Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR JAWABAN

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : ANGEL
NIM : 2202190001
Mata Kuliah : Pancasila Dalam Sistem Hukum Nasional
Kelas :A

Rancangan Undang-Undang Pidana Ditinjau Dari Perspektif Nilai-Nilai Pancasila

A. Latar Belakang
Secara menyeluruh, pembukuan dari hukum pidana pada segala pengaturannya
berhubungan erat dengan norma maupun sanksi dengan tujuan untuk membangun
ketertiban maupun keadilan yang hidup di masyarakat.1 Arti dari hukum pidana
merupakan penjatuhan pemidanaan sebagaimana menjadi hak negara apabila terdapat
yang melanggar atau telah melanggar. Pedoman dari pemidanaan di Indonesia yakni
dengan adanya Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP) yang mengakomodir dan
pengendaliannya. Namun seiring berjalannya waktu pemerintah mulai menyusun
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP).
Salah satu bentuk sanksi dari RUU KUHP yakni pemidanaan dengan sanksi
kebiri merupakan bentuk pertanggungjawaban bagi tindakan yang melakukan moral
dalam kejahatan tindak kekerasan seksual. Adanya bentuk sanksi tersebut bertjuan
dalam menurunkan tindak kejahatan kekerasan seksual terutama pemerkosaan yang
marak terjadi. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
menyatakan bahwa terdapat 25 dari 34 jurnalis perempuan pernah dilecehkan saat di

1
Warsiman, Pengaturan Pidana Mati Di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia, Jakarta: Guemedia Group, 2021, h. 10
tempat kerja maupun saat meliput.2 Hal ini cenderung membuat tindak kejahatan seksual
harus diberikan sanksi yang jera salah satunya sanksi kebiri.

B. Rumusan Masalah
Pemaparan latar belakang diatas, maka Penulis mengidentifikasi mengenai
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana aspek Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam Peraturan
Perundang-Undangan?
2. Bagaimana penerapan sanksi pidana kebiri dalam Rancangan Undang-Undang
Pidana menurut pandangan Pancasila?

C. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang
menganalisis hukum dari sudut pandang internal dengan objek penelitiannya merupakan
bagian dari norma hukum. Fungsi dari penggunaan metode hukum normatif adalah
untuk memaparkan pendapat hukum apabila ditemui kekosongan, kekaburan dan konflik
norma.3 Bahan hukum dari penelitian ini menerapkan bahan hukum primer yang dengan
mengkaji peraturan perundang-undangan yang menjadi pedomannya. Peraturan
perundang-undangan sebagian besar mengacu pada UUD NRI 1945 serta kandungan
kaidah-kaidah Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia yang digunakan pada
pendekatan dari penelitian ini.

D. Pembahasan
1. Aspek Hak Asasi Manusia yang Tercantum dalam Peraturan Perundang-
Undangan
Berdasarkan Pasal 28A UUD RI 1945 dan ditegaskan dalam UU No 39/1999
tentang Hak Asasi Manusia mengatur secara komprehensif berkaitan dengan Hak Asasi

2
Tim Penelitian dan Kajian Strategi PPI Malaysia, Menuju 100 Tahun Indonesia Merdeka, Yogyakarta:
Samudra Biru (Anggota IKAPI), 2022, h. 6
3
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori Hukum, Jakarta:
Prenada Media Group, 2017, h. 12
Manusia yang tercantum dalam Bab III dan bagian kesatu Pasal 9 menjelaskan mengenai
hak hidup. Pada bagian IV Pasal 67 bahwa kewajiban dasar manusia harus menaati
peraturan perundang-undangan tertulis baik hukum nasional maupun hukum
Internasional. Hal yang melekat dan hakikat hidup manusia adalah hak asasi manusia
sebagaimana menjadi subjek hukum kedudukannya dalam pergaulan dunia.4
Sesuai Pasal 1 angka 1 UU No 39/1999 mengemukakan bahwa setiap orang atau
kelompok termasuk aparat negara dalam perbuatannya yang melakukan pelanggaran hak
asasi manusia berencana maupun tidak berencana yang mana hal tersebut kegiatan yang
melawan hukum maupun merampas hak asasi pihak lain yang telah dilindungi oleh
undang-undang, dan memperoleh upaya yang adil secara hukum yang berlaku. Pada UU
tersebut negara Indonesia telah mengacu dengan Deklarasi HAM PBB atas konvensi
terkait penghilangan berbagai jenis sikap pembedaan terhadap perempuan, anak dan
instrumen internasional lainya yang berkaitan erat dengan ketentuan hak asasi manusia.
Pencantuman hak-hak asasi pada Undang-Undang nomor 39/1999 sebagai
berikut:
1. Hak hidup
Hak hidup menyatakan bahwa setiap orang layak untuk hidup pada taraf
ketentraman, kenyamanan, damai, sejahtera sebagai bangsa dan masyarakat
yang layak hidup di lingkungan yang sehat.
2. Hak berkeluarga dan memiliki keturunan
Setiap orang dapat berhak untuk membangun dan membina keluarga baru
dengan melalui perkawinan yang sah dan bebas atas kehendaknya sendiri.
3. Hak memperoleh keadilan
Setiap orang berhak diperlakukan adil tanpa membeda-bedakan atau
diperlakukan diskriminasi. Setiap orang berhak melakukan permohonan,
pengaduan maupun gugatan ke pengadilan baik kasus perdata, pidana
maupun administrasi negara sehingga negara berkewajiban untuk memeriksa
serta mengadili atas pengaduannya tersebut secara objektif, jujur serta adil
dengan dihasilkannya suatu putusan oleh hakim.

4
Susanto dan Sukinta, Hukum dan HAM, Semarang: 2006, h. 18
4. Hak mengembangkan diri
Setiap orang berhak dalam melakukan pengembangan diri baik secara
individu maupun beregu demi tujuan hidup bemasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
5. Hak bebas
Hak untuk bebas dalam melakukan pilihan dan keyakinan politik untuk
diungkapkan di khalayak umum, memilih agamanya secara sendiri, tidak
melakukan perbudakan, memilih tempat kedudukannya sendiri serta tidan
diperlakukan secara diskriminasi.
6. Hak keamanan
Setiap orang berhak dilindungi atas dirinya, keluarganya maupun
kehormatan martabat secara aman dan sejahtera tanpa merasa terintimidasi
maupun terancam pada kondisi apapun.
7. Hak kesejahteraan
Setiap orang berhak memiliki jaminan sosial, dilindungi dalam
pekerjaannya dan diperjuangkan hidupnya baik secara sendiri maupun
kolektif di negara Indonesia.
8. Hak turut dalam kegiatan pemerintahan
Setiap orang berhak dalam ikut serta dalam penyelenggaraan pemilihan
kepala pemerintahan seperti presiden dan wakilnya, kepala daerah dan
wakilnya. Dalam pemilihan terebut setiap masyarakat berhak memilih secara
bebas maupun tidak dipaksa.
9. Hak wanita
Wanita berhak dalam memilih pendidikannya, pekerjannya serta
dilindungi dari keselamatan dan kesehatannya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
10. Hak Anak
Setiap anak berhak untuk dilindungi oleh keluarga, orangtua, masyarakat
serta negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak serta dapat bermain
sesuai perkembanganya serta tidak melakukan perampasan hak bebasnya
secara melawan hukum.
Selain, peraturan perundang-undangan yang ada, ditegaskan dalam eklarasi
Universal Hak Asasi Manusia yang menyatakan atas perlindungan hukum untuk
melindungi HAM yang terjamin.5

2. Penerapan Sanksi Pidana Kebiri dalam Rancangan Undang-Undang Pidana


Menurut Pandangan Pancasila
Salah satu sanksi dalam perancangan RUU KUHP adalah penerapan sanksi
kebiri. Berdasarkan pengertiannya kebiri merupakan tindakan menghilangkan tiroit dari
biji kemaluan yang diseterilkan dengan tujuannya biji kemaluan tidak dapat
memproduksi mani atau sperma. Pada umumnya, proses dari kebiri ini menurut
kesehatan dengan memasukkan bahan kimia ke dalam tubuh pria. Namun akibat dari
kebiri ini akan menyebabkan lemahnya hormon testosterone dengan menekan tingkat
androgen di dalam aliran darah tubuh pelaku kejahatan seksual.6
Penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya dalam menyelesaikan
masalah yang bertujuan dalam kesejahteraan sosial sehingga dengan hal tersebut RUU
Pidana perlu diperbaiki berdasarkan perkembangan masyarakat.7 Terdapat adanya
pertimbangan nilai melalui dua pendekatan masalah yakni perbuatan tindak pidana dan
saksi yang diterapkan bagi pelanggar.8 Adapun berkaitan dengan RUU Pidana dengan
menerapkan sanksi kebiri dilakukan dengan tujuan agar pelaku atau pelanggar jera
sehingga hukum pidana yang modern ini sebagaimana bertolak belakang dengan prinsip
kehendak manusia atau suatu pelanggaran hak asasi manusia.
Mengacu pada Sila ke-2 Pancasila yang menyatakan “Kemanusiaan yang Adil
dan beradab”. Pernyataan sila ke-2 tersebut sebagai rumusan bahwa sanksi kebiri dalam

5
Andrey Sujatmoko, Hukum HAM Dan Hukum Humaniter, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015, h. 40
6
Lidya, s. W. Pengebirian Sebagai Upaya Perlindungan Anak Dari Kekerasan Seksual, Info Singkat
Hukum, 2002, h. 20
7
Prasetyo T, Politik hukum pidana: kajian kebijakan kriminalisasi dan dekriminalisasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005, h. 4
8
Arief. B.N, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru),
cet. ke-4. Jakarta: Kencana, 2014, h. 29
penerapan hukum pidana mengilangkan kepercayaan diri dan tidak memuliakan
makhluk Tuhan. Pemidanaan dengan sanksi kebiri bertujuan agar pelaku jera namun
tujuan tersebut tidak tergolong sebagai memuliakan martabat manusia. Kemudian,
Muladi mengemukakan bahwa adaya ringkasan yang melungkupi tujuan pemidanaan
yakni pemidanan bertujuan dalam sarana menampung aspirasi masyarakat dalam
pembalasan serta tujuan kedua memlihara kekompakan dalam masyarakat.
Menurut Hart, fungsi dari hukum pidana untuk mengatur dan menjaga nilai-nilai
kesusilaan yang merugikan dan memberikan perlindungan terhadap pihak lain.9 Dengan
demikian, untuk melaksanakan sanksi pemidanaan maka harus mencakup tujuan-tujuan
pidana yang baik agar fungsi dari hukum pidana menjaga serta melindungi warga negara
di Indonesia seimbang. Sanksi pidana kebiri tidaklah mencerminkan perlindungan atas
pelaku sebagai warga negara. Pemidanan kebiri pelanggaran hak asasi manusia serta
melanggar nilai-nilai Pancasila sila ke-2 yang mana tidak memanusiakan secara adil dan
beradab.
Pada sistem pemidanaan Indonesia terus berkembang untuk merumuskan sanksi
yang tepat untuk pelaku Pencabulan anak di bawah umur, sanksi pidana kebiri adalah
salah satu upaya maksimal dalam membuat jera kejahatan seksual terhadap anak di
bawah umur yang semestinya terhindar dari perbuatan kejam tersebut, sanksi hukuman
tambahan yang terdapat dalam pasal 82A Undang-Undang No.1 tahun 2016. Pada UU
No 1/2016 tersebut digunakan untuk sanksi kebiri dan dipertegas dalam perancangan
RUU KUHP. Namun terdapat pro dan kontra mengenai hukuman kebiri yang tidak
memuliakan dan tidak layak untuk diterapkan di Indonesia yang memiliki prinsip sila
ke-2 Pancasila.
Proses sanksi kebiri selain diatur dalam UU No 1/2016 juga disertakan sebagai
hukuman tambahan dalam Pasal 81, Pasal 82 dan Pasal 81 A sebagaimana para penegak
hukum dapat mengadili serta menghukum pelaku dengan beberapa alasan serta
persyaratan untuk pelaku dapat dijatuhi hukuman kebiri. Terdapat tiga teori yang
berhubungan dengan pemidanaan yakni teori abolut, teori relative serta teori gabungan.10

9
Hiariej, E. O, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2016, h. 29
10
Roni Wiyanto, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 2012, h. 111
Teori-teori tersebut sebagai bentuk dari RUU KUHP yang memiliki tujuan antara lain
sebagai berikut:11
a) Meminimalisir bentuk perlakuan pidana yang mempertegas norma hukum
untuk mensejahterakan masyarakat.
b) Memberikan penilaian terhadap pelaku untuk menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
c) Upaya menyelesaikan kasus yang telah diakibatkan oleh perilaku pidana untuk
mengembalikan perasaan damai dan adil dalam lingkup masyarakat.
d) Memberikan kebebasan atas pelaku pidana yang mempunyai rasa
bertentangan.
Atas tujuan dalam RUU KUHP tersebut serta dikaitkan dengan tiga teori masuk
dalam kategori teori gabungan yang mana sebagai bentuk perdamaian dalam masyarakat
serta memberikan efek jera kepada pelaku atau terpidana.
Sanksi kebiri yang merupakan pidana tambahan bertujuan untuk langkah
pencegahan yang efektif dari kejahatan pelecehan seksual, dengan demikian adanya
pidana tambahan ini mampu mewujudkan kondisi sosial yang tidak dapat diubah-ubah.12
Namun yang perlu diingat bahwa pemidanan sanksi kebiri mempunyai efek positif
maupun negatif untuk diberlakukan di dalam Rancangan Undang-Undang Pidana. Efek
positif yang dirasakan bahwa pelaku terpidana jika diterapkan sanksi pidana akan
memberikan efek jera serta efek negatif dalam penerapannya adalah melanggar nilai-
nilai Pancasila khususnya sila ke-2 serta melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia
dalam pembebasan hak warga negara untuk dimuliakan martabatnya.

E. Kesimpulan dan Saran


Disimpulkan bahwa peraturan perundang-undangan seperti UUD NRI 1945 serta
UU No 39/1999 menjunjung tinggi adanya hak asasi manusia. Penjaminan tersebut
untuk pembangunan nasional. Terdapat beberapa hak yang tercantum dalam UU No

11
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia Dalam Perkembangannya, Jakarta: Softmedia,
2012, h. 47
12
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Press, Jakarta,
2007, h. 45
39/1999 untuk menjamin martabat serta kesejahteraan masyarakat. Namun perlu
diketahui bahwa RUU KUHP menerapkan teori gabungan yang bertujuan bahwa
pemidanaan mempunyai efek jera serta memberikan kemuliaan masyarakat. Akan tetapi
salah satu saksi pemidanaan kebiri diberlakukan sebagai pidana tambahan untuk
memberikan sanksi kepada pelaku pencabulan atau pelaku kekerasan seksual. Dengan
demikian, sanksi kebiri dalam sila ke-2 Pancasila tidaklah mencerminkan manusia dalam
nilai keadilan maupun beradab. Penulis memberikan saran bahwa agar sanksi kebiri
dalam RUU KUHP ditiadakan dikarenakan hal itu melanggar nilai-nilai hak asasi
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Diantha, Made Pasek. 2017. Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi
Teori Hukum. Jakarta: Prenada Media Group.
Hamzah, Andi. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia Dalam Perkembangannya.
Jakarta: Softmedia.
N, Arief. B. 2014. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru). cet. ke-4. Jakarta: Kencana.
O, Hiariej, E. 2016. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Soekanto, Soerjono. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Rajawali Press. Jakarta.
Sujatmoko, Andrey. 2015. Hukum HAM Dan Hukum Humaniter, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Susanto dan Sukinta. 2006. Hukum dan HAM. Semarang.
T, Prasetyo. 2005. Politik Hukum Pidana: Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan
Dekriminalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penelitian dan Kajian Strategi PPI Malaysia. 2022. Menuju 100 Tahun Indonesia
Merdeka. Yogyakarta: Samudra Biru (Anggota IKAPI).
W, Lidya, S. 2002. Pengebirian Sebagai Upaya Perlindungan Anak Dari Kekerasan
Seksual, Info Singkat Hukum.
Warsiman. 2021. Pengaturan Pidana Mati Di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Jakarta: Guemedia
Group.
Wiyanto, Roni. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung. Mandar Maju.

Anda mungkin juga menyukai