pledoi.v1i1.27

PERAN PBB DALAM PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA MENURUT KAJIAN HUKUM INTERNASIONAL 1
Oleh : Natanael Christian Henry Gurinda 2. (n.d.). https://www.komnasham.go.id/files/1475231326-

Saeful, A., & Turmidzi, I. (2023). HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA ISLAM. In Imam Turmidzi Al-Fikrah (Vol. 3,
Issue 1). https://stai-binamadani.e-journal.id/Alfikrah

Anda mungkin juga menyukai