Disusun Oleh:
Marsellya Zahratul Jannah (23183045)
Dosen Pengampu:
Ns. Iskandar M.kep
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan danrahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah. Dalam penyusunan
tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang Konsep Integritas Kulit Dan Luka, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi. Makalah ini
disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Untuk itu, kepada dosen pengampu mata kuliah kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 Anatomi Fisiologi Kulit...................................................................................................4
2.2 Defenisi Kerusakan Integritas Kulit................................................................................4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Integritas Kulit..................................................5
2.4 Manifestasi Klinis............................................................................................................6
2.5 Proses Terjadinya Luka...................................................................................................6
2.6 Dampak Gangguan Integritas Kulit.................................................................................8
2.7 Jenis-jenis Gangguan Integritas Kulit dan Luka.............................................................9
2.8 Upaya Pencegahan Gangguan Integritas Kulit dan Luka..............................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam beberapa dekade terakhir, pemahaman kita tentang biologi dan mekanisme
penyembuhan luka telah berkembang pesat. Perkembangan ini telah membawa revolusi
dalam pengobatan luka, termasuk penggunaan berbagai produk dan teknologi yang dirancang
untuk mempercepat proses penyembuhan, mengurangi risiko infeksi, dan meningkatkan hasil
pasien. Selain itu, pendekatan multidisiplin dalam manajemen luka, yang melibatkan
kolaborasi antara dokter, perawat, ahli gizi, ahli fisioterapi, dan profesional kesehatan
lainnya, semakin diakui sebagai standar perawatan terbaik.
Namun, meskipun kemajuan ini, masih ada tantangan yang signifikan dalam
manajemen luka. Salah satunya adalah prevalensi luka kronis, seperti luka tekan, luka
diabetik, dan ulkus vena, yang memerlukan perawatan jangka panjang dan sering kali sulit
sembuh. Selain itu, masalah seperti resistensi antibiotik, pertumbuhan populasi lanjut usia,
dan peningkatan jumlah pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, semakin
memperumit manajemen luka.
Oleh karena itu, penekanan pada integrasi kulit dan luka menjadi semakin penting
dalam praktek klinis. Hal ini melibatkan pendekatan yang komprehensif terhadap penilaian
dan perawatan luka, dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi proses
penyembuhan. Integrasi teknologi baru seperti terapi luka berbasis laser, penggunaan
biomaterial canggih, dan perawatan luka terkini lainnya menjadi bagian integral dari
pendekatan ini. Dalam konteks ini, penting bagi para profesional kesehatan untuk terus
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam manajemen luka yang
terintegrasi. Ini melibatkan pendidikan dan pelatihan yang terus-menerus, serta kolaborasi
antar-disiplin dan penelitian yang berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang
biologi luka dan strategi perawatan yang paling efektif.
Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki konsep integrasi kulit dan
luka secara lebih mendalam, mengeksplorasi perkembangan terbaru dalam bidang ini,
tantangan yang masih dihadapi, dan arah masa depan dalam manajemen luka. Melalui
pemahaman yang lebih baik tentang integrasi kulit dan luka, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas perawatan bagi pasien luka dan mempercepat proses penyembuhan mereka.
2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep integrasi kulit dan luka
2. Untuk mengetahui apa saja jenis gangguan integritas kulit dan luka
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah gangguan integritas kulit dan luka
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
Paparan bahan kimia yang bersifat iritatif.
Paparan suhu lingkungan yang ekstrim.
Faktor mekanis seperti tekanan pada tulang atau luka tusukan.
Paparan energi listrik seperti dalam elektrodiatermi.
Selain itu, faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit dan menyebabkan
luka dekubitus pada pasien antara lain:
Gangguan pada masukan sensorik.
Masalah dalam mobilitas fisik.
Tingkat kelembaban kulit yang tidak stabil.
Tekanan yang berlebihan pada kulit.
6
2.5 Proses Terjadinya Luka
Pada mulanya, gangren tidak muncul secara spontan tanpa adanya penyakit yang
mendasarinya. Gangren seringkali berkembang sebagai akibat dari penyakit diabetes mellitus,
yang dikenal umum sebagai "kencing manis". Diabetes mellitus yang tidak dikelola dengan
baik dapat menyebabkan munculnya berbagai komplikasi, termasuk gangguan pembuluh
darah, retinopati, nefropati diabetik, neuropati diabetik, dan ulkus kaki diabetik. Gangren
yang terjadi pada penderita diabetes mellitus disebabkan oleh diabetes yang tidak terkontrol
dalam jangka panjang. Ini adalah akar penyebab dari kemunculan gangren. Salah satu
komplikasi yang sangat ditakuti oleh penderita diabetes adalah gangren atau kaki diabetik.
Komplikasi ini muncul karena kerusakan saraf, yang menyebabkan pasien kehilangan
kemampuan untuk merasakan suhu panas dan dingin serta mengurangi sensasi nyeri.
Gangren diabetik bisa terjadi di mana saja pada tubuh, terutama di ujung ekstremitas
bawah, disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, penurunan sensitivitas nyeri neuropatik
membuat pasien tidak sadar atau sering mengabaikan luka karena tidak merasakannya. Luka
seringkali muncul secara tiba-tiba akibat trauma seperti terkena pasir, tertusuk duri, atau lecet
karena pemakaian sepatu yang terlalu ketat atau bahan yang keras. Awalnya, luka mungkin
kecil, tetapi dengan cepat memperluas dalam waktu singkat. Luka kemudian berkembang
menjadi borok yang menimbulkan bau yang disebut sebagai gas gangren. Jika tidak diobati,
infeksi bisa menyebar ke tulang dan menyebabkan osteomielitis (infeksi tulang). Upaya untuk
mencegah penyebaran infeksi sering kali memerlukan tindakan amputasi (pengangkatan
bagian tulang).
Faktor kedua adalah penurunan aliran darah dan kerusakan endotel pembuluh darah
pada tungkai. Penderita diabetes melitus (DM) sering mengalami angiopati, yang ditandai
dengan penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, terutama pada tungkai
bawah, seperti kaki. Hal ini mengakibatkan perfusi jaringan di bagian ujung tungkai menjadi
kurang optimal, menyebabkan terbentuknya ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi
nekrosis atau gangren yang sulit diatasi dan sering kali memerlukan amputasi. Gangguan
mikrosirkulasi juga mengakibatkan penurunan aliran darah dan oksigen pada serabut saraf,
yang pada akhirnya menyebabkan degenerasi serabut saraf dan neuropati. Selain itu, pada
50% kasus ulkus atau gangren diabetik, kaki penderita DM akan mengalami infeksi karena
lingkungan yang kaya akan glukosa memungkinkan bakteri patogen berkembang biak.
Kekurangan pasokan oksigen membuat bakteri anaerob tumbuh subur, terutama karena
plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol memiliki viskositas tinggi,
7
mengakibatkan aliran darah melambat. Akibatnya, jaringan tidak mendapat nutrisi dan
oksigen yang cukup, menyebabkan luka sulit sembuh dan pertumbuhan bakteri anaerob.
Faktor ketiga adalah penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi, yang umumnya
dialami oleh penderita diabetes. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan sel darah
putih untuk memfagositosis dan membunuh kuman ketika kadar gula darah berada di atas
200 mg%. Kemampuan ini dapat pulih ketika kadar gula darah kembali normal dan terkontrol
dengan baik. Infeksi pada penderita diabetes harus diperlakukan secara serius karena
penyebaran kuman dapat memperburuk luka. Kuman pada luka dapat dengan cepat menyebar
ke seluruh tubuh melalui aliran darah, yang dapat berujung fatal, yang dikenal sebagai sepsis.
8
5. Gangguan Fungsi Sosial dan Psikologis: Gangguan integritas kulit bisa
mempengaruhi interaksi sosial seseorang karena perubahan penampilan atau
keterbatasan fisik yang mungkin timbul akibat gangguan tersebut. Selain itu, rasa
sakit, gatal, dan ketidaknyamanan kronis dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan
depresi.
6. Komplikasi Medis: Dalam kasus-kasus yang parah, gangguan integritas kulit dapat
menyebabkan komplikasi medis serius seperti sepsis (infeksi darah), keracunan darah,
gangguan pernapasan (jika ada pembengkakan yang parah), atau bahkan kematian.
7. Pembatasan Aktivitas dan Mobilitas: Gangguan integritas kulit yang parah atau
menyakitkan bisa membatasi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
sehari-hari atau bergerak dengan bebas. Ini dapat mempengaruhi kualitas hidup secara
keseluruhan.
8. Biaya Perawatan Kesehatan: Gangguan integritas kulit sering memerlukan perawatan
medis yang intensif dan berkelanjutan, termasuk kunjungan ke dokter atau spesialis,
perawatan luka, pengobatan, dan terapi rehabilitasi. Ini bisa menjadi beban finansial
yang signifikan bagi individu dan sistem kesehatan secara keseluruhan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya pada tahun 2013, gangguan integritas
kulit dapat mengakibatkan beberapa dampak yang signifikan bagi individu yang
mengalaminya. Pertama, nyeri pada daerah luka tekan dapat menjadi masalah utama yang
dirasakan, mengganggu kenyamanan dan kualitas hidup. Selain itu, terjadinya gangguan
integritas kulit juga dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas sehari-hari, membatasi
kemampuan seseorang untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik dengan nyaman.
Selanjutnya, pola tidur juga dapat terganggu akibat kondisi ini, karena rasa tidak nyaman dan
nyeri yang dirasakan pada kulit. Selain itu, gangguan integritas kulit juga meningkatkan
risiko infeksi pada luka, yang dapat memperlambat proses penyembuhan dan memperpanjang
masa pemulihan. Oleh karena itu, penting untuk mengelola dan mencegah gangguan
integritas kulit dengan baik guna meminimalkan dampak negatifnya terhadap kesehatan dan
kualitas hidup individu.
9
Luka bakar terjadi ketika kulit terkena panas, bahan kimia, radiasi, atau listrik.
Luka bakar dapat terbagi menjadi tiga tingkat: luka bakar ringan (tingkat pertama),
luka bakar sedang (tingkat kedua), dan luka bakar parah (tingkat ketiga).
Gejalanya meliputi kemerahan, pembengkakan, rasa sakit, bahkan terbentuknya
lepuhan dan nekrosis pada luka yang lebih parah.
2. Luka Tekan (Decubitus Ulcers):
Luka tekan terjadi ketika tekanan yang konstan diterapkan pada kulit dalam jangka
waktu lama, biasanya terjadi pada orang yang terbaring terlalu lama atau kursi roda.
Area-area yang paling rentan terhadap luka tekan adalah tulang belikat, tumit,
panggul, dan tulang belakang.
Gejalanya meliputi kemerahan, lecet, hingga terbentuknya luka terbuka.
3. Luka Traumatik:
Luka ini disebabkan oleh trauma fisik seperti benturan, goresan, atau tusukan.
Gejalanya bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya.
4. Dermatitis:
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor
seperti alergi, iritasi, atau infeksi.
Beberapa jenis dermatitis termasuk dermatitis kontak, dermatitis atopik, dan
dermatitis seboroik.
Gejalanya meliputi kemerahan, gatal, kulit kering, dan terkadang pembengkakan atau
lepuhan.
5. Luka Kaki Diabetes (Diabetic Foot Ulcers):
Luka ini merupakan komplikasi dari diabetes yang terjadi ketika aliran darah
terganggu dan kerusakan saraf di kaki.
Gejalanya meliputi luka terbuka, lecet, atau ulkus pada kaki, terutama pada bagian
telapak kaki.
6. Luka Lepuh (Blister):
Luka lepuh biasanya disebabkan oleh gesekan, panas, atau bahan kimia.
Gejalanya berupa benjolan berisi cairan di kulit yang terbentuk akibat pembengkakan
dan perlindungan terhadap luka di bawahnya.
7. Eksim (Eczema):
Eksim adalah kondisi kulit kronis yang menyebabkan kulit menjadi kering, gatal,
merah, dan bersisik.
10
Gejala eksim dapat muncul dan menghilang dari waktu ke waktu, dan dapat dipicu
oleh alergi, stres, atau cuaca.
8. Psoriasis:
Psoriasis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan pertumbuhan kulit yang cepat,
sehingga menyebabkan kulit menjadi kemerahan, bersisik, dan gatal.
Penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik dan lingkungan
dapat memainkan peran.
Setiap jenis gangguan integritas kulit memiliki penyebab, gejala, dan pengelolaan
yang berbeda. Pengelolaan terbaik biasanya melibatkan perawatan yang tepat sesuai dengan
kondisi spesifik dan konsultasi dengan profesional medis yang berkaitan.
11
bersih dan kering. Gunakan perban atau lapisan pelindung lainnya jika diperlukan,
dan konsultasikan dengan profesional kesehatan jika luka tidak sembuh atau
memburuk.
7. Menghindari Kebiasaan Merokok: Merokok dapat mengurangi aliran darah ke kulit
dan memperlambat proses penyembuhan luka, sehingga menghindari kebiasaan
merokok dapat membantu mencegah gangguan integritas kulit dan luka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah ini telah menguraikan secara mendalam konsep integrasi kulit dan luka
dalam praktik klinis, menggali berbagai aspek yang terkait dengan pemahaman, penanganan,
dan pencegahan luka. Dengan menggabungkan pengetahuan tentang struktur kulit, proses
penyembuhan luka, dan pendekatan terbaru dalam perawatan luka, kita dapat mencapai
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana merawat luka dengan efektif dan efisien.
Dari pemahaman anatomi dan fisiologi kulit, kita memahami bahwa kulit adalah
organ yang kompleks dan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Peran kulit dalam
perlindungan terhadap agen eksternal, regulasi suhu, dan sintesis vitamin D memperkuat
pentingnya perawatan luka yang tepat. Memahami berbagai jenis luka, termasuk luka akut
dan kronis, serta proses penyembuhannya, memberikan landasan yang kuat untuk pendekatan
terapeutik yang sesuai. Pentingnya integrasi multidisiplin dalam perawatan luka menjadi
sorotan utama dalam makalah ini. Kolaborasi antara dokter, perawat, terapis fisik, ahli gizi,
dan berbagai profesional kesehatan lainnya sangat penting dalam memastikan perawatan
holistik yang optimal bagi pasien. Pendekatan ini tidak hanya mengarah pada pemulihan fisik
yang lebih baik, tetapi juga mendukung kesejahteraan psikologis dan sosial pasien.
Teknologi dan inovasi dalam perawatan luka juga memainkan peran penting dalam
meningkatkan hasil pasien. Mulai dari perangkat medis canggih hingga terapi berbasis
biologi, perkembangan ini membuka pintu bagi solusi yang lebih efektif dan efisien dalam
pengobatan luka. Namun, penting untuk tidak kehilangan fokus pada aspek-aspek dasar
perawatan luka, seperti kebersihan dan perlindungan terhadap infeksi.
Selain perawatan pasca-luka, pencegahan luka juga merupakan bagian integral dari
manajemen klinis. Pendidikan kepada pasien tentang pentingnya perawatan kulit yang tepat,
pencegahan tekanan, dan mengelola kondisi kesehatan yang mungkin mempengaruhi proses
12
penyembuhan luka dapat mengurangi risiko terjadinya luka dan memperbaiki hasil kesehatan
jangka panjang. Dengan mempertimbangkan semua aspek ini, konsep integrasi kulit dan luka
tidak hanya mencakup pengetahuan dan keterampilan klinis, tetapi juga membutuhkan sikap
yang holistik dan berkelanjutan terhadap perawatan pasien. Melalui pendekatan ini, kita dapat
memastikan bahwa setiap individu menerima perawatan yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, memungkinkan mereka untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. (E. A. Mardella, Ed.). Jakarta: EGC.
Association, A. D. (2014). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care,
37(Suppl. 1), 81–90. https://doi.org/10.2337/dc14-S081
Elservier Inc. Clayton, W., & Elasy, T. A. (2009). A Review of the Pathophysiology,
Classification, and Treatment of Foot Ulcers in Diabetic Patients. Clinical Diabetes,
27(2), 52–58.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
13
Zahrah, S. F. (2016). Asuhan Keperawatan pada Klien DM Gangren dengan Gangguan
Integritas Kulit di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang. [Other Thesis]. Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
14