Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok:

1. Fidhi Pradinni Nurani (1110171031)


2. Andi Mei Prasetyo Isworo (1110171035)
3. Andre (1110171041)
4. Dananjaya Endi Pratama (1110171042)
5. RM Yogi Iman Bimantoro (1110171049)
Kelas: 4 D4 Elektronika B

ANALISA FILM PHILADELPHIA (1993)


Film Philadelphia memberikan sebuah refleksi bahwa kebencian, diskriminasi,
prasangka (prejudice) dapat membawa seseorang berbuat kriminal. Film ini mengisyaratkan
bahwa tak seorang pun berhak merampas kebebasan orang lain, berbuat sewenang-wenang,
atau menyebarkan prasangka, khususnya di hadapan hukum atas dasar perbedaan ras, gender,
agama, budaya, seksualitas, atau kecacatan/penyakit seseorang. Setiap manusia memiliki
persamaan HAM, persamaan kedudukan hukum, persamaan untuk saling mencintai dna
dicintai, menolong dan ditolong.

Indonesia sebagai salah satu negara hukum (Rechtstaat) menjamin kebebasan


berekspresi dalam:
1. UUD 1945 Amendemen II, yaitu Pasal 28 E ayat (2) yang menyatakan, 
"Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya".

2. Selanjutnya, dalam ayat (3) diyatakan, 


"Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat."

3. Kelompok LGBT di bawah payung “Hak Asasi Manusia” meminta masyarakat dan
Negara untuk mengakui keberadaan komunitas ini, bila kita melihat dari Konstitusi
yakni dalam Pasal 28 J Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan sebagai berikut:
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.

4. Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia secara lebih dalam mengatur mengenai kebebasan berekspresi tersebut,
dalam Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang itu menyebutkan, 
"Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan, dan menyebarluaskan
pendapat sesuai hati nuraninya secara lisan atau tulisan melalui media
cetak maupun media cetak elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai
agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan
bangsa."

5. Begitu juga ditegaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia Pasal 70 yang menyatakan sebagai berikut :
“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis”.

6. Pasal 73 Undang-Undang HAM yang menyatakan 


“Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat
dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan
kepentingan bangsa”.

Diskriminasi merupakan segala bentuk pembedaan, pengabaian, pengistimewaan atau


pilih kasih yang dilakukan berdasarkan ras, usia, warna kulit, jenis kelamin, agama, paham
politik, pencabutan (ekstraksi) secara nasional atau asal-usul sosial, orientasi sexual, status
kesehatan, dan kondisi fisik (penyandang disabilitas dan HIV/AIDS) yang menghambat
kesetaraan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan.
Konstitusi mengamanatkan setiap warga negara berhak atas pekerjaan dna penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini dijelaskan di dalam:
1. UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam pasal 5 dan 6.
Pasal 5 menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Sedangkan, dalam pasal 6 menjelaskan
bahwa setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha.
2. Konvensi ILO No.100 tahun 1951 tentang Pengupahan.
Pada intinya upah yang sama bagi pekerja pria dan perempuan untuk pekerjaan yang
nilainya sama. Konvensi ILO NO.100 itu telah diratifikasi melalui UU No.80 Tahun
1957.
3. Konvensi ILO No.111 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan melalui UU
No.21 Tahun 1999. Hal ini menjadi salah satu pilar untuk mewujudkan pekerjaan yang
layak dengan memperhatikan hak-hak mendasar di tempat kerja. Salah satunya
pencegahan terjadinya diskriminasi di tempat kerja.

Pokok-pokok isi konvensi adalah sebagai berikut:


 Negara harus menjamin pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita
untuk pekerjaan yang sama nilainya.
 Jaminan ini dapat dilakukan dengan UU, Perjanjian Perburuhan, bagian penetapan
upah atau gabungan dari cara-cara tersebut.
 Tindakan harus diambil untuk mengadakan penilaian pekerjaan yang obyektif
berdasarkan pekerjaan yang akan dijalankan.
 Nilai pengupahan yang berlainan antara pekerja atau buruh tanpa memandang
jenis kelamin melainkan didasarkan atas penilaian pekerjaan yang obyektif atas
pekerjaan yang akan dijalankan tidak dianggap melanggar asas konvensi ini.

4. Pembelaan kontra dari KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN


TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP.68/MEN/IV/2004
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI TEMPAT
KERJA
o Pasal 2 ayat (2) point c. Berbunyi memberikan perlindungan kepada
pekerja/buruh Dengan HIV/AIDS dari tindakan dan perlakuan diskriminaif

o Pasal 3 berbunyi Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS berhak mendapatkan


pelayanan kesehatan kerja yang sama dengan pekerja/buruh lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 61


Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar
menjadi PNS setelah memenuhi persyaratan.

6. Naskah rekomendasi tentang HIV dan AIDS dan Dunia Kerja tahun 2010 (No.200)
yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Didalamnya
terdapat beberapa pembahasan mengenai definisi HIV/AIDS, ruang lingkup, prinsip-
prinsip umum yang harus diterapkan pada seluruh tindakan yang terlibat di dalam
tanggapan nasional terhadapa HIV/AIDS, kebijakan dan program nasional, langkah-
langkah yang harus diambil melalui tempat kerja untuk menurunkan penularan atau
tindakan pencegahan, pengobatan dan perawatan, dan beberapa poin penting lainnya.

Sehingga kita dapat mengurangi stigma dan diskriminasi yang telah menjadi
hukuman sosial oleh masyarakat terhadap pengidap HIV/AIS yang bermacam-macam
bentuknya, antara lain tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan
penghindaran atas orang yang terinfeksi. Kita pun perlu melakukan tindakan edukasi
untuk mengendalikan meningkatnya penularan HIV/AIDS yaitu dengan cara
memberikan edukasi kepada orang atau pekerja yang sudah dinyatakan positif
menderita HIV/AIDS agar dapat menjaga perilakunya sehingga tidak menularkan
HIV/AIDS secara lebih luas dan penularan HIV/AIDS ini jika dibedakan menurut rute
paparannya adalah sebagai berikut:
1. Melalui hubungan seksual
2. Masuknya cairan yang terinfeksi ke dalam tubuh, seperti saat transfuse darah
3. Transmisi ibu ke anak

Anda mungkin juga menyukai